Professional Documents
Culture Documents
12 30 1 PB
12 30 1 PB
ABSTRAK Omah Jawa merupakan sebuah bangunan yang mempunyai nilai tradisi adiluhung,
dengan desain yang mengacu pada konsep kosmologi dan disesuaikan dengan lingkungan
hidup manusianya. Tulisan ini merupakan kajian yang mendeskripsikan serta menganalisis
arsitektural dan desain layout rumah Jawa sebagai representasi tubuh manusia, dengan men-
getahui makna yang menjadi komponen penting dalam konsep, fungsi dan bentuk bangunan.
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini yakni menggunakan model semiotika Roland
Barthes, yang mengembangkan teori tanda De Saussure (penanda dan petanda). Hasil peneli-
tian ini menjelaskan bahwa pada dasarnya antara desain bentuk dan fungsi layout rumah Jawa
memiliki keterkaitan dengan struktur tubuh manusia.
181
dan lain sebagainya. Dalam merancang menggunakan data primer dan sekunder
atau membangun sebuah rumah Jawa, melalui observasi lapangan, dokumentasi
terdapat beberapa pakem-pakem khusus 1
kegiatan, referensi yang berkaitan dengan
yang mengikat perancangan rumah Jawa penelitian ini, dan data dari internet.
karena memiliki makna di baliknya. Pakem Teknik analisis data yang digunakan
ini meliputi desain pengaturan ruang atau pada penelitian ini dengan menggunakan
layout dan fungsi di tiap ruangnya. Hal model semiotika Roland Barthes, yang
ini berlaku bagi semua rumah Jawa yang mengembangkan teori tanda de Saussure
berada di bawah otoritas Keraton. (penanda dan petanda). Objek penelitian
Dalam membuat sebuah rumah, yang dipakai adalah layout rumah Jawa
orang Jawa selalu mempunyai makna pada dan relasinya dengan struktur anggota
setiap ruangnya. Rumah dianggap sebagai tubuh manusia, dilihat dari persamaan
sesuatu yang hidup dan merepresentasikan karakteristik dan fungsinya, serta perilaku
struktur tubuh manusia, yang hidup orang Jawa dalam berkegiatan pada setiap
dalam keseimbangan dan keselarasan ruang.
dengan lingkungannya. Bila diperhatikan
pembagian antar ruangnya, maka rumah Ruang dalam Omah
lebih dari struktur bangunan fisik semata,
omah adalah satuan simbolis, sosial dan Pembagian ruang pada omah Jawa
praktis (Santosa, 2005:4). Bagi manusia mempunyai ciri khas yang membuat kita
Jawa, rumah merupakan penerapan dapat menandai sekaligus memaknai
182
hubungan kosmologi yang diterapkan bahwa rumah tersebut adalah sebuah
dalam kehidupan yang selaras dengan rumah Jawa. Jenis ruang tersebut adalah
alam dan lingkungannya. Pemaknaan pada pendhapa, paringgitan, dalem, senthong
ruang hunian merupakan nilai hubungan (terbagi atas senthong kiwo, senthong
manusia dengan alam, manusia sebagai tengah dan senthong tengen), gandhok
mahluk sosial dan manusia sebagai kiwo, gandhok tengen dan pawon. Menurut
individu. (Cahyani, 2015). Rahmanu Widayat (2004:2), rumah tradisi
Kajian ini menganalisis bagaimana Jawa yang bentuknya beraneka ragam
rumah Jawa merepresentasikan tubuh mempunyai pembagian ruang yang khas,
manusia yang memunculkan pemaknaan yaitu terdiri atas pendhapa, paringgitan dan
dari setiap ruangan. Ruangan-ruangan dalem. Terjadi penerapan prinsip hierarki
tersebut meliputi teras (pendhapa), ruang dalam pola penataan ruangnya. Setiap
tamu (paringgitan), ruang tidur (senthong), ruangan memiliki perbedaan nilai, ruang
ruang tengah (dalem), dan dapur (pawon). bagian depan bersifat umum (publik), dan
Penelitian ini menggunakan metode bagian belakang bersifat khusus
penelitian kualitatif, berusaha menganalisa (pribadi/privat). Setiap ruangan mulai dari
dan mengartikan makna dari objek yang bagian teras, pendhapa sampai bagian
diteliti berdasarkan fakta di lapangan, belakang (pawon dan pekiwan) tidak hanya
1 Pakem ini merupakan suatu hal memiliki fungsi, tetapi juga sarat dengan
yang telah disepakati bersama dan diwariskan.
unsur filosofi hidup etnis Jawa.
Ade Ariyani Sari Fajarwati, Representasi Tubuh Manusia dalam Omah Jawa
Gambar 1.
Omah Jawa tampak depan. Sumber: Ade Fajarwati
Gambar 2. Gambar 3.
Pendhapa dan Paringgitan dalam Omah Jawa. Ruang dalem omah Jawa.
Sumber: https://lostandwander1976.com Sumber: http://krjogja.com
akan ada di sini, berbeda dengan ruang lain juga sebagai dapur. Pawon dianggap
184
yang tidak bisa sembarangan meletakkan penting karena merupakan area yang dapat
barang-barang. Setelah dalem terdapat menghidupi keluarga, yakni menghasilkan
gandhok yang berada di sayap kanan makanan. Pawon walaupun sangat penting
dan kiri rumah Jawa, terpisah dari ruang keberadaannya, ia tetap diletakan di area
dalem. Gandhok kiwo dan gandhok tengen paling belakang. Hal ini disebabkan karena
merupakan ruangan yang dipergunakan kegiatan yang dilakukan di pawon bersifat
untuk anggota keluarga besar yang tinggal. service dan areanya tergolong dalam area
Dalam pemanfaatannya, ruang gandhok semi privat (Cahyani, 2015)
kanan lebih diutamakan untuk tamu dan
pihak luar yang sedang memerlukan Representasi tubuh dalam Omah
tempat menginap. Sedangkan anggota
keluarga yang lebih dekat, justru Dalam filosofi omah Jawa, antara
ditempatkan di gandhok kiri. Di ruang tubuh manusia dan ruang saling
semi publik ini, keluarga dapat aktif mengejawantahkan satu sama lain.
melakukan kegiatan karena bersifat lebih Jika dipandang dalam ilmu arsitektural,
terbuka. penggambaran denah arah masuk dimulai
Ruang terakhir yang sangat dari bawah. Namun pada penggambaran
penting dalam suatu rumah yakni pawon. bagan layout omah Jawa, digambarkan
Pawon adalah ruang yang berfungsi untuk mulai dari atas ke bawah, untuk
kegiatan masak-memasak, atau disebut
Ade Ariyani Sari Fajarwati, Representasi Tubuh Manusia dalam Omah Jawa
Gambar 4.
Layout Omah Jawa, dalam pemaknaan skala horisontal.
Sumber: Ade Fajarwati, 2017
menggambarkan kondisi tubuh manusia. dari rumah seorang raja sampai milik
Beberapa istilah rumah digunakan oleh 185
orang kampung. Ciri khas utama rumah
orang Jawa untuk menyebut dirinya. Salah Jawa berbentuk simetri yang berlaku pada
satunya yakni ketika dipanggil, orang Jawa semua penampakan rumah, mulai tampak
umumnya menjawab dengan kata “dalem”, depan, tampak atas, bentuk atap dan
sebagai jawaban “iya saya”. Kata dalem sebagainya. Desain yang simetri
juga memiliki arti yang sama dengan ruang merepresentasikan tubuh manusia yang
tengah dalam rumah. Masing-masing simetri, seimbang antara kanan dan kiri.
ruang dalam omah Jawa mempunyai Hal ini kemudian memunculkan makna
karakteristik dan fungsi yang bahwa kehidupan dalam sebuah rumah
merepresentasikan anggota tubuh manusia. haruslah seimbang antara raga dan batin,
Dari sini kita akan melihat bahwa makna kesenangan dan kesedihan, pemasukan dan
dari sebuah rumah tidak hanya sebagai pengeluaran, dan lain sebagainya.
sebuah tempat bernaung atau tinggal, Dalam bangunan rumah tradisional
melainkan dimaknai sebagaimana hal-hal dapat dilihat dalam dua skala, yaitu skala
yang berlaku pada tubuh manusia yang horisontal dan vertikal. Skala horisontal
hidup. membicarakan perihal ruang dan
Pada layout sebuah rumah, pembagiannya, sedangkan skala vertikal
masyarakat Jawa mempunyai standarisasi membicarakan pembagian bangunan
yang telah ditetapkan dan sudah menjadi rumah yang terdiri atas lantai dasar yang
konvensi bersama. Hal ini berlaku mulai disebut
Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115-
Bagan 1.
Pemaknaan Omah Jawa Berdasarkan Kajian Semiotika
Bagan 2.
Pemaknaan rumah sebagai representasi tubuh manusia.
Sumber: Ade Fajarwati
senthong yang merupakan tempat privasi meanings are seen as part of the
keluarga. natural order of things. Where these
Makna konotatif (what we think) meanings came from, and the process
seperti yang dijelaskan oleh Barthes di that transformed the meaning of
atas, dalam omah Jawa ini, dimaknai the signs, are either forgotten or
bahwa rumah adalah simbol yang hidden. The process of generating 187
merepresentasikan tubuh manusia, yang myths filters the political content out
memiliki fungsi-fungsi yang diserupakan of signification. In today’s society,
dengan anggota tubuh manusia. Simbol modern myths are built around things
dan maknanya telah mengalami like notions of masculinity and
kesepakatan. Ketika makna-makna femininity; the signs of success and
konotasi tersebut dipercayai, maka oleh failure; what signifies good health
Barthes makna dianggap sebagai mitos. and what does not (Crow.2010:60).
Mitos pun akan mengalami signifikasi
ketiga menjadi ideologi (atau disebut juga Orang Jawa sering menerapkan
sebagai denotasi baru), jika dipraktekkan segala sesuatu dalam kehidupan tidak
oleh masyarakat Jawa. Ideologi ini ketika boleh berlebihan, melainkan semua harus
terus dilakukan akan menjadi pola pikir dalam keseimbangan. Keseimbangan ini
kehidupan yang terjadi secara berulang, disimbolkan ke dalam bentuk layout
sehingga dikatakan juga sebagai produk rumah. Jika melihat bentuk layoutnya,
budaya. maka pendhapa disimbolkan sebagai
kepala. Dalam kepala manusia terdapat
For him, myths were the result of otak yang mengatur seluruh hal yang
meaning generated by the groups dilakukan oleh tubuh. Otak juga dianggap
in society who have control of the sebagai pusat tubuh manusia. Tidak
language and the media. These hanya itu,
Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115-
Gambar 5
Pendhapa Omah Jawa.
Sumber: Ade
Fajarwati
Gambar 6
Pagelaran Wayang di ruang paringgitan.
Sumber: https://phinemo.com
Pendhapa yang indah dan megah terletak di bagian yang pertama kali
merupakan tanda bahwa sang pemilik dilihat sebagai tanda bagi sang pemilik
adalah orang terhormat, begitu juga wajah. Wajah bersifat terbuka, karena
sebaliknya. Dapat dikatakan begitu karena seseorang bisa melihat wajah orang lain 189
walaupun pendhapa diposisikan sebagai ketika berpandangan walau dengan aturan
ruang tamu , namun jika disimbolkan
2
tertentu, dengan cara membaca ekspresi
sebagai kepala dari tubuh manusia, maka wajah tersebut. Pendhapa juga memberi
pendhapa merupakan representasi dari kesan pertama tentang bagaimana pemilik
wajah seseorang. Pendhapa memiliki rumah yang di dalamnya. Tidak hanya
makna denotasi sebagai ruangan untuk itu, tamu maupun pemilik rumah harus
menerima tamu, Sedangkan pada makna mengikuti aturan khusus untuk duduk
konotasinya, pendhapa adalah penanda maupun bersikap di pendhapa. Sebagai
tentang status dan kondisi manusia yang ruang publik, pendhapa pada hakikatnya
berada di dalamnya. Orang Jawa berusaha adalah merupakan sebuah ruang privasi,
membuat bangunan pendhapa semenarik karena tidak semua orang diijinkan untuk
mungkin dan menerima tamu di pendhapa dapat berada di ruang ini. Publik diijinkan
dengan sebaik-baiknya, karena ruangan masuk atas kuasa dari pemilik rumah.
ini merupakan ekspresi pertama kali yang Walaupun pendhapa dapat diakses semua
hadir dan mewakili seluruh bagian rumah. orang, tetapi ada kuasa yang mengatur
Dalam analogi tubuh manusia, pendhapa perilaku pada ruangan tersebut.
merupakan wajah, di mana wajah manusia Setelah pendhapa, terdapat sebuah
2 Sebuah ruang terbuka yang difungsikan selasar pendek yang biasa dipergunakan
untuk menerima tamu atau mengadakan suatu
acara terbuka sebagai tempat pertunjukan wayang kulit
Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115-
Gambar 7.
Area paringgitan.
Sumber: www.pinterest.com.
190 yang disebut dengan paringgitan. Orang yang dapat menunjukkan kemakmurannya.
yang diperbolehkan menanggap wayang Oleh karena itu, umumnya di ruangan ini
kulit (ringgit) biasanya merupakan orang biasanya pemilik rumah menampilkan
yang mempunyai strata sosial tinggi. pertunjukan wayang. Wayang dianggap
Paringgitan ini secara fungsi merupakan sebagai suatu kemewahan bagi orang Jawa.
selasar pendek, semacam ruang transisi Dalam pertunjukan wayang, posisi tamu
menuju ruang utama. Namun jika dimaknai berada di area pendhapa, sedangkan layar
secara konotatif, maka ruang ini diletakkan di paringgitan untuk menutupi
merupakan representasi leher manusia, rumah utama. Sehingga ruang paringgitan
yakni sebagai penghubung antara kepala
ini secara fungsi merupakan ruang batas
dan tubuh manusia.
antara ruang publik (pendhapa) dan ruang
Pada orang Jawa, umumnya
privat (dalem), sehingga tamu tidak bisa
leher tidak ditutupi pakaian, melainkan
melihat apa yang ada di dalam rumah.
dibuka dan dijadikan tempat perhiasan Ruang utama setelah paringgitan
seperti kalung dengan bandulnya yang adalah ruang dalem. Seluruh kegiatan
besar. Semakin makmur pemakainya, anggota penghuni rumah terjadi di ruang
maka semakin besar dan indah perhiasan dalem. Ruang ini secara konotasi dimaknai
bandul yang dipakainya. Berdasarkan sebagai tubuh manusia yang harus selalu
penjelasan di atas, maka makna konotasi ditutupi pakaian agar tertutup auratnya.
dari paringgitan, yakni merupakan tempat Bagi orang Jawa ruang dalem merupakan
Ade Ariyani Sari Fajarwati, Representasi Tubuh Manusia dalam Omah Jawa
Gambar 8.
Senthong Omah Jawa.
Sumber: Ade Fajarwati, 2017 191
ruangan privasi yang hanya bisa diakses harta dan pusakanya. Di sebelah kanan
oleh anggota keluarga. Ada kewajiban bagi senthong tengah ada senthong tengen,
penghuni rumah untuk tidak mengumbar yakni merupakan kamar khusus untuk istri
ke luar segala kegiatan yang berada di dan anak yang masih kecil. Lalu di sebelah
ruang dalem. Harus bisa menjaga situasi kiri ada senthong kiwo, merupakan kamar
keluarga agar selalu nampak baik di mata bagi anak gadis yang sudah beranjak
orang lain, sehingga harkat dan martabat remaja. Bagi orang Jawa, senthong tidak
keluarga tetap terjaga. hanya sebagai kamar dan ruang privasi,
Di area ruang dalem, terdapat namun merupakan representasi dari rahim
tiga kamar berjejer yang disebut dengan perempuan. Rahim merupakan tempat
senthong yang terbagi atas senthong penanaman benih seorang pria untuk
tengen (kanan), senthong tengah dan mendapatkan keturunan, sehingga harus
senthong kiwo (kiri). Senthong artinya dijaga dengan baik. Begitu juga dengan
kamar atau bilik. Senthong tengah senthong, yang harus dilindungi dan dijaga
merupakan ruang persembahan. Kegiatan dengan baik.
yang dilakukan di ruang ini yakni segala Untuk suami dan anak laki laki,
hal yang berhubungan dengan ritual. Di senthongnya tidak berada di area dalem,
senthong tengah, biasanya orang Jawa tetapi suami memiliki akses ke senthong
menyimpan
Jurnal Urban Vol 1, No.2, Januari - Juni 2018 :115-
Gambar 9.
Krobongan di ruang dalem Sasono Mulyo Kasunan Surakarta.
Sumber: https://hiveminer.com.
192
tengen. Oleh karena itu, senthong dalem dan berada di sayap kanan dan kiri
dimaknai sebagai ruang yang sangat sakral, omah Jawa. Gandhok terdiri dari gandhok
tertutup dan harus selalu dijaga sebagai kiwo dan gandhok tengen. Gandhok ini
tempat penyimpanan. Orang Jawa sering berfungsi sebagai tempat tinggal bagi
melakukan upacara ritual seperti anggota keluarga besar. Biasanya keluarga
pernikahan dan acara ritual lainnya di besar melakukan kegiatan di sepanjang
depan senthong tengah. Biasanya tempat area antara dalem dan gandhok. Gandhok
ini dipasang krobongan, yakni kamar yang secara simbolik merupakan representasi
selalu kosong namun lengkap dengan dari tangan manusia, yang aktif melakukan
ranjang, kasur, bantal, dan guling, dan kegiatan dan bersifat lebih terbuka. Ada
dapat juga digunakan untuk malam perlakuan khusus dalam memanfaatkan
pertama bagi pengantin baru. Ruang ini ruang gandhok. Gandhok tengen,
juga merupakan tempat menaruh sesaji diutamakan untuk tamu dan pihak luar
sebagai pemujaan terhadap Dewi Sri3, yang sedang memerlukan tempat menginap,
yakni Dewi kesuburan dan kebahagiaan sedangkan gandhok kiwo digunakan
rumah tangga (Widayat, 2004:7). untuk anggota keluarga yang lebih dekat.
Setelah dalem ada ruang gandhok,
Pemaknaan sisi kanan lebih baik daripada
merupakan ruangan yang terpisah dari
sisi kiri direpresentasikan dalam gandhok
3 Hal ini sesuai dengan mata pencaharian
masyarakat Jawa sebagai petani agraris
Ade Ariyani Sari Fajarwati, Representasi Tubuh Manusia dalam Omah Jawa
Gambar 10.
Gambar 11.
Gandhok Omah Jawa.
Pawon sebagai ruang yang sangat penting
Sumber: Ade Fajarwati
keberadaannya dalam omah Jawa.
Sumber: http://andisetyaji.blogspot.co.id.