You are on page 1of 29

REFERAT

HERNIA INGUINALIS

Disusun Oleh:

Pembimbing:

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS


BEDAH UMUM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
MALANG
2022
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................................................ i
DAFTAR ISI................................................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................. 3
1.3 Tujuan........................................................................................................................ 3
1.4 Manfaat..................................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................. 5
2.1 Definisi...................................................................................................................... 5
2.2 Epidemiologi........................................................................................................... 5
2.3 Klasifikasi................................................................................................................. 6
2.4 Struktur Anatomi Regio Inguinalis................................................................10
2.5 Patofisiologi Hernia Inguinalis........................................................................ 13
2.6 Gejala dan Pemeriksaan Fisik Hernia Inguinalis.......................................16
2.7 Pemeriksaan Penunjang Hernia Inguinalis..................................................18
2.8 Tatalaksana Hernia Inguinalis, Klasifikasi Mesh dan Jenis-Jenis Mesh
19
2.9 Penanganan Pada Hernia Residif....................................................................22
2.10 Komplikasi............................................................................................................ 22
BAB III RINGKASAN........................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. i
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Klasifikasi Hernia Menurut Sifat...........................................................9


Gambar 2 Lokasi dan orientasi kanalis inguinalis dengan dasar pelvis...............10
Gambar 3 Variasi derajat penutupan prosesus vaginalis. (A) Prosesus Vaginalis
tertutup. (B) Prosesus Vaginalis paten minimal. (C) Prosesus Vaginalis paten
sebagian. (D) Hernia skrotum................................................................................14
Gambar 4 Pemeriksaan kanalis inguinalis............................................................17
Gambar 5 CT Scan mengidentifikasi hernia inguinalis kanan (panah) serta
sekaligus memvisualisasikan hernia inguinalis kiri...............................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hernia merupakan salah satu penyakit tertua dibidang medis.

Penyakit ini tercatat ada sejak tahun 1500 sebelum Masehi. Hernia berasal

dari kata latin yang berarti “rupture”, dapat didefinisikan sebagai

penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah (defek)

yang diliputi oleh dinding. Hernia dapat terjadi pada berbagai bagian dari

tubuh, namun sekitar 75% melibatkan dinding abdomen umumnya daerah

inguinal.

Hernia inguinalis berdasarkan penyebabnya dapat diklasifikasikan

sebagai penyakit bawaan/kongenital ataupun didapat. Pada pasien dewasa

penyebab hernia ingunalis kebanyakan merupakan proses yang didapat,

sedangkan pada anak-anak penyebab hernia inguinalis kebanyakan

merupakan kelainan bawaan. Resiko terkena hernia inguinalis pada laki-laki

umumnya sekitar umur 40 tahun adalah 27%, sedangkan resiko perempuan

terkena hernia inguinalis adalah 3%. Faktor resiko penyakit ini dibedakan

menjadi faktor yang berasal dari pasien itu sendiri seperti usia tua serta jenis

kelamin laki-laki, dan faktor eksternal seperti penyakit atau kegiatan

berulang yang menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen.

Hernia juga kerap dibedakan menjadi hernia inguinalis lateralis dan

medialis berdasarkan letak anatomisnya, namun hernia inguinalis lateralis

merupakan kasus tersering yaitu sekitar dua pertiga dari total kasus hernia

1
inguinalis. Meskipun kasusnya lebih jarang, hernia inguinalis medial

memiliki angka kekambuhan lebih tinggi setelah dilakukan perbaikan.

Kasus lainnya yaitu hernia femoralis biasanya lebih sering terjadi pada

wanita dibanding pria.

Pasien datang ke pusat pelayanan medis dengan berbagai keluhan

yang berbeda, beberapa datang karena merasakan adanya benjolan atau

nyeri pada daerah selangkangan. Sebagian mengeluh rasa sakit yang

memberat ketika melakukan aktivitas fisik, batuk atau saat meneran.

Terkadang hernia inguinalis bisa menyebabkan rasa sakit yang sangat parah

atau gejala obstruktif akibat dari terjeratnya isi kantung hernia.

Pemeriksaan fisik yang tepat sangat penting dalam penegakan

diagnosis hernia inguinalis. Pemeriksaan paling baik dilakukan pada posisi

berdiri, dan penting untuk melakukan pemeriksaan dengan lengkap pada sisi

yang berlawanan. Hernia femoralis akan teraba dibawah ligamentum

inguinalis dan tepat pada sebelah lateral tuberculum pubis, pemeriksaan ini

harus lebih diperhatikan terutama pada pasien dengan obesitas. Jika hasil

dari pemeriksaan fisik yang telah dilakukan kurang meyakinkan maka

pemeriksaan radiologis perlu dilakukan untuk penegakan diagnosis yang

lebih akurat.

Prosedur tatalaksana operatif untuk hernia adalah prosedur bedah


yang paling umum dilakukan saat ini, tercatat lebih dari 20 juta tindakan
operatif dilakukan setiap tahunnya di seluruh dunia. Sekitar 800.000
tindakan diantaranya dilakukan di Amerika Serikat. Statistik tersebut
menjadikan hernia inguinalis merupakan salah satu kondisi medis yang
harus dikuasai oleh seorang ahli bedah umum. Aspek teknis pembedahan

2
masih terus berkembang seiring dengan peningkatan insiden dari penyakit
ini, demi mencapai kualitas hidup pasien yang lebih baik dan menghindari
rasa sakit kronis yang akan diderita oleh pasien hernia.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah definisi dari hernia inguinalis?


2. Bagaimana epidemiologi dari hernia inguinalis?
3. Bagaimana klasifikasi dari hernia?
4. Bagaimana struktur anatomi dari regio inguinalis?
5. Bagaimana patofisiologi dari hernia inguinalis?
6. Bagaimana gejala dan pemeriksaan fisik hernia inguinalis?
7. Bagiamana pemeriksaan penunjang dari hernia inguinalis?
8. Bagaimana tatalaksana hernia inguinalis, klasifikasi mesh dan jenis-
jenis mesh?
9. Bagaimana penanganan pada hernia inguinalis residif?
10. Apa saja komplikasi dari hernia inguinalis?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui definisi dari hernia inguinalis


2. Mengetahui epidemiologi dari hernia inguinalis
3. Mengetahui klasifikasi dari hernia
4. Mengetahui struktur anatomi dari regio inguinalis
5. Mengetahui patofisiologi dari hernia inguinalis
6. Mengetahui gejala dan pemeriksaan fisik dari hernia inguinalis
7. Mengetahui pemeriksaan penunjang dari hernia inguinalis
8. Mengetahui tatalaksana hernia inguinalis, klasifikasi mesh dan jenis-
jenis mesh?
9. Mengetahui penanganan pada hernia inguinalis residif
10. Mengetahui komplikasi dari hernia inguinalis

3
1.4 Manfaat

Tinjauan pustaka ini ditulis untuk memberikan informasi dan

meningkatkan pengetahuan tentang hernia inguinalis.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Hernia berasal dari kata latin yang berarti “rupture”, dapat

didefinisikan sebagai penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah

yang lemah (defek) yang diliputi oleh dinding. Pada hernia abdomen, isi perut

menonjol melalui bagian lemah dari lapisan muscullo-apponeurotic dinding

perut. Hernia terdiri dari cincin, kantong, dan isi hernia. Hernia inguinalis

lateralis adalah keadaan dimana sebagian usus masuk melalui sebuah lubang

pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis adalah

saluran berbentuk tabung yang merupakan jalan tempat turunnya testis (buah

zakar) dari perut ke dalam skrotum (kantung zakar) sesaat sebelum bayi

dilahirkan.

2.2 Epidemiologi

Hernia pada dinding abdomen umumnya ditemukan sekitar 75% pada

selangkangan, dari semua kasus 95% adalah hernia ingunialis dan sisanya

adalah hernia femoralis. Resiko terkena hernia inguinalis pada laki-laki

umumnya sekitar umur 40 tahun adalah 27%, sedangkan resiko perempuan

terkena hernia inguinalis adalah 3%. Penyakit tertua ini menjadikan prosedur

tatalaksana operatif untuk hernia adalah prosedur bedah yang paling umum

dilakukan saat ini, tercatat lebih dari 20 juta tindakan operatif dilakukan setiap

tahunnya di seluruh dunia. Sekitar 800.000 tindakan diantaranya dilakukan di

5
Amerika Serikat. Statistik tersebut menjadikan hernia inguinalis merupakan

salah satu kondisi medis yang harus dikuasai oleh seorang ahli bedah umum.

2.3 Klasifikasi

Klasifikasi hernia berdasarkan lokasi :

- Hernia Femoralis

Pintu masuk hernia femoralis adalah anulus femoralis. Isi hernia akan

memasuki kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan vena

femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa ovalis.

- Hernia Umbilikalis

Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus dimana

hanya tertutup peritoneum dan kulit akibat penutupan yang inkomplet dan

tidak adanya fasia umbilikalis.

- Hernia Paraumbilikus

Hernia paraumbilikus merupakan hernia yang melewati suatu celah di

garis tengah di tepi kranial umbilikus. Pada kasus ini sangat perlu

dilakukan tindakan operatif karena hampir tidak pernah terjadi penutupan

spontan.

- Hernia Epigastrika

Hernia epigastrika atau hernia linea alba adalah hernia yang keluar melalui

defek di linea alba antara umbilikus dan prosessus xifoideus.

6
- Hernia Ventralis

Hernia ventralis adalah nama umum untuk semua hernia di dinding perut

bagian anterolateral; nama lainnya adalah hernia insisional atau bisa juga

disebut dengan hernia sikatriks.

- Hernia Lumbalis

Terjadi pada daerah lumbal antara costae XII dan krista iliaka, ada dua

trigonum masing-masing trigonum kostolumbalis superior (ruang

Grijinfelt/lesshaft) berbentuk segitiga terbalik dan trigonum kostolumbalis

inferior atau trigonum iliolumbalis yang berbentuk segitiga.

- Hernia Littre Hernia yang sangat jarang dijumpai ini merupakan hernia

berisi divertikulum Meckle. Sampai dikenalnya divertikulum Meckle,

hernia littre dianggap sebagai hernia sebagian dinding usus.

- Hernia Obturatoria

Hernia obturatoria ialah hernia melalui foramen obturatorium.

- Hernia Perinealis

Hernia perinealis merupakan tonjolan hernia pada perineum melalui otot

dan fasia, lewat defek dasar panggul yang dapat terjadi secara primer pada

perempuan multipara atau sekunder pascaoperasi pada perineum, seperti

prostatektomi, reseksi rektum secara abdominoperineal, dan eksenterasi

pelvis. Hernia keluar melalui dasar panggul yang terdiri atas otot levator

anus dan otot sakrokoksigeus beserta fasianya dan dapat terjadi pada

semua daerah dasar panggul.

7
Klasifikasi hernia berdasarkan sifatnya :

- Hernia reponibel

Hernia reponibel merupakan keadaan dimana isi hernia masih bisa keluar

masuk, usus akan keluar jika penderita berdiri atau mengejan dan masuk

kembali jika dalam keadaan berbaring atau didorong masuk ke dalam

perut. Hernia yang masih dalam keadaan reponibel biasanya tidak akan

menimbulkan keluhan apapun sehingga penderita belum memiliki

kesadaran untuk memeriksakan keadaannya

- Hernia ireponibel

Hernia ireponibel apabila isi hernia sudah tidak dapat kembali ke dalam

rongga perut. Hal ini biasanya disebabkan karena melekatnya isi kantong

kepada peritoneum kantong hernia

- Hernia inkarserata/strangulate

Hernia inkaserata adalah keadaan apabila isi hernia terjepit oleh cincin

hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke

dalam rongga perut. Akibatnya terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi.

Hernia inkaserata lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel yang di

sertai gangguan pasase, sedangkan hernia strangulata digunakan untuk

menyebut hernia ireponibel yang disertai gangguan vaskularisasi.

8
Gambar 1 Klasifikasi Hernia Menurut Sifat

Keterangan gambar : (1) Kulit dan jaringan subkutan (2) Lapisan otot (3)

Jaringan praperitoneal (4) Kantong hernia dengan usus. (A) Hernia

reponibel tanpa inkaserasi dan strangulasi, (B) Hernia ireponibel, (C)

Hernia inkaserata dengan ileus obstruksi usus, (D) Hernia strangulata.

Klasifikasi Hernia Inguinalis :

- Hernia inguinalis indirek : kelainan ini disebut juga hernia inguinalis

lateralis, diduga penyebab tersering adalah kongenital. Kantong hernia

berasal dari sisa prosesus vaginalis peritonei sebuah kantong peritoneum

yang menonjol keluar, yang pada janin berperan dalam pembentukan

kanalis inguinalis. Oleh karena itu kantong hernia masuk kedalam kanalis

inguinalis melalui anulus inguinalis internus yang terletak di sebelah

lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri kanalis nguinalis dan keluar ke

rongga perut melalui anulis inguinalis eksternus, lateral dari arteria dan

vena epigastrika inferior. Hernia ini lebih sering dijumpai pada sisi kanan.

9
- Hernia inguinalis direk : disebut juga hernia inguinalis medialis. Hernia ini

melalui dinding inguinal posteromedial dari vasa epigastrika inferior di

daerah yang dibatasi segitiga Hasselbach. Hernia inguinalis direk jarang

pada perempuan, dan sebagian bersifat bilateral. Hernia ini merupakan

penyakit pada laki-laki lanjut usia dengan kelemahan otot dinding

abdomen.

2.4 Struktur Anatomi Regio Inguinalis

Gambar 2 Lokasi dan orientasi kanalis inguinalis dengan dasar pelvis

Kanalis inguinalis adalah daerah berbentuk kerucut dengan

panjang sekitar 4 sampai 6 cm yang terletak di bagian anterior dari

cekungan panggul. Kanal dimulai pada dinding posterior abdomen,

dimana korda spermatika melewati bagian dalam cincin inguinalis, hiatus

di fasia transversalis. Kanal ini menutup secara medial pada cincin

inguinal superfisial (eksternal), titik di mana korda spermatika melintasi

10
cacat di bagian luar aponeurosis oblik. Dinding yang membatasi kanalis

inguinalis adalah :

- Anterior : dibatasi oleh aponeurosis muskulus oblikus eksternus

dan 1/3 lateralnya muskulus oblikus internus.

- Posterior : dibentuk oleh aponeurosis muskulus transversus

abdominis yang bersatu dengan fasia transversalis dan membentuk dinding

posterior di bagian lateral. Bagian medial dibentuk oleh fasia transversa

dan konjoin tendon, dinding posterior berkembang dari aponeurosis

muskulus transversus abdominis dan fasia transversal.

- Superior : dibentuk oleh serabut tepi bawah muskulus oblikus

internus dan muskulus transversus abdomnis dan aponeurosis.

- Inferior: dibentuk oleh ligamentum inguinale dan lakunare bagian

ujung atas dari kanalis inguinalis adalah internal inguinal ring. Ini

merupakan defek normal dan fasia transversalis dan berbentuk huruf “U”

dan “V” dan terletak di bagian lateral dan superior. Batas cincin interna

adalah pada bagian atas muskulus transversus abdominis, tractus iliopubik

dan interfoveolar (Hasselbach) ligament dan pembuluh darah epigastrik

inferior di bagian medial.

Kanalis inguinalis pria terdapat duktus deferens, tiga arteri yaitu:

arteri spermatika interna, arteri diferential dan arteri spermatika eksterna,

lalu plexus vena pampiniformis, juga terdapat tiga nervus yaitu: cabang

genital dari nervus genitofemoral, nervus ilioinguinalis dan serabut

simpatis dari plexus hipogastrik dan tiga lapisan fasia yaitu: fasia

11
spermatika eksterna yang merupakan lanjutan dari fasia innominate,

lapisan kremaster berlanjut dengan serabut-serabut muskulus oblikus

internus, dan fasia otot lalu fasia spermatika interna yang merupakan

perluasan dari fasia transversal.

Aponeurosis muskulus oblikus eksternus di bawah linea arkuata

(douglas) bergabung dengan aponeurosis muskulus oblikus internus dan

transversus abdominis yang membentuk lapisan anterior rektus.

Aponeurosis ini membentuk tiga struktur anatomi di dalam kanalis

inguinalis berupa ligamentum inguinale, lakunare dan refleksi ligamentum

inguinale (Colles).

Ligamentum lakunare terletak paling bawah dari ligamentum

inguinale dan dibentuk dari serabut tendon oblikus eksternus yang berasal

dari daerah sias. Ligamentum ini membentuk sudut.

Ligamentum pektinea (Cooper), ligamentum ini tebal dan kuat

yang terbentuk dari ligamentum lakunare dan aponeurosis muskulus

obliqus internus, transversus abdominis dan muskulus pektineus.

Ligamentum ini terfiksir ke periosteum dari ramus superior pubis dan ke

bagian lateral periosteum os. ilium.

Ligamentum Hasselbach sebenarnya bukan merupakan

ligamentum, tetapi penebalan dari fasia transversalis pada sisi medial

cincin interna yang letaknya inferior. Sedangkan segitiga Hasselbach

dibatasi oleh pembuluh darah epigastrika inferior pada daerah supero-

12
lateral, bagian lateral dari rektus abdominis di medial dan ligamentum

inguinale di inferior.

2.5 Patofisiologi Hernia Inguinalis

Hernia inguinalis pada pasien dewasa sebagian besar merupakan proses

yang didapat, sedangkan pada anak-anak penyebab hernia inguinalis terbanyak

adalah bawaan. Pada keadaan normal, testis akan turun dari ruang intra abdomen

ke dalam skrotum melalui prosesus vaginalis pada trimester ketiga (usia 28

minggu kehamilan). Penurunan didahului oleh gubernaculum dan diverticulum

peritoneum, yang menonjol melalui kanalis inguinalis dan menjadi prosesus

vaginalis. Saat usia kehamilan memasuki 36-40 minggu maka prosesus vaginalis

menutup dan akses lubang peritoneum pada cincin inguinalis interna menghilang.

Jika terjadi kegagalan penutupan prosesus vaginalis maka akan menyebabkan

Patent Processus Vaginalis (PPV). Ketika terdapat akses antara intraabdomen

dengan skrotum, maka hal ini dapat mengarah ke hernia inguinalis indirek.

Insiden hernia inguinalis indirek paling banyak ditemui pada bayi prematur.

13
Gambar 3 Variasi derajat penutupan prosesus vaginalis. (A) Prosesus Vaginalis
tertutup. (B) Prosesus Vaginalis paten minimal. (C) Prosesus Vaginalis
paten sebagian. (D) Hernia skrotum
Faktor resiko lain yang dapat berpengaruh terhadap hernia inguinalis

adalah kelemahan jaringan bawaan, riwayat keluarga dan aktivitas berat.

Penelitian sebelumnya pada lebih dari 1400 pasien laki-laki dengan hernia

inguinalis mengungkapkan bahwa riwayat keluarga dengan hernia berkaitan

dengan peningkatan resiko 8x lipat terkena penyakit yang sama. Penyakit lainnya

seperti Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) juga meningkatkan insiden hernia

inguinalis karena adanya episode berulang dari meningkatnya tekanan intra-

abdomen.

Gangguan jaringan ikat yang juga dapat berkontribusi dalam penyebab hernia

adalah :

- Osteogenesis imperfecta

- Cutis laxa

14
- Ehlers-Danlos syndrome

- Hurler-Hunter syndrome

- Marfan’s syndrome

- Congenital hip dislocation in children

- Polycystic kidney disease

- α1 -Antitrypsin deficiency

- Williams syndrome

- Androgen insensitivity syndrome

- Robinow’s syndrome

- Serpentine fibula syndrome

- Alport’s syndrome

- Tel Hashomer camptodactyly syndrome

- Leriche’s syndrome

- Testicular feminization syndrome

- Rokitansky-Mayer-Küster syndrome

- Goldenhar’s syndrome

- Morris syndrome

- Gerhardt’s syndrome

- Menkes’ syndrome

- Kawasaki disease

- Pfannenstiel syndrome

- Beckwith-Wiedemann syndrome

- Rubinstein-Taybi syndrome

15
- Alopecia-photophobia syndrome

Hernia inguinalis yang didapat disebabkan oleh kelemahan otot abdominal

disertai dengan terjadinya peningkatan tekanan intra abdomen. Pada pasien hernia

inguinalis ditemukan penurunan rasio kolagen tipe I dan tipe III. Berkurangnya

densitas kolagen juga ditemukan pada pasien dengan hernia inguinalis. Beberapa

Penyabab Meningkatnya Tekanan Intra Abdomen: batuk, PPOK, konstipasi

kronis, hamil, valsava manuver, ascites dan angkat berat.

2.6 Gejala dan Pemeriksaan Fisik Hernia Inguinalis

Pasien datang dengan mengeluhkan gejala nyeri pada selangkangannya,

atau dengan gejala ekstra inguinal lainnya seperti perubahan kebiasaan buang air

besar, atau frekuensi buang air kecil yang berkurang. Hernia inguinalis dapat

menekan saraf yang berdekatan, menyebabkan nyeri tajam lokal, ataupun nyeri

alih. Rasa sakit biasanya muncul setelah melakukan aktivitas harian. Nyeri dapat

menjalar ke skrotum, testis atau paha bagian dalam. Pemeriksa harus menggali

durasi dan waktu gejala ini muncul, serta harus detail menggali apakah

sebelumnya hernia bisa direduksi manual, dan apakah pasien pernah melakukan

pengobatan lain sebelumnya.

16
Gambar 4 Pemeriksaan kanalis inguinalis

Pemeriksaan fisik sangat penting untuk penegakan diagnosis hernia

inguinalis. Pemeriksaan ideal dilakukan dengan posisi berdiri untuk meningkatkan

tekanan intra abdomen, dan agar selangkangan serta skrotum dalam posisi terbuka

penuh. Prosedur pertama yaitu inspeksi, untuk mengidentifikasi tonjolan yang

tidak normal sepanjang selangkangan atau di dalam skrotum. Jika tonjolan yang

jelas tidak terdeteksi, maka dilanjutkan dengan palpasi dengan cara memajukan

jari telunjuk melalui skrotum menuju cincin inguinalis eksternal. Instruksikan

pasien untk melakukan valsava manuever sehingga isi hernia dapat menonjol

keluar. Pemeriksaan sisi kontralateral memberi dokter kesempatan untuk

17
membandingkan kehadirannya dan luasnya herniasi antar sisi. Diagnosis banding

yang harus disingkirkan saat mengevaluasi benjolan di pangkal paha adalah :

- Keganasan : Limfoma, Sarcoma Retroperitoneal, Metastasis Tumor Testis,

- Varikokel

- Epididymitis

- Torsio testis

- Hidrokel

- Testis ektopik

- Undesensus testis

2.7 Pemeriksaan Penunjang Hernia Inguinalis

Keperluan pemeriksaan penunjang hanya dilakukan untuk kasus yang

belum dapat ditegakkan diagnosisnya melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Modalitas yang dapat digunakan yaitu ultrasonography (USG), computed

tomography (CT) dan magnetic resonance imaging (MRI). Penelitian meta

analisis terbaru menunjukkan bahwa pemeriksaan menggunakan USG memiliki

sensitivitas 86% dan spesifisitas 77%. Sedangkan untuk CT dan MRI dapat

memberikan gambar statis anatomi pangkal paha, dan dalam meta analisis terbaru

CT memiliki sensitivitas 80% serta spesifisitas 65% dalam mendeteksi hernia

inguinalis. MRI digunakan pada kasus dimana pemeriksaan fisik terdeteksi

tonjolan pada pangkal paha namun hasil USG masih meragukan. MRI termasuk

salah satu tes diagnostic yang efektif dengan sensitivitas 95% dan spesifisitas 96%

namun memerlukan biaya yang tinggi dan keterbatasan akses adalah kendala

utama untuk metode ini.

18
Gambar 5 CT Scan mengidentifikasi hernia inguinalis kanan (panah) serta
sekaligus memvisualisasikan hernia inguinalis kiri.
2.8 Tatalaksana Hernia Inguinalis, Klasifikasi Mesh dan Jenis-Jenis Mesh

Tindakan pembedahan adalah pengobatan definitif untuk hernia inguinalis,

namun operasi tidak diperlukan pada sebagian pasien. Ketika kondisi medis

pasien menunjukkan kondisi yang tidak dapat menerima risiko operasi, operasi

elektif harus ditunda sampai kondisi pasien memungkinkan, namun harus tetap

mempersiapkan operasi cadangan jika suatu saat terjadi keadaan darurat yang

dapat mengancam jiwa.

Tatalaksana non-operatif merupakan pilihan tepat untuk pasien dengan

gejala minimal ataupun asimptomatik karena resiko terjadinya inkarserasi dan

strangulasi lebih rendah pada populasi tersebut. Manajemen non-operatif tersebut

telah terbukti tidak meningkatkan resiko komplikasi hernia.

19
Klasifikasi Mesh berdasarkan bahan yaitu :

- 1st generation : sintetis non absorbable. Bahan ini dibagi menjadi

makroporus (75 µm (polypropylene)), mikroporus (< 10 µm (e-PTFE))

dan makroporus dengan multifilament (ruang antar benang <10 µm dan

porinya >75 µm).

- 2nd generation : Mesh generasi kedua dikembangkan dengan

menggabungkan lebih dari satu bahan sintetis ke dalam komposisinya.

Hampir semua jenis mesh ini menggunakan PP, PL atau e-PTFE tetapi

sekarang dalam kombinasi satu sama lain dan/atau dengan bahan lain

seperti titanium (Ti), omega 3, poliglecaprone 25 (PGC-25) dan

polivinilidena fluoride (PVDF) sebagai sistem komposit. Keuntungan

utama dari mesh ini yaitu dapat digunakan di ruang intraperitoneal. Mesh

jenis ini memerlukan orientasi khusus selama implantasi, sisi visceral

memiliki permukaan mikro untuk mencegah adhesi visceral, sedangkan

sisi non visceral memiliki pori yang lebih besar untuk memungkinkan

pertumbuhan jaringan parietal

- 3rd generation : Mesh generasi ketiga berfungsi sebagai perancah biologis

untuk repopulasi dan revaskularisasi sel inang. Memiliki biokompatibilitas

yang lebih baik daripada generasi pertama dan kedua. Mesh ini tidak

memicu respons peradangan dari tubuh, namun biayanya cukup tinggi

sehingga masih jarang digunakan. Contoh sumber mesh : lapisan dermis

manusia, babi dan janin sapi. Selain itu juga dapat menggunakan bagian

submucosa usus halus babi dan perikardium sapi.

20
Jenis – Jenis Mesh

- Mesh sintetik : Polipropilen dan poliester adalah bahan prostetik sintetis

yang paling umum digunakan dalam perbaikan hernia. Bahan ini bersifat

permanen dan hidrofobik, namun mempercepat infiltrasi seluler dan

jaringan parut yang dihasilkan lebih minimal. Namun bahan mesh sintetis

ini masih terus dalam perkembangan agar dapat meminimalkan nyeri

pasca operasi dan mencegah infeksi atau kekambuhan. Pemilihan bahan

mesh perlu mempertimbangkan hal berikut :

- Daya serap

- Ketebalan

- Berat

- Porositas

- Kekuatan

Polypropylene memungkinkan terjadinya reaksi fibrotik antara

dasar inguinal dan permukaan posterior mesh, sehingga memperkuat

penutupan defek.

Bahan mesh dikategorikan sebagai kelas berat (heavyweight) dan

kelas ringan (lightweight) berdasarkan variasi diameter serat dan jumlah

seratnya. Lightweight memiliki elastisitas yang lebih tinggi dan kontak

permukaan yang lebih sedikit dengan jaringan sekitar. Sehingga dapat

mengurangi bekas luka dan sakit kronis

Contoh lightweight: β-d-glucan, titanium-coated polypropylene,

and polypropylenepoliglecapron. Bila tersedia, lightweight mesh harus

21
menjadi pertimbangan pada semua perbaikan prostetik agar dapat

meminimalisir sakit berkelanjutan pasca operasi.

- Mesh biologi : Mesh jenis ini bukan merupakan pilihan utama, karena

indikasinya belum benar-benar bisa didefinisikan. Namun mesh ini dapaat

menjadi pilihan untuk kasus terkontaminasi atau ketika dilakukan perluasan doain

dalam menghadapi resiko infeksi yang tinggi. Mesh ini memiliki kekuatan

tarikan yang lebih rendah dan lebih rawan ruptur dibandingkan mesh sintesis.

Contoh : xenograft, allograft.

2.9 Penanganan Pada Hernia Residif

Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa 20% dari semua perbaikan

hernia insisional melibatkan prosedur berulang dan karenanya satu dari setiap

lima pasien hernia mengalami kekambuhan.

Hernia residif perlu ditindak lebih lanjut dengan reoperasi yaitu

melakukan diseksi pada bidang baru. Diseksi pada jaringan parut dapat

mengakibatkan cedera pada struktur tali pusat, organ dalam, pembuluh darah

besar dan saraf.

2.10 Komplikasi

Komplikasi pada operasi hernia umumnya sama dengan komplikasi pada

prosedur operasi bersih lainnya seperti perdarahan, seroma, infeksi luka operasi,

retensi urin, ileus, serta cedera pada struktur yang berdekatan. Komplikasi khusus

untuk tindakan hernioraphy dan hernioplasty adalah:

- Kekambuhan hernia: kekambuhan pada hernia harus dicurigai jika pasien

mengalami nyeri atau terdapat tonjolan dilokasi perbaikan. Masalah medis yang

22
dapat memicu kekambuhan yaitu malnutrisi, imunosupresi, diabetes, penggunaan

steroid dan merokok. Penyebab tersering kekambuhan adalah tidak tepat ukuran

mesh yang digunakan, iskemia jaringan ataupun infeksi.

- Nyeri : nyeri pasca perbaikan hernia diklasifikasikan sebagai nyeri akut atau

manifestasi kronis dari tiga mekanisme yaitu nosiseptif, neuropatik dan nyeri

visceral. Nyeri nosiseptif adalah yang paling sering dirasakan dan cukup diatasi

dengan istirahat dan pemberian NSAID karena biasanya resolusi spontan dalam

beberapa waktu. Nyeri neuropatik terjadi karena adanya kerusakan atau

terjepitnya suatu syaraf. Hal tersebut akan bermanifestasi sebagai sensasi tajam,

terbakar atau robek. Pemberian tatalaksana farmakologi dan steroid local atau

suntikan anastesi merupakan pilihan pengobatan awal yang dapat dilakukan.

- Cedera pada korda spermatika atau testis : cedera pada struktur korda spermatika

dapat menyebabkan orkitis iskemik atau atrofi testis. Orkitis iskemik

kemungkinan disebabkan oleh: cedera pada pleksus pampiniformis. Manifestasi

biasanya muncul dalam satu minggu setelah tingakan berupa : testis membesar,

bengkak dan nyeri. Jika sudah terjadi nekrosis maka harus dilakukan orchiectomy

cito.

23
BAB III
RINGKASAN

3.1 Ringkasan

1. Hernia merupakan penyakit yang telah ada sejak tahun 1500 sebelum

Masehi, namun hingga saat ini angka insidensinya masih tinggi.

2. Hernia dapat terjadi pada berbagai bagian dari tubuh, namun sekitar 75%

melibatkan dinding abdomen umumnya daerah inguinal

3. Hernia inguinalis berdasarkan penyebabnya dapat diklasifikasikan sebagai

penyakit bawaan/kongenital ataupun didapat. Pada pasien dewasa

penyebab hernia ingunalis kebanyakan merupakan proses yang didapat,

sedangkan pada anak-anak penyebab hernia inguinalis kebanyakan

merupakan kelainan bawaan.

4. Resiko terkena hernia inguinalis pada laki-laki umumnya sekitar umur 40

tahun adalah 27%, sedangkan resiko perempuan terkena hernia inguinalis

adalah 3%.

5. Hernia dibedakan berdasarkan letak anatomisnya menjadi hernia inguinalis

lateral dan medial. namun hernia inguinalis lateralis merupakan kasus

tersering yaitu sekitar dua pertiga dari total kasus hernia inguinalis

6. Kegagalan penutupan prosesus vaginalis maka akan menyebabkan Patent

Processus Vaginalis (PPV). Ketika terdapat akses antara intraabdomen

dengan skrotum, maka hal ini dapat mengarah ke hernia inguinalis indirek.

Insiden hernia inguinalis indirek paling banyak ditemui pada bayi

prematur.

24
7. Hernia inguinalis yang didapat disebabkan oleh kelemahan otot

abdominal disertai dengan terjadinya peningkatan tekanan intra abdomen.

Pada pasien hernia inguinalis ditemukan penurunan rasio kolagen tipe I

dan tipe III. Berkurangnya densitas kolagen juga ditemukan pada pasien

dengan hernia inguinalis. Beberapa Penyabab Meningkatnya Tekanan

Intra Abdomen: batuk, PPOK, konstipasi kronis, hamil, valsava manuver,

ascites dan angkat berat

8. Gejala yang dirasakan pasien berbagai macam, bisa asimptomatis hingga

berat. Pemeriksaan fisik yang tepat, bisa sangat berguna untuk penegakan

diagnosis. Namun jika masih terdapat keraguan maka bisa dilakukan

pemeriksaan lanjutan sesuai dengan fasilitas yang tersedia

9. Tindakan pembedahan merupakan tatalaksan definitive untuk hernia

inguinalis, namun harus memperhatikan kondisi pasien apakah

memungkinkan untuk menerima resiko operasi atau tidak

10. Jenis mesh yang dapat digunakan yaitu sintetik dan biologis, namun mesh

biologis hanya digunakan untuk keadaan tertentu seperti saat terjadi

kontaminasi. Sedangkan mesh sintetik lebih banyak keuntungannya dan

lebih rutin dipergunakan

11. Reoperasi yang dilakukan pada kasus hernia residif perlu dilakukan

diseksi pada bidang baru.

25
DAFTAR PUSTAKA

Amrizal, 2015. Hernia Inguinalis. Syifa’ MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan


Kesehatan. Universitas Muhammadiyah Palembang. Vol. 6 (1) pp.1. DOI :
10.32502/sm.v6i1.1374
Baylón, K., Rodríguez-Camarillo, P., Elías-Zúñiga, A., Díaz-Elizondo, J.,
Gilkerson, R. and Lozano, K., 2017. Past, Present and Future of Surgical
Meshes: A Review. Membranes, 7(3), p.47.
Brunicardi, F., Andersen, D., Billiar, T., Dunn, D., Hunter, J., Matthews, J. and
Pollock, R., 2015. Schwartz's principles of surgery. 10th ed. New York:
McGraw-Hill Education.
Hammoud M, Gerken J. Inguinal Hernia. [Updated 2021 Aug 22]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan.
Morrison Z, Kashyap S, Nirujogi VL. Adult Inguinal Hernia. [Updated 2021 Sep
3]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing;
2022 Jan-.
Öberg S, Andresen K, Rosenberg J. Etiology of Inguinal Hernias: A
Comprehensive Review. Front Surg. 2017;4:52. Published 2017 Sep 22.
doi:10.3389/fsurg.2017.00052
Sjamsuhidajat, R. et all., 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta. Indonesia.
Townsend, Courtney M., 2004. Hernias. Sabiston Textbook od Surgery. 17th
Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217
Zinner, M., Ashley, S. and Maingot, R., 2013. Maingot's abdominal operations.

You might also like