You are on page 1of 13

MAKALAH

ASBABUN NUZUL

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Qur’an

Disusun oleh:

1. Sri Mawarni
2. Zubaedah Syapitri

Dosen Pengampu

Marahlottung Siregar,M.Pd

Prodi:

Pendidikan Agama Islam/Ekonomi Syariah

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ROKAN

BAGAN BATU

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
Rahmat dan Hidayah-Nya semata, kami dapat menyelesaikan Makalah dengan judul: ”Asbab al-
Nuzul”. Salawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para
keluarga, sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya sampai hari penghabisan.

Semoga dengan tersusunnya Makalah ini dapat berguna bagi kami semua dalam memenuhi
tugas dari mata kuliah Ulumul Quran dan semoga segala yang tertuang dalam Makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pembaca dalam rangka membangun khasanah keilmuan.
Makalah inidisajikankhususdengantujuanuntukmemberi arahandantuntunan agar yang
membacabisamenciptakanhal-hal yang lebihbermakna.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
danbelumsempurna. Untuk itu kami berharap akan kritik dan saran yang bersifat membangun kepada
para pembaca guna perbaikan langkah-langkah selanjutnya.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua, karenakesempurnaanhanyamilik


Allah SWT semata.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Pujud,21 Mei 2022

Pemakalah
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah............................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Asbabun Nuzul.............................................................. 3

B. Sejarah Perkembangan Ilmu Asbabun Nuzul................................... 5

C. Fungsi Ilmu Asbabun Nuzul Dalam Memahami Al-Qur’an............ 5

D. Macam- Macam Asbabun Nuzul..................................................... 7

E. Lafaz Dan Ungkapan-Ungkapan Asbabun Nuzul........................... 9

F. Urgensi Dan Kegunaan Asbaabun Nuzul ........................................ 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................... 13

B. Saran................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 14
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Al-Qur’an merupakan pedoman hidup bagi seluruh umat manusia yang diwahyukan secara
berangsur-angsur kepada Nabi Muhammad SAW. Pengembagan studi keislaman yang berkaitan
dengan al-Qur’an dapat ditempuh di antaranya dengan pendekatan sosio-historis. Aplikasi pendekatan
tersebut memungkinkan penemuan nilai-nilai dan makna substansial dalam al-Qur’an. Ayat-ayat al-
Qur’an dapat dikategorikan menjadi dua kelompok menurut sebab turunnya ayat. Pertama, ayat yang
turun dengan adanya sebab; kedua, ayat yang turun tanpa sebab atau peristiwa yang
melatarbelakanginya, seperti ayat-ayat yang menceritakan umat terdahulu, berita-berita alam ghaib,
gambaran alam barzakh, persaksian alam kebagkitan, keadaan hari kiamat dan sebagainya

Pada masa Rasulullah, banyak peristiwa terjadi yang belum diketahui hukumnya me nurut
islam. Beberapa sahabat juga sering bertanya kepada Rasulullah tentang sesuatu yang belum mereka
pahami. Kemudian mereka bertanya kepada Rasulullah untuk mengetahui hukum Islam mengenai hal
itu. Maka al-Qur’an turun untuk menjelaskan atau menunjukkan hukum atas peristiwa atau pertanyaan
yang muncul tersebut. Jawaban dari al-Qur’an merupakan pedoman hidup bagi umat manusia. Itulah
yang kemudian disebut dengan Asbabun Nuzul, yaitu sebab-sebab turunya ayat-ayat al-Qur’an. Untuk
lebih mengetahui atau memahami maksud al-Qur’an secara utuh maka lebih utama jika mengetahui
tentang Asbabun Nuzul. Pengenmbangan studi keislaaman yang berkaitan dengan al-Qur’an dapat
ditempuh diantaranya dengan pendekatan Sosio-historis.

Pendekatan ini memungkinkan penemuan nilai-nilai dan makna substansial dalam al-Qur’an
yang terangkum dalam Asbabun Nuzul, yakni sesuatu yang disebabkan olehnya diturunkan suatu ayat
atau beberapa ayat yang mengandung peristiwa, atau menerangkan hukumnya pada saat terjadinya
peristiwa itu. Karena kita bisa salah menangkap pesan-pesan Al-Qur’an secara utuh, jika hanya
memahami dari bahasanya saja secara tekstual tanpa memahami konteks Sosio-historisnya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan Asbabun Nuzul?

2. Bagaimana Sejarah Perkembangan Ilmu Asbabun Nuzul?

3. Apa Fungsi Ilmu Asbabun Nuzul Dalam Memahami Al-Qur’an?

4. Sebutkan Macam- Macam Asbabun Nuzul?

5. Bagaimana Lafadz Dan Ungkapan-Ungkapan Asbabun Nuzul?

6. Bagaimana Urgensi Dan Kegunaan Asbaabun Nuzul ?


BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ASBABUN NUZUL

Asbabun Nuzul merupakan bentuk Idhafah dari kata “asbab” dan “nuzul”.

Secara etimologi Asbabun Nuzul adalah Sebab-sebab yang melatar belakangi terjadinya sesuatu.
Meskipun segala fenomena yang melatar belakangi terjadinya sesuatu bisa disebut Asbabun Nuzul,
namaun dalam pemakaiannya, ungkapan Asbabun Nuzul khusus dipergunakan untuk menyatakan
sebab-sebab yang melatar belakangi turunya al-qur’an, seperti halnya asbab al-wurud yang secara
khusus digunakan bagi sebab-sebab terjadinya hadist.[1]

Sedangkan secara terminology atau istilah Asbabun Nuzul dapat diartikan sebagai sebab-
sebab yang mengiringi diturunkannya ayat-ayat Al-Quran kepada Nabi Muhammad SAW karena ada
suatu peristiwa yang membutuhkan penjelasan atau pertanyaan yang membutuhkan jawaban.[2]

Banyak pengertian terminologi yang dirumuskan oleh para ulama’, diantaranya :

1. Menurut Az-Zarqani :

“Asbabun Nuzul adalah khusus atau sesuatu yang terjadi serta ada hubunganya dengan turunya ayat
Al-Qur’an sebagai penjelas hukum pada saat peristiwa itu terjadi.”

2. Ash-Shabuni :

Asbabun Nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunya satu atau beberapa ayat
mulia yang diajukan kepada nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan agama.[3]

3. Shubhi Shalih :

“Asbabun Nuzul adalah sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu atau beberapa ayat. Al-qur’an
(ayat-ayat)terkadang menyiratkan peristiwa itu, sebagai respons atasnya. Atau sebagai penjelas
terhadap hukum-hukum disaat peristiwa itu terjadi.”

4. Mana’ al-Qhathan:

‫اَوْ سَُؤ الٍكَحا َ ِدثَ ٍة ُوقُوْ ِع ِه َو ْقتَبِ َشْأنِ ِه قُرْ آنٌماَنُ ِز َل‬.

Artinya:

“Asbabun Nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang menyebabkan turunya Al-Qur’an berkenaan


dengannya waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa satu kejadian atau berupa pertanyaan yang
diajukan kepada Nabi.”

5. Al-Wakidy

Asbabun Nuzul adalah peristiwa sebelum turunya ayat, walaupun “sebelumnya” itu masanya jauh,
seperti adanya peristiwa gajah dengan surat Al-Fiil.[4]
Bentuk-bentuk peristiwa yang melatar belakangi turunnya Al-qur’an itu sangat beragam, di
antaranya berupa:konflik sosial seperti ketegangan yang terjadi amtara suku Aus dan suku Khazraj;
kesalahan besar, seperti kasus salah seorang sahabat yang mengimami sholat dalam keadaan mabuk:
dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh salah seorang sahabat kepada Nabi, baik berkaitan
dengan sesuatu yang telah lewat, sedang, atau yang akan terjadi.

Persoalan apakah seluruh ayat Al-Qur’an memiliki Asbabun Nuzul atau tidak, ternyata telah
menjadi bahan kontroversi diantara para uulama’. Sebagian ulama’ berpendapat bahwa tidak semua
ayat Al-Qur’an memiliki Asbabun Nuzul. Sehingga, diturunkan tanpa ada yang melatar belakanginya
(Ibtida’), dan adapula ayat Al-Qur’an itu diturunkan dengan dilatarbelakangi oleh suatu peristiwa
(ghair ibtida’).

Pendapat tersebut hampir merupakan konsensus para ulama. Akan tetapi, ada yang
menguatkan bahwa kesejarahan Arabia pra-Qur’an pada masa turunnya Al-Qur’an merupakan latar
belakang makro Al-Qur’an; sementara riwayat-riwayat Asbabun Nuzul merupakan latar belakang
mikronya. Pendapat ini berarti menganggap bahwa semua ayat Al-Qur’an memiliki sebab-sebab yang
melatarbelakanginya.

B. SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU ASBABUN NUZUL

Sejak zaman sahabat pengetahuan tentang Asbabun Nuzul dipandang sangat penting untuk
bisa memahami penafsiran Al-Qur’an yang benar. Karena itu mereka berusaha untuk mempelajari
ilmu ini. Mereka bertanya kepada Nabi SAW tentang sebab-sebab turunya ayat atau kepada sahabat
lain yang menjadi saksi sejarah turunnya ayat-ayat Al-Qur’an. Dengan demikian pula para tabi’in
yang datang kemudian, ketika mereka harus menafsirkan ayat-ayat hukum, mereka memerlukan
pengetahuan Asbabun Nuzul agar tidak salah dalam mengambil kesimpulan.

Dalam perkembangannya ilmu asbabun nuzul menjadi sangat urgen. Hal ini tak lepas dari
jerih payah perjuangan para ulama’ yang mengkhususkan diri dalam upaya membahas segala ruang
lingkup sebab nuzulnya Al-Qur’an. Diantaranya yang terkenal yaitu Ali bin Madini, Al-wahidy
dengan kitabnya Asbabun Nuzul, Al-Ja’bary yang meringkas kitab Al wahidi, Syaikhul Islam Ibn
Hajar yang mengarang sebuah kitab mengenai asbabun nuzul. Dan As-Suyuthi mengarang kitab
Lubabun Nuqul fi Asbab An-Nuzul, sebuah kitab yang sangat memadai dan jelas serta belum ada
yang mengarang.[6]

C. FUNGSI ILMU ASBABUN NUZUL DALAM MEMAHAMI AL-QUR’AN

Pentingnya mempelajari dan mengetahui Asbabun Nuzul adalah untuk memahami ayat Al-
Qur’an, baik dalam mengistimbath hukum atau dalam beristidlal, atau sekedar memahami maksud
ayat. Tidak mungkin memahami kandungan makna suatu ayat tanpa mengetahui sebab turunnya ayat
tersebut.

Al Wahidi menjelaskan: “tidaklah mungkin mengetahui tafsir ayat tanpa mengetahui dan
penjelasan sebab turunnya.” Ibn Daqiqil ‘Id berpendapat, “Keternagan sebab nuzul adalah cara yang
kuat (tepat) untuk mengetahui makna Al-Qur’an. Ibn Taimiyah mengatakan: “Mengetahui sebab
nuzul akan membantu dalam memahami ayat, karena mengetahui sebab menimbulkan pengetahuan
mengenai musabab (akibat).”

Contohnya dalam QS. Al-Baqoroh ayat 158 yang artinya “Sesungguhnya Safa dan Marwa
adalah sebagian dari syi’ar Allah. Maka barang siapa beribadah haji ke Baitullah atau berumrah,maka
tidak ada dosa baginya untuk mengerjakan sa’i di antara keduanya. Dan barang siapa mengerjakan
suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan dan
Maha Mengetahui.”

Lafal ayat ini secara tekstual tidak menunjukkan bahwa sa’i itu wajib, sebab ketiadaan dosa
untuk mengerjakannya itu menunjukkan “kebolehan” dan bukannya “kewajiban.” Sebagian ulama’
juga berpendapat demikian, karena berpegang pada arti tekstual ayat itu.

Dalam uraian yang lebih rinci Az-Zarqani mengemukakan urgensi sebab An-Nuzul dalam memahami
Al-qur’an sebagai berikut :

1. membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidakpastian dalam menangkap pesan ayat-ayat
Al-Qur’an.

2. Mengatasi keraguan ayat yang diduga memiliki keraguan umum.

3. Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam ayat Al-Qur’an.

4. Mengidentifikasi pelaku yang menyebabkan ayat Al-Qur’an turun.

5. Memudahkan untuk menghafal dan memahami ayat, serta untuk memantapkan wahyu ke dalam
hati orang yang mendengarnya.

6. Penegasan bahwa Al-Qur’an benar-benar dari Allah SWT, bukan buatan manusia.

7. Penegasan bahwa Allah benar-benar memberi pengertian penuh pada Rasulullah dalam
menjalankan misi risalahnya.

8. Mengetahui makna serta rahasia-rahasia yang terkandung dalam Al-Qur’an.

9. Seseorang dapat menentukan apakah ayat mengandung pesan khusus atau umum dan dalam
keadaan bagaimana ayat aitu harus diterapkan.

10. Mengetahui secara jelas hikmah disyariatkannya suatu hukum.

D. MACAM- MACAM ASBABUN NUZUL

1. Banyaknya nuzul dengan satu sebab

Terkadang banyak ayat turun, sedangkan sebabnya hanya satu. Dalam hal ini tidak ada permasalahan
yang cukup penting, karena itu banyak ayat yang turun didalam berbagai surat berkenaan dengan satu
peristiwa. Contohnya ialah apa yang di riwayatkan oleh Said bin Mansur, ‘Abdurrazaq, Tirmidzi, Ibn
jarir, Ibnul Munzir, Ibn Abi Hatim, tabrani, dan Hakim yang mengatakan shahih, dari Ummu salamah,
ia berkata : “Rasullullah, aku tidak mendengar Allah menyebutkan kaum perempuan sedikitpun
mengenai hijrah. Maka Allah menurunkan : maka tuhan mereka memperkenankan permohonanya
(dengan firman) : “sesungguhny aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal diantara
kamu, baik laki-laki ataupun perempuan : (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang
lain... (Ali ‘Imran [3]:195).

Diriwayatkan pula oleh Ahmad, Nasa’i, Ibn Jarir, Ibnul Munzir, Tabarani, dan Ibn Mardawih dari
Ummu Salamah yang mengatakan ; “Aku telah bertanya : Rasulullah, mengapa kami tidak disebutkan
dalam al-qur’an seperti kaum laki-laki ? maka suatu harti aku dikejutkan oleh suara Rasulullah diatasa
mimbar. Ia membacakan : Sesungguhnya laki-laki dan perempuan Muslim.. sampai akhir ayat 35
Surat al-Ahzab [33].”

Diriwayatkan pula oleh Hakim dari Ummu Salamah yang mengatakan: “Kaum laki-laki berperang
sedang kaum perempuan tidak. Disamping itu kami hhanya memperoleh warisan setengah bagian?
Maka Allah menurunkan ayat : Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan terhadap
apa yang dikaruniakan sebagian dari kamu lebih banyak dari sebagian yang usahakan, dan bagi para
wanitapun ada bagian dari apa yang mereka usahan pula.. (an-Nisa’ [4]:32) dan ayat : sesungguhnya
laki-laki dan perempuan yang muslim..” ketiga ayat tersebut turun ketika satu sebab.

2. Penuruna ayat lebih dahulu daripada sebab

Az-Zarkasyi dalam membahas fi ulumil qur’an karya Manna’ Khalil Al Qattan mengemukakan satu
macam pembahasan yang berhubungan dengan sebab nuzul yang dinamakan “penurunan ayat lebih
dahulu daripada hukum (maksud)nya.” Contoh yang diberikan dalam hal ini tidaklah menunjukkan
bahwa ayat itu turun mengenai hukum tertentu, kemudian pengalamanya datang sesudahnya. Tetapi
hal tersebut menunjukan bahwa ayat itu diturunkan dengan lafadz mujmal (global), yang mengandung
arti lebih dari satu, kemudian penafsiranya dihubungkan dengan salah satu arti-arti tersebut, sehingga
ayat tadi mengacu pada hukum yang datang kemudian. Misalnya firman Allah : Sesungguhnya
beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman) [87]:14). Ayat tertsebutdijadikan dalil
untuk zakat fitrah. Diriwayatkan oleh baihaqi dengan disanadkan kepada Ibn Umar, bahwa ayat itu
turun berkenaan dengan zakat Ramadhon ( Zakat Fitrah), kemudian dengan isnad yang marfu’
Baihaqi meriwayatkan pula keterangan yang sama. Sebagian dari mereka barkata : aku tidak mengerti
maksud pentakwilan yang seperti ini, sebab surah itu Makki, sedang di Makkah belum ada Idul fitri
dan zakat.”

Didalam ayat tersebut, Bagawi menjawab bahwa nuzul itu boleh saja mendahului hukumnya, seperti
firman Allah : aku benar-benar bersumpah dengan kota ini, dan kaum (Muhammad) bertempat di kota
ini (al-Balad [90]:1-2). Surah ini Makki, dan bertempatnya di Makkah, sehingga Rasulullah berkata :
“Aku mnenempati pada siang hari).”

3. Beberapa ayat turun mengenai satu orang

Terkadang seorang sahabat mengalami peristiwa lebih datri satu kali, dan al-qur’an pun turun
mengenai setiap peristiwanya. Karena itu, banyak ayat yang turun mengenai setiap peristiwanya.
Karena itu, banyak ayat yang turun mengenai nya sesuai dengan banyaknya peristiwa yang terjadi.
Misalnya apa yang diriwayatkan oleh Bukhari tentang berbakti kepada kedua orang tua. Dari sa’d bin
Abi Waqqas yang mengatakan : “ada empat ayat al-qur’an turun berkenaan denganku. Pertama, ketika
ibuku bersumpah bahwa ia tidak akan makan dan minum sebelum aku mwninggalkan Muhammad,
lalu Allah menurunkan : dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu
yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamumengikutio keduanya dan pergauilah
keduanya didunia dengan baik (luqman[31]:15).

Kedua ketika aku mengambil sebilah pedang dan mengaguminya, maka aku berkata kepada
Rasulullah : “Rasulullah, berikanlah kepadaku pedang ini”. Maka turunlah : mereka bertanya
kepadamu tenytang pembagiuan harta rampasan perang (al-anfal [8]:1).

Ketiga, ketika aku sedang sakit Rasulullah datang mengunjungilku kemudian aku bertanya kepadanya
: “Rasulullah, aku ingin membagikan hartaku, bolehkah aku mewasiatkan separuhnya?” rasulullah
diam. maka wasiat dengan sepertiga harta itu dibolehkan.

Keempat, ketika aku sedang minum minuman keras (khamr) bersama kaum Ansor, seorang dari
mereka memukul hidungku dengan tulang rahang unta. Lalu aku datang kepada Rasulullah , maka
Allah ‘Azza Wajalla menurunkan larangan minum khamr.”

E. LAFAZ DAN UNGKAPAN-UNGKAPAN ASBABUN NUZUL

Ada tiga ungkapan yang menunjukan asbabun nuzul suatu ayat. Dua diantaranya dapat dipastikan
sebagai asbabun nuzul. Dan satu lainnya tidak secara pasti menunjukkan kepada asbabun nuzul,
mungkin asbabun nuzul mungkin juga tidak. Ungkapan itu adalah sebagai berikut:

a. ‫ ( سبب نزول هذه األية‬sebab turunnya ayat ini ialah....)

Apabila suatu peristiwa didahului oleh ungkapan ini, maka tidak diragukan lagi bahwa peristiwa itu
merupakan asbabun nuzul ayat yang disebut sebelumnya.

b. Tidak menggunakan kata ‫ سبب‬seperti diatas. Akan tetapi, menggunakan ungkapan ‫ فنزلت‬atau
‫فََأنزَ َل هللا‬, yang dimulai dengan fa setelah peristiwa dijelaskan. Hal ini tidak diragukan lagi bahwa
ْ
peristiwa itu juga merupakan asbabun nuzul ayat bersangkutan.

c. Ungkapan kata yang tidak menggunaakan kata ‫ سبب‬dan juga tidak menggunakan‫ ف‬setelah
peristiwa. Akan tetapi, ia menggunakan kata ‫ فِي‬sebelum menjelaskan peristiwa. Hal ini tidak dapat
dikatakan asbabun nuzul secara pasti, tetapi ada dua kemungkinan, mungkin asbabun nuzul dan
mungkin juga tidak.

Untuk menentukan peristiwa yang menjadi asbabun nuzul suatu ayat, ungkapan-ungkapan diatas pelu
menjadi pertimbangan dan perhatian seorang mufassir. Artinya, seorang mufassir dalam mencari
asbabun nuzul suatu ayat hendaklah merujuk kepada peristiwa yang mengandung ungkapan yang
terdapat pada poin satu dan dua. [5]

F. URGENSI DAN KEGUNAAN ASBAABUN NUZUL

a. Membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidakpastian dalam menangkap pesan ayat-
ayat Al-Qur’an.

b. Mengatasi keraguan ayat yang diduga mengandung pengertian umum.


c. Menghususkan hukum yang terkandung dalam ayat Al-Qur’an, bagi ulama yang berpendapat
bahwa yang menjadi pegangan adalah sebab yang bersifat khusus(khusus al-sabab) dan bukan lafazh
yang bersifat umum(umum al-lafaz).

d. Mengidentifikasikan pelaku yang menyebabkan ayat Al-Qur’an turun.

e. Memudahkan untuk menghafal dan memahami ayat, serta untuk memantapkan wahyu kedalam
hati orang yang mendengarnya.[6]

Dalam uraian yang lebih rinci, Az-Zarqani mengemukakan urgensi Asbab an-Nuzuldalam memahami
al-Quran , sebagai berikut:

1. Membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidakpastian dalam menangkap pesan ayat-
ayat al-Quran.Diantaranya dalam surat al-baqoroh ayat 115

‫وال َم ْغ ِربُفََأ ْينَ َماتُ َولُّوْ افَثَ َّم َوجْ هُاللهِِإنَّاللهَ َوا ِس ٌع َعلِيْم‬
ْ ُ‫َولل ِه ْال َم ْش ِرق‬

Artinya:

“ Dan kepunyaan Allah lah Timur dan Barat; maka ke mana juga pun kamu menghadap, disanapun
ada wajah Allah; sesungguhnya Allah adalah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.”

bahwa timur dan barat merupakan kepunyaan Allah. Dalam kasus sholat, dengan melihat zahir ayat
diatas sesorang boleh menghadap kearah mana saja sesuai dengan kehendak hatinya. Ia seakan-akan
tidak menghadap kiblat ketika sholat. Akan tetapi ketika melihat asbab an-nuzul-nya, tahapan bahwa
interpretasi tersebut keliru. Sebab, ayat diatas berkaitan dengan sesorang yang sedang berada dalam
perjalanan dan melakukan sholat diatas kendaraan, atau berkaitan dengan orang yang berjihad dalam
menentukan arah kiblat.

2. Mengatasi keraguan ayat yang diduga mengandung pengertian umum.

3. Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam ayat Al-Quran, bagi ulama yang berpendapat
bahwa yang menjadi pegangan adalah sebab yang bersifat khusus (khusus As-sahab) dan bukan lafadz
yang bersifat umum (umum al-lafadz).

4. Apabila lafal yang diturunkan itu lafal yang umum dan terdapat dalil atas pengkhususannya, maka
pengetahuan mengenai asbabun nuzul membatasi pengkhususan itu hanya terhadap yang selain sebab.
Dan bentuk sebab ini tidak dapat dikeluarkan (dari cakupan lafal yang umum itu), karena masuknya
bentuk sebab ke dalam lafal umum itu bersifat qat’i (pasti). Maka ia tidak boleh dikeluarkan melalui
ijtihad, karena ijtihad itu bersifat zanni (dugaan). Pendapat ini dijadikan pegangan oleh ulama
umumnya.

5. Mengidentifikasi pelaku yang menyebabkan ayat tersebut turun.

6. Memudahkan untuk menghafal dan memahami ayat Al-Quran, serta untuk memantapkan wahyu
kedalam hati orang yang mendengarkan. Sebab, hubungan sebab-akibat (musabbab), hukum,
peristiwa, dan pelaku, masa dan tempat merupakan satu jalinan yang bias mengikat hati.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Asbab al-Nuzul adalah kejadian atau peritiwa yang melatarbelakangi turunnya ayat Al-Quran. Ayat
tersebut dalam rangka menjawab, emjelaskan dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari
kejadian-kejadian tersebut. Asbab al-Nuzul merupakan bahan-bahan sejarah yang dipakai untuk
menberikan keterangan-keterangan terhadap lembaran-lembaran dan memberinya konteks dalam
memahami perintah-perintah-Nya. Sudah tentu bahan-bahan sejarah ini hanya melingkupi peristiwa-
peristiwa pada masa Al-Quran masih turun (‘ashr at-tanzil).

1. Macam-macam Asbabun An-Nuzul:

b. Dilihat dari Sudut Pandang Redaksi-Redaksi(Cara dan Gaya menyusun kata) yang Dipergunakan
dalam Riwayat Asbab An-Nuzul

1. Sharih (visionable/jelas)

2. Muthamilah(impossible/kemungkinan)

c. Dilihat dari Sudut Pandang Berbilangnya Asbab An-Nuzul untuk Satu Ayat atau Berbilangnya
Ayat untuk Satu Asbab An-Nuzul

1) Berbilangnya Asbab an-Nuzul untuk satu ayat (Ta’addud al-Sabab wa Nazil al-Wahid)

2) Variasi ayat untuk satu sebab (Ta’addud al-Nazil wa As-sabab al-wahid)

2. Lafadz Dan Ungkapan-Ungkapan Asbabun Nuzul

a. ‫ ( سبب نزول هذه األية‬sebab turunnya ayat ini ialah....).

b. Menggunakan ungkapan ‫ فنزلت‬atau ‫فََأ ْنزَ َل هللا‬,.

c. Menggunakan kata ‫ فِي‬sebelum menjelaskan peristiwa.

3. Urgensi dan kegunaan Asbaabun Nuzul

a. Membantu dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an.

b. Mengatasi keraguan ayat.

c. Menghususkan hukum yang terkandung dalam ayat Al-Qur’an.

d. Mengidentifikasikan pelaku yang menyebabkan ayat Al-Qur’an turun.

e. Memudahkan untuk menghafal dan memahami ayat.


B. SARAN

Dengan disusunnya makalah Ulumul Qur’an tentang Asbabun Nuzul ini, penulis mengharapkan
pembaca dapat mengetahui kajian Ulumul Qur’an, untuk mengetahui lebih jauh, lebih banyak, dan
lebih lengkap tentang pembahasan Asbabun Nuzul, pembaca dapat membaca dan mempelajari buku-
buku dari berbagai pengarang, karena penulisanya membahas garis besarnya saja tentang ulumul
quran dan hanya membahas lebih dalam tentang asbabun nuzul.

Disini penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga
keritik dan saran yang membangun untuk penulisan makalah-makalah selanjutnya sangat diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar .Rosihon.2013.”Ulum Al- Qur’an”. Bandung:CV Pustaka Setia

Didin saefuddin Buchori,2005. “Pedoman Memahami Kandungan Al-Qur’an: Bogor: Granaada


Pustaka

M.Yusuf,Kadar. 2014.”Studi Al-Qur’an” . Jakarta: Amzah

http://www.sarjanaku.com/2009/12/makalah-asbabun-nuzul.html?m=1 Diakses Pada Tanggal 16


Oktober 2019

https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/
eganurfadillah5648/5bf5529dab12ae790d67fcf7/asbabun-nuzulDiakses Pada Tanggal 17 Oktober
2019

http://huseinmuhibbi.blogspot.com/2015/06/makalah-asbabun-nuzul-al-quran.html?m=0Diakses Pada
Tanggal 18 Oktober 2019

You might also like