You are on page 1of 18

KERANGKA ACUAN PENYELENGGARAAN KESEHATAN JIWA

PUSKESMAS BATANG 1 TAHUN 2022

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG


PUSKESMAS BATANG 1
Jln.Dr.Cipto No.34 Proyonanggan Tengah Batang
Telp ( 0285 ) 392803 email : pusk_batang1@yahoo.com
KERANGKA ACUAN KEGIATAN
PENYELENGGARAAN KESEHATAN JIWA
PUSKESMAS BATANG 1
TAHUN 2022

I. Pendahuluan
Sehat adalah keadaan sejahtera, fisik mental dan sosial dan tidak
sekedar terbebas dari keadaan cacat dan kematian. Definisi sehat ini berlaku
bagi perorangan maupun penduduk (masyarakat). Derajat kesehatan
masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor yang saling berinteraksi yaitu,
lingkungan, perilaku, keturunan dan pelayanan kesehatan.
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental sejahtera yang
memungkinkan hidup harmonis dan produktif sebagai bagian yang utuh dari
kualitas hidup seseorang, dengan memperhatikan semua segi kehidupan
manusia dengan ciri menyadari sepenuhnya kemampuan dirinya, mampu
menghadapi tekanan hidup yang wajar, mampu bekerja produktif dan
memenuhi kehidupan hidupnya, dapat berperan serta dalam lingkungan hidup,
menerima dengan baik apa yang ada pada dirinya merasa nyaman bersama
orang lain. Jadi kesehatan jiwa (mental) merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari kesehatan secara keseluruhan. Sedangkan pelayanan kesehatan
jiwa adalah pelayanan diprioritaskan pada masyarakat yang mengalami
gangguan kesehatan jiwa sesuai dengan visi, misi dan tata nilai puskesmas.

II. Latar Belakang

Puskesmas Batang 1 adalah salah satu Puskesmas rawat jalan yang


berada di Kabupaten Batang Kecamatan Batang. Puskesmas Batang 1
memiliki 1 Desa dan 4 kelurahan yaitu Desa Kecepak, Kelurahan Sambong,
Kelurahan Proyonanggan Utara , Kelurahan Proyonanggan Tengah dan
Kelurahan Proyonanggan Selatan. Puskesmas Batang 1 melakukan pelayanan
kesehatan jiwa dengan total jumlah pasien ODGJ adalah 93 pada tahun 2022
dengan rincian 9 orang Desa Kecepak, 19 orang Kelurahan Sambong, 24
orang Kelurahan Proyonanggan Utara, 23 orang Kelurahan Proyonanggan
Tengah dan 18 orang Kelurahan Proyonanggan Selatan. Berdasarkan hal
tersebut, maka Puskesmas Batang 1 melakukan strategi khusus untuk
mengatasi serta mencegah terjadinya gangguan kesehatan jiwa masyarakat
dengan cara melakukan kunjungan rumah dan Deteksi Dini pada masyarakat
dengan gangguan jiwa.
III. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat Kesehatan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Batang 1
2. Tujuan Khusus
- Untuk meningkatkan deteksi dini dan pengobatan rutin pasien jiwa.

- Untuk mempermudah Pelayanan Kesehatan Jiwa di Puskesmas Batang 1

- Untuk mensosialisasikan tentang kesehatan jiwa kepada masyarakat.

- Untuk mengurangi peningkatan kasus ODGJ dimasyarakat.

IV. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan


1. Kegiatan Pokok
Pelayanan kesehatan jiwa dilakukan dengan tahapan pendataan terhadap pasien
jiwa, kunjungan ke rumah, dan penyuluhan terhadap keluarga pasien.
2. Rincian Kegiatan
1) Petugas melakukan analisis target jumlah penderita Kesehatan jiwa
2) Petugas melakukan pemetaan kasus gangguan jiwa per desa
3) Petugas melaukan kunjungan rumah
4) Petugas melakukan pemeriksaan pasien gangguan jiwa
5) Petugas melakukan penyuluhan
6) Petugas melakukan penjaringan / skrining pasien dengan kasus Kesehatan jiwa
7) Petugas melakukan pembinaan terhadap keluarga pasien

V. Cara Melaksanakan Kegiatan


Kegiatan berawal dari belum tercapainya target cakupan penanganan
pasien yang terdeteksi gangguan Kesehatan jiwa.
Pelayanan Kesehatan jiwa dilakukan dengan melakukan kunjungan rumah
dan deteksi dini gangguan jiwa dengan melibatkan bidan desa dan kader kesehatan
ke masyarakat yang mengalami gangguan jiwa
VI. Sasaran
Masyarakat yang mengalami gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Batang 1
A. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan dilakukan sesuia dengan jadwal pelaksanaan kegiatan antara lain :

Bulan
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Pelayanan Kesehatan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
1
Jiwa di Puskesmas
Pelayanan Deteksi dini √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2
dan kunjungan
masyarakat dengan
gangguan jiwa
Skrining kesehatan jiwa √
3
di sekolah
Skrining kesehatan jiwa √
4
di masyarakat
Penyuluhan kesehatan √
5
jiwa di masyarakat
VII. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan

Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan setiap satu bulan sekali


setelah pelaksanaan kegiatan. Laporan evaluasi kegiatan dibuat oleh penanggung
jawab Program Kesehatan Jiwa. Pencatatan dan perekapan dilaksanakan di
Puskesmas, data dan informasi dari hasil pelaporan diolah dan dianalisa dan
dilaporkan ke Dinas Kesehatan.

VIII. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan


1. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dilakukan setiap satu bulan sekali, baik untuk pelayanan Kesehatan
jiwa di Puskesmas. Pelaporan dibuat berdasarkan hasil evaluasi dan disampaikan
ke Dinas Kesehatan Kab. Batang
2. Evaluasi Kegiatan
Evaluasi dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan selama satu bulan berjalan dan
hasilnya disampaikan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Batang.

Kepala Puskesmas Batang 1 Batang, 2 Januari 2022


Penanggung Jawab Program Keswa

dr. Komarudin Eka Widyaningsih,S.Kep,Ns


NIP.19800429 200701 1 012 NIP.19800429 200701 2 004
PEDOMAN PENYELENGGARAAN KESEHATAN JIWA
DI PUSKESMAS BATANG 1

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG


PUSKESMAS BATANG 1
Jln.Dr.Cipto No.34 Proyonanggan Tengah Batang
Telp ( 0285 ) 392803 email : pusk_batang1@yahoo.com
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia–Nya Buku Pedoman
Penyelenggaraan Kesehatan Jiwa di Puskesmas Batang 1 telah selesai disusun. Peran kesehatan jiwa
dalam meningkatkan kualitas dan pelayanan yang diberikan Puskesmas adalah tersedianya
pelayanan kesehatan jiwa dan psikofarmaka di pelayanan kesehatan dasar. Berdasarkan hasil
Riskesdas 2018 didapatkan data kasus ODGJ berat adalah 1,8 per 1000 penduduk atau 429.332
ODGJ. Target layanan Keswa terhadap ODGJ berat pada tahun 2024 adalah sebesar 100 % sesuai
Standar Pelayanan Minimum bidang kesehatan. Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan
kesehatan jiwa dasar memegang peranan penting dalam menanggulangi gangguan jiwa.
Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan di Puskesmas Batang 1.
Berbagai faktor resiko biologis, psikologis dan sosial dengan keaneragaman penduduk
mengakibatkan jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak pada penurunan
produktivitas manusia untuk jangka panjang. Dan juga diperlukan peningkatan kuantitas dan kualitas
SDM medis. Dalam meningkatkan kualitas SDM di Puskesmas Batang 1 agar mereka mampu
melaksanakan deteksi dini dan penatalaksanaan masalah kesehatan jiwa pada pasien yang datang
berobat ke pelayanan,maka perlu dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kemampuan tenaga
baik dokter maupun perawat lewat pelatihan – pelatihan yang bertugas di Puskesmas Batang 1.
Buku pedoman Penyelenggaraan Kesehaan Jiwa di Puskesmas Batang 1 dapat dipergunakan
untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat pada aspek preventif dan promotif, efektifitas dalam
tata laksana pelayanan kesehatan jiwa melalui seleksi obat esensial.
Kami menyadari bahwa buku pedoman ini belum sempurna, untuk itu masukan dan saran
sangat kami harapkan untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata, terima kasih yang tak
terhingga kepada semua pihak atas dukungan dan kontribusi dalam penyusunan bulu pedoman ini.

Batang, Januri 2022


Kepala Puskesmas Batang 1

dr. Komarudin
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Sasaran
D. Dasar Hukum
E. Integrasi Kesehatan Jiwa di Puskesmas Batang 1
F. Permasalahan Keswa yang bisa terjadi pada setiap fase kehidupan manusia
BAB II PENYELENGGARAAN KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS BATANG 1
A. Tahapan Penyelenggaraan Kegiatan
B. Peran Puskesmas dalam edukasi masyarakat
BAB III OPERASIONAL PENYELENGGARAAN UPAYA KESEHATAN JIWA DI
PUSKESMAS
A. Upaya Promotif, Preventif, Kuratif,dan Rehabilitatif
B. Pencatatan dan Pelaporan
C. Monitoring dan Evaluasi ( Indikator Capaian, Jejaring Surveilans )
BAB IV PENUTUP
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang – Undang nomor 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa menyebutkan bahwa
upaya kesehatan jiwa diselenggarakan melalui pendekatan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh , dan berkesinambungan bersama –
sama dengan lintas program dan lintas sektor terkait. Dalam rangka mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi – tingginya , berbagai upaya tengah diwujudkan agar
dapat merealisasikan makna yang terkandung dalam Undang – Undang tentang kesehatan jiwa
tersebut.
Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seseorang individu dapat berkembang secara fisik,
mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadarai kemampuan sendiri, dapat
mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mapu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya. Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan di dunia, termasuk di
Indonesia . Terdapat berbagai masalah kesehatan jiwa dengan gejala yang berbeda, umumnya
ditandai oleh kombinasi pemikiran abnormal, masalah atau gangguan persepsi, emosi,perilaku
dan hubungan dengan orang lain. Masalah kesehatan dan gangguan jiwa meliputi : depresi,
gangguan aktif bipolar, skizofrenia dan psikosis lainnya, dimensia, cacat intelektual dan
gangguan perkembangan termasuk gangguan spectrum autism dan lain – lain. Beban masalah
kesehatn jiwa terus meingkat yang berdampak terhadap kesehatan dan konsekuensi sosial, hak
asasi manuasi dan ekonomi utama disemua negara di dunia.
Di Indonesia jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah akibat berbagai factor resiko
biologis, psikologis dan sosial dengan keanekaragaman penduduk, hal ini berdampak pada
penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manuasi untuk jangka panjang. Data
riset Kesehata Dasar tahun 2018 menunjukkan peningaktan beberapa masalah kesehatan jiwa
yaitu prevalensi gangguan jiwa skizofrenia / psikosis meningkat dari 0,15 % ( Riskesdas
2013 ) menjadi 0,18 % terdapat sekitar 31,5 % Rumah Tangga melakukan pasung terhadap
penderita Skizofrenia dalam 3 bulan terakhir , hanya sekitar 41,8 % penderita skizofrenia yang
minum obat secara teratur, prevalensi Depresi pada penduduk umum > 15 tahun sebesar 6,1 %
( sekitar 12 juta penduduk umur > 15 tahun ) dan hanya 9 % yang minum obat / menjalani
pengobatan medis, prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk umur > 15 tahun
mengalami peningkatan dari 6 % ( Riskesdas 2013 ) menjadi 9 % atau sekitar 19 juta
penduduk umur > 15 tahun ( Riskesdas 2018 ).
Program kesehatan jiwa telah menjadi komitmen global dan nasional yang dituangkan dalam
Sustainable Development Goals ( SDGs), yaitu :
a. Pada Tahun 2030 menurunkan 1/3 kematian dini karena PTM dan mempromosikan
kesehatan jiwa ( target 3.4 );
b. Menurunkan angka kematian karena bunuh diri ( target 3.4.2 );
c. Memperkuat Pencegahan dan Pengobatan Penyalahgunaan Zat termasuk
penyalahgunaan Narkotika dan Penggunaan Alkohol yang membahayakan (3.5 ) dan
d. Jumlah penyalahguna Narkotika dan Pengguna lakohol yang mengakses Rehabilitasi
Medis ( target 3.5.1a ) .Pemerintah berkomitmen untuk menurunkan morbiditas dan
mortalitas masalah kesehatan jiwa dan NAPZA, melalui intensifikasi pencegahan dan
pengendalian penyakit secara komprehensif
Strategi pembanguan kesehatan jiwa masyarakat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Meningkatkan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative;
b. Menguatkan kerjasama lintas sector, serta kemitraan dengan swasta dan masyarakat;
c. Memberdayakan masyarakat secara terintegrasi dengan program lintas sector;
d. Meningkatkan advokasi dan sosialisasi Kesehatan Jiwa Masyarakat ;
e. Menguatkan kapasitas sumber daya serta penguatan mekanisme kerja dan ;
f. Membangun system data dan Informasi serta kajian bidang kesehatan jiwa
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka diperlukan pemahaman yang cukup serta
menyeluruh tentang besarnya permasalahan kesehatan jiwa dan faktor resikonya serta
upaya untuk mengendalikan dan menanggulangi permasalahan tersebut bagi penentu
kebijakan dan tenaga kesehatan di Puskesmas. Berbagai masalah kejiwaan yang terjadi di
keluarga dan masyarakat memerlukan deteksi dan intervensi dini yang meliputi masalah –
masalah psikososial yang terjadi di Keluarga dan masyarakat. Orang dengan Masalah
Kejiwaan ( ODMK ) adalah orang yang mempunyai masalah fisik, mental,
sosial,pertumbuhan dan perkembangan dan / atau kualitas hidup sehingga memiliki resiko
mengalami gangguan jiwa.
Pembangunan masyarakat sehat jiwa diupayakan melalui pemberdayaan masyarakat,
pengembangan deteksi dini masalah kesehatan jiwa berbasis masyarakat yang disertai
pendampingan dan diharapkan akan memampukan dan memendirikan masyarakat.
Sebagai acuan penyelenggaraan upaya kesehatan jiwa maka perlu disusun Pedomana Tata
Laksana Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Jiwa di Puskesmas Batang 1.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tatakelola dan tatalaksana masalah kesehatan jiwa di Puskesmas Batang 1
2. Tujuan Khusus
Buku pedoman ini sebagai panduan bagi tenaga kesehatan di pelayanan kesehatan di
Puskesmas Batang 1 sehingga diharapkan mampu :
1. Mendeteksi secara dini masalah kesehatan jiwa di Puskesmas Batang 1
2. Menangani kasus gangguan jiwa di Puskesmas Batang 1 termasuk dilingkungan
masyarakat
3. Melakukan rujukan pada saat yang tepat bila diperlukan
C. Sasaran
Sasaran dari buku pedoman ini adalah dokter, perawat, bidan dan tenaga kesehatan lainnya
yang bekerja Puskesmas Batang 1
D. Dasar Hukum
Agar pelaksanaan program dan kegiatan dapat berjalan dengan baik maka perlu didukung
dengan regulasi yang memadai. Regulasi yang telah disusun antara lain :
1. UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika
3. UU No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
4. UU No. 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa
5. UU No. 35 tahun 2015 tambahan UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
6. UU No. 8 tahun 2016 Tentang Disabilitas
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 39 tahun 2016 tentang Program Indonesi Sehat
dengan Pendekatan Keluarga.
8. Peraturan Menteri Kesehatan No.4 tahun 2019 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan
9. Permenkes No. 54 tahun 2017 tentang Penanggulangan Pemasungan pada ODGJ
10. Permenkes No. 43 Tahun 2019 tentang Puskesmas

E. Integrasi Kesehatan Jiwa di Puskesmas Batang 1


Kesehatan Jiwa disingkat Keswa adalah Kondisi dimana seorang individu dapat berkembang
secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan
sendiri, dapat mengatasi tekanan / stress, dapat bekerja secara produktif dan mampu
memberikan kontribusi untuk komunitasnya ( Undang – Undang No.18 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Jiwa ).
Upaya Keswa adalah setiap kegiatan untuk mewujudkan derajat kesehatan jiwa yang optimal
bagi setiap individu, keluarga, dan masyarakat dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif,
rehabilitative diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan oleh
pemerintah, pemerintah daerah dan melibatkan seluruh komponen masyarakat.
Upaya preventif kesehatan jiwa ditujukan untuk :
1. Mencegah terjadinya masalah kejiwaan
2. Mencegah ditimbulnya dan / atau kambuhnya gangguan jiwa
3. Mengurangi faktor resiko akibat gangguan jiwa pada masyarakat secara umum dan
perorangan
4. Mencegah timbulnya dampak masalah psikososial.
Masalah psikososial adalah masalah sosial yang mempunyai dampak nnegatif dan
berpengaruh terhadap munculnya gangguan jiwa atau masalah sosial yang muncul sebagai
dampak dari gangguan jiwa.
F. Permasalahan Keswa yang bisa terjadi pada setiap fase kehidupan manusia
1. Pra konsepsi dan Pranatal
- Menikah dan diluar nikah
- Kehamilan dibawah umum dan diluar pernikahan
- Kehamilan yang tidak diinginkan
- Kehamilan berisiko
- Herediter
2. Bayi dan anak Usia Dini
- Masalah keletakan dan perkembangan anak ibu depresi pasca persalinan
- Pola suh orang tua
- Perkembangan fisik dan kognitif pada bayi dan anak usia usia dini
- Faktor sosial ekonomi yang buruk
- Pengaruh negative keluarga besar
- Pengaruh media informasi
3. Anak Usia Sekolah
- Perundungan
- Terpapar pornografi
- Anak terlantar / jalanan
- Anak korban konflik dan kekerasan
- Perdagangan / eksploitasi anak
- Trauma psikis pada kejadian kehidupan negatif
- Pengaruh sekolah dan lingkungan
- Masalah sosial ekonomi
- Orang tua dengan gangguan jiwa dan penyalahgunaan zat
4. Remaja
- Penyalahgunaan napza/ gatget
- Tekanan teman sebaya
- Tuntunan sekolah
- Disorientasi diri dan seksual
- Pengaruh Media
- Hubungan seksual berisiko
- Perilaku kekerasan
5. Dewasa
- Pengangguran
- Konflik rumah tangga
- Penyalahgunaan Napza
- Karir dan lingkungan kerja
- Sosial Ekonomi
- Jaminan Kesehatan
- Isolasi Sosial dan Keluarga
- Keharmoniasan rumah tangga
- Penyakit Kronis
6. Lansia
- Penyakit degeneratif dan kronis
- Masalah kesepian
- Masalah isolasi sosial
- Kehilangan
- Penelantaran
BAB II
PENYELENGGARAAN KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS BATANG 1

Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara
fisik,mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri,
dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi
untuk komunitasnya. Orang Dengan Masalah Kejiwaan yang disingkat ODMK adalah orang
yang mepunyai masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan / atau
kualitas hidup sehingga memiliki resiko mengalami gangguan jiwa. Orang Dengan Gangguan
Jiwa yang selanjutnya disingkat ODGJ adalah orang yang mengalami gangguan dalam
pikiran, perilaku, dan perasaan yang bermanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan /
atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan atau hambatan
dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia.
Prioritas nasional upaya kesehatan jiwa di Indonesia adalah
1. Deteksi Dini Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA;
2. Penanggulangan Orang dengan Gangguan Jiwa Berat;
3. Penanggulangan Gangguan Mental Emosional;
4. Penanggulangan Depresi
5. Rehabilitasi Medis Penyalahguna NAPZA

A. Tahapan Penyelenggaraan Kegiatan


1. Tahap Perencanaan
a. Mengidentifikasi sumberdaya dan jejaring kerja, seperti :
- Jumlah tenaga kesehatan yang terlatih kesehatan jiwa;
- Jumlah pekerja masyarakat dan kader kesehatan jiwa seperti kader kesehatan, bidan
desa, guru, tokoh masyarakat, tokoh agama, PKK, karang taruna, organisasi sosial, dan
elemen masyarakat lainnya
- Jumlah guru SMA yang sudah dilatih life skill;
b. Mengidentifikasi lokasi pelayanan dalam gedung dan luar gedung serta kelompok
rentan : Panti Asuhan, Sekolah, Posyandu, Posyandu lansia,
c. Memastikan ketersediaan dan kecukupan logistik untuk mendukung layanan keswa
antara lain : obat psikotropika esensial, instrumen deteksi dini masalah kesehatan
dan gangguan jiwa, penggandaan media KIE;
d. Mengidentifikasi ketersediaan anggaran dari berbagai sumber pendanaan, seperti
BOK dan BLUD
e. Melaksanakan lokakarya mini untuk mengidentifikasi kesiapan layanan keswa dan
menyusun rencana kegiatan diwilayah kerja Puskesmas dengan melibatkan lintas
program, lintas sektor dan elemen masyarakat lainnya.
2. Tahap Pelaksanaan
- Melakukan advokasi tentang upaya kesehatan jiwa kepada pemangku kebijakan
ditingkat kecamatan/ kelurahan
- Memberikan pelatihan dan atau orientasi kepada tokoh masyarakat masalah kesehatan
jiwa dan NAPZA
- Menyelenggarakan pertemuan berkala dengan lintas program dan lintas sector terkait;
- Deteksi dini dilakukan di dalam gedung dan luar gedung oleh tenaga kesehatan dengan
menggunakan SDQ, SRQ 29 dan atau ASSIST;
- Melakukan pendataan sasaran ODGJ, terintegrasi dengan layanan didalam gedung
( dipoli rawat jalan ) maupun luar gedung seperti pada saat kunjungan PIS –PK,
layanan di UKBM ( Posbindu PTM, Posyandu Lansia, Posyandu Remaja )
- Layanan GME dilakukan terintegrasi didalam gedung dan luar gedung ( UKBM )
dengan menggunakan instrument SRQ 29 atau SDQ dana atau ASSIST dengan
pendampingan oleh tenaga kesehatan
- Melakukan pencatatatn dan pelaporan hasil kegiatan ke Dinas Kesehatan
- Puskesmas melakukan pelayanan yang meliputi :
a) Promotif
Dilaksanakan dalam bentuk komunikasi , informasi dan edukasi dan gerakan
bersama di dalam dan diluar gedung Puskesmas yang bertujuan meningkatkan
kesehatan jiwa
b) Preventif melalui deteksi dini, peningkatan ketahanan mental, pelatihan life skill
yang bertujuan untuk mencegah timbulnya / berulangnya gangguan jiwa.
c) Tatalaksana serta rehabilitasi bagi masyarakat yang mengalami masalah kesehatan
jiwa dan penyalahgunaan NAPZA
d) Melakukan rujukan ke FKRTL atau Rumah Sakit Jiwa
3. Tahap Pembinaan, Monitoring dan Evaluasi
Pembinaan,Monitoring dan Evaluasi dilakukan di setiap jenjang administrasi yaitu :
Melakukan Monitoring dan eevaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan dengan
menggunakan instrument monev.

B. Peran Puskesmas dalam edukasi masyarakat


Peran dari sektor kesehatan dalam edukasi masyarakat perlu dikerjakan dengan
pendekatan dari tingkat layanan kesehatan terkecil / terdekat dengan masyarakat ke
layanan rujukan dan kemuadian ke pengelola program wilayan kabupaten apendekatan
secara bottom up antara lain :
- Memiliki tim kesehatan jiwa yang terdiri atas tenaga kesehatan jiwa , tenaga layanan
kesehatan remaja, tim layanan kesehatan lansia;
- Melakukan upaya identifikasi pemahaman masyarakat, factor resiko, kelompok
berisiko dan sumber daya yang ada di wilayah kerja Puskesmas;
- Membuat perencanaan upaya edukasi masyarakat yang terdiri atas pesan edukasi,
sasaran, cara penyampaian, waktu, pembiayaan, pencatatan, pemantauan dan evaluasi;
- Mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan / Kemenkes terkait
kesehatan jiwa dan pencegahan bunuh diri;
- Melakukan pemberdayaan kader kesehatan/ kader beragam posyandu untuk edukasi
kesehatan jiwa;
- Mengupayakan / memastikan ketersediaan materi edukasi
- Memastikan terlaksananya edukasi terkait kesehatan jiwa, perilaku bunuh diri dan
stigmanya didalam upaya kesehatan yang ada dilingkup Puskesmas,seperti upaya
pencegahan dan deteksi dini yang ada dalam program UKS, Posyandu remaja,
Posyandu Lansia, Program kesehatan jiwa di Puskesmas, pelayanan KIA dsb
- Melakukan pendekatan dan pelatihan kepada unsur masyarakat yang ada di dalam
wilayah kerja puskesmas untuk bekerja sama dalam melakukan edukasi kepada
masyarakat;
- Melakukan pemantauan dan evaluasi upaya edukasi di wilayah kerjasamanya
BAB III
OPERASIONAL PENYELENGGARAAN UPAYA KESEHATAN JIWA DI PUSKESMAS

A. Upaya Promotif, Preventif, Kuratif,dan Rehabilitatif


Upaya kesehatan jiwa diselenggarakan bersama – sama oleh pemerintah daerah dan
masyarakat secara terintegrasi dan berkesinambungan. Pengorganisasian sangat penting dalam
menjalankan program sehingga perlu melibatkan banyak sector dan aspek teknis layanan.
Berikut ini dijelaskan operasional kegiatan sebagai berikut :
a. Promotif
Upaya promosi kesehatan jiwa dilaksanakan di setiap jenjang administrasi dan layanan
kesehatan.
Tujuan edukasi masyarakat :
- Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kesehatan jiwa
- Mengurangi dan menghilangkan stigma tentang gangguan jiwa
- Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk mengenali dan mencegah adanya faktor
resiko dalam masyarakat , mengenali tanda dan gejala awal masalah kesehatan jiwa
dan melakukan upaya rujukan ke Rumah Sakit.
b. Preventif
Upaya preventif kesehatan jiwa dilaksanakan melalui deteksi dini di masyarakat dan
didiagnosis serta tatalaksana di Puskesmas. Upaya preventif dengan deteksi dini kesehatan
jiwa terkait dengan pencegahan dan deteksi dini masalah kesehatan jiwa pada anak dan remaja
adalah Penggunaan formulir Strength and Difficulty Questinnaire ( SDQ ) yang perlu
dilakukan secara rutin setidaknya 1 kali pertahun pada setiap siswa khususnya siswa SMP dan
SMA. Hasil skrening kesehatan dicatat pada buku rapor kesehatan yang dimiliki setiap siswa.
Selain itu untuk Pembina dan guru disekolah dilakukan juga deteksi dini masalah kesehatan
jiwa dengan menggunakan Symptom Check List ( SCL ) 90. Salah satu cara untuk mengetahui
adanya gangguan mental emosional pada seseorang dengan cara menggunakan alat ukur Self
Reporting Questionnaire ( SRQ ). Selain itu melalui SRQ dapat diidentifikasi gejala – gejala
gangguan mental emosional baik itu gejal depresi, gejala ansietas, gejala kognitif , gejala
somatic maupun gejala penurunan energy. ASSIST untuk memperluas cakupan dan
meningkatkan layanan rehabilitasi medis maka perlu dilakukan skrining atau deteksi dini
terhadap penyalahgunaan NAPZA. Skrining dilakukan oleh petugas kesehatan di Puskesmas.
c. Kuratif dan Rehabilitatif
Sistem pelayanan kesehatan masalah kesehatan jiwa dan NAPZA berdasarkan kompetensi
dan tugasnya dibagi dalam bentuk strata pelayanan yaitu pelayanan di FKTP dan FKRTL
serta dibangun layanan berbasis masyarakat. Upaya kesehatan jiwa di FKTP
diselenggarakan di Puskesmas kecamatan, kelurahan maupun yang berbasis masyarakat.
Untuk pelayanan kesehatan di FKRTL biasanya diselenggarakan di tingkat kabupaten
melalui Rumah Sakit Umum , sedangkan pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjut
tersier biasanya dilakukan ditingkat provinsi atau nasional dengan fasilitasi Rumah sakit
jiwa menjadi Center of Excellent dari upaya kesehatan jiwa diwilayah kerjanya atau
Rumah sakit umum yang lengkap untuk penanganan masalah kesehatan jiwa dan NAPZA.
RSJ mempunyai tanggungjawab dalam memberikan pembinaan dan pemberdayaan
layanan kesehatan jiwa pada fasyankes di bawahnya.
Melakukan hubungan antar strata layanan terutama berupa rujukan balik antar rujukan.
Rujukan meliputi rujukan pasien, pembinaan dan rujukan kasus serta rehabilitasi. Dalam
melakukan rujukan perlu dipertimbangkan segi jarak, waktu, biaya dan efisiensi. Dengan
demikian diharapkan terjalin jaringan kerjasama yang dapat meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan dalam penanggulangan masalah kesehatan jiwa dan NAPZA.
Pedoman penatalaksanaan masalah dan gaangguan jiwa merujuk pada pedoman
Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa sesuai KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/73/2005

B. Pencatatan dan Pelaporan


Kegiatan pencatatan dan pelaporan Puskesmas Batang 1 dilaksanakan untuk
mendokumentasikan semua tahap kegiatan upaya kesehatan jiwa yang telah dilaksanakan
mulai dari input, proses output dan impact. Pencatatan berisi hal – hatl yang lebih rinci tentang
semua kegiatan ( proses ) yang sudah dilakukan, sedangkan pelaporan dilakukan secara
berjenjang sesuai dengan waktu dan format yang telah ditentukan.
Secara rinci proses pencatatan dan pelaporan upaya kesehatan jiwa adalah sebagai berikut:
a. Untuk perhitungan, pencatatan dan pelaporan terkait capaian target ODGJ dan
penyalahguna NAPZA pada semua golongan usia, dan penduduk > 15 tahun untuk capaian
target Depresi dan GME. Pencatatan dilakukan bagi penduduk yang berdomisili di wilayah
kerja Puskesmas Batang 1. Karena harus dilakukan promosi kesehatan, deteksi dini,
penanganan awal dan / atau rujukan dan / atau penanganan lanjutan.
b. Skrining dengan SDQ atau SRQ 29 terhadap penduduk > 15 tahun hanya dilakukan sekali
selama 1 tahun kalender, hasil skrining yang memenuhi kriteria GME selanjutnya
dilaporkan.
c. Penduduk > 15 tahun yang memenuhi kriteria GME, selanjutnya dilakukan wawancara
psikiatrik dan bila di diagnosis sebagai penderita depresi , maka dilaporkan sekali selama 1
tahun kalender.
d. Penderita ODGJ Berat yang ditemukan dan dilayani dilaporkan sekali selama 1 tahun
kalender.
e. Skrining ASSIST dilakukan sekali selama 1 tahun kalender pada semua golongan usia.
f. Rekapitulasi data dari kegiatan yang dilakukan di dalam dan diluar gedung, pengolahan
data dan pelaporan perbulan dikirimkan ke Dinas Kesehatan Kab. Batang
g. Untuk penderita yang berdomisili diluar wilayah kerja Puskesmas Batang 1, yang
memeriksakan diri dan didiagnosis sebagai ODGJ, Depresi dan GME maka dilakukan
rujukan ke Rumah Sakit dan di laporkan ke Puskesmas sesuai dengan wilayah kerjanya,
tetapi yang bersangkutan tidak dicatat dan tidak dilaporkan sebagai hasil capaian FKTP
tersebut.
C. Monitoring dan Evaluasi ( Indikator Capaian, Jejaring Surveilans )
Monitoring merupakan suatu kegiatan mengamati kegiatan upaya pelayanan kesehatan jiwa
dengan tujuan agar semua data dan / atau informasi yang diperoleh dapat menjadi landasan
dalam mengambil tindakan selanjutnya yang diperlukan. Tujuan monitoring adalah untuk
mengetahui perkembangan dan kemajuan , mengidentifikasi permasalahan dan upaya
pemecahannya.
Evaluasi merupakan rangkaian kegiatan yang membandingkan realisasi masukan ( input ) dan
hasil ( output ) terhadap kebijakan dan program yang telah direncanakan. Evaluasi menilai
hasil kegiatan dan digunakan sebagai dasar mengambil keputusan terkait tingkat keberhasilan
program yang telah di capai dan tindakan selanjutnya yang diperlukan.
BAB V
PENUTUP

Buku Pedoman penyelenggaraan Kesehatan Jiwa di Puskesmas Batang 1 merupakan


upaya pemerintah dalam memberikan pemahaman mengenai besaran masalah kesehatan jiwa
dan NAPZA, beban sosial dan ekonomi terhadap masyarakat, dan kebijakan dan strategi yang
harus diimplementasikan.
Dalam pelaksanaan upaya kesehatan jiwa, Puskesmas bekerjasama dengan berbagai
pihak di masyarakat, meliputi tenaga kesehatan, pekerja sosial, organisasi sosial
kemasyarakatan, dan elemen masyarakat lainnya untuk membangun jejaring upaya promotif,
preventif seperti deteksi dini serta penanganan yang efektif dan efisien. Di harapkan buku
pedoman ini menjadi acuan bagi Puskesmas Batang 1 dalam melaksanakan penanggulangan
dan penanganan masalah kesehatan jiwa dan NAPZA di wilayah kerjanya.

You might also like