You are on page 1of 50

DESAIN PENELITIAN

Shieva Nur Azizah Ahmad, S.Kep., Ners., M.Kep


Latar belakang

 Sering sifat empiris atau peristiwa yang direpresentasi oleh


konsep tidak dapat secara langsung diobservasi
 Sebagai contoh konsep persepsi, nilai,sikap,kekuasaan dan
lainnya tidak dapat diobservasi secara langsung. Melalui
definisi operasional konsep memberikan referensi empiris.
 Digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses
penelitian.
 Desain penelitian akan berguna bagi semua pihak yang terlibat
dalam proses penelitian.
DESAIN PENELITIAN

kerangka kerja atau rencana untuk melakukan


penelitian yang akan digunakan sebagai pedoman
dalam mengumpulkan data dan menganalisis data

• Desain penelitian merupakan cetak biru


bagi peneliti. Oleh karena itu, perlu Rencana & struktur suatu penelitian yg
disusun terlebih dahulu sebelum akan membawa penelitian
penelitian dilaksanakan. mendapatkan jawaban dari pertanyaan
• Desain penelitian dapat memberikan penelitian yang ada secara Valid,
petunjuk atau arahan yang sistematis Objektif, Akurat, Ekonomis
kepada peneliti tentang kegiatan- (Kerlinger, 1986)
kegiatan apa yang harus dilakukan,
kapan akan dilakukan, dan bagaimana
cara melakukannya.
Memilih Desain Penelitian
• Menentukan langkah-langkah secara sistematis & logis
dalam menjawab tujuan penelitian
• Menetapkan struktur, macam/ jenis penelitian ttt yang akan
dilaksanakan sebagai alat untuk:
1. Mencapai tujuan penelitian
2. Pedoman pelaksanaan Penelitian
3. Membantu peneliti untuk mengontrol variabel2 pengganggu
& kesalahan-kesalahan pengukuran (kesalahan random
dan bias)
Pendekatan Rancangan
Deskriptif Survey Institusional
Pengamatan Survey Masyarakat, SKRT (Survey
(Observasi) Rumah Tangga-household survey)
Analitik Studi Kohort
Studi Kasus-Kontrol
Studi Potong Lintang (cross-sectional)
Percobaan Analitik Uji Coba (trial): Pre-experiment, true
(Eksperimen) experiment, quasi experiment
Percobaan Laboratorik

Klasifikasi(umum)
Klasifikasi(tipe penyelidikan)

• Studi Kausal, bertujuan menggambarkan penyebab


(cause) dari suatu masalah (eksperimen dan non
eksperimen)
• Studi Korelasional, bertujuan untuk menggambarkan
variabel-variabel yang penting yang berhubungan
dengan suatu masalah
• Studi Komparatif, bertujuan untuk mengetahui
perbedaan antara satu kelompok dengan kelompok
lainnya mengenai satu atau beberapa variabel
Klasifikasi(tujuan)

 Studi eksplorasi  pemahaman yg lebih


baik ttg masalah yang belum banyak diteliti
 Studi Deskriptif  mengetahui & m’gambar’
karakteristik dari variabel-variabel dalam
suatu situasi/ fenomena
 Pengujian Hipotesis  menjelaskan suatu
hubungan tertentu untuk menentukan
perbedaan antara kelompok/ independensi
dari ≥ 2 faktor dlm suatu situasi
Klasifikasi(horizon waktu)

 Studi Cross Sectional  data hanya diambil


satu kali, pada suatu periode waktu, untuk
menjawab pernyataan penelitian atau hipotesis
penelitian
 Studi Longitudinal mempelajari orang/
fenomena dalam beberapa titik waktu untuk
menjawab penelitian
Ciri Rancangan Dasar Penelitian
(Kodim dlm Jatiputra & Yovsyah, 1991)

• Ada informasi tentang faktor2 studi yang diamati


• Ada informasi tentang outcome yang diamati
• Ada informasi tentang hubungan/ asosiasi faktor2
studi dengan outcome pada tingkat individu
Studi Deskriptif

 Tidak ditujukan utk menguji hipotesis • Informasi yang diperoleh


etiologik/ membuktikan penyebab berguna untuk memahami
 Berbentuk Survey dari suatu sampel lingkup permasalahan
yg valid secara ilmiah (representatif) kesehatan yang ada, yang
dari populasi Rujukan biasanya informasi berupa
 Perhatian utama: penjelasan/ pola kejadian terkait
dengan atribut:
deskripsi dengan basis informasinya 1. orang (misalnya: umur,
biasanya besar sex, etnik)
 Memberikan kuantifikasi prevalensi 2. tempat (misalnya:
dari perilaku, karakteristik, paparan negara, perkotaan)
dana penyakit pada satu titik waktu 3. waktu (misalnya: Variasi
(satu periode waktu) di dalam suatu waktu dari pola penyakit,
populasi yg didefinisikan bulan, tahun)
Studi Deskriptif

• Data deskriptif dapat berupa: Bahan2 hasil studi deskriptif, misalnya survey
1. data vital status (catatan prevalens yg mencakup unsur2 studi deskriptif,
kelahiran/kematian) dapat memungkinkan timbulnya hipotesis, yg
2. sistem surveillance kemudian dpt diuji dg ranc. Analitik/eksperimen
3. survey tertentu/ studi
nasional
Teknik Studi Deskriptif Jenis Studi Deskriptif

• Mengandung pengumpulan,
 Survey Rumah Tangga (Household
penyajian, serta analisis data
survey): SKRT, SAKERTI
• Dapat menggunakan metode  Survey morbiditas
kualitatif/ kuantitatif, dengan  Survey pendapat umum terhadap
instrumen kuesioner, pedoman suatu program kesehatan yang
menyangkut seluruh lapisan
wawancara, pengamatan masyarakat
peserta yang menjelaskan  Penelaahan kasus (case study)
masyarakat, kelompok, situasi,  Case series
 Studi perbandingan
program, dan unit-unit individual
 Studi ekologik
atau lingkungan.
Studi Analitik

● Desain yang menggunakan pendekatan berupa


pengembangan hipotesis untuk menentukan
penyebab suatu penyakit/ masalah dengan mencari
hubungan antara keterpaparan (exposure) suatu
risiko dengan kejadian penyakit (disease) dengan
mengendalikan variabel-variabel luar yang
menganggu (confounding variable) hubungan yang
diamati.
Penelitian Cross-Sectional
(Prevalence Study/ Studi Potong Lintang)

 Individu secara bersamaan


dikelompokkan sakit atau tidak Variabel outcome yang diamati bisa
sakit & terpapar atau tidak
berupa:
terpapar pada satu waktu (at a
single point in time) 1. variabel kontinu/ kuantitatif
 Hubungan asosiasi antara (misalnya kadar gula darah,
berbagai faktor risiko dg outcome kadar kolesterol, tekanan
dilakukan dengan darah)
membandingkan prevalens 2. kualitatif/ kategorik (umumnya
outcome pada kelompok yang dua kategori/ dikotomi,
terpapar/ sakit dgn faktor studi/ misalnya: sakit/ tidak sakit)
faktor risiko & kelompok yg tdk
terpapar/ tidak sakit
Penelitian Cross-Sectional

KELEBIHAN KEKURANGAN
1.Waktu pelaksanaan lebih singkat,
menghemat biaya dibandingkan 1. Diperlukan subjek penelitian yang besar
dengan studi2 prospektif 2. Kesulitan dalam membedakan variabel
yg menjadi penyebab (antecedent) dan
2.Studi prevalens dpt digunakan untuk
akibat (consequence)
mengidentifikasi kasus & kontrol pd
3. Untuk jenis penyakit kambuhan (individu
studi case-control & sbg dasar u/studi
yg tdk dl masa terkena peny.
kohort prospektif selanjutnya (untuk
kemungkinan dikelompokkan sebagai
penapisan/ screening out)
tidak sakit)
3.Generalisasi studi kuat ketika dimulai 4. Hubungan asosiasi/ korelasi antar
dengan sampel random/ acak dari penyakit/efek dg faktor risiko
populasi rujukan dari mana kasus dan kemungkinan adalah berbeda bila
kontrol diambil dibanding dengan kasus insiden (kohort)
4.Banyak digunakan dalam penelitian 5. Kesimpulan korelasi paling lemah
sistem kesehatan (health system dibanding rancangan epidemiologi yang
research), untuk menyusun program lain
dan membuat kebijakan
Evaluasi Outcome

1. Nilai PR (Prevalens ratio) memberikan


ukuran kekuatan hubungan antara
variabel2 dikotomi exposure/ keterpaparan/
faktor risiko dan outcome/ efek (misalnya
penyakit)
2. Uji Chi-square dapat digunakan untuk
mengevaluasi kebermaknaan hubungan
secara statistik dari faktor risiko dan
penyakit/ efek
Mengukur Keeratan
Rancangan
 Keeratan hubungan antara
faktor studi/ risiko dan
outcome ditentukan dengan
ukuran Rasio Prevalens
(PR), yaitu rasio antara
prevalens kelompok sakit
dan tidak sakit
 Prevalens adalah
perbandingan peluang untuk
terpapar dibagi peluang
untuk tidak terpapar baik
pada kelompok yang sakit
maupun yang tidak sakit
Tabel 2x2 Faktor Risiko dengan Status Outcome

Keterangan
Status
Status Outcome/ efek
keterpaparan/ Odd kelompok sakit
Sakit (efek Tidak sakit (efek positif) =
faktor risiko
positif) (efek negatif) a/(a+c) : c/(a+c) = a/c
Odd kelompok tidak
Terpapar a b sakit (efek negatif) =
b/(b+d) ; d/(b+d) = b/d
Tidak terpapar c d Rasio Prevalens =
a/c : b/d = ad/bc

Jumlah a+c b+d


Interpretasi

Jika PR = 1, berarti tidak ada hubungan asosiasi, makin


menjauhi nilai 1 hub. asosiasi makin erat
Jika PR > 1, berarti faktor penyebab, menunjukkan
prevalens (risiko) dari peny. lebih besar di antara mereka
yang terpapar: hub. positif an/faktor risiko & penyakit
Jika PR < 1, berarti faktor pencegah/ efek protektif:
pengurangan prevalens (risiko) dari penyakit di antara
mereka yang terpapar: hubungan yang negatif
Kohort Prospektif
Karakteristik:
1. Pemilihan kelompok individu yang diteliti berdasarkan
status pemaparan/ exposure (ada/tidak ada atau tinggi/
rendah) dr satu pop./ pop. yg terpisah
2. Adanya periode pengamatan/ observasi dimana
kelompok tersebut diikuti (forward in time) untuk
menentukan insiden penyakit yang terjadi selama
periode pengamatan pada kedua kelompok yang
dibandingkan
Kohort Prospektif
Analisa Data Kohort Prospektif

Data exposure/ outcome = kontinyu  skala interval/ rasio


Pengukuran kekuatan hub. An/ exposure dengan outcome 
analisis korelasi / regresi (Knapp & Miller III, 1992)
Kekuatan hub.  Relative Risk (RR) = m’band incidence rate/
cumulative rate.
Ukuran hub. yg lain Attributable Risk (AR) = selisih perbedaan
rate antara kedua kelompok
Attributable Risk

● Menunjukkan seberapa besar


penyakit dapat dicegah jika
pemaparan dihilangkan
● Ukuran yang penting untuk
mengetahui dampak upaya
kesehatan masyarakat
Tabel 2x2 Faktor Risiko dengan Status Outcome

RR = [ a/(a+b)] / [c/c+d)]
Status AR = [a/a+b] – [c/c+d]
Status Outcome/ efek RR = 1, IR pada kedua kelompok
keterpaparan/ sama, artinya tidak ditemukan
Sakit (efek Tidak sakit
faktor risiko adanya hub/asosiasi antara faktor
positif) (efek negatif) pemaparan dg penyakit yang diteliti.
RR > 1 (hub positif): kelp terpapar >
Terpapar a b kemungkinan mendapatkan penyakit
daripada kelompok tdk terpapar
Tidak terpapar c d RR < 1 (hub negatif): kelompok
terpapar < kemungkinannya
mendapatkan penyakit daripada
Jumlah a+c b+d kelompok tidak terpapar
Kelebihan Kelemahan

1. Merupakan satu-satunya jenis 1. Memerlukan waktu yang lama & biaya


studi observasional yang yang besar/ tidak efisien
menghasilkan estimasi langsung 2. Umumnya IR pada sebagian besar
risiko, artinya peluang bahwa penyakit relatif rendah, sehingga
individu yang sehat akan menjadi insiden untuk penyakit yang jarang
sakit di periode waktu tertentu terjadi memerlukan kohort yang besar
2. Dapat meneliti beberapa outcome dan periode waktu yang lama.
yg lain disebabkan oleh satu 3. Terdapat potensi bias yang berasal
pemaparan/ faktor risiko yang dari masalah loss to follow up/ loss of
sama subject/ drop out
3. Studi ini termasuk kategori yang 4. Dapat bermasalah secara etis untuk
kuat dalam menetapkan pemaparan dari individu terkait hazard/
kausalitas, satu level di bawah bahaya kesehatan yang dicurigai
studi eksperimen.
Kohort Retrospektif
Keuntungan & Kelemahan
1. Subyek terpapar dan tidak terpapar
berdasarkan riwayat/ past record Keuntungan: Lebih cepat dan
dan diikuti “forward in time” untuk lebih ekonomis dari kohort
menentukan insiden penyakit saat prospektif
ini/ sekarang Kerugian: bergantung pada
2. Tergantung pada kesediaan data
atau catatan yang memungkinkan catatan medik yang ada. Jika
penyusunan kembali (rekonstruksi) tidak akurat atau tidak
keterpaparan kohort terhadap suatu lengkap, kesimpulan dari
faktor risiko yang dicurigai dan studi ini perlu disetujui/
pemantauan lanjut terhadap
kematian/ kesakitan selama waktu disepakati dulu bersama.
tertentu seakan2 peneliti ada saat
masa penelitian
Desain Kohort Retrospektif
dahulu sekarang akan datang

E+ D+
D-
E- D+
D-
E+ D+
D-
E- D+
D-

Kohort Retrospektif Kohort Prospektif


Penelitian Kasus Kontrol/ Riwayat
Kasus (Retrospektif study, Case-
Referent Study) Teknik Penelitian Kasus Kontrol

1. Menetapkan kelompok kasus


dan kontrol yang akan diteliti
Menentukan sebab- 2. Menetapkan besarnya
sebab dari suatu sampel, biasanya dilakukan
penyakit dengan multiple control groups,
karena sulit memperoleh
meneliti berbagai perbandingan kelompok
hubungan antara kasus dengan kontrol
keterpaparan suatu 3. Mengobservasi dan mencatat
data
faktor risiko dan 4. Analisis Data
terjadinya penyakit
Kelemahan
Kelebihan
 Lebih rentan terhadap terjadinya
 Paling praktis untuk penyakit bias, khususnya dalam penentuan
yang jarang terjadi, misal kanker kelompok kasus & kontrol
 Tidak mengukur secara langsung
pada organ tubuh tertentu
risiko
 Lebih cepat dan lebih ekonomis  Belum jelas sebab akibatnya,
dibanding kohort prospektif, terutama bila waktu recallnya lama
karena sampel lebih sedikit  Hanya bisa meneliti satu penyakit.
dibanding kohort  Berkson bias, karena biasanya
 Tidak ada masalah dalam drop dilakukan di rumah sakit/ klinik,
out subyek atau pengaruh membeda-bedakan
kebijaksanaan penerimaan dan
biaya orang sakit (admission rate
antar kelompok)
Disain Studi Eksperimen
 Merupakan langkah penting dalam menentukan
penyebab, namun seringkali terkendala dengan masalah
etika atau kelayakan/ feasibility, khususnya jika
percobaan dilakukan terhadap manusia yang
dihadapkan pada faktor-faktor risiko (penyakit atau
masalah kesehatan)
 Digunakan secara luas dalam bidang uji klinik dan
lapangan untuk menguji obat-obatan baru atau program-
program intervensi.
Kelemahan
Kelebihan
 Kurangnya realitas, artinya tidak mungkin mengacak
• Kemampuan untuk memanipulasi semua faktor risiko kecuali faktor risiko yang diteliti.
atau mengatur variabel bebas, Untuk hal ini disain observasi/ pengamatan lebih
dengan cara acak/random atau realistik.
 Kesulitan dalam ekstrapolasi, khususnya dari
matching/ pemadanan ke dalam
percobaan pada binatang yang diekstrapolasikan
kelompok-kelompok perlakuan/ pada manusia
treatment dengan kontrol.  Masalah-masalah etik, khususnya dalam menilai
• Kemampuan untuk mengendalikan ketepat-gunaan (efektivitas/ efisiensi) atau pengaruh
sumber-sumber yang membuat perlakuan baru yang tanpa penilaian kritik dalam
rancu (confounding) dan sekelompok manusia
memperkecil sumber-sumber  Kesulitan dalam memanipulasi variabel independen,
misalnya mengatur kebiasaan merokok secara acak
hubungan yang membingungkan
pada kelompok percobaan dan kontrol
• Kemampuan untuk memastikan  Ketidak-representatifan sampel, karena biasanya
mengenai waktu/temporality percobaan dilakukan pada populasi yang dijaring
• Kemampuan untuk mereplikasi atau sukarelawan yang tidak dapat secara persis
temuan mewakili populasi yang lebih besar.
DESAIN PENELITIAN KUALITATIF
Substansi Desain Penelitian
● Kesulitan membuat desai penelitian kualitatif
karena :
1. Desain penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri
sehingga penelitilah yang paham pola penelitian
yang akan dilakukan
2. Masalah penelitian kualitatif yang amat beragam
dan kasuistik
3. Ragam ilmu sosial yang variannya bermacam-
macam sehingga memiliki tujuan dan
kepentingan yang ebrbeda2 pula terhadap
metode penelitian kualitatif
Model Desain Penelitian Kualitatif

 Format deskriptif : lebih banyak atau masih dipengaruhi oleh


paradigna positivistik, kendati format ini dominan menggunakan
paradigma fenomenologis
 Format Verifikatif : bersifat induktif dan berparadigma
fenomenologis namun perlakuannya terhadap teori masih semi
terbuka pada awat penelitian
 Format Grounded Theory : bersifat induktif fan berparadigma
fenomenologis dan tertutup terhadap teori pada wal penelitian
Desain Deskriptif Kualitatif
 Deskriptif kualitatif banyak memeiliki kesamaan dengan deskriptif
kuantitatifkualitatif semu : desain ini belum benar-benar kualitatif karena
bentuknya masih dipengaruhi tradisi kuantitatif treutama dalam menempatkan
teori pada data yang diperolehnya.
 Menganut paham fenomenologis & postpositivisme.
 Tokoh: Edmund Husserl, Martin Heidegger, Merleu Ponty pelopor aliran
fenomenologi.
 Tujuan desain ini: mengkritik kelemahan penelitian kuantitatif (yang terlalu
positivisme), menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi
atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat menjadi obyek
penelitian dan berusaha menarik realitas tersebut ke permukaan sebagai suatu
ciri, karakter, sifat, model, tanda atau gambaran tentang kondisi, situasi atau
fenomena tertentu.
 Format deskriptif kualitatif pada umumnya dilakukan pada penelitian dalam
bentuk studi kasus.
1. Desain Deskriptif Kualitatif

Unit-unit yang diteliti dalam format kualitatif deskriptif


Format Unit yang
deskriptif diteliti
Individu Kelompok/ke masyarakat Kelembagaa
luarga n
sosial/pranat
a
Studi Kasus SK1 SK 2 SK 3 SK 4

Ket :
Unit individu: masalah-masalah individu,orang per orang
Unit kelompok/keluarga:bisa satu kelompok atau suatu keluarga.
Masyarakat: suatu desa,satu kecamatan, beberapa kotamadya, dst
Kelembagaan sosial: tatanan nilai & norma sosial, produk hukum, suatu kebijakan publik
dan implementasi kebijakan publik.
Desain Deskriptif Kualitatif
Format Konstruktif desain deskriptif kualitatif:
I. Pendahuluan:
a. Judul penelitian
b. Latar belakang masalah
c. Masalah penelitian
d. Tujuan penelitian
e. Tinjauan pustaka/teori dan kesimpulan teoritis yang digunakan.
II. Metode Penelitian
a. Obyek dan informan penelitian
b. Cara memperoleh sumber data (informan) dan penentuan unit analisis penelitian
c. Metode pengumpulan data dan keabsahan data
d. Metode analisis data
e. Rancangan pembahasan (diskusi) hasil penelitian
f. Rancangan laporan penelitian
2. Desain Kualitatif Verifikatif

 Menganut model induktif:lebih banyak mengkonstruksi format


penelitian dan strategi memperoleh data di lapangan.
 Teori diperlakukan masih sangat longgar(terbuka pada teori,
pengetahuan tentang data, dan tidak mengharuskan peneliti
menggunakan kacamata kuda)
 Penelitian ini jarang digunakan karena: 1.melakukan penelitian yang
sungguh-sungguh kualitatif adalah hal baru, asing, canggung serta
membutuhkan waktu yang lama, 2. secara epistemologi metode ini
dianggap masih terlalu sulit dilakukan, terutama jika dilakukan oleh
mahasiswa, 3. belum banyak peneliti/tenaga pengajar memahami
metode ini sebagai metode yang unggul dalam penelitian kualitatif.
2. Desain Kualitatif Verifikatif
“alur informasi format kualitatif verifikatif”
Desain Kualitatif Verifikatif
Konstruksi format kualitatif verifikatif:
I. Pendahuluan
a. Menemukan tema penelitian yang diinginkan
b. Memulai berfikir tentang metode yang akan digunakan
c. Bagaimana memfokuskan cara berfikir dengan metode serta Research Questions.
II. Penggunaan metode dan Laporan Penelitian
a. Cara menemukan informan penelitian
b. Metode penelitian dan strategi menggunakan metode penelitian
c. Penggunaan dan bagaimana mengintegrsikan metode dan informan.
d. Memutuskan penggunaan metode penelitian
e. Membuat catatan harian
f. Triagulasi untuk antisipasi kelemahan proses analisis data dan sumber data yang
digunakan
g. Bentuk draf laporan penelitian yang diharapkan.
3. Desain Grounded Theory

Diperkenalkan oleh Glaser & Strauss (1967)


Bertolak belakang dengan penelitian kuantitatif
Tidak diawali dengan desain, peneliti langsung ke lapangan,
semua dilaksanakan di lapangan, rumusan masalah ditemukan
dilapangan, hipotesis senantiasa jatuh bangun ditempa data.
Data merupakan sumber teori, sehingga teori juga lahir dan
berkembang di lapangan
Kredibilitas peneliti grounded merupakan pertimbnagan utama
penggunaan metode ini.
Alur informasi format grounded theory
3. Desain Grounded Theory
Format Desain grounded theory:
A. Tahap I Observasi pendahuluan:
a. Menemukan tema-tema pokok penelitian
b. Menemukan gatekeepers
c. Menemukan gambaran umum tentang alur penelitian
B. Tahap II pengumpulan data :
a.Menemukan informan
b.Mewawancara dan mengobservasi serta membuat catatan harian
c. Menemukan informan baru
d. Mengembangkan strategi wawancara dan observasi
e. Menggunakan triagulasi untuk menemukan kebenaran data
f. Terus menerus membuat catatan harian
C. Tahap III Pengumpulan Data Lanjutan :
a. Merevisi draf laporan penelitian
b. Menemukan kekurangan data dan informasi
c. Membuang informasi yang tidak penting
d. Menemukan informan baru
e. Terus menerus menggunakan triagulasi
f. Terus menerus membuat catatan harian
g. Memutuskan untuk menghentikan penelitian
h. Mengembangkan draf laporan menjadi rancangan laporan akhir
i. Peneliti meninggalkan lokasi penelitian
Mengkonstruksi Desain Penelitian Kualitatif
1. Merancang judul penelitian kualitatif
2. Merancang konsep kualitatif
3. Rumusan masalah dan tujuan penelitian
4. Indikasi fenomena dan penjelasannya
5. Objek dan Informan Penelitian
6. Cara memperoleh Informan Penelitian
7. Metode pengumpulan data dan strategi analisis data
8. Teknik analisis data kualitatif
9. Fleksibilitas desain penelitian sosial
10. Masalah teori dalam desain penelitian kualitatif
Tujuan mix metode kuantitatif dan kualitatif

1. Triangulasi
2. Complementary
3. Initiation
4. Development
5. expansion
Alternatif Model mix kuantitatif dan kualitatif
1. Qualitative measure to develop quantitative tool

qualitative Result
Quantitative
Quantitative Result

Qualitative

2. Qualitative mthods to explain quantitative result


Qualitative Result

quantitative

Quantitative method to enlarge qualitative study


Qualitative RESULT Quantitative

4.Quantitative and qualitative method equal and paralel

You might also like