Professional Documents
Culture Documents
(Kelompok7) MAKALAH ILMU FIQIH TTG Sholat Dan Macam2nya
(Kelompok7) MAKALAH ILMU FIQIH TTG Sholat Dan Macam2nya
Dosen Pengampu :
Dr.H. Mohamad Jaenudin, M.Ag, M.Pd
Disusun Oleh :
Mutiara Hayati Dinda (1197010049)
Neng Hani Rahmawati (1197010051)
Ristati Novitadini (1197010063)
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................1
1.3 Tujuan.....................................................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................................2
2.1 Pengertian Sholat....................................................................................................................2
2.2 Hukum Shalat.........................................................................................................................2
2.3 Hukum meninggalkan sholat.................................................................................................3
2.4 Waktu-waktu Sholat...............................................................................................................4
2.5 Syarat-syarat Shalat...............................................................................................................7
2.6 Rukun-Rukun Shalat..............................................................................................................8
BAB III...............................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian tetntang Sholat
2. Mengetahui dasar hokum Shalat
3. Mengetahui waktu-waktu melaksanakan Sholat
4. Mengetahui urgensi Shalat dalam kehidupan manusia
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Artinya: “Kerjakanlah sholat sesungguhnya sholat itu bisa mencegah perbuatan keji dan
munkar.”
.
2. QS. Al-Baqarah ayat 43
ْ صلَىةَ َوآت ُْو ال َّز َكوةَ َو
َار َك ُع ْوا َم َع ال َّرا ِك ِعيْن َّ َواَقِ ْي ُم ْو ال
Artinya: “Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan rukulah beserta orang-orang yang
ruku’.”
3. QS. Al-Baqarah ayat 110;
هللا بِ َما ِ ُصلَ ْوةَ َوآت ُْوال َّزكَوةَ َو َماتُقَ ِّد ُم ْوا الَ ْنف
َ َّس ُك ْم ِّمنْ َخ ْي ٍر تَ ِجد ُْوهُ ِع ْندُالل ِهط اِن َّ َواَقِ ْي ُم ْو ال
ص ْي ٌر ِ َتَ ْع َملُ ْونَ ب
Artinya : "Dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat dan apa-apa yang kamu usahakan dari
kebaikan bagi dirimu, tentu kamu akan dapat pahalanya pada sisi Allah sesungguhnya Allah
Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan."
Dalam peristiwa Isra’ Mi’raj Rasulullah SAW, bukan saja diperlihatkan tentang balasan
orang yang beramal baik, tetapi juga diperlihatkan balasan orang yang berbuat mungkar,
diantaranya siksaan bagi yang meninggalkan Sholat fardhu.
Orang yang meninggalkan Sholat akan dimasukkan ke dalam Neraka Saqor. Maksud Firman
Allah Ta’ala: “..Setelah melihat orang-orang yang bersalah itu, mereka berkata: “Apakah yang
3
menyebabkan kamu masuk ke dalam Neraka Saqor ?”. Orang-orang yang bersalah itu
menjawab: “kami termasuk dalam kumpulan orang-orang yang tidak mengerjakan Sholat”
Saad bin Abi Waqas bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai orang yang melalaikan
Sholat, maka jawab Baginda SAW, “yaitu mengakhirkan waktu Sholat dari waktu asalnya hingga
sampai waktu Sholat lain. Mereka telah menyia-nyiakan dan melewatkan waktu Sholat, maka
mereka diancam dengan Neraka Wail”.
Ibn Abbas dan Said bin Al-Musaiyib turut menafsirkan hadist di atas “yaitu orang yang
melengah-lengahkan Sholat mereka sehingga sampai kepada waktu Sholat lain, maka bagi
pelakunya jika mereka tidak bertaubat Allah menjanjikan mereka Neraka Jahannam tempat
kembalinya”.
Maksud Hadist: “Siapa meninggalkan sholat dengan sengaja, maka sesungguhnya dia telah
kafir dengan nyata”.
Berdasarkan hadist ini, Sebagaian besar ulama (termasuk Imam Syafi’i) berfatwa: Tidak wajib
memandikan, mengkafankan dan mensholatkan jenazah seseorang yang meninggal dunia dan
mengaku Islam, tetapi tidak pernah mengerjakan sholat. Bahkan, ada yang mengatakan haram
mensholatkanya.
4
Secara bahasa Zhuhur berarti waktu Zawal yaitu waktu tergelincirnya matahari (waktu
matahari bergeser dari tengah-tengah langit) menuju arah tenggelamnya (barat).
Sholat zhuhur adalah sholat yang dikerjakan ketika waktu zhuhur telah masuk. Sholat zhuhur
disebut juga sholat Al Uulaa ( )اُأل ْولَىkarena sholat yang pertama kali dikerjakan
Nabishollallahu ‘alaihi was sallam bersama Jibril ‘Alaihis salam. Disebut juga sholat Al
Hijriyah (ُ)ال ِح ْج ِريَة
Awal waktu zhuhur adalah ketika matahari telah bergeser dari tengah langit menuju arah
tenggelamnya (barat). Hal ini merupakan kesepakatan seluruh kaum muslimin, dalilnya
adalah hadits Nabi Shollallahu ‘alaihi was sallam dari sahabat ‘Abdullah bin
‘Amr rodhiyallahu ‘anhu,
ص ُر ُ س َو َكانَ ِظ ُّل ال َّر ُج ِل َكطُولِ ِه َما لَ ْم يَ ْح
ْ ض ِر ا ْل َع ُ ش ْم ِ َظ ْه ِر ِإ َذا زَ ال
َّ ت ال ُّ ……و ْقتُ ال..
َ
“Waktu Sholat Zhuhur adalah ketika telah tergelincir matahari (menuju arah tenggelamnya)
hingga bayangan seseorang sebagaimana tingginya selama belum masuk waktu
‘Ashar……….”.
Para ulama berselisih pendapat mengenai akhir waktu zhuhur namun pendapat yang lebih
tepat dan ini adalah pendapat jumhur/mayoritas ulama adalah hingga panjang bayang-bayang
seseorang semisal dengan tingginya (masuknya waktu ‘ashar). Dalil pendapat ini adalah
hadits Nabi Shollallahu ‘alaihi was sallam dari sahabat ‘Abdullah bin ‘Amr rodhiyallahu
‘anhu di atas....
2. Ashar
Ashar secara bahasa diartikan sebagai waktu sore hingga matahari memerah yaitu akhir
dari dalam sehari. Sholat ‘ashar adalah sholat ketika telah masuk waktu ‘ashar, sholat ‘ashar
ini juga disebut sholat woshtho (سطَى
ْ )ال ُو.
Jika panjang bayangan sesuatu telah semisal dengan tingginya (menurut pendapat jumhur
ulama). Dalilnya adalah hadits Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam,
ُت ْال َعصْ ِر َما لَ ْم تَصْ فَ َّر ال َّش ْمس
ُ ُر ْال َعصْ ُر َو َو ْق
ِ ت ال َّش ْمسُ َو َكانَ ِظلُّ ال َّرج ُِل َكطُولِ ِه َما لَ ْم يَحْ ض ُّ ت
ِ َالظه ِْر ِإ َذا زَ ال ُ ……و ْق.
َ
“Waktu Sholat Zhuhur adalah ketika telah tergelincir matahari (menuju arah
tenggelamnya) hingga bayangan seseorang sebagaimana tingginya selama belum masuk
waktu ‘ashar dan waktu ‘ashar masih tetap ada selama matahari belum
menguning………”.:.
3. Waktu Maghrib
Secara bahasa maghrib berarti waktu dan arah tempat tenggelamnya matahari. Sholat
maghrib adalah sholat yang dilaksanakan pada waktu tenggelamnya matahari. Awal Waktu
Sholat Maghrib, Kaum Muslimin sepakat awal waktu sholat maghrib adalah ketika matahari
5
telah tenggelam hingga matahari benar-benar tenggelam sempurna. Akhir Waktu Sholat
Maghrib
Para ulama berselisih pendapat mengenai akhir waktu maghrib. Pendapat pertama
mengatakan bahwa waktu maghrib hanya merupakan satu waktu saja yaitu sekadar waktu
yang diperlukan orang yang akan sholat untuk bersuci, menutup aurot, melakukan adzan,
iqomah dan melaksanakan sholat maghrib. Pendapat ini adalah pendapat Malikiyah, Al
Auza’i dan Imam Syafi’i. Dalil pendapat ini adalah hadits yang diriwayatkan dari Jabir ketika
Jibril mengajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam sholat,
َ صلَّى ْال َم ْغ ِر
ب ِ ت ال َّش ْمسُ َو ْقتًا َو
َ َاحدًا لَ ْم يَ ُزلْ َع ْنهُ فَقَا َل قُ ْم ف
َ َص ِّل ف ِ …ثُ َّم َجا َءهُ لِ ْل َم ْغ ِر..
ْ َب ِحينَ غَاب
“Kemudian Jibril mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi was sallam ketika matahari telah
tenggelam (sama dengan waktu ketika Jibril mengajarkan sholat kepada Nabi pada hari
sebelumnya) kemudian dia mengatakan, “Wahai Muhammad berdirilah laksanakanlah sholat
maghrib………..”.
Pendapat kedua mengatakan bahwa akhir waktu maghrib adalah ketika telah hilang sinar
merah ketika matahari tenggelam. Pendapat ini adalah pendapatnya Sufyan Ats Tsauri, Imam
Ahmad, Ishaq, Abu Tsaur, Mahzab Hanafi serta sebahagian mazhab Syafi’i dan inilah
pendapat yang dinilai tepat oleh An Nawawi rohimahumullah. Dalilnya adalah hadits
‘Abdullah bin ‘Amr rodhiyallahu ‘anhu,
….ُب ال َّشفَق ِ صالَ ِة ْال َم ْغ ِر
ِ ب َما لَ ْم يَ ِغ ُ …و ْق..
َ ت َ
“Waktu sholat maghrib adalah selama belum hilang sinar merah ketika matahari tenggelam”.
Pendapat inilah yang lebih tepat Allahu a’lam.’]
4. Waktu Isya
Hasad (‘Isya’ adalah sebuah nama untuk saat awal langit mulai gelap (setelah maghrib)
hingga sepertiga malam yang awal. Sholat ‘isya’ disebut demikian karena dikerjakan pada
waktu tersebut. Awal Waktu Sholat ‘Isya’ Para ulama sepakat bahwa awal waktu sholat ‘isya’
adalah jika telah hilang sinar merah di langit. Akhir Waktu Sholat ‘Isya’ Para ulama’
berselisih pendapat mengenai akhir waktu sholat ‘isya’.
Pendapat pertama mengatakan bahwa akhir waktu sholat ‘isya’ adalah sepertiga malam.
Ini adalah pendapatnya Imam Syafi’i dalam al Qoul Jadid, Abu Hanifah dan pendapat yang
masyhur dalam mazhab Maliki. Dalilnya adalah hadits ketika Jibril mengimami sholat
Nabishallallahu ‘alaihi was sallam,
….ث اللَّي ِْل اَأْل َّو ُل َ …ثُ َّم َجا َءهُ لِ ْل ِعشَا ِ“ء ِحينَ َذه..
ُ َُب ثُل
“……Kemudian Jibril mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi was sallam untuk
melaksanakan sholat ‘ isya’ ketika sepertiga malam yang pertama………..”.
Pendapat kedua mengatakan bahwa akhir waktu sholat ‘isya’ adalah setengah malam.
Inilah pendapatnya Sufyan Ats Tsauri, Ibnul Mubarok, Ishaq, Abu Tsaur, Mazhab Hanafi dan
6
Ibnu Hazm rohimahumullah. Dalil pendapat ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh
‘Abdullah bin ‘Amr rodhiyallahu ‘anhu,
…ف اللَّي ِْل اَألوْ َس ِط
ِ ْصالَ ِة ْال ِعشَا ِ“ء ِإلَى نِص ُ …و ْق.
َ ت َ
“Waktu sholat ‘isya’ adalah hingga setengah malam”.
Pendapat ketiga mengatakan bahwa akhir waktu sholat ‘isya’ adalah ketika terbit fajar
shodiq. Inilah pendapatnya ‘Atho’, ‘Ikrimah, Dawud Adz Dzohiri, salah satu riwayat dari
Ibnu Abbas, Abu Huroiroh dan Ibnul Mundzir Rohimahumullah. Dalilnya adalah hadits yang
diriwayatkan dari Abu Qotadah rodhiyallahu ‘anhu,
…صالَ ِة اُأل ْخ َرى ُ صالَةَ َحتَّى يَ ِجى َء َو ْق
َّ ت ال َ …ِإنَّ َما التَّ ْف ِريطُ َعلَى َم ْن لَ ْم ي.
َّ ُصلِّ ال
“Hanyalah orang-orang yang terlalu menganggap remeh agama adalah orang yang tidak
mengerjakan sholat hingga tiba waktu sholat lain”.
Pendapat yang tepat menurut Syaukani dalam masalah ini adalah akhir waktu sholat
‘isya’ yang terbaik adalah hingga setengah malam berdasarkan hadits ‘Abdullah bin ‘Amr
sedangkan batas waktu bolehnya mengerjakan sholat ‘isya’ adalah hingga terbit fajar
berdasarkan hadits Abu Qotadah. Sedangkan pendapat yang dinilai lebih kuat menurut
Penulis Shahih Fiqh Sunnah adalah setengah malam jika hadits Anas adalah hadits yang
tidak shohih
5. Waktu Shubuh
Secara Fajar secara bahasa berarti cahaya putih. Sholat fajar disebut juga sebagai sholat
shubuh dan sholat ghodah. Fajar ada dua jenis yaitu fajar pertama (fajar kadzib) yang
merupakan pancaran sinar putih yang mencuat ka atas kemudian hilang dan setelah itu langit
kembali gelap. Fajar kedua adalah fajar shodiq yang merupakan cahaya putih yang
memanjang di arah ufuk, cahaya ini akan terus menerus menjadi lebih terang hingga terbit
matahari.
Awal Waktu Sholat Shubuh/Fajar, Para ulama sepakat bahwa awal waktu sholat fajar
dimulai sejak terbitnya fajar kedua/fajar shodiq. Akhir Waktu Sholat Shubuh/Fajar Para
ulama juga sepakat bahwa akhir waktu sholat fajar dimulai sejak terbitnya mataha ri.
7
a. Beragama Islam
b. Baligh. Maksudnya, sudah cukup umur untuk melakukan segala sesuatu yang sifatnya
wajib. Batas baligh bagi seorang anak laki-laki adalah ketika anak tersebut mengalami
mimpi basah atau ketika anak tersebut berusia kurang lebih 15 tahun. Sedangkan bagi
anak perempuan batas balighnya adalah ketika keluarnya darah haid atau sekitar umur
9 tahun.
c. Berakal sehat. Tidak dalam keadaan gila, atau kehilangan akal. Orang yang gila atau
mabuk, yang menyebabkan hilangnya akal, tidak diwajibkan untuk shalat. Seperti yang
dijelaskan dalam al-Qur’an surat an-Nisaa’ (4) ayat 43, berikut ini:
a. Suci dari hadats, baik hadats kecil maupun hadats besar. Hadats kecil ini adalah segala
sesuatu yang membatalkan wudhu, seperti kentut, buang air kecil dan besar . Adapun
hadats besar adalah ketika mimpi basah atau junub (untuk laki-laki dan perempuan)
dan haid, nifas, dan setelah melahirkan (khusus perempuan), dan untuk mensucikan-
nya adalah dengan mandi besar atau mandi junub.
b. Suci seluruh anggota badan, pakaian dan tempat dari najis. Seperti yang dijelaskan
dalam QS. al-Muddatssir (74): 4
ك َف َطه ِّۡر
َ َو ِث َيا َب
“Dan pakaianmu bersihkanlah”
c. Menutup aurat. Bagi laki-laki, aurat wajibnya adalah antara pusar dan dua lutut kaki.
Sedangkan bagi perempuan aurat adalah seluruh anggota badan (tubuh), kecuali wajah
dan dua belah telapak tangan.
d. Masuk waktu shalat ( yang telah ditentukan pada waktu shalat di wilayah masing-
masing negara)
e. Menghadap ke arah kiblat .
8
Shalat yang diwajibkan bagi setiap umat muslim yang sudah memenuhi adalah lima
kali dalam sehari semalam. Mula – mula turunnya perintah wajib shalat itu adalah pada
malam Isra, setahun sebelum tahun hijriah.
a. Shalat Dzuhur
Awal waktunya adalah setelah tergelincir matahari dari pertegahan langit
dan akhir waktunya apabila bayang – bayang sesuatu telah sama dengan
panjangnya selain dari bayangan ketika matahari menonggak (tepat diatas ubun –
ubun).
b. Shalat Ashar
Waktunya dimulai dari habisnya dzuhur (bayangan sesuatu lebih dari
panjangnya selain matahari sedang menonggak) sampai terbenam matahari.
c. Shalat Magrib
Waktunya dari terbenam matahari sampai terbenam syafaq (mega) merah.
d. Shalat Isya
Waktunya mulai dari terbenamnya syafaq merah sampai terbit fajar kedua.
e. Shalat Shubuh
يوم قا ل رسو ل هللا صلى هللا عليه و سلم أ لفطر: عن عا ئشة رضي ا هلل عنها قا لت
)يفطر ا لنا س و االضحى يوم يضحى ا لناس ( روه ا لتر مذي
Artinya: Dari Aisyah r.a. dia berkata: Rasulullah Saw. Bersabda : Fithri itu ialah hari orang-
orang berbuka puasa dan Adha itu ialah hari orang-orang berqurban. (H.R.At Turmudziy)
Dalam Hadits tersebut terkandung dalil bahwa yang perlu di perhatikan dalam
penetapan hari raya itu ialah kesepakatan orang banyak dan orang yang hanya sendirian
mengetahui Hari raya dengan melihat Bulan, harus atasnya di cocokkan dengan oranglain
dan dia harus mengikuti keputusan orang banyak dalam penentuan shalat Hari raya, berbuka
dan berkurban. (Terjemahan Subulus salam. 1991: 259)
3. Shalat Istisqa
Shalat istisqa (Materi Pendidikan Agama Islam. 2001: 49) dilakukan dalam rangka
memohon turunnya hujan. Ulama sepakat, bila kebutuhan akan air menjadi sulit karena lama
9
tidak turun hujan, disunahkan melakukan istisqa, pergi keluar kota, berdo’a, memohon agar
Allah menurunkan hujan. Mayoritas mereka memasukan shalat sebagai istisqa dari upacara
istisqa itu, namun Abu Hanifah tidak memandang demikian.
Orang yang masuk masjid disunatkan melakukan salat dua raka’at, sebelum duduk,
sebagai penghormatan (tahiyat) masjid, sesuai hadits Nabi:” jika seseorang diantara kamu
datang ke masjid, maka hendaklah ia melakukan shalat dua raka’at.’’ Tatapi, jika ia masuk
ketika shalat jama’ah akan dimulai, ia tidak di tuntut lagi melakukannya. Lagipula,
penghormatan terhadap masjid itu telah tercapai dengan melekukan shalat wajib tersebut
Jika seseorang masuk ke masjid pada hari jum’at ketika Imam sedang menyampaikan
khotbah, hendaklah ia melakukan shalat tahiyatul masjid dengan ringkas. Dalam suatu
riwayat dikatakan:” apabila seseorang diantara kamu datang ketika Imam sedang berkhotbah,
maka hendaklah ia shalat dua raka’at dan hendaklah ia melakukannya dengan ringkas,”
5. Shalat Dhuha
Shalat Dhuha ialah shalat sunnat dua rakaat atau lebih. Sebanyak-banyaknya dua
belas rakaat. Shalat ini dikerjakan ketika waktu dhuha, yaitu waktu matahari naik setinggi
tombak yaitu kira-kira pukul 8 atau pukul 9 sampai tergelincir matahari.
6. Shalat Tahajud
Shalat sunnah tahajud utama dilakukan pada waktu malam setelah tidur terlebih
dahulu. Keutamaan ini terkait dengan beratnya melakukan shalat setelah tidur dan juga
terkait dengan pelaksanaannya pada saat manusia sedang tidur dan lalai mengingat Allah.
Waktu yang terbaik baginya pada akhir malam sesuai dengan ayat 17-18 dari Surat Al-
dzariyyat.” Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan di akhir malam-malam mereka
memohon (kepada Allah).”
Bila malam dibagi tiga, maka sepertiga bagian setelah tengah malam merupakan
waktu terbaik. Sebagaimana diriwayatlkan Umar bahwa shalat yang paling disukai Allah
adalah shalat Nabi Daud. Ia tidur sepuluh malam, kemudin bangkit berdiri (shalat)
sepertiganya, dan tidur lagi seperenamnya.
7. Shalat Jum’at
Shalat Jum’at (Fiqih Islam. 2001: 123) ialah shalat dua raka’at sesudah khatbah pada
waktu dzuhur pada hari jum’at. Hukum shalat jum’at itu adlah fardhu a’in, artinya wajib atas
setiap laki-laki dewasa yang beragama Islam, merdeka, dan tetap di dalam Negeri.
Perempuan, kanak-kanak, hamba sahaya, dan orang yang sedang dalam perjalanan tidak
wajib shalat jum’at
10
“ Hai orang-orang yang beriman, apabila di seru untuk menunaikan shalat pada hari
jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual
beli.” (Al-jumu’h : 9)
8. Shalat Rawatib
Shalat Rawatib ialah shalat sunnah yang dikerjakan sebelum dan sesudah shalat
fardhu. Seluruh shalat sunnah rawatib ini ada 22 raka’at, yaitu:
a. 2 raka’at sebelum shalat shubuh (sebelum shalat shubuh tidak ada sunnah ba’diyah)
b. 2 raka’at sebelum shalat zhuhur, 2 atau 4 ra’kaat sesudah shalat dzuhur)
c. 2 raka’at atau 4 raka’at sebelum shalat ashar (sesudah shalat ashar tidak ada sunnah
ba’diyah)
d. 2 raka’at sesudah shalat maghrib
e. 2 raka’at sebelum shalat isya
f. 2 raka’at sesudah shalat isya
Jika rukun salat tidak dipenuhi karena lupa atau tidak tahu, maka wajib melakukan rukun
yang tertinggal, sujud sahwi atau, mengulang salat kembali. Sujud sahwi merupakan sujud pada
akhir salat yang dilakukan saat meninggalkan salah satu rukun shalat karena lupa.
11
Pada setiap rakaat salat, surat Al-Fatihah wajib dibaca pada setiap rakaatnya. Surat
atau ayat pendek sunah dibaca setelah membaca Al-Fatihah.
5. Rukuk dan tuma'ninah
Setelah itu, rukuk wajib dilakukan dengan tuma'ninah atau tidak tergesa-gesa. Rukuk
adalah gerakan membungkukkan badan dengan kedua tangan berada di lutut.
6. Iktidal dan tuma'ninah
Setelah rukuk, tegakkan badan untuk beriktidal dengan tuma'ninah, sebelum
melakukan sujud.
7. Sujud dengan tuma'ninah
Setelah iktidal, lakukan sujud dengan tuma'ninah. Terdapat dua kali sujud yang
dihubungkan dengan duduk di antara dua sujud.
8. Duduk di antara dua sujud
Pada setiap rakaat setelah sujud pertama, harus melakukan duduk di antara dua sujud
sebelum sujud yang kedua. Duduk di antara dua sujud juga dilakukan dengan
tuma'ninah.
9. Duduk tasyahud akhir
Di rakaat terakhir salat, setiap orang harus melakukan duduk tasyahud akhir sebelum
salam.
10. Membaca tasyahud akhir
Saat gerakan duduk tasyahud akhir, maka wajib membaca bacaan tasyahud akhir.
11. Membaca salawat nabi
Saat tasyahud akhir wajib membaca salawat yang dikirimkan kepada Nabi Muhammad
dan Nabi Ibrahim serta keluarganya.
12. Salam
Setelah itu, baca salam dengan menggerakkan kepala ke kanan dan ke kiri.
13. Tertib
Tertib adalah rukun ke-13 atau yang terakhir. Tertib berarti berarti melakukan salat
atau semua rukun salat dengan beraturan.
Penuhi 13 rukun salat ini agar salat bernilai ibadah di sisi Allah SWT.
Manusia adalah mahluk sosial yang membuthkan orang lain. Hubungan antar sesama manusia
harus ditingkatkan ke lebih baik dari aspek spiritualitas sebagai kendalinya, karena tanpa aspek
spiritualitas kemanusian manusia akan semakin lemah dan menurun. Bahkan rasa cinta, kasih
sayang dan keadilan menjadi tidak ada. Syariatnya shalat mengandung titik konsentrasi kehidupan
yang baik, dimana kita dapat melihat di dalamnya semangat penegakan keadilan , pembinaan
ahlak dan ketenangan batin. Dengan shalat manusia dapat berkomunikasi dengan penciptanya dan
pengatur urusannya. Sebagai orang yang memohon pertolongan Allah tentu saja harus mengharap
dan takut kepada Dzat yang dimintai, tidak berkeluh kesah dan tidak panit ketika mendapat
cobaan.
12
Seorang dikatakan Ridho jika pasrah dan tenang setelah menjalankan sarana sarana yang di
syariatkan.Shalat efektif untuk membina manusia dan menempa nalurinya. Shalat menjadi fondasi
hubungan antar manusia yang dibangun atas dasar dasar yang baik dan jauh dari keburukan
sehingga manusia dapat menikmati kehidupan berbahagia yang bertumpu pada semangat
humanism dan keadilan.
Tujuan membaca dzikir dan ayat al-quran dalam shalat adalah untuk memuji dan
merendahkan diri kepada Allah. Berdiri adalah ungkapan kesadaran, adapun ruku dan sujud
adalah pengagungan dan ini tidak akan tercapai dengan sikap lalai. Bagaimana shalat adalah
sebagai tiang agama jika dilakukan tanpa kesadaran hati? Bagaimana dapat menjadi pembeda
antara orang muslim dan kafir? Sesungguhnya keagungan shalat tidak hanya terletak pada aspek
perbuatan yang Nampak melainkan juga harus menghadirkan hati agar munajat kepada Allah
tercapai.
a. Firman Allah :
“Ya Tuhanku jadikanlah aku dan anak cucuku sebagai orang yang tetap mendirikan
shalat. Ya tuhan kami, perkenankanlah doa ku.” (Q.S Ibrahim : 40)
“dan ia menyuruh keluarganya untuk bersembahyang dan menunaikan zakat, dan ia
adalah orang yang diridhoi di sisi tuhannya.” (Q.S. Maryam : 55)
“dan aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan
(kepadamu). Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada tuhan selain aku, maka
sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku.” (Q.S. Thaha :13-14)
“Sesungguhnya ikrar pembeda antara kamu dan mereka adalah mendirikan shalat. Maka
barangsiapa meninggalkannya, makai a benar benar telah kafir.” (Sabda Nabi, Riwayat
Buraidah)
13
BAB III
KESIMPULAN
Shalat merupakan kewajiban setiap muslim,karena hal ini di syariatkan oleh Allah SWT.
Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai prakteknya, hal ini tidak menjadi masalah karena di
dalam al-qur'an sendiri tidak ada ayat yang menjelaskan secara terperinci mengenai praktek shalat.
Tugas dari seorang muslim hanyalah melaksnakan shalat dari mulai baligh sampai napas terakhir,
semua perbedaan mengenai praktek shalat semua pendapat bisa dikatan benar karena masing-masing
memilki dasar dan pendafaatnya masing-masing dan tentunnya berdasarkan ijtihad yang panjang.
Setiap perintah Allah yang di berikan kepada kaum muslimin tentunya memiliki paidah untuk
kaum muslimin sendiri, seperti halnya umat islam di perintahkan untuk melaksanakan shalat, salah
satu paidahnya yakni supaya umat islam selalu mengingat tuhannya dan bisa meminta karunianya dan
manfaat yang lainnya yakni bisa mendapkan ampunan dari Allah SWT.
Demikian paparan yang dapat kami persembahkan menganai “sholat” dengan waktu yang
cukup singkat ini, semoga bermanfaat bagi kita semua baik di dunia maupun akherat kelak, kami
memohon maaf apbila dalam pemaparan yang kami sampaikan ini terdapat banyak kesalahan dalam
makalah ini, kami juga mengharapkan kritik dan sarann yang sifatnya membangun untuk makalah-
makalah kami selanjutnya.
14
15
DAFTAR PUSTAKA
http://www.seputarpengetahuan.com/2015/05/pengertian-sholat-syarat-dan-rukun-sholat-
lengkap.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Salat
http://www.salamedukasi.com/2013/10/sholat-dalam-al-quran-dalildasar-hukum.html
https://portal-ilmu.com/syarat-sah-dan-wajib-shalat/
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20200910160607-284-545015/13-rukun-salat
yang-wajib-dipenuhi-saat-salat
16