You are on page 1of 15

PROPOSAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

PERAN BIOTEKNOLOGI DAN TIPS MEMILIH SKINCARE AMAN DAN


LEGAL DI ERA DIGITAL

Disusun oleh:
Ferdinta Daniasta Setyawan 202020298R
Shabrina Nindya Hutami 202020310R
Yuliana Imelda Putrivenn 202020312R
Meylinda Widyasari 252020538U
Silfie Daniyah 252020542U

PROGRAM STUDI S2 FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2022
PENGESAHAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

1. Judul Kegiatan : Peran Bioteknologi Dalam Pengembangan


Produk Kosmetik Dan Cara Cerdas Memilih
Skincare Aman Dan Legal Di Era Digital
2. Ketua Pelaksana PkM
a. Nama Lengkap : Meylinda Widyasari
b. NIM : 252020538U
c. Program Studi : S2 Ilmu Farmasi
d. Alamat Rumah dan No. HP : Jl. Buntok Asam, 082135805927
e. Alamat Email : bossm2y10@gmail.com
4. Anggota Pelaksana PkM : 5 orang
5. Dosen Pembimbing
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. Ana Indrayati, M.Si
NIS/NIDN : ………………………………………...
b. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. apt. Samuel Budi Harsono, M.Si
NIS/NIDN : ………………………………………...
6. Biaya Kegiatan Total : ………………………………………...
7. Bentuk Kegiatan : WEBINAR

Surakarta, … Mei 2022

Dosen Pembimbing, Ketua Pelaksana Kegiatan,

Dr. Ana Indrayati, M.Si Meylinda Widyasari


NIS/NIDN 252020538U

Dosen Pembimbing, Ketua Program Studi S2 Farmasi,

Dr. apt.Samuel Budi Harsono, M.Si Dr. apt. Jason Merari P., MSi, MM.
NIS/NIDN NIS: 01200102011070

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. iii
DAFTAR TABEL (bila ada) .................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Sasaran Kegiatan................................................................................2
1.3 Permasalahan .....................................................................................2
1.4 Bentuk Kegiatan.................................................................................2
1.5 Tujuan Kegiatan..................................................................................2
1.6 Manfaat Kegiatan................................................................................2
1.7 Personal Pelaksana..............................................................................3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................4
2.1 Pengertian Bioteknologi....................................................................4
2.2 Pengertian Kosmetik..........................................................................4
2.3 Peran Bioteknologi dalam Pengembangan Kosmetik.......................4
2.4 Bahan Berbahaya yang Dilarang dalam Kosmetik............................5
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Efek Kosmetik terhadap Kulit.............5
2.6 Produk Kosmetik dari Bioteknologi..................................................6
BAB III. METODE PELAKSANAAN PKM........................................................7
3.1 Metode...............................................................................................7
3.2 Pelaksanaan.......................................................................................7
BAB IV. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN ...................................................8
4.1 Anggaran Biaya .................................................................................8
4.2 Jadwal Kegiatan .................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................9
LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………………………….11

iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rencana Anggaran Biaya..........................................................................8
Tabel 2. Jadwal Kegiatan........................................................................................8

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kosmetik atau produk kecantikan merupakan produk wajib yang


digunakan oleh wanita untuk meningkatkan penampilannya. Produk ini banyak
digunakan oleh wanita kantoran, artis, penyanyi, wanita yang secara umum tampil
di depan publik dan tidak luput juga wanita usia remaja. Industri kosmetik saat ini
hampir semua menggunakan Bioteknologi untuk menemukan, mengembangkan,
memproduksi serta mengevaluasi aktivitas komponen-komponen yang ada
didalam formulasi kosmetik. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan luas
kawasan hutan tropis terkaya kedua setelah Brazil, merupakan pusat biodiversitas
yang menyimpan potensi hayati yang dapat dijadikan bahan baku untuk industri.
Penerapan Bioteknologi ini diharapkan dapat meningkatkan mutu dan efisiensi
dari bahan aktif yang akan digunakan (Gomes et al., 2020)

Kosmetik umumnya digunakan setiap hari, karena pemakaiannya yang


rutin dan dalam waktu yang lama maka harus selalu dipastikan bahwa bahan-
bahan yang digunakan aman dan baik untuk kesehatan. Walaupun sudah ada
standar dan aturan untuk bahan kosmetik, masih sering ditemukan adanya produk
yang menggunakan bahan berbahaya dan menggunakan bahan tertentu dalam
jumlah yang berlebihan melebihi batas yang diperbolehkan. Lima tahun terakhir,
jumlah kosmetika yang mengandung bahan berbahaya atau dilarang cenderung
naik dari 0,65% menjadi 0,74%. Pelaku usaha sebagai pemilik produk kosmetik
tidak memberikan rasa keamanan, kenyamaman dan keselamatan dalam
penggunaan produk kosmetik pada konsumen (Rosadi, 2021)

Hasil pengawasan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Juli


2020 sampai dengan September 2021 ditemukan sebanyak 18 kosmetik yang
mengandung bahan dilarang dan berbahaya (BPOM, 2021). Kosmetik yang
mengandung bahan-bahan berbahaya apabila digunakan dapat menimbulkan
iritasi atau rasa terbakar, kulit menjadi terkelupas, gangguan pada ginjal dan
kanker. Penggunaan beberapa kosmetik seperti bedak, pelembab, krim, tabir surya
dapat menimbulkan efek merugikan seperti timbulnya jerawat. Efek negatif ini
dapat terjadi karena adanya bahan-bahan dalam kosmetik yang tidak sesuai atau
cocok dengan kondisi kulit seseorang, namun bukan berarti bahwa bahan-bahan
tersebut termasuk dalam klasifikasi bahan yang berbahaya saat digunakan dalam
formulasi kosmetik. Jerawat dapat muncul karena adanya bahan-bahan
komedogenik seperti lanolin, petrolatum, dan bahan berminyak lain dalam
kosmetik (Agustina et al., 2020). Bahan seperti sodium lauril sulfat (SLS) yang
dapat menyebabkan iritasi, pengawet paraben yang dapat menyebabkan

1
2

kemerahan dan alergi kulit, propilen glikol yang dapat menyebabkan iritasi, dll.
Bahan-bahan tersebut bukan merupakan bahan yang dilarang digunakan pada
kosmetik, namun merupakan bahan yang harus digunakan pada konsentrasi
tertentu (Pangaribuan, 2017).

Berdasarkan permasalahan diatas akan dilakukan edukasi melalui


webinar dengan tema peran Bioteknologi dalam pengembangan produk kosmetik
dan cara cerdas memilih skincare aman dan legal di era digital.

1.2 Sasaran Kegiatan

Sasaran dalam kegiatan ini adalah Industri Farmasi, apoteker,


masyarakat umum dan generasi milenial.

1.3 Permasalahan

Penerapan bioteknologi dalam industri kosmetik di Indonesia masih


belum maksimal, sehingga di Indonesia masih terkendala oleh pasokan bahan
baku, padahal bahan baku untuk pengembangan bioteknologi lebih mudah
didapatkan dibandingkan bahan baku obat kimia. Produk kosmetika yang beredar
di pasaran masih banyak yang mengandung bahan-bahan berbahaya. Pengetahuan
masyarakat mengenai bahan kosmetik yang berbahaya dan kewaspadaan dalam
memilih produk kosmetik atau skincare masih relatif rendah sehingga perlu
ditingkatkan untuk menghindari penggunaan produk yang berbahaya.

1.4 Bentuk Kegiatan

Kegiatan dilakukan dalam bentuk webinar dengan tema “Peran


Bioteknologi Dalam Pengembangan Produk Kosmetik Dan Cara Cerdas Memilih
Skincare Aman Dan Legal Di Era Digital”

1.5 Tujuan Kegiatan

Pertama, memberikan pengetahuan tentang peran bioteknologi dalam


pengembangan produk kosmetik.

Kedua, menambah pengetahuan masyarakat tentang tips memilih


skincare yang aman untuk digunakan.

1.6 Manfaat Kegiatan

Kegiatan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dari Industri


Farmasi dan apoteker tentang peran bioteknologi dalam pengembangan kosmetik
serta meningkatkan kesadaran masyarakat umum dan generasi milenial dalam
memilih Skincare aman dan legal di era digital.
3

1.7 Personal Pelaksana

Berikut nama-nama personal yang tergabung dalam kelompok 6 PKM


Universitas Setia Budi Surakarta:

a. Nama : Ferdinta Daniasta Setyawan


Nim : 202020298R
Prodi : S2 Sains
b Nama : Shabrina Nindya Hutami
.
Nim : 202020310R
Prodi : S2 Sains
c. Nama : Yuliana Imelda Putrivenn
Nim : 202020312R
Prodi : S2 Sains
d Nama : Meylinda Widyasari
.
Nim : 252020538U
Prodi : S2 Manajemen
e. Nama : Silfie Daniyah
Nim : 252020542U
Prodi : S2 Manajemen
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pengertian Bioteknologi

Bioteknologi merupakan sebuah metode atau cara penerapan teknologi


yang menggunakan sistem hayati, makhluk hidup atau derivatifnya untuk
membuat dan memodifikasi produk-produk agar bermanfaat bagi kesejahteraan
manusia (Susanti, 2019). Prinsipnya definisi tentang bioteknologi pada umumnya
mengkaitkan pada kegiatan mikroba, sistem dan proses biologi, dengan produksi
barang dan jasa atau yang mengkaitkan aktivitas biologis dengan proses tehnik
dan produksi dalam industri. Untuk lebih ringkasnya bioteknologi adalah ilmu
terapan biologi yang melibatkan disiplin ilmu mikrobiologi, biokimia, dan
rekayasa genetika untuk menghasilkan produk dan jasa. Organisme yang
digunakan dalam bioteknologi paling sering adalah mikroba seperti bakteri,
kapang dan  yeast (ragi) (Fahruddin, 2010).

2.2Pengertian Kosmetik
Food and Drug Administration (FDA) mendifinisikan kosmetik sebagai
produk yang digunakan pada kulit untuk tujuan membersihkan, mempercantik,
meningkatkan daya tarik, atau memperbaiki penampilan (FDA, 2012). Definsi
lain menurut PERMENKES RI kosmetik adalah bahan atau sediaan yang
dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis,
rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa
mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan
atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi
baik (PERMENKES, 2010).
Penggolongan kosmetik menurut penggunaanya bagi kulit terbagi dalam
dua jenis yang pertama yaitu kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetic),
merupakan kosmetika untuk memelihara, merawat dan mempertahankan kondisi
kulit dan yang kedua adalah kosmetik riasan (dekoratif atau make up), merupakan
kosmetika untuk memperindah wajah (Tranggono, 2007).

2.3Peran Bioteknologi dalam Pengembangan Kosmetik

Kontribusi proses bioteknologi terhadap pasar kosmetik sangat besar


karena produksi bahan aktif yang aman dan efektif melalui biaya rendah dan
metode bebas kontaminasi. Bioteknologi tradisional memanfaatkan potensi
mikroba melalui fermentasi, sedangkan bioteknologi modern memanipulasi materi
genetik dan memasukkannya ke dalam host untuk aplikasi yang diinginkan.
Selama fermentasi, mikroba/enzim digunakan sebagai biokatalis dalam bioreaktor
untuk produksi skala besar protein, metabolit sekunder, dan bahan kosmetik, dan
prosesnya lebih lanjut dioptimalkan untuk meningkatkan produktivitas dan hasil

4
5

(KV Sajna, Lalitha Devi Gottumukkala, Rajeev K. Sukumaran, 2015). Asam


organik misalnya asam sitrat , asam laktat, dan asam glikolat, diproduksi oleh
mikroba dengan proses fermentas. Bahan-bahan ini paling sering digunakan
dalam industri farmasi dan kosmetik (Vandenberghe et al., 2018).

Hemisqualane, dibuat melalui fermentasi dari tebu, yang berkelanjutan


dan berasal dari alam yang digunakan sebagai alternatif untuk cyclomethicone,
sejenis silikon cair sebagai emolien, penstabil, dll. dalam produk kosmetik dan
terkait dengan bioakumulasi dan toksisitas. Bahan fermentasi dianggap sebagai
generasi atau terobosan baru bahan aktif dalam startup kosmetik (McPhee et al.,
2014).

2.4Bahan Berbahaya yang Dilarang dalam Kosmetik


Hasil penelitian menunjukkan masyarakat belum mengetahui bahwa masih
banyak bahan kimia berbahaya yang dilarang dalam produk kosmetik seperti asam
retinoat, formaldehid, dan triklosan. Minimnya informasi mengenai bahan kimia
berbahaya yang dilarang dalam penggunaan kosmetik akan menimbulkan persepsi
yang kurang terhadap kosmetik yang mengandung bahan kimia berbahaya.
Akibatnya secara kurang sadar responden bisa saja menggunakan kosmetik yang
berbahaya bagi kesehatan mereka (Dzulfikri Nurhan et al., 2017). Sebuah survei
yang diadakan oleh Opinium Research (agen penelitian paling akurat di London)
terhadap 3.814 wanita Inggris pada tahun 2010 menunjukkan hasil bahwa 73%
wanita tidak mengerti sama sekali mengenai kandungan bahan yang dicantumkan
dalam label bahan-bahan kosmetik yang dibeli (Cho et al., 2017).
Bahan kimia berbahaya dalam produk kosmetik dibedakan menjadi dua,
yaitu bahan kimia berbahaya yang dilarang dan bahan kimia berbahaya yang
diperbolehkan digunakan dengan pembatasan dalam penggunaannya pada produk
kosmetik. Bahan kimia berbahaya yang dilarang, yaitu merkuri, pewarna merah
K3 dan K10 (rhodamin B), dan asam retinoat sedangkan bahan kimia berbahaya
yang diperbolehkan digunakan dengan pembatasan dalam penggunaannya pada
produk kosmetik, yaitu hidrokinon dengan batas maksimum penggunaan 0,02%,
formaldehid dengan batas maksimum penggunaan 5%, triclosan dengan batas
maksimum penggunaan 0,3%, dan resorsinol dengan batas maksimum
penggunaan 0,5%. Penggunaan bahan kimia berbahaya pada produk kosmetik
dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan yang serius (BPOM, 2015).

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Efek Kosmetik terhadap Kulit

Ada empat faktor yang mempengaruhi efek kosmetika terhadap kulit,


yang pertama adalah faktor manusia dimana perbedaan warna kulit dan jenis kulit
dapat menyebabkan perbedaan reaksi kulit terhadap kosmetika, karena struktur
dan jenis pigmen melaminnya berbeda. Kedua adalah faktor iklim, setiap iklim
memberikan pengaruh tersendiri terhadap kulit, sehingga kosmetika untuk daerah
6

tropis dan sub tropis seharusnya berbeda. Ketiga adalah faktor kosmetik.
Kosmetika yang dibuat dengan bahan berkualitas rendah atau bahan yang
berbahaya bagi kulit dan cara pengolahannya yang kurang baik, dapat
menimbulkan reaksi negatif atau kerusakan kulit seperti alergi atau iritasi kulit.
Faktor keempat adalah faktor gabungan dari ketiganya yaitu apabila bahan yang
digunakan kualitasnya kurang baik, cara pengolahannya kurang baik dan
diformulasikan tidak sesuai dengan manusia dan lingkungan pemakai maka akan
dapat menimbulkan kerusakan kulit, seperti timbulnya reaksi alergi, gatal-gatal,
panas dan bahkan terjadi pengelupasan (Pangaribuan, 2017).

2.6 Produk Kosmetik dari Bioteknologi


Beberapa produk kosmetik yang telah dipasarkan di Indonesia bahkan di
berbagai penjuru dunia sudah sangat banyak yang berkaitan dengan bioteknologi.
Salah satu produk yang sering kita dengar bahkan kita gunakan ialah spirulina.
Spirulina, atau yang biasa disebut ganggang hijau berwarna biru (cyanobacteria),
merupakan jenis organisme yang tumbuh di air tawar dan air asin yang berbentuk
spiral berwarna biru-hijau. Spirulina sp. mempunyai kandungan pigmen yang
dapat berfungsi sebagai antioksidan, yaitu: klorofil, karoten, xantofil dan
fikosianin. Oleh karena itu spirulina sangat besar pemanfaatannya untuk
kesehatan kulit (Agustina et al.,2018).

Selain itu beberapa produk kosmetik yang dibuat dalam bentuk


bioteknologi yaitu Hyabell Fillers yang berasal dari asam hialuronat, dimana
asam hialuronat diperoleh dari hasil fermentasi mikroba. Hyabell Fillers (asam
hialuronat) digunakan sebagai suntikan yang paling banyak digunakan untuk
menambah volume wajah tanpa operasi. Produk ini sangat populer karena
kemudahan pemberiannya, efektivitas yang dapat diprediksi, profil keamanan
yang baik, dan pemulihan pasien yang cepat (Smith & Cockerham, 2011).

Naiknya popularitas produk kecantikan dengan bahan yang melibatkan


proses fermentasi memang suatu hal yang sudah diramalkan dari tahun lalu dalam
tren kecantikan Asia. Mulai dari Pitera yang digunakan SKII, bioferments
formula yang menjadi andalan La Mer, hingga fermented ginseng yang
dieksplorasi oleh Sulwhasoo sudah sering disebut-sebut sebagai star ingredients
yang berjasa di balik kecantikan kulit Asia. Meskipun tren ini belum merambah
dunia kecantikan di Amerika, namun bukan rahasia lagi jika Korea, Jepang dan
Cina didaulat sebagai pelopor di industri kecantikan selama 10 tahun terakhir
setelah berhasil memproduksi beberapa produk kecantikan yang menjadi
gamechanger seperti BB/CC/DD Cream hingga masker dan oil cleanser
(Miyamoto et al., 2021).
BAB III

METODE PELAKSANAAN PKM

3.1 Metode

Metode yang akan digunakan yaitu webinar dengan penyampaian materi


secara online yang disajikan dalam bentuk power point sehingga menarik
perhatian dan dapat memudahkan peserta kegiatan dalam memahami materi
dengan menyimak dari power point yang telah disajikan, kemudian diakhir
webinar di berikan post test sebagai bentuk evaluasi tingkat pemahaman peserta
setelah mendengarkan penyampaian materi. Nilai post test harus mencapai 80
untuk mendapatkan SKP IAI sejumlah 2 SKP.

3.2 Pelaksanaan

Pelaksanaan pengabdian masyarakat ini dilakukan dalam beberapa tahap


yaitu:

a. Penyusunan proposal pengabdian kepada masyarakat dengan bantuan


dosen pembimbing
b. Perencanaan teknis kegiatan
c. Pelaksanaan kegiatan dengan menyampaikan materi yang telah
disiapkan.
d. Penyusunan laporan kegiatan.

7
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran Biaya


Tabel 1. Rencana Anggaran Biaya
Pengeluaran Jumlah Anggaran
Pembicara / 2 orang
SKP IAI
Zoom meeting
E-Sertifikat
Total Pengeluaran

4.2 Jadwal Kegiatan


Kegiatan dilaksanakan pada Sabtu, 18 Juni 2022 dan dilaksanakan secara
daring menggunakan aplikasi Zoom.
Tabel 2. Jadwal Kegiatan
07.00-08.00 Registrasi/Pendaftaran Peserta
08.00-08.30 Pembukaan
08.30-09.00 1. Doa
2. Menyanyikan Lagu Indonesia Raya
3. Sambutan Dosen Pembimbing ( Dr. apt. Samuel
Budi Harsono, M.Si )
09.00-10.00 1. Pemaparan materi dan tanya jawab oleh Dr.
Ana Indrayati, M.Si
10.00-11.00 2. Pemaparan materi dan tanya jawab oleh apt.
Silfie Daniyah, S.Farm
11.00-11.10 Pesan Penutup dari Ketua Panitia PKM
11.10-11.15 Foto bersama
11.15. Penutup

8
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, L., Shoviantari, F., & Yuliati, N. (2020). Penyuluhan Kosmetik Yang
Aman Dan Notifikasi Kosmetik. Jces, 3(1), 55–61.
Agustina, Siti., Nur, Aidha Novi., & Oktarina, Eva. 2018. Ekstraksi Antioksidan
Spirulina Sp. dengan Menggunakan Metode Ultrasonikasi dan Aplikasinya
untuk Krim Kosmetik. Jurnal Kimia dan Kemasan, 40(2), 105 - 116.
BPOM. (2015). PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN
MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG
PERSYARATAN TEKNIS BAHAN KOSMETIKA.
BPOM. (2021). Lampiran Public Warning “Kosmetika Mengandung Bahan
Dilarang/Berbahaya.”
Cho, S., Oh, S., Kim, N. I., Ro, Y. S., Kim, J. S., Park, Y. M., Park, C. W., Lee,
W. J., Kim, D. K., Lee, D. W., & Lee, S. J. (2017). Knowledge and behavior
regarding cosmetics in Koreans visiting dermatology clinics. Annals of
Dermatology, 29(2), 180–186. https://doi.org/10.5021/ad.2017.29.2.180
Dzulfikri Nurhan, A., P, T. M., W, N. R., A, E. Z., Putri, G. A., Firdaus, M. H., &
A, A. L. (2017). Pengetahuan Ibu-Ibu Mengenai Kosmetik Yang Aman.
Jurnal Farmasi Komunitas, 4(1), 15–19.
https://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jfk89256c8c882full.pdf
Fahruddin. (2010). Bioteknologi Lingkungan. Alfabeta.
FDA. (2012). Is It a Cosmetic, a Drug, or Both? (Or Is It Soap?). New Hampshire
Avenue.
Gomes, C., Silva, A. C., Marques, A. C., Lobo, J. S., & Amaral, M. H. (2020).
Biotechnology applied to cosmetics and aesthetic medicines. Cosmetics,
7(2), 1–14. https://doi.org/10.3390/COSMETICS7020033
KV Sajna, Lalitha Devi Gottumukkala, Rajeev K. Sukumaran, A. P. (2015).
White Biotechnology in Cosmetics. In Industrial Biorefineries and White
Biotechnology (1st ed., pp. 607–652).
McPhee, D., Pin, A., Kizer, L., & Perelman, L. (2014). Squalane from Sugarcane.
Cosmetics & Toiletries Magazine, 129(6), 1–6.
Miyamoto, Kukizo., Dissanayake, Bandara., Omotezako, Tatsuya., Takemura,
Masaki., Tsuji,Gaku., dan Furue, Masutaka. 2021. Daily Fluctuation of
Facial Pore Area, Roughness and Redness among Young Japanese Women;
Beneficial Effects of Galactomyces Ferment Filtrate Containing
Antioxidative Skin Care Formula. Journal of Clinical Medicine,10(2502):1-
12.
Pangaribuan, L. (2017). Efek Samping Kosmetik Dan Penangananya Bagi Kaum
Perempuan. Jurnal Keluarga Sehat Sejahtera, 15(2), 20–28.
https://doi.org/10.24114/jkss.v15i2.8771
PERMENKES, R. (2010). PMK No. 1175 tentang Izin Produksi Kosmetika.
Rosadi. (2021). Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Penggunaan

9
10

Kosmetik Krim Pemutih (Racikan). Tadulako Master Law Journal, 5(3).


Smith, Lynnelle & Cockerham, Kimberly. 2011. Hyaluronic acid dermal fillers:
can adjunctive lidocaine improve patient satisfaction without decreasing
efficacy or duration?. Patient Preference and Adherence (Dovepress), 5 133–
139
Susanti. (2019). Perlindungan Hukum Terhadap Produk Bioteknologi di Bidang
Kesehatan. 12, 541–555.
Tranggono, retno. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik.
Gramedia Pustaka Utama.
Vandenberghe, L. P. S., Karp, S. G., de Oliveira, P. Z., de Carvalho, J. C.,
Rodrigues, C., & Soccol, C. R. (2018). Solid-State Fermentation for the
Production of Organic Acids. Current Developments in Biotechnology and
Bioengineering, 415–434. https://doi.org/10.1016/b978-0-444-63990-
5.00018-9
LAMPIRAN-LAMPIRAN

11

You might also like