Professional Documents
Culture Documents
DAMPAK KESEHATAN FISIK
PENANGULANGAN GIZI DALAM BENCANA
Kelompok 4
Nia sulistari paluguh
Noviyanti ntoi
Laksi pratika sari
steby patrisia mongolea
Yulia ningsih
BAB II
PEMBAHASAN
A.Penanggulanagan Gizi Dalam Bencana
Situasi keadaan darurat bencana terbagi menjadi 3 tahap, yaitu siaga darurat,
tanggap darurat dan transisi darurat.kan dan peristiwa sedih yang menimpanya
dalam waktu lama melebihi waktu normal bagi kebanyakan orang.
1.Siaga Darurat Bencana
Siaga darurat adalah suatu keadaan potensi terjadinya bencana yang ditandai
dengan adanya pengungsi dan pergerakan sumber daya. Kegiatan penanganan
gizi pada situasi siaga darurat sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada
dapat dilaksanakan kegiatan gizi seperti pada tanggap darurat.
2.Tanggap Darurat
Kegiatan penanganan gizi pada saat tanggap darurat dapat dikelompokkan dalam 2 (dua)
tahap, yaitu tahap tanggap darurat awal dan tanggap darurat lanjut.
a.Tahap Tanggap Darurat Awal
1)Fase I Tanggap Darurat Awal
Fase I Tanggap Darurat Awal antara lain ditandai dengan kondisi sebagai berikut: korban
bencana bias dalam pengungsian atau belum dalam pengungsian, petugas belum sempat
mengidentifikasi korban secara lengkap, bantuan pangan sudah mulai berdatangan dan
adanya penyelenggaraan dapur umum
jika diperlukan.
Lamanya fase 1 ini tergantung dari situasi dan kondisi setempat
di daerah bencana yaitu maksimal sampai 3 hari setelah bencana. Pada fase ini kegiatan
yang dilakukan adalah:
a)Memberikan makanan yang bertujuan agar pengungsitidak lapar dan dapat
mempertahankan status gizinya
b)Mengawasi pendistribusian bantuan bahan makanan
c)Menganalisis hasil Rapid Health Assessment (RHA)
Pada fase ini, penyelenggaraan makanan bagi korban bencana mempertimbangkan hasil
analisis RHA dan standar ransum. Rasum adalah bantuan bahan makanan yang memastikan
korban bencana mendapatkan asupan energi, protein dan lemak untuk mempertahankan
kehidupan dan beraktivitas. Ransum dibedakan dalam bentuk kering (dry ration) dan basah
(wet ration). Dalam perhitungan ransum basah diprioritas…
Contoh standar
ransum pada Fase I Tahap Tanggap Darurat Awal dapat dilihat pada Contoh
Standar Ransum Fase I Tahap Tanggap Darurat Awal.
1.Contoh standar ransum di atas hanya untuk keperluan perencanaan secara
keseluruhan.
2.Perkiraan balita di pengungsian sebesar 10% dari jumlah pengungsi, perlu ada
Blended food (MP-ASI) dan susu untuk anak umur 1-5 tahun di dalam standar
perencanaan ransum.
3.Penerimaan dan Pendistribusian melalui dapur umum.
4.Perhitungan bahan makanan hendaknya ditambahkan 10% untuk hal tak
terduga atau kehilangan.
2)Fase II Tanggap Darurat Awal
Kegiatan terkait penanganan gizi pada fase II, adalah:
a)Menghitung kebutuhan gizi
Berdasarkan analisis hasil Rapid Health Assessment (RHA) diketahui jumlah
pengungsi berdasarkan kelompok umur, selanjutnya dapat dihitung ransum
pengungsi dengan memperhitungkan setiap orang pengungsi membutuhkan
2.100 kkal, 50 g protein dan 40 g lemak, serta menyusun menu yang didasarkan
pada jenis bahan makanan yang tersedia.
b)Pengelolaan
penyimpanan bantuan bahan makanan harus dipisah antara bahan makanan umum
dan bahan makanan khusus untuk bayi dan anak.
2)Jenis-jenis bahan makanan yang diwaspadai termasuk makanan dalam kemasan,
susu formula dan makanan suplemen.
3)Untuk bantuan bahan makanan produk dalam negeri harus diteliti nomor
registrasi (MD), tanggal kadaluarsa, sertifikasi halal, aturan cara penyiapan dan
target konsumen.
4)Untuk bantuan bahan makanan produk luar negeri harus diteliti nomor registrasi
(ML), bahasa, tanggal kadaluarsa, aturan cara penyiapan dan target konsumen
2. Wilayah kerja masing–masing badan kemanusian yang terlihat ditentukan dengan tegas , tidak ada
bantuan tumpang tindih
3. Terdapat pemahaman nyata terhadap peran–peran dan kegiatan–kegiatan organisasi–organisasi
lain yang ambil bagian dalam batuan pangan.
4. Adanya kesadaran nyata mengenai kemungkinan timbulnya dampak–dampak negatif akibat
bantuan pangan itu sendiri, dan mengambil pendekatan lintas sektoral terkeoordinsi guna meredam
dampak–dampak ini.
2.4. 2 Pertanggungjawaban Bahan Pangan
Bahan–bahan pangan yang akan diperbantukan serta dana–dana program
dikelola dan dipertanggungjawabkan dengan menggunakan system yang
transparan dan dapat diaudit. Berkaitan dengan hal tersebut yang perlu
diperhatikan antara lain :
1. Praktik–praktik pengelolaan yang aman dipertahankan untuk menjamin
bahwa semua bahan terjaga hingga dibagikan kepada yang berhak :
• Gudang penyimpan bersih dan aman, melindungi bahan – bahan pangan dari
kerusakan dan penyusutan.
• ihak ketiga yakni para penyedia jasa mengemban tanggung jawab penuh atas bahan-bahan
yang dipercayakan kepada mereka, dan setuju untuk mengganti kerugian karena kehilangan
atau penyusutan.
2. Kontrak-kontrak pengadaan barang dan jasa dilakukan secara transparan dan adil.
3. Ditetapkan system–system pembukuan inventaris dan pelaporannya
2.3 Pemantauan Dan Evaluasi Kegiatan Penanganan Gizi Pada Daerah Tanggap Darurat Awal Dan
Tanggap Darurat Lanjut
Pemantauan dan evaluasi kegiatan penanganan gizi pada situasi bencana merupakan kegiatan
yang dilakukan mulai tahap pra bencana, tanggap darurat dan pasca bencana secara terus
menerus dan berkesinambungan. Kegiatan ini dilakukan dengan mengevaluasi pencapaian
pelaksanaan kegiatan dengan cara memantau hasil yang telah dicapai yang terkait penanganan
gizi dalam situasi bencana yang meliputi input, proses dan output.
Kegiatan pemantauan dan evaluasi dilaksanakan oleh pengelola kegiatan gizi bersama tim yang
dikoordinasikan oleh PPKK Kementerian Kesehatan dengan menggunakan instrumen yang telah
disiapkan.
Tanggap Darurat Awal dan Tanggap Darurat Lanjut :
• Tersedianya data sasaran hasil RHA
• Tersedianya standar ransum di daerah bencana
• Tersedianya daftar menu makanan di daerah bencana
• Terlaksananya pengumpulan data antropometri balita (BB/U, BB/TB dan TB/U)
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Simpulan
1. Kegiatan penanganan gizi pada situasi siaga darurat sesuai dengan situasi dan kondisi
yang ada dapat dilaksanakan kegiatan gizi seperti pada tanggap darurat. Kegiatan
penanganan gizi pada saat tanggap darurat dapat dikelompokkan dalam 2 (dua) tahap,
yaitu tahap tanggap darurat awal dan tanggap darurat lanjut.
2. Pangan yang dibagikan kepada masyarakat korban bencana bermutu baik dan di
tangani secara aman sehingga layak dikonsumsi manusia. Tolok ukurnya antara lain :
Tidak dijumpai persebaran penyakit akibat pangan yang dibagikan, Tidak ada keluhan
mengenai mutu bahan pangan yang dibagikan, baik dari penerima bantuan maupun dari
petugas.
3. Bahan – bahan pangan yang dibagikan bersifat layak dan bisa diterima oleh mereka
yang menjadi sasaran bantuan. Salah satu Tolok ukurnya adalah : Sebelum menentukan
bahan–bahan pangan yang dibagikan, konsultasi dengan masyarakat penerima bantuan
harus dilaksanakan agar bantuan benar-benar mereka terima (memenuhi standar
kelayakan dan kepantasan mereka). Ini harus dimasukkan kedalam proses pengambilan
program.
4. Seluruh kegiatan yang berkenaan dengan bantuan yang diberikan kepada
para korban bencana dan pengungsi dikoordinasikan dengan Bakornas PBP di
Pusat, Satkorlak PBP di Provinsi dan Satlak PBP di Kabupaten. Bahan–bahan
pangan yang akan diperbantukan serta dana–dana program dikelola dan
dipertanggungjawabkan dengan menggunakan system yang transparan dan
dapat diaudit.
5. Kegiatan pemantauan dan evaluasi dilaksanakan oleh pengelola kegiatan
gizi bersama tim yang dikoordinasikan oleh PPKK Kementerian Kesehatan
dengan menggunakan instrumen yang telah disiapkan.
3.2 Saran
Gizi sangat berperan penting dalam pemulihan akibat bencana, olehnya
kegiatan gizi dalam penanggulangan bencana di daerah tanggap darurat perlu
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.