You are on page 1of 3

RANGKUMAN BAB IV

SISTEM HUKUM

A. Pengertian Sistim Hukum

Sistem berasal dari bahasa Yunani “systema” yang dapat diartikan sebagai keseluruhan yang terdiri
dari macam-macam bagian. Subekti menyebutkan sistem adalah suatu susunan atau tatanan yang teratur,
suatu keseluruhan yang terdiri atas bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain, tersusun menurut suatu
rencana atau pola, hasil dari suatu penulisan untuk mencapai suatu tujuan.
Sistem merupakan tatanan atau kesatuan yang utuh yang terdiri dari bagian-bagian atau unsur-unsur
yang saling berkaitan erat satu sama lain yaitu norma atau pernyataan tentang apa yang seharusnya,
sehingga sistem hukum merupakan sistem yang normatif. Dengan perkataan lain sistem hukum adalah
suatu kumpulan unsur-unsur yang ada dalam interaksi satu sama lain yang merupakan satu kesatuan yang
terorganisasi dan kerjasama ke arah tujuan kesatuan. Masing-masing bagian atau unsur harus dilihat
dalam kaitannya dengan bagian-bagian atau unsur-unsur lain dan dengan keseluruhannya seperti mozaik
atau legpuzzle. Masing-masing bagian tidak berdiri sendiri lepas satu sama lain namun berkaitan. Arti
pentingnya tiap bagian terletak justru dalam ikatan sistem, dalam kesatuan karena hubungannya yang
sistematis dengan aturan-aturan hukum lainnya.

B. Sistem Hukum

1. Sistem Hukum Eropa Kontinental (civil law system)

Sistem hukum ini berkembang di negara- negara Eropa daratan dan sering disebut sebagai “civil
law” yang semula berasal dari kodifikasi hukum yang berlaku di kekaisaran romawi pada masa
pemerintahan Kaisar justinianus abad VI sebelum masehi.
Sistem civil law mempunyai tiga karakteristik, yaitu adanya kodifikasi, hakim tidak terikat kepada
preseden sehingga undang-undang menjadi sumber hukum yang terutama, dan sistem peradilan bersifat
inkuisitorial.
Karakteristik utama yang menjadi dasar sistem hukum civil law adalah hukum memperoleh kekuatan
mengikat,karena diwujudkan dalam peraturan-peraturan yang berbentu kundang-undang dan tersusun
secara sistematik di dalam kodifikasi. Karakteristik kedua pada sistem civil law tidak dapat dilepaskan
dari ajaran pemisahan kekusaan yang mengilhami terjadinya Revolusi Perancis. Karakteristik ketiga pada
sistem hukum civil law adalah apa yang oleh Lawrence Friedman disebut sebagai digunakannya sistem
Inkuisitorial dalam peradilan.
Dalam perkembangannya, sistem hukum ini mengenal pembagian hukum publik dan hukum privat.
Hukum publik mencakup peraturan-peraturan hukum yang mengatur kekuasaan dan wewenang
penguasa/negara serta hubungan-hubungan antara masyarakat dan negara (sama dengan hukum publik di
sistem hukum Anglo-Saxon). Hukum Privat mencakup peraturan-peraturan hukum yang mengatur
tentang hubungan antara individuindividu dalam memenuhi kebutuhan hidup demi hidupnya.
2. Sistem Hukum Anglo Saxon (Comman Law System)

Nama lain dari sistem hukum Anglo-Saxon adalah “Anglo Amerika” atau Common Law”.
Merupakan sistem hukum yang berasal dari Inggris yang kemudian menyebar ke Amerika Serikat dan
negara-negara bekas jajahannya. Kata “Anglo Saxon” berasal dari nama bangsa yaitu bangsa Angel-
Sakson yang pernah menyerang sekaligus menjajah Inggris yang kemudian ditaklukan oleh Hertog
Normandia, William. William mempertahankan hukum kebiasaan masyarakat pribumi dengan
memasukkannya juga unsur-unsur hukum yangberasal dari sistem hukum Eropa Kontinental.
Sistem hukum anglo saxon merupakan suatu sistem hukum yang didasarkan pada yurispudensi,
yaitu keputusan-keputusan hakim terdahulu yang kemudian menjadi dasar putusan hakim-hakim
selanjutnya. Sistem Hukum Anglo Saxon cenderung lebih mengutamakan hukum kebiasaan, hukum yang
berjalan dinamis sejalan dengan dinamika masyarakat.
Sistem hukum ini mengandung kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya hukum anglo saxon yang
tidak tertulis ini lebih memiliki sifat yang fleksibel dan sanggup menyesuaikan dengan perkembangan
zaman dan masyarakatnya karena hukum-hukum yang diberlakukan adalah hukum tidak tertulis (common
law). Kelemahannya, unsur kepastian hukum kurang terjamin dengan baik, karena dasar hukum untuk
menyelesaikan perkara/masalah diambil dari hukum kebiasaan masyarakat/hukum adat yang tidak
tertulis.

Beberapa perbedaan antara sistem hukum Eropa kontinental dengan sistem anglo saxon sebagai
berikut:

1. Sistem hukum eropa kontinental mengenal sistem peradilanadministrasi, sedang sistem hukum
anglo saxon hanya mengenal satu peradilan untuk semua jenis perkara.
2. Sistem hukum eropa kontinental menjadi modern karena pengkajian yang dilakukan oleh
perguruan tinggi sedangkan sistem hukum anglo saxon dikembangkan melalui praktek prosedur
hukum.
3. Hukum menurut sistem hukum eropa kontinental adalah suatu sollen bukan sein sedang menurut
sistem hukum anglo saxonadalah kenyataan yang berlaku dan ditaati oleh masyarakat.
4. Penemuan kaidah dijadikan pedoman dalam pengambilan keputusan atau penyelesaian
sengketa, jadi bersifat konsep atau abstrak menurut sistem hukum eropa kontinental sedang
penemuan kaidah secara kongkrit langsung digunakan untuk penyelesaian perkara menurut
sistem hukum anglo saxon.
5. Pada sistem hukum eropa kontinental tidak dibutuhkan lembaga untuk mengoreksi kaidah
sedang pada sistem hukum anglo saxon dibutuhkan suatu lembaga untuk mengoreksi yaitu
lembaga equaty. Lembaga ini memberi kemungkinan untuk melakukan elaborasi terhadap
kaidah-kaidah yang ada guna mengurangi ketegaran.
6. Pada sistem hukum eropa kontinental dikenal dengan adanya kodifikasi hukum sedangkan pada
sistem hukum anglo saxon tidak ada kodifikasi.
7. Keputusan hakim yang lalu (yurisprudensi) pada sistem hukum eropa kontinental tidak
dianggap sebagai kaidah atau sumber hukum sedang pada sistem hukum anglosaxon keputusan
hakim terdahulu terhadap jenis perkara yang sama mutlak harus diikuti.
8. Pada sistem hukum eropa kontinental pandangan hakim tentang hukum adalah lebih tidak
tekhnis, tidak terisolasi dengan kasus tertentu sedang pada sistem hukum anglo saxon
pandangan hakim lebih teknis dan tertuju pada kasus tertentu.
9. Pada sistem hukum eropa kontinental bangunan hukum, sistem hukum, dan kategorisasi hukum
didasarkan pada hukum tentang kewajiban sedang pada sistem hukum anglo saxonka tegorisasi
fundamental tidak dikenal. Pada sistem hukum eropa kontinental strukturnya terbuka untuk
perubahan sedang pada sistem hukum anglo saxon berlandaskan pada kaidah yang sangat
kongrit.

3. Sistem Hukum

Adat Hukum adat adalah sistem hukum yang dikenal dalam lingkungan kehidupan sosial di
Indonesia dan negara-negara Asia lainnya seperti Jepang, India, dan Tiongkok. Sumbernya adalah
peraturan-peraturan hukum tidak tertulis yang tumbuh dan berkembang dan dipertahankan dengan
kesadaran hukum masyarakatnya. Peraturan-peraturan ini tidak tertulis dan tumbuh kembang, maka
hukum adat memiliki kemampuan menyesuaikan diri dan elastis. Penegak hukum adat adalah pemuka
adat sebagai pemimpin yang sangat disegani dan besar pengaruhnya dalam lingkungan masyarakat adat
untuk menjaga keutuhan hidup sejahtera.

4. Sistem Hukum Islam

Sistem hukum Islam semula dianut oleh masyarakat Arab, karena di tanah Arablah awal mula timbul
dan menyebarnya agama Islam. Hukum Islam sebagai salah satu sistem hukum modern bersifat dinamis
dan fleksibel sesuai dengan dinamika masyarakat serta merupakan pedomn hidup bagi umat Islam
sepanjang masa. Semula para yuris Islam berpendapat bahwa pengertian syariah dan fiqh itu adalah sama,
juga pengertian syariah -dalam arti luas- dengan dinul Islam memiliki makna yang sama, yaitu paham
tentang ajaran-ajaran Islam secara keseluruhan. Dalam perkembangannya pendapat para yuris Islam
demikian itu mengalami perubahan, yaitu memberikan pengertian yang berbeda dan spesifik antara
syariah dan fiqh. Syariah merupakan hukum Allah yang bersifat qath’i atau absolut, sedangkan fiqh
merupakan bagian (turunan) dari syariah yang bersifat dzanni atau relative
Sumber hukum Islam adalah asal (tempat pengambilan) hukum Islam. Dalam kepustakaan hukum
Islam di Indonesia, sumber hukum Islam kadang kala disebut dalil, pokok atau dasar hukum Islam.
Adapun sumber-sumber hukum Islam adalah:
a) Al Qur‟an, yaitu kitab suci kaum muslimin, berisi wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad.
b) Hadits, ialah perkataan, perbuatan, perilaku dan sikap Nabi Muhammad.
c) Ijtihad atau Al-ra„ yu, yaitu pikiran manusia yang memenuhi syarat untuk berijtihad karena
pengetahuan dan pengalamannya dengan mengggunakan berbagi jalan (metode) atau cara,
antara lain adalah; ijma‟, qiyas, istidal, al-masalih al-mursalah, istihsan, istishab, dan urf (adat
istiadat).
d) Ijma‟, adalah kesepakatan/persetujuan atau kesesuaian pendapat para ahli mengenai suatu
masalah pada suatu tempat di suatu waktu tentang hukum terhadap sesuatu yang belum jelas
diatur dalam Al Qur‟an dan Hadits.

You might also like