You are on page 1of 9

NAMA KELOMPOK

HENDRIK RIDAL F1092221002


ANISSA FITRI F1092221005
BAB XII

A. Pengertian Tatanan Sosial


Tatanan sosial adalah suatu konsep lingkungan sosial dimana individu-individunya saling
berinteraksi atas dasar status dan peranan sosial yang diatur oleh seperangkat norma dan nilai
diistilahkan dengan tatanan sosial (sosial order).Tatanan sosial memiliki prinsip pengaturan dan
ketertaatan dari suatu lingkungan sosial yang dapat kita ambil.
1. Elemen Tatanan Sosial
Elemen tananan sosial lainnya adalah institusi sosial.Institusi sosial diartikan sebagai
norma-norma,aturan-aturan dan pola-pola organisasi yang dikembangkan disekitar kebutuhan-
kebutuhan atau masalah-masalah pokok yang terkait dengan pengalaman masyarakat.
2. Bentuk Tatanan Sosial
Bentuk tatanan sosial masyarakat.Masyarakat diartikan sebagi sistem sosial yang
swasembada :
a. Hubungan masyarakat dengan politik sangatlah dekat dan tidak dapat dipisahkan
karena,politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan.
b. Masyarakat dan politik saling berkaitan dengan Negara. Dengan adanya negara menunjukan
suatu keterikatan antara masyarakat dengan peraturan-peraturan secara umum.

3. Institusi Sosial Keluarga dan Pendidikan


a. Keluarga:
1. Lembaga sosial paling mendasar
2. Dimulai dengan adanya interaksi antara pria dan wanita
3. Interaksi dilakukan secara berulang,hingga membentuk hubungan yang intim.
b. Pendidikan
Fungsi nyata (manifes);
1. Mempersiapkan anggota masyarakat mencari nafkah
2. Mengembangkan keterampilan
3. Melestarikan kebudayaan

Fungsi tersembunyi (laten)


1. Mengurangi kontrol orang tua terhadap anak
2. Mengulur usia perkawinan seseorang
3. Mengajarkan seseorang berfikir kritis

4. Institusi Ekonomi dan Institusi Politik


a. Ekonomi b. Politik
-Produksi -Kekuasaan
-Distribusi -Kewenangan
-Konsumsi -Otoritas
-Primer -Wilayah
-Sekunder -Negara
-Tersier -Masyarakat

B. Pengertian Dan Syarat-Syarat Terjadinya Interaksi Sosial


Interaksi sosial adalah tindakan,atau praktik dari dua orang atau lebih yang masing-
masing mempunyai orientasi dan tujuan.Jadi,interaksi sosial menghendaki adanya tindakan yang
saling diketahui.Bukan masalah jarak,melainkan masalah saling mengetahui atau tidak, seorang
teman merupakan interaksi sosial.
Menurut Robert M.Z. Lawang (1986) interaksi sosial adalah proses ketika orang-orang
yang berkomunikasi saling pengaruh-mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Mengutip
Gillin dan Gillin dalam Cultural Sociology (1954:489), Soerjono soekanto menegaskan bahwa
interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan
antara orang-orang perorangan,antara kelompok-kelompok manusia,maupun antara orang per
orang dan kelompok manusia.Interaksi sosial merupakan kunci semua kehidupan sosial karena
tanpa interaksi sosial,tak mungkin ad kehidupan bersama.
Faktor-Faktor yang menyebabkan berlangsungnya interaksi sosial antara lain:faktor
imitasi,sugestio,identifikasi,dan simpati.
1. Imitasi (peniruan)
Imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai di
masyarakat.contoh bahwa imitasi sangat penting bagi proses interaksi sosial adalah seorang anak
belajar berbicara.cara yang dilakukan pertama-tama adalah menirukan kata-kata orang lain.Kata-
kata itu juga diartikan dengan cara meniru bagaimana orang lain menggunakan kata itu untuk
maksud tertentu.Anak kecil melihat orangtuanya mengambil sesuatu sebelum makan,sesuatu itu
untuk memungut nasi dan lauk yang ada di piring orangtuanya.Suatu ketika,orangtua
menyebutkan nama”sendok”dan memberitahukannya pada si anak,si anak tahu bahwa arti yang
ditirukannya(“sendok”) adalah suatu alat yang digunakan untuk makan.
Jadi,imitasi bukan hanya pada tahap kata,melainkan juga makna dan tindakan atau laku
tertentu yang kadang juga ditirukan.Tingkah laku tertentu yang ditirukan,misalnya cara
memberikan hormat,cara menyatakan terima kasih,cara-cara memberikan isyarat tanpa bicara.
Negatif adalah apabila sesuatu yang ditiru itu merupakan tindakan yang ditolak oleh
kolektif (masyarakat).Juga,munculnya kebiasaan hanya meniru tanpa mengkritisnya.Hal ini akan
menghasilkan watak malas berfikir dan memperlambat kreativitas dan independensi,padahal
interaksi sosial harus memajukan dan mengembangkan sifat kemjuan masing-masing pihak,maju
bersama dalam kreativitas dan mempertukarkan hasil karya masing-masing agar saling berguna.

2. Sugesti
Sugesti berlangsung apabila seseorang suatu pandangan atau sikap yang berasal dari
dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain.Sugesti adalah seseorang yang memberikan
sebuah pandangan atau sikap dari dirinya yang lalu diterima oleh orang lain diluarnya. Secara
garis besar,terdapat beberapa keadaan tertentu serta syarat-syarat yang memudahkan sugesti
terjadi,yaitu:
a. Sugesti karena hambatan berfikir.Dalam proses sugesti,terjdi gejala bahwa orang yang
dikenainya mengambil alih pandangan-pandangan dari orang lain tanpa memberinya
pertimbangan-pertimbangan kritik terlebih dahulu.orang yang terkena sugesti,itu menelan apa
saja yang di anjurkan orang lain.Hal ini tentu lebih mudah terjadi apabila ia ketika terkena
sugesti berbeda dalam keadaan ketika cara-cara berbifir kritis itu sudah agak terkendala.Misalnya
apabila orang itu sudah lelah berfikir,tetapi juga apabila proses berfikir secara itu dikurangi
dayanya karena sedang mengalami rangsangan-rangsangan emosional.Misalnya rapat-rapat
partai nazi atau rapat-rapat raksasa yang sering diadakan pada malam hari ketika orang sudah
lelah dari pekerjaannya.
b. Sugesti karena keadaan pikiran terpecah-pecah (disosiasi).Dalam hal ini,apabila pikiran
terpecah-pecah,misalnya karena kesulitan hidup yang tak mampu di jelaskannya secara
utuh(terutama saat menghadapi masalah besar) orang tersebut mudah disugesti.
c.Sugesti karena otoritas atau prestise,Artinya ,orang-orang yang dianggap memiliki kewenangan
(mungkin karena keahlian maupun kemampuan) pandangan-pandangannya cenderung diterima.
d. Sugesti karena mayoritas.Menurut teori psikologi,individu cenderung konformis pada
umum.Artinya ,pandangan masyarakat banyak akan mampu memberikan sugesti.
e. Sugesti karena”will to belive”.Terdapat pendapat bahwa sugesti justru membuat sadar akan
adanya sikap-sikap dan Pandangan-pandangan tertentu pada orang-orang.

3. Identifikasi
Identifikasi merupakan kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk
menjadi sama dengan pihak lain. Kita ingin berinteraksi dengan orang lain saat kita
mengidentifikasi diri kita dengannya, atau sebaliknya: seorang yang sangat mencintai dan terlibat
perasaan dengan orang lain biasanya akan mengidentifikasi dirinya dengan orang lain itu.
Lihatlah bagaimana seorang anak muda yang mengidolakan (mengagumi) idola artis-
selebritisnya, ia ingin menjadikan dirinya sama dalam hal pilihan dan tingkah laku, mulai dari
penampilan fisik seperti para pengagum Michael Jackson yang merekayasa penampilan dirinya
mirip sang bintang hingga menyamakan warna kesukaan, makanan favorit, merek handphone,
dan lain-lain.
4. Simpati
Sedangkan, simpati adalah suatu proses ketika seseorang merasa tertarik pada pihak lain.
Faktor utamanya adalah perasaan untuk memahami orang/pihak lain. Akan tetapi, simpati timbul
tidak atas dasar logis rasional, tetapi berdasarkan penilaian perasaan sebagaimana proses
identifikasi. Berbeda dengan identifikasi, simpati muncul karena proses yang sadar. Saat orang
lain sakit, ia merasakan. Demikian saat orang lain senang, ia merasakan juga. Perasaan ini dapat
kita lihat dalam hubungan persahabatan.
Timbulnya simpati yang muncul perlahan-lahan juga berarti bahwa gejala identifikasi dan
simpati itu sebenarnya sudah berdekatan. Kita akan bersimpati dengan orang yang pada siapa
kita mengidentifikasikan diri. Akan tetapi, dalam hal simpati yang timbal balik itu, akan
dihasilkan suatu hubungan kerja sama ketika seseorang ingin lebih mengerti orang lain
sedemikian jauhnya sehingga ia dapat merasa berpikir dan bertingkah laku seakan-akan ia adalah
orang lain itu. Sedangkan, dalam hal identifikasi, terdapat suatu hubungan ketika yang satu
menghormati dan menjunjung tinggi yang lain, dan ingin belajar daripadanya karena yang lain
itu dianggapnya sebagai ideal.
Jadi, pada simpati, dorongan utama adalah ingin mengerti dan ingin bekerja sama dengan
orang lain, sedangkan pada identifikasi dorongan utamanya adalah ingin mengikuti jejaknya,
ingin mencontoh ingin belajar dari orang lain yang dianggapnya sebagai ideal.
C. Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial dan Tatanan sosial adalah dua hal yang berbeda , namun sering kali digunakan
secara bergantian hingga dalam beberapa bagian menjadi rancu . Stratifikasi sosial sebenarnya
lebih merujuk pada pembagian sekelompok orang ke dalam tingkatan atau strata yang berjenjang
secara vertikal . Jadi , ketika kita berbicara tentang stratifikasi sosial , kita biasanya akan lebih
banyak mengkaji ikhwal posisi yang tidak sederajat antar - orang atau kelompok dalam
masyarakat . Secara umum , stratifikasi sosial juga sering dikaitkan dengan persoalan atau
polarisasi sosial .

1. Determinan stratifikasi sosial


Secara rinci, faktor - faktor yang menjadi determinan stratifikasi sosial memang relatif
beragam, yakni dimensi usia, jenis kelamin agama, kelompok etnis atau ras, pendidikan formal,
pekerjaan, kekuasaan, status, tempat tinggal, dan dimensi ekonomi. Berbagai dimensi ini,
signifikansi dan kadar pengaruhnya dalam pembentukan stratifikasi sosial sudah tentu tidak sama
kuat dan berbeda - beda tergantung pada tahap perkembangan masyarakat dan konteks sosial
yang berlaku .
Pada masyarakat dizaman dahulu, jenis kelamin, dan usia, serta penguasaan agama,
mungkin sangat dominan sebagai faktor yang mendasari pemilahan anggota suku - suku tertentu.
Dalam cerita seputar kerajaan, laki - laki umumnya dipandang lebih tinggi derajatnya daripada
perempuan, sehingga mereka dinilai lebih layak menyandang gelar sebagai putra mahkota.
Dalam masyarakat yang makin modern, perbedaan strata yang terbentuk dan berkembang di
masyarakat umumnya tidak lagi atas dasar hal - hal yang bersifat kodrati, seperti perbedaan jenis
kelamin atau usia. Akan tetapi, determinan stratifikasi sosial menjadi makin kompleks dan tidak
lagi bersifat given. Secara umum, determinan yang menurut para ahli banyak berpengaruh dalam
pembentukan stratifikasi sosial di masyarakat yang makin modern adalah : dimensi ekonomi
(kelas - kelas sosial), sosial (status sosial) dan politik (penguasa dan yang dikuasai). Seperti
dikatakan Jeffris dan Ransford (1980) , di dalam masyarakat pada dasarnya bisa dibedakan tiga
macam stratifikasi sosial, yaitu :
1. Hierarki kelas , yang didasarkan pada penguasan atas barang dan jasa.
Indikator yang dipergunakan untuk membagi pelapisan atas dasar dimensi ekonomi
relatif bermacam-macam. Dalam masyarakat di masa lalu, kekayaan dalam beberapa bentuk,
seperti tanah, umumnya lebih berharga ketimbang kekayaan dalam bentuk lain, seperti uang.
Dan, warisan kekayaan lebih bernilai daripada kekayaan yang diperoleh dari kegiatan
perdagangan atau bisnis. Dalam masyarakat yang kapitalitik, dasar bagi terbentuknya kelas
ekonomi agak berbeda.
Karl Marx, misalnya, membagi pelapisan masyarakat pada masya rakat industri atas
dasar pemilikan alat-alat produksi. Tesis utama Marx adalah struktur internal sistem ekonomi
terdiri dari kelas kelas sosial yang muncul dari perbedaan dalam kesempatan memiliki alat
produksi serta ketidaksesuaian yang dihasilkan dalam kepentingan ekonomi.

2. Hierarki kekuasaan , yang didasarkan pada kekuasaan.


Indikator yang dipergunakan untuk memilah masyarakat atas dasar dimensi politik adalah
distribusi kekuasaan. Kekuasaan berbeda dengan kewenangan. Seseorang yang berkuasa tidak
selalu memiliki kewenangan atau menduduki jabatan formal. Yang dimaksud dengan kekuasaan
adalah kemampuan untuk memengaruhi individu-individu lain dan memengaruhi pembuatan
keputusan kolektif. Dikatakan Robert D. Putnam (1976), bahwa kekuasaan adalah probabilitas
untuk memengaruhi alokasi nilai-nilai otoritatif. Sementara itu, menurut Weber (1920) yang
dimaksud dengan kekuasaan adalah peluang bagi seseorang atau sejumlah orang untuk
mewujudkan keinginan mereka sendiri melalui suatu tindakan komunal meskipun mengalami
tentangan dari orang lain yang ikut serta dalam tindakan komunal itu.
Sejak berabad-abad sudah menjadi dalil pemikiran politik bahwa kekuasaan dalam
masyarakat selalu didistribusikan dengan tidak merata. Seperti dikatakan Gaetano Mosca (1939),
dalam setiap masyarakat selalu terdapat dua kelas penduduk: satu kelas yang menguasai dan satu
kelas yang dikuasai. Kelas pertama, yang jumlahnya selalu lebih kecil, menjalankan semua
fungsi politik, memonopoli kekuasaan dan menikmati keuntungan yang diberikan oleh
kekuasaan itu, sedangkan kelas kedua, yang jumlahnya jauh lebih besar, diatur dan dikendalikan
oleh kelas pertama.
Menurut Vilfredo Pareto, Gaetano Mosca, dan Robert Michels beberapa asas umum yang
menjadi dasar bagi terbentuknya stratifikasi sosial, khususnya yang berkaitan dengan kekuasaan
politik adalah:
1. Kekuasaan politik, seperti halnya barang-barang sosial lain, didistribusi kan dengan tidak
merata
2. Pada hakikatnya orang hanya dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu mereka yang
memiliki kekuasaan politik "penting" dan mereka yang "tidak memilikinya".
3. Secara internal, elite itu bersifat homogen, bersatu, dan memiliki kesadaran kelompok.
4. Elite itu mengatur sendiri kelangsungan hidupnya dan keanggotaannya berasal dari lapisan
masyarakat yang sangat terbatas.
5. Kelompok elite pada hakikatnya bersifat otonom, kebal akan gugatan dari siapa pun di luar
kelompoknya mengenai keputusan-keputusan yang dibuatnya.

3. Hierarki status , yang didasarkan atas pembagian kehormatan dan status sosial.
Menurut Weber, manusia dikelompokkan dalam kelompok-kelompok status atas dasar
ukuran kehormatan. Kelompok status ini, didefinisi kan Weber sebagai kelompok yang
anggotanya memiliki gaya hidup tertentu dan mempunyai tingkat penghargaan sosial dan
kehormatan sosial tertentu pula (Sanderson, 1993:283).
Dalam bentuk sederhana, stratifikasi atas dasar status ini mem bagi masyarakat ke dalam
dua kelompok, yaitu kelompok masyarakat yang disegani atau terhormat dan kelompok
masyarakat biasa. Kelompok masyarakat yang terhormat ini, mereka biasanya selalu
menekankan arti penting akar sejarah yang dijadikan dasar untuk membenarkan kenapa mereka
pantas memiliki kedudukan istimewa di masyarakat. Seorang keturunan bangsawan, misalnya
akan selalu tampil terhormat di masyarakat, dan dalam beberapa hal enggan masuk atau
dimasuki kelompok rakyat biasa karena ada keinginan untuk mempertahankan kemurnian darah
kebangsawan-nya. Di Inggris dan Jepang, misalnya, kita mengenal pembedaan antara kelompok
bangsawan dan rakyat jelata. Di wilayah Jawa kita mengenal pembagian antara kaum priyayi dan
wong cilik. Sementara itu, di Sumba, kita mengenal perbedaan antara maramba dan ata.

Untuk lebih memahami stratifikasi sosial, akan berguna untuk memeriksa periode sejarah
yang berbeda dan membuat perbandingan global lintas budaya. Jadi di sini kita melihat tiga
sistem stratifikasi utama: perbudakan, kasta, dan kelas sosial.

 Perbudakan
Perbudakan adalah sistem stratifikasi sosial yang paling ekstrem, merendahkan orang ke
status kepemilikan, terutama untuk tujuan menyediakan tenaga kerja bagi pemilik budak. Budak
dengan demikian dapat dibeli dan dijual seperti komoditas lainnya. Mereka tidak dibayar untuk
kerja mereka, dan pada kenyataannya dipaksa bekerja di bawah ancaman mental atau fisik.
Budak menempati peringkat terendah dalam hierarki sosial, budak tidak memiliki hak yang sama
untuk membebaskan anggota dari masyarakat yang sama di mana mereka tinggal. Perbudakan
telah dipraktikkan sejak zaman paling awal (Alkitab menampilkan kisah-kisah orang Israel
sebagai budak), dan telah berlangsung selama ribuan tahun di Amerika Selatan, Eropa dan
Amerika Serikat.

Terkadang ras, kebangsaan, atau agama pemilik budak adalah sama dengan budak ',
seperti yang terjadi di Yunani kuno dan Roma. Secara historis, seseorang bisa diperbudak
dengan salah satu dari beberapa cara. Salah satu caranya adalah melalui utang; seorang anak
yang tidak dapat membayar utangnya mungkin akan dibawa ke perbudakan oleh krediturnya.
Cara lain adalah melalui peperangan: kelompok tentara yang kalah dapat menjadi budak bagi
pihak yang menang, dan wanita serta anak-anak dari pihak yang kalah juga dapat dibawa ke
dalam perbudakan. Seseorang yang tertangkap melakukan kejahatan bisa menjadi budak sebagai
semacam hukuman, dan sebagai kompensasi korbannya. Dan beberapa budak ditangkap dan
diculik, seperti halnya perdagangan budak transatlantik dari Afrika ke Amerika. Perbudakan
sebagai sistem ekonomi menguntungkan bagi pemilik budak.

Dalam kebanyakan sistem perbudakan, orang menjadi budak seumur hidup, melakukan
pekerjaan di bidang pertanian, konstruksi, pertambangan, atau layanan rumah tangga, dan
terkadang di militer, industri, atau perdagangan. Anak-anak mereka juga akan menjadi budak,
sehingga pemilik mendapat keuntungan lebih besar. Dalam beberapa sistem, bagaimanapun,
perbudakan bersifat sementara, dan beberapa budak dapat membeli kebebasan mereka sendiri.
Perbudakan sekarang dilarang oleh setiap bangsa di dunia, sebagaimana dinyatakan dalam
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. Tidak hanya ilegal, itu juga dianggap tidak bermoral.

Namun, fakta yang mengejutkan adalah bahwa hal itu terus ada hingga saat ini di tempat-
tempat seperti India, Asia Selatan, dan Afrika Barat dalam bentuk perbudakan anak,
perhambaan, pekerja paksa dan terikat, perdagangan manusia, dan budak seks. Dengan
menggunakan definisi perbudakan yang lebih luas, beberapa orang memperkirakan bahwa ada 25
juta orang dalam perbudakan saat ini, lebih banyak daripada waktu lain dalam sejarah manusia
(Bales 2000).

 Kasta
Kasta merupakan jenis lain dari stratifikasi sosial yang ditemukan di berbagai belahan
dunia. Sistem kasta tradisional didasarkan pada keturunan, di mana seluruh kelompok orang
dilahirkan dalam lapisan tertentu. Kasta dapat dibedakan menurut garis agama, ekonomi, atau
politik, serta warna kulit atau karakteristik fisik lainnya. Sistem kasta menciptakan masyarakat
yang sangat berlapis di mana hanya ada sedikit atau tidak ada kemungkinan seseorang mengubah
posisinya dalam hierarki, tidak peduli apa yang mungkin dia capai secara individu. Para anggota
harus menikah dalam kelompok mereka sendiri, dan peringkat kasta mereka diturunkan kepada
anak-anak mereka. Secara umum, anggota kasta berpangkat lebih tinggi cenderung lebih
sejahtera, sedangkan anggota kasta berperingkat lebih rendah cenderung memiliki lebih sedikit
sumber daya material dan mungkin hidup dalam kemiskinan.

 Kelas Sosial
Kelas sosial adalah sebuah sistem stratifikasi yang dipraktikkan terutama dalam
masyarakat kapitalis, mengurutkan kelompok orang menurut kekayaan, properti, kekuasaan, dan
prestise mereka. Hal ini juga disebut oleh sosiolog sebagai status sosial ekonomi. Sistem kelas
sosial jauh lebih kaku daripada sistem kasta. Meskipun anak-anak cenderung untuk "mewarisi"
kelas sosial orang tua mereka, sepanjang hidup mereka dapat naik atau turun tingkat dalam
strata. Tegasnya, kelas sosial tidak didasarkan pada ras, etnis, jenis kelamin, atau usia,
meskipun, seperti yang akan kita pelajari nanti, sering terjadi tumpang tindih antara kelas dan
variabel-variabel lainnya.
Daftar Pustaka
Soekanto, Soejono. 2012 Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Holmes, David. 2012 Teori Komunikasi Media, Teknologi dan Masyarakat. Yogyakarta :
Pustaka belajar
Nasrullah, Rulli. 2015. Media Sosial : Perspektif Komunikasi, Budaya, dan Sosioteknologi.
Bandung : Simbiosa Rekatama Media
Martono, Nanang. 2012. Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern, Posmodern,
dan Poskolonial. Jakarta: Rajagrafindo Persada.Suryabrat, Sumardy. 1999.
Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.Arikunto, S. (2013). Prosedur
Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto (2010). SOSIOLOGI, TEKS PENGANTAR DAN
TERAPAN. Jakarta : PRENADAMEDIA GROUP.
Kerry Ferris dan Jill Stein (2008). THE REAL WORLD, AN INTRODUCTION TO
SOCIOLOGY. New York : W.W Norton & Company.

You might also like