Professional Documents
Culture Documents
Juknis Kesehatan Jiwa (Autosaved) Terbaru
Juknis Kesehatan Jiwa (Autosaved) Terbaru
I. Pendahuluan
Sehat adalah keadaan sejahtera, fisik mental dan sosial dan tidak
sekedar terbebas dari keadaan cacat dan kematian. Definisi sehat ini berlaku
bagi perorangan maupun penduduk (masyarakat). Derajat kesehatan
masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor yang saling berinteraksi yaitu,
lingkungan, perilaku, keturunan dan pelayanan kesehatan.
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental sejahtera yang
memungkinkan hidup harmonis dan produktif sebagai bagian yang utuh dari
kualitas hidup seseorang, dengan memperhatikan semua segi kehidupan
manusia dengan ciri menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya, mampu
menghadapi tekanan hidup yang wajar, mampu bekerja produktif dan
memenuhi kehidupan hidupnya, dapat berperan serta dalam lingkungan hidup,
menerima dengan baik apa yang ada pada dirinya merasa nyaman bersama
orang lain. Jadi kesehatan jiwa (mental) merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari kesehatan secara keseluruhan. Sedangkan pelayanan kesehatan
jiwa adalah pelayanan diprioritaskan pada masyarakat yang mengalami
gangguan kesehatan jiwa sesuai dengan visi, misi dan tata nilai puskesmas.
Bulan
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pelayanan Kesehatan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
1
Jiwa di Puskesmas
Pelayanan Deteksi dini √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2
dan kunjungan
masyarakat dengan
gangguan jiwa
Skrining kesehatan jiwa √
3
di sekolah
Skrining kesehatan jiwa √
4
di masyarakat
Penyuluhan kesehatan √
5
jiwa di masyarakat
VII. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia–Nya Buku Pedoman
Penyelenggaraan Kesehatan Jiwa di Puskesmas Batang 1 telah selesai disusun. Peran kesehatan jiwa
dalam meningkatkan kualitas dan pelayanan yang diberikan Puskesmas adalah tersedianya
pelayanan kesehatan jiwa dan psikofarmaka di pelayanan kesehatan dasar. Berdasarkan hasil
Riskesdas 2018 didapatkan data kasus ODGJ berat adalah 1,8 per 1000 penduduk atau 429.332
ODGJ. Target layanan Keswa terhadap ODGJ berat pada tahun 2024 adalah sebesar 100 % sesuai
Standar Pelayanan Minimum bidang kesehatan. Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan
kesehatan jiwa dasar memegang peranan penting dalam menanggulangi gangguan jiwa.
Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan di Puskesmas Batang 1.
Berbagai faktor resiko biologis, psikologis dan sosial dengan keaneragaman penduduk
mengakibatkan jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak pada penurunan
produktivitas manusia untuk jangka panjang. Dan juga diperlukan peningkatan kuantitas dan kualitas
SDM medis. Dalam meningkatkan kualitas SDM di Puskesmas Batang 1 agar mereka mampu
melaksanakan deteksi dini dan penatalaksanaan masalah kesehatan jiwa pada pasien yang datang
berobat ke pelayanan,maka perlu dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kemampuan tenaga
baik dokter maupun perawat lewat pelatihan – pelatihan yang bertugas di Puskesmas Batang 1.
Buku pedoman Penyelenggaraan Kesehaan Jiwa di Puskesmas Batang 1 dapat dipergunakan
untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat pada aspek preventif dan promotif, efektifitas dalam
tata laksana pelayanan kesehatan jiwa melalui seleksi obat esensial.
Kami menyadari bahwa buku pedoman ini belum sempurna, untuk itu masukan dan saran
sangat kami harapkan untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata, terima kasih yang tak
terhingga kepada semua pihak atas dukungan dan kontribusi dalam penyusunan bulu pedoman ini.
dr. Komarudin
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Sasaran
D. Dasar Hukum
E. Integrasi Kesehatan Jiwa di Puskesmas Batang 1
F. Permasalahan Keswa yang bisa terjadi pada setiap fase kehidupan manusia
BAB II PENYELENGGARAAN KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS BATANG 1
A. Tahapan Penyelenggaraan Kegiatan
B. Peran Puskesmas dalam edukasi masyarakat
BAB III OPERASIONAL PENYELENGGARAAN UPAYA KESEHATAN JIWA DI
PUSKESMAS
A. Upaya Promotif, Preventif, Kuratif,dan Rehabilitatif
B. Pencatatan dan Pelaporan
C. Monitoring dan Evaluasi ( Indikator Capaian, Jejaring Surveilans )
BAB IV PENUTUP
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang – Undang nomor 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa menyebutkan bahwa
upaya kesehatan jiwa diselenggarakan melalui pendekatan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh , dan berkesinambungan bersama –
sama dengan lintas program dan lintas sektor terkait. Dalam rangka mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi – tingginya , berbagai upaya tengah diwujudkan agar
dapat merealisasikan makna yang terkandung dalam Undang – Undang tentang kesehatan jiwa
tersebut.
Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seseorang individu dapat berkembang secara fisik,
mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadarai kemampuan sendiri, dapat
mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mapu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya. Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan di dunia, termasuk di
Indonesia . Terdapat berbagai masalah kesehatan jiwa dengan gejala yang berbeda, umumnya
ditandai oleh kombinasi pemikiran abnormal, masalah atau gangguan persepsi, emosi,perilaku
dan hubungan dengan orang lain. Masalah kesehatan dan gangguan jiwa meliputi : depresi,
gangguan aktif bipolar, skizofrenia dan psikosis lainnya, dimensia, cacat intelektual dan
gangguan perkembangan termasuk gangguan spectrum autism dan lain – lain. Beban masalah
kesehatn jiwa terus meingkat yang berdampak terhadap kesehatan dan konsekuensi sosial, hak
asasi manuasi dan ekonomi utama disemua negara di dunia.
Di Indonesia jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah akibat berbagai factor resiko
biologis, psikologis dan sosial dengan keanekaragaman penduduk, hal ini berdampak pada
penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manuasi untuk jangka panjang. Data
riset Kesehata Dasar tahun 2018 menunjukkan peningaktan beberapa masalah kesehatan jiwa
yaitu prevalensi gangguan jiwa skizofrenia / psikosis meningkat dari 0,15 % ( Riskesdas
2013 ) menjadi 0,18 % terdapat sekitar 31,5 % Rumah Tangga melakukan pasung terhadap
penderita Skizofrenia dalam 3 bulan terakhir , hanya sekitar 41,8 % penderita skizofrenia yang
minum obat secara teratur, prevalensi Depresi pada penduduk umum > 15 tahun sebesar 6,1 %
( sekitar 12 juta penduduk umur > 15 tahun ) dan hanya 9 % yang minum obat / menjalani
pengobatan medis, prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk umur > 15 tahun
mengalami peningkatan dari 6 % ( Riskesdas 2013 ) menjadi 9 % atau sekitar 19 juta
penduduk umur > 15 tahun ( Riskesdas 2018 ).
Program kesehatan jiwa telah menjadi komitmen global dan nasional yang dituangkan dalam
Sustainable Development Goals ( SDGs), yaitu :
a. Pada Tahun 2030 menurunkan 1/3 kematian dini karena PTM dan mempromosikan
kesehatan jiwa ( target 3.4 );
b. Menurunkan angka kematian karena bunuh diri ( target 3.4.2 );
c. Memperkuat Pencegahan dan Pengobatan Penyalahgunaan Zat termasuk
penyalahgunaan Narkotika dan Penggunaan Alkohol yang membahayakan (3.5 ) dan
d. Jumlah penyalahguna Narkotika dan Pengguna lakohol yang mengakses Rehabilitasi
Medis ( target 3.5.1a ) .Pemerintah berkomitmen untuk menurunkan morbiditas dan
mortalitas masalah kesehatan jiwa dan NAPZA, melalui intensifikasi pencegahan dan
pengendalian penyakit secara komprehensif
Strategi pembanguan kesehatan jiwa masyarakat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Meningkatkan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative;
b. Menguatkan kerjasama lintas sector, serta kemitraan dengan swasta dan masyarakat;
c. Memberdayakan masyarakat secara terintegrasi dengan program lintas sector;
d. Meningkatkan advokasi dan sosialisasi Kesehatan Jiwa Masyarakat ;
e. Menguatkan kapasitas sumber daya serta penguatan mekanisme kerja dan ;
f. Membangun system data dan Informasi serta kajian bidang kesehatan jiwa
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka diperlukan pemahaman yang cukup serta
menyeluruh tentang besarnya permasalahan kesehatan jiwa dan faktor resikonya serta
upaya untuk mengendalikan dan menanggulangi permasalahan tersebut bagi penentu
kebijakan dan tenaga kesehatan di Puskesmas. Berbagai masalah kejiwaan yang terjadi di
keluarga dan masyarakat memerlukan deteksi dan intervensi dini yang meliputi masalah –
masalah psikososial yang terjadi di Keluarga dan masyarakat. Orang dengan Masalah
Kejiwaan ( ODMK ) adalah orang yang mempunyai masalah fisik, mental,
sosial,pertumbuhan dan perkembangan dan / atau kualitas hidup sehingga memiliki resiko
mengalami gangguan jiwa.
Pembangunan masyarakat sehat jiwa diupayakan melalui pemberdayaan masyarakat,
pengembangan deteksi dini masalah kesehatan jiwa berbasis masyarakat yang disertai
pendampingan dan diharapkan akan memampukan dan memendirikan masyarakat.
Sebagai acuan penyelenggaraan upaya kesehatan jiwa maka perlu disusun Pedomana Tata
Laksana Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Jiwa di Puskesmas Batang 1.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tatakelola dan tatalaksana masalah kesehatan jiwa di Puskesmas Batang 1
2. Tujuan Khusus
Buku pedoman ini sebagai panduan bagi tenaga kesehatan di pelayanan kesehatan di
Puskesmas Batang 1 sehingga diharapkan mampu :
1. Mendeteksi secara dini masalah kesehatan jiwa di Puskesmas Batang 1
2. Menangani kasus gangguan jiwa di Puskesmas Batang 1 termasuk dilingkungan
masyarakat
3. Melakukan rujukan pada saat yang tepat bila diperlukan
C. Sasaran
Sasaran dari buku pedoman ini adalah dokter, perawat, bidan dan tenaga kesehatan lainnya
yang bekerja Puskesmas Batang 1
D. Dasar Hukum
Agar pelaksanaan program dan kegiatan dapat berjalan dengan baik maka perlu didukung
dengan regulasi yang memadai. Regulasi yang telah disusun antara lain :
1. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika
3. UU No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
4. UU No. 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa
5. UU No. 35 tahun 2015 tambahan UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
6. UU No. 8 tahun 2016 Tentang Disabilitas
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 39 tahun 2016 tentang Program Indonesi Sehat
dengan Pendekatan Keluarga.
8. Peraturan Menteri Kesehatan No.4 tahun 2019 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan
9. Permenkes No. 54 tahun 2017 tentang Penanggulangan Pemasungan pada ODGJ
10. Permenkes No. 43 Tahun 2019 tentang Puskesmas
Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara
fisik,mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri,
dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi
untuk komunitasnya. Orang Dengan Masalah Kejiwaan yang disingkat ODMK adalah orang
yang mepunyai masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan / atau
kualitas hidup sehingga memiliki resiko mengalami gangguan jiwa. Orang Dengan Gangguan
Jiwa yang selanjutnya disingkat ODGJ adalah orang yang mengalami gangguan dalam
pikiran, perilaku, dan perasaan yang bermanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan /
atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan atau hambatan
dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia.
Prioritas nasional upaya kesehatan jiwa di Indonesia adalah
1. Deteksi Dini Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA;
2. Penanggulangan Orang dengan Gangguan Jiwa Berat;
3. Penanggulangan Gangguan Mental Emosional;
4. Penanggulangan Depresi
5. Rehabilitasi Medis Penyalahguna NAPZA