You are on page 1of 15

Volume 15 No 1 March 2021 ISSN : 190 7 –8 0 56

e-ISSN : 252 7 - 54 1 0

AGROINTEK: Jurnal Teknologi Industri Pertanian


Agrointek: Jurnal Teknologi Industri Pertanian is an open access journal
published by Department of Agroindustrial Technology,Faculty of Agriculture,
University of Trunojoyo Madura. Agrointek: Jurnal Teknologi Industri Pertanian
publishes original research or review papers on agroindustry subjects including
Food Engineering, Management System, Supply Chain, Processing Technology,
Quality Control and Assurance, Waste Management, Food and Nutrition
Sciences from researchers, lectu rers and practitioners. Agrointek: Jurnal
Teknologi Industri Pertanian is published four times a year in March, June,
September and December.
Agrointek does not charge any publication fee.

Agrointek: Jurnal Teknologi Industri Pertanian has been accredited by


ministry of research, technology and higher education Republic of Indonesia:
30/E/KPT/2019. Accreditation is valid for five years. start from Volume 13 No 2
2019.

Editor In Chief
Umi Purwandari, University of Trunojoyo Madura, Indonesia

Editorial Board
Wahyu Supartono, Universitas Gadjah Mada, Yogjakarta, Indonesia
Michael Murkovic, Graz University of Technology, Institute of Biochemistry, Austria
Chananpat Rardniyom, Maejo University, Thailand
Mohammad Fuad Fauzul Mu'tamar, University of Trunojoyo Madura, Indonesia
Khoirul Hidayat, University of Trunojoyo Madura, Indonesia
Cahyo Indarto, University of Trunojoyo Madura, Indonesia

Managing Editor
Raden Arief Firmansyah, University of Trunojoyo Madura, Indonesia

Assistant Editor
Miftakhul Efendi, University of Trunojoyo Madura, Indonesia
Heri Iswanto, University of Trunojoyo Madura, Indonesia
Safina Istighfarin, University of Trunojoyo Madura, Indonesia

Alamat Redaksi
DEWAN REDAKSI JURNAL AGROINTEK
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
Jl. Raya Telang PO BOX 2 Kamal Bangkalan, Madura-Jawa Timur
E-mail: Agrointek@trunojoyo.ac.id
Agrointek Volume 15 No 1 Maret 2021: 371-381

PENGEMBANGAN PENYEDAP RASA ALAMI DARI CANGKANG


RAJUNGAN DENGAN METODE FOAM-MAT DRYING

Diode Yonata*, Nurhidajah, Boby Pranata, Muhammad Yusuf

Teknologi Pangan, Universitas Muhammadiyah Semarang, Semarang, Indonesia

Article history ABSTRACT


Diterima: Swimming crab shells have been confirmed as umami source food
8 Oktober 2020 waste. Information regarding the use of swimming crab shells in
Diperbaiki: making seasoning in very limited. Processing the swimming crab shells
5 November 2020 into flour will cause the shell protein to hydrolyze, so that amino acids
Disetujui: become free and give an umami effect derived from glutamic acid
13 Januari 2021 compounds. Umami compounds from crab shell flour can be developed
into seasoning along with components of salt, sugar and pepper. This
Keyword research to determine the best formula for making natural seasoning
Swimming crab shell; from swimming crab shells using the foam-mat drying method. A total
seasoning; of 5 formulas were determined based on the ratio of swimming crab
formulation; glutamic
shell flour to salt, that is F1 (25:45), F2 (30:40), F3 (35:35), F4
acid; foam-mat drying
(40:30) and F5 (45:25). The parameters analyzed included physical
and chemical characteristics of seasoning. The results showed that the
higher addition of swimming crab shell flour had an effect on
increasing levels of glutamic acid as a source of umami and the
rendement of seasoning, as well as decreasing salt content, water
content, solubility, and product hygroscopicity, but did not affect sugar
content and water activity of the seasoning. The best formula for
seasoning is F4 with a ratio of swimming crab shell flour to salt
(40:30).
© hak cipta dilindungi undang-undang

*
Penulis korespondensi
Email : yonata@unimus.ac.id
DOI 10.21107/agrointek.v15i1.8799
372 Yonata et al./AGROINTEK 15(1): 371-381

garam (Srisungwan et al., 2019). Beberapa


PENDAHULUAN
literatur juga telah merangkum bahwa
Konsumsi penyedap rasa dewasa ini peran garam dalam penyedap rasa dapat
semakin meningkat. Penggunaan penyedap digantikan dengan menambahkan senyawa
rasa mampu memperbaiki preferensi sumber umami (Maluly et al., 2017).
konsumen terhadap produk pangan karena Namun, pengurangan kadar garam yang
rasa umami yang dihasilkan. Senyawa berlebihan juga menjadi tantangan
sumber umami telah mendapatkan tersendiri bagi industri pangan, secara
perhatian khusus selama satu dekade tidak langsung akan berdampak terhadap
terakhir (Zhao et al., 2019). Banyak menurunnya tingkat penerimaan konsumen
peneliti yang telah mengeksplorasi (Hoppu et al., 2017). Oleh sebab itu,
senyawa sumber umami dari berbagai diperlukan rasio yang tepat antara
bahan pangan nabati maupun hewani penambahan komponen sumber umami
seperti jamur, asam sunti hingga dari dengan garam sehingga diperoleh
berbagai produk perikanan (Song et al., penyedap rasa yang disukai konsumen.
2016; Wang et al., 2016; Manninen et al.,
Metode pengeringan menjadi salah
2018; Istiqamah et al., 2019; Mouritsen et
satu faktor yang menentukan kualitas dan
al., 2019).
kuantitas penyedap rasa (Prasetyaningsih
Rajungan (Portunus pelagicus) et al., 2018). Beberapa penelitian telah
merupakan produk perikanan yang banyak mengkonfirmasi bahwa metode foam-mat
ditemukan di perairan lepas lautan Indo- drying (FMD) dapat diaplikasikan dalam
Pasifik. Rajungan menjadi komoditi ekspor pembuatan produk serbuk termasuk
utama produk perikanan Indonesia. penyedap rasa. FMD merupakan metode
Rajungan yang diekspor umumnya dalam pengeringan dengan merubah bahan baku
bentuk produk olahan dalam kemasan yang awalnya berbentuk pasta atau cair
kedap udara maupun kaleng. Sekitar 40 % menjadi berbusa dengan penambahan foam
– 60 % dari rajungan merupakan limbah agent (putih telur) dan foam stabilizer
dalam bentuk cangkang, yang kaya akan (methyl cellulose) dengan konsentrasi yang
asam amino dan disodium telah ditentukan (Asiah et al., 2012).
5’ribonukleotida yang tergolong senyawa Produk yang berbusa akan lebih mudah
sumber umami (Tu et al., 2020). Akan dikeringkan karena struktur bahan menjadi
tetapi, para peneliti lebih tertarik lebih berongga dan terbuka, sehingga suhu
memanfaatkan cangkang rajungan sebagai yang digunakan relatif lebih rendah dan
sumber kitin dan turunannya, sedangkan waktu pengeringan jauh lebih singkat
data terkait pemanfaatan asam amino (Hardy and Jideani, 2017).
cangkang rajungan menjadi penyedap rasa
Data terkait pengembangan penyedap
masih sangat terbatas.
rasa alami dari cangkang rajungan dengan
Penyedap rasa umumnya terdiri dari metode FMD belum pernah dilaporkan.
komponen umami, gula, garam dan lada Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
serta bahan penyalut seperti maltodekstrin formula terbaik dalam pembuatan
yang berperan dalam melindungi senyawa penyedap rasa cangkang rajungan yang
umami dan senyawa pipiren penghasil rasa diproses dengan metode FMD berdasarkan
pedas dari lada. Penambahan komponen karakteristik kimia meliputi kadar asam
umami dalam penyedap rasa akan glutamat, kadar gula, kadar garam, kadar
menyebabkan pengurangan kadar garam. air dan Aw serta karakteristik fisik meliputi
Hal ini dikarenakan komponen terbesar higroskopisitas, kelarutan serta rendemen.
penyusun penyedap rasa umumnya adalah
Yonata et al./AGROINTEK 15(1): 371-381 373

METODE menggunakan homogenizer dengan


Bahan dan Alat kecepatan 3.000 rpm selama 5 menit.
Penyedap rasa cair kemudian ditambahkan
Bahan penelitian ini antara lain putih telur dan methyl cellulose (MC),
cangkang rajungan yang diperoleh dari dikocok menggunakan mixer dengan
desa Betahwalang Kabupaten Demak, gula kecepatan 840 rpm selama 5 menit hingga
(Gulaku), garam (Dolpin), lada (Ladaku), terbentuk busa. Cairan busa kemudian
maltodekstrin (Neo-Maldex), methyl dipindahkan ke dalam loyang yang telah
cellulose (Sidley Chemical), akuades dan dilapisi alumunium foil. Ketinggian busa
akuabides serta bahan untuk analisis kimia diatur 1 mm, dan dikeringkan
meliputi: L-glitamic acid assay menggunakan cabinet dryer (CD) selama 6
(Megazyme), Benzena, H2SO4, NaOH, jam dengan suhu 50 ˚C. Penyedap rasa
Aceton, Alkohol 96 %, K2SO4, HCl, Methyl kering kemudian digiling dengan blender,
Red, dan H3BO3, semua reagen merupakan dan diayak dengan ayakan 50 mesh
pro analysis. sehingga diperoleh penyedap rasa
Alat yang digunakan antara lain cangkang rajungan (PRCR).
vacuum dryer (tanpa merek), homogenizer Desain Eksperimen
(Fluko FM30D) cabinet dryer
Desain eksperimen dalam penelitian
(Agrowindo), oven (Memmert), timbangan
ini menggunakan rancangan acak lengkap
digital (Kengko), muffle furnace, brix
(RAL) dengan variabel independen
refractometer (atago), salinitymeter
formula penyedap rasa (Tabel 1). Adapun
(atago), UV-Vis spektrofotometer
variabel dependennya meliputi kadar asam
(Amtast-AMV09), instrument Kjeldahl
glutamat menggunakan L-glutamic acid
lengkap, instrumen Soxhlet lengkap serta
assay kit megazyme spektrofotometer
alat-alat gelas seperti gelas beker,
metode Beutler (1990); kadar gula
Erlenmeyer, gelas ukur, pipet volume, labu
menggunakan alat refractometers dan
ukur semua merek Pyrex
garam menggunakan alat salinymeter
Pembuatan Tepung Cangkang metode Atago (2000); kadar air
Rajungan Metode Vacuum Drying menggunakan moisture analyzer dan nilai
Cangkang rajungan yang diperoleh aw menggunakan water activity analyzer
dari Desa Betahwalang selanjutnya metode Nielsen (2017), nilai
dibersihkan dengan cara direbus dalam air higroskopisitas ditentukan dengan
mendidih selama 5 menit, kemudian mengukur banyaknya air yang diserap oleh
ditiriskan. Cangkang rajungan selanjutnya PRCR selama 7 hari penyimpanan dalam
dikeringkan menggunakan vacuum dryer desikator yang memiliki kelembaban udara
(VD) pada suhu 50 ˚C selama 4 jam. 75 % sesuai metode Caparino et al. (2012),
Cangkang rajungan kering kemudian serta nilai kelarutan diperoleh dengan
dihaluskan menggunakan disk mill dan menghitung banyaknya berat PRCR yang
diayak menggunakan ayakan 100 mesh larut di dalam air sesuai metode Caparino
sehingga diperoleh tepung cangkang et al. (2012).
rajungan (TCR). Data karakteristik fisik dan
Pembuatan Penyedap Rasa Metode karakteristik kimia yang diperoleh
Foam-Mat Drying (Asiah et al., 2012) kemudian dianalisis menggunakan uji beda
Modifikasi metode ANOVA faktor tunggal, dengan uji
TCR, garam, gula dan lada sesuai lanjut metode LSD.
formula (Tabel 1) dicampur dengan larutan
maltodekstrin (MDE) hingga larut
374 Yonata et al./AGROINTEK 15(1): 371-381

HASIL DAN PEMBAHASAN kadar air. Semakin tinggi suhu


pengeringan, akan mempercepat proses
Kandungan Kimia Tepung Cangkang
denaturasi pada cangkang rajungan. Proses
Rajungan
pengeringan yang semakin lama, akan
Kandungan kimia TCR yang diukur menyebabkan rusaknya asam amino yang
antara lain kadar protein, kadar lemak, terbentuk setelah proses denaturasi
kadar serat, kadar air, kadar abu dan kadar (Rotola-Pukkila et al., 2015). Hal ini akan
asam glutamat yang terdapat pada Tabel 2. berdampak negatif terhadap senyawa
Data pada Tabel 2 menunjukkan TCR umami pada TCR, sebagian besar asam
yang dikeringkan dengan VD memiliki amino termasuk asam glutamat akan hilang
kandungan kimia yang lebih baik selama proses pengeringan. Metode
dibandingkan TCR yang dikeringkan pengeringan VD menjadi pilihan yang
dengan CD. Kadar protein TCR hasil tepat dalam memproduksi TCR
pengeringan VD mencapai 59,30 %, lebih berdasarkan kadar protein yang dihasilkan.
tinggi 9,44 % dibandingkan hasil CD Asam glutamat merupakan salah satu asam
(53,70 %). TCR yang dikeringkan dengan amino penyusun protein, sehingga produk
metode VD memiliki kadar lemak (1,82 pangan yang tinggi protein umumnya
%), serat (6,47 %), air (2,19 %) dan abu mengandung asam glutamat yang tinggi.
(18,11 %) yang lebih rendah dibandingkan Kadar Asam Glutamat Penyedap Rasa
TCR hasil pengeringan CD. Selain itu,
Asam glutamat merupakan salah satu
TCR yang digunakan dalam penelitian ini
dari asam amino alami yang banyak
juga mengandung asam glutamat sebesar
ditemukan di bahan pangan, terutama
1.150 mg/100 g.
bahan pangan tinggi protein. Keberadaan
Teknik pengeringan VD asam glutamat dalam penyedap rasa
menggunakan suhu yang relatif lebih menjadi faktor yang paling penting. Selain
rendah dengan waktu pengeringan jauh berperan sebagai senyawa sumber umami,
lebih singkat dibandingkan pengeringan asam glutamat juga memiliki
kabinet. Suhu dan waktu pengeringan keistimewaan lainnya yaitu menekan rasa
memiliki korelasi yang negatif terhadap pahit, sehingga mampu mengurangi
kandungan kimia pada bahan pangan, hedonis negative konsumen dalam
terutama pada komponen mudah rusak mengkonsumsi makanan (Kim et al.,
maupun menguap seperti kadar protein dan 2015).
Tabel 1. Formulasi penyedap rasa

Komponen Formula
(%) F1 F2 F3 F4 F5
TCR 25,0 30,0 35,0 40,0 45,0
Garam 45,0 40,0 35,0 30,0 25,0
Gula 24,0 24,0 24,0 24,0 24,0
Lada 1,0 1,0 1,0 1,0 1,0
MDE 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
PT 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0
MC 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Ket: Penambahan air sebanyak 75 % dari formula
Yonata et al./AGROINTEK 15(1): 371-381 375

Tabel 2. Kandungan kimia tepung cangkang rajungan

Metode Pengeringan
Parameter Persentase
Vacuum Dryer Cabinet Dryer*
selisih
Kadar protein (% bk) 59,30 ± 0,24 53,70 + 9,44
Kadar lemak (% bk) 1,82 ± 0,11 2,10 - 23,33
Kadar serat (% bk) 6,47 ± 0,56 6,90 - 6,65
Kadar air (% bk) 2,19 ± 0,47 3,40 - 55,25
Kadar abu (% bk) 18,11 ± 0,18 21,90 - 20,93
Kadar asam glutamat (mg/100 g) 1.150,00 ± 0,22 - -
*(Oktafriana and Marlina 2010)
memiliki pori yang lebih besar dengan
PRCR memiliki rata-rata kandungan
ketebalan yang sangat tipis. Kondisi ini
asam glutamat sekitar 187,34 – 363,13
akan mempercepat proses penguapan
mg/100 g (Tabel 3). Ada pengaruh yang
kadar air dari bahan. Penambahan bahan
sangat signifikan penambahan TCR
penyalut MDE juga memberikan
terhadap kadar asam glutamat penyedap
kontribusi dalam menghambat laju
rasa. Kandungan asam glutamat penyedap
degradasi asam glutamat yang sangat peka
rasa meningkat seiring dengan
terhadap panas.
penambahan TCR ke dalam formula.
Penyedap rasa dengan kandungan asam Kandungan asam glutamat dari PRCR
glutamat tertinggi terdapat pada penyedap lebih tinggi dari kandungan asam glutamat
rasa F5 (393,13 mg/100 g), namun secara penyedap rasa spirulina yang dilaporkan
statistik tidak berbeda dengan kandungan oleh Larasati et al. (2019) yang mencapai
asam glutamat pada penyedap rasa F4 20,49 mg/100 g. Pada penelitian tersebut,
(381,03 mg/100 g). Peningkatan asam waktu pengeringan yang digunakan
glutamat dari F4 ke F5 hanya sebesar 3,45 mencapai 8 jam pada suhu 60 ˚C. Stabilitas
% atau 12,1 mg/100 g, lebih rendah asam glutamat sebagai pembentuk rasa
dibandingkan peningkatan asam glutamat umami sangat tergantung pada pH dan
dari F1 ke F2 (24,95 %), F2 ke F3 (28,79 suhu. Senyawa pembentuk rasa umami
%) dan F3 ke F4 (16,44 %). Secara umumnya sangat stabil pada pH 5,5 – 8,0.
keseluruhan, peningkatan asam glutamat Ketika kondisi pH lebih rendah dari 4, rasa
dari penyedap rasa F1 ke F5 mencapai umami akan berkurang secara signifikan.
93,84 % (175,79 mg/100 g). Berdasarkan Rasa umami bahkan akan hilang ketika
efisiensi penambahan TCR, kadar asam kondisi pH melebihi 8. Pada kondisi asam,
glutamat terbaik terdapat pada penyedap intramolekul asam glutamat sangat mudah
rasa F4. terdehidrasi sehingga membentuk asam
piroglutamat, proses pemanasan dalam
Pengeringan dengan metode FMD
waktu yang lama akan berakibat pada
cukup efektif dalam mencegah kehilangan
banyaknya senyawa umami yang akan
komponen umami selama proses
hilang selama kontak dengan panas (Alim
pengeringan TCR hingga menjadi
et al., 2019).
penyedap rasa. Metode FMD dapat
meminimalisir kehilangan komponen Kadar Garam dan Kadar Gula
bahan aktif yang mudah rusak selama Penyedap Rasa
pengeringan termasuk asam amino
Penyedap rasa tersusun dari rasa
(Sangamithra et al., 2015). Produk yang umami yang bersumber dari senyawa asam
awalnya berbentuk cair akan diubah glutamat TCR, rasa asin dari garam, rasa
menjadi busa, sehingga permukaan bahan
376 Yonata et al./AGROINTEK 15(1): 371-381

manis dari gula serta rasa pedas yang mengurangi intensitas rasa yang dihasilkan
berasal dari senyawa piperine dan (Hoppu et al., 2017).
turunannya yang ada pada lada. Kadar
Kadar Air dan Nilai Aw Penyedap Rasa
garam penyedap rasa rajungan berkisar
antara 23,16 % – 42,19 %, Kadar garam Mutu dan umur simpan penyedap rasa
tertinggi terdapat pada penyedap rasa F1, sangat dipengaruhi oleh kadar air dan peran
dan berbeda dengan semua formula. Kadar dari aktivitas air (Aw). Proses penurunan
gula penyedap rasa rajungan berkisar mutu penyedap rasa yang disebabkan oleh
antara 20,14 % – 20,89 %, secara statistik mikroorganisme dapat dicegah dengan
tidak ada pengaruh perbedaan formula menurunkan kadar air dan nilai Aw. Proses
terhadap kadar gula PRCR, namun ada pengeringan sangat mempengaruhi kadar
kecenderungan penurunan kadar gula air dan nilai Aw dari penyedap rasa.
seiring dengan peningkatan TCR, kadar Selama proses pengeringan berlangsung,
gula tertinggi terdapat pada formula F1. panas akan menyebabkan air dalam bahan
keluar menuju permukaan secara difusi,
Pembuatan penyedap rasa dengan kemudian secara konveksi dari permukaan
metode FMD mampu meminimalisir menuju udara bebas (Tulek ,2011).
kehilangan komponen garam dan gula
selama proses pengeringan. Hal ini dapat Penyedap rasa cangkang rajungan
dilihat dari rata-rata penurunan kadar memiliki rata-rata kadar air sebesar 1,45 %
garam dan gula selama proses pengeringan (Tabel 3). Kadar air terendah dihasilkan
hanya sebesar 6,53 % dan 14,58 %. Rasa oleh penyedap rasa formula F5 yaitu
umami dari TCR mampu mengaktifkan sebesar 1,29 %, sedangkan penyedap rasa
reseptor rasa asin di lidah karena peran dengan kadar tertinggi terdapat pada
asam glutamat dan beberapa asam amino formula F1 (1,68 %). Ada korelasi yang
lainnya. Asam glutamat mempunyai positif antara kadar gula dengan kadar air
ambang batas rasa umami sangat rendah penyedap rasa. Semakin rendah kadar gula
yaitu sebesar 0,3 mg/mL, dan merupakan pada penyedap rasa, kadar air produk juga
senyawa pembentuk umami paling kuat. ikut menurun. Persentase penurunan kadar
Selain kemampuan membangkitkan air pada penyedap rasa dari F1 hingga F5
citarasa, asam glutamat juga sangat efektif mencapai 23,21 %, dimana kadar air
dalam mengurangi asupan garam tanpa terendah terdapat pada penyedap rasa F4
(1,29 %).

Tabel 3. Karakteristik kimia penyedap rasa cangkang rajungan

Parameter
Perlakuan Kadar asam glutamat Kadar Garam Kadar Gula Kadar Air
Aw
(mg/100 g) (%) (%) (%)
F1 187,34 ± 1,45a 42,19 ± 0,84e 20,89 ± 0,16a 1,68 ± 0,04c0,43 ± 0,01a
F2 234,08 ± 1,20b 38,95 ± 0,47d 20,68 ± 0,21a 1,49 ± 0,03b 0,41 ± 0,01a
F3 301,47 ± 1,96c 31,84 ± 0,08c 20,54 ± 0,34a 1,46 ± 0,01b 0,40 ± 0,01a
F4 351,03 ± 1,43d 27,78 ± 0,09b 20,14 ± 0,11a 1,29 ± 0,01a0,39 ± 0,01a
F5 363,13 ± 1,89d 23,16 ± 0,20a 20,26 ± 0,21a 1,32 ± 0,02a0,40 ± 0,01a
Keterangan:
1. Semua nilai merupakan nilai mean ± standar deviasi dari 5 ulangan.
2. Nilai superskrip yang berbeda antar kolom menunjukkan ada perbedaan antar perlakuan dengan
tingkat kepercayaan 95 %, berdasarkan uji beda ANOVA dan uji lanjut LSD.
Yonata et al./AGROINTEK 15(1): 371-381 377

Badan standar nasional (BSN) telah berkaitan dengan efisiensi dan efektifitas
menetapkan batas maksimal kadar air proses yang digunakan. Data pada Tabel 4
penyedap rasa tidak boleh melebihi 4 %. menunjukkan penyedap rasa rajungan
Hal ini menyatakan bahwa kadar air PRCR memiliki rata-rata rendemen sebesar 68,70
memenuhi persyaratan kadar air yang telah %. Hasil uji beda ANOVA dengan taraf
ditetapkan BSN. Selain faktor metode kepercayaan 95 %, ada pengaruh
pengeringan, kadar air yang rendah dalam perbedaan formula terhadap nilai
penelitian ini disebabkan oleh penggunaan rendemen penyedap rasa. Uji lanjut
MDE. Selain berperan dalam mencegah menggunakan metode LSD menyatakan
laju degradasi asam glutamat selama bahwa rendemen penyedap rasa
pengeringan, MDE diketahui akan berkorelasi positif dengan penambahan
membentuk ikatan hidrogen dengan TCR, rendemen tertinggi diperoleh dari
molekul air karena gugus hidroksil yang formula penyedap rasa F5 (73,12 %),
dimilikinya, sehingga air dengan cepat berbeda dengan semua perlakuan.
akan terlepas dari bahan (Barbosa-Cánovas TCR memiliki kandungan mineral
et al., 2005). yang cukup tinggi, sehingga berkontribusi
Kadar air merupakan gambaran umum besar terhadap peningkatan rendemen
tentang kadar air total yang ada pada penyedap rasa. Namun, hal ini
bahan, dan berkaitan erat dengan nilai Aw. menyebabkan nilai kelarutan penyedap
Nilai Aw PRCR memiliki rata-rata 0,41, rasa menurun. Penurunan kelarutan
lebih rendah dari penyedap rasa daging penyedap rasa diduga kuat berasal
yang pernah diteliti sebelumnya yaitu komponen mineral pada TCR dan serat
sebesar 0,53 (Kantachote et al., 2016). pada lada yang sukar larut dalam air. Data
Penambahan TCR tidak berpengaruh pada Tabel 4 menunjukkan rata-rata
terhadap nilai Aw penyedap rasa. Namun, kelarutan penyedap rasa cangkang
ada kecenderungan meningkatnya nilai Aw rajungan mencapai 73,00 %, kelarutan
penyedap rasa seiring peningkatan kadar tertinggi terdapat pada penyedap rasa F1
garam dan kadar gula, namun tidak begitu (79,92 %) dan secara statistik berbeda
signifikan. Nilai Aw terendah terdapat dengan semua perlakuan.
pada penyedap rasa F4 (0,39). Nilai Aw Kelarutan penyedap rasa cangkang
PRCR cukup baik, sehingga diharapkan rajungan cukup baik. Komponen garam
mampu meminimalisir pertumbuhan dan gula diketahui memiliki sifat rehidrasi
mikroba, menekan laju oksidasi yang dapat yang kuat, sehingga lebih mudah larut
menurunkan mutu produk. karena kemampuan menyerap air
Nilai Rendemen, Higroskopisitas dan dilingkungan cukup tinggi. Peran MDE
Kelarutan Penyedap Rasa sebagai penyalut juga berkontribusi
terhadap kelarutan produk. Selain berperan
Rendemen merupakan persentase
dalam melindungi bahan inti, komponen
produk yang dihasilkan dari perbandingan
oligosakarida MDE akan menghasilkan
jumlah bahan awal dengan jumlah bahan
permukaan PRCR lebih berpori dan
akhir. Dalam bidang rekayasa dan
terdispersi secara merata, sehingga lebih
pengolahan pangan, rendemen menjadi
mudah larut (Moldovan et al., 2012).
salah satu faktor yang diperhatikan,
378 Yonata et al./AGROINTEK 15(1): 371-381

Tabel 4. Rendemen dan Karakteristik fisik penyedap rasa cangkang rajungan

Rendemen Kelarutan Higroskopisitas


Formula
(%) (%) (%)
a e
F1 63,55 ± 0,75 78,92 ± 0,50 36,72 ± 0,24d
b d
F2 66,47 ± 0,51 76,88 ± 0,21 34,33 ± 0,34c
F3 68,84 ± 0,48c 72,27 ± 0,26c 33,58 ± 0,13b
d b
F4 71,52 ± 0,50 70,64 ± 0,12 31,61 ± 0,30a
F5 73,12 ± 0,29e 67,31 ± 0,49a 31,98 ± 0,32a
Keterangan:
1. Semua nilai merupakan nilai mean ± standar deviasi dari lima ulangan
2. Nilai superskrip yan berbedaantar kolom menunjukkan ada perbedaan antar perlakuan dengan tingkat
kepercayaan 95 %, berdasarkan uji beda ANOVA dan uji lanjut LSD.
menggumpal dan akan memperpendek
Kelarutan penyedap rasa akan
umur simpan. Diperlukan kemasan khusus
mempengaruhi tingkat higroskopisitasnya,
dalam proses penyimpanannya, yaitu
produk akan semakin higroskopis ketika
kemasan kedap udara seperti metallized.
kelarutan meningkat. Rata-rata nilai
higroskopisitas penyedap rasa pada Tabel 4 Formula Terbaik
mencapai 33,64 %, penyedap rasa Penentuan formula terbaik PRCR
cangkang rajungan masih tergolong menggunakan uji indeks efektifitas metode
higroskopis. Perbedaan formula DeGarmo. Masing-masing parameter yang
berpengaruh terhadap nilai higroskopisitas diuji diberi nilai bobot, kemudian
penyedap rasa. Nilai higroskopisitas
diakumulasikan dengan nilai indeks
penyedap rasa terbaik terdapat pada efektivitas, sehingga diperoleh nilai hasil
penyedap rasa F4 yaitu 31,61 %. seperti yang terlihat pada Tabel 5. Formula
Penambahan TCR diketahui memperbaiki terbaik ditentukan berdasarkan nilai hasil
nilai persentase higroskopisitas penyedap yang paling tinggi.
rasa hingga 13,92 %. Selain itu, penurunan Tabel 5. Penentuan formula terbaik
kadar gula juga menyebabkan
higroskopisitas penyedap rasa menurun. Indeks
Formula Nilai Hasil
Kadar gula merupakan faktor utama Efektifitas
yang menyebabkan penyedap rasa bersifat F1 1,00 0,03
higroskopis. Semakin tinggi penambahan F2 3,29 0,39
gula akan menyebabkan meningkatnya F3 4,71 0,62
gugus hidroksil yang kemudian akan F4 7,03 0,95
membentuk ikatan hidrogen dengan F5 6,76 0,93
molekul air lingkungan (Franco et al., Formula F4 memiliki nilai hasil paling
2016). Penyedap rasa cangkang rajungan tinggi, mencapai 0,95, sehingga formula
juga memiliki kadar air yang rendah. terbaik dalam pembuatan PRCR yaitu F4.
Produk dengan kadar air yang rendah Formula F4 menghasilkan PRCR dengan
cenderung bersifat higroskopis, sehingga kandungan asam glutamat sebesar 351
proses difusi akan meningkat karena nilai mg/100 g, kadar garam 27,78 %, kadar gula
gradien konsentrasi air pada bahan sangat 20,14 %, kadar air 1,29 %, nilai aw 0,39,
tinggi. rendemen mencapai 71,52 %, nilai
Higroskopisitas sangat erat kaitannya kelarutan 70,64 % dan nilai higroskopisitas
dengan mutu penyedap rasa. Produk yang 31,61.
higroskopis cenderung menyerap uap air
lebih kuat, sehingga produk lebih mudah
Yonata et al./AGROINTEK 15(1): 371-381 379

KESIMPULAN Caparino, O.A., J. Tang, C.I. Nindo, S.S.


Sablani, J.R. Powers, J.K. Fellman.
Ada pengaruh perbedaan formula
2012. Effect of drying methods on
terhadap karakteristik fisik dan kimia
the physical properties and
penyedap rasa. Semakin tinggi
microstructures of mango
penambahan rasio TCR dalam formula,
(Philippine “Carabao” var.) powder.
menyebabkan kadar asam glutamat dan
Journal of Food Engineering
rendemen penyedap rasa meningkat secara
111:135–148.
signifikan. Diikuti dengan penurunan
kadar garam, kadar air dan nilai kelarutan, Franco, T.S., C.A. Perussello, L.N.
demikian juga halnya dengan kadar gula, Ellendersen, M.L. Masson. 2016.
nilai Aw dan higroskopisitas produk Effects of foam mat drying on
cenderung menurun. Formula terbaik physicochemical and microstructural
dalam pembuatan penyedap rasa cangkang properties of yacon juice powder.
rajungan yaitu F4. LWT - Food Science and
Technology 66:503–513.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut Hardy, Z., V.A. Jideani. 2017. Foam-mat
mengenai sifat sensoris, pendugaan umur drying technology: A review.
simpan serta pemilihan jenis kemasan yang Critical Reviews in Food Science
tepat terhadap PRCR berdasarkan formula and Nutrition 57:2560–2572.
F4.
Hoppu, U., A. Hopia, T. Pohjanheimo, M.
DAFTAR PUSTAKA Rotola-Pukkila, S. Mäkinen, A.
Alim, A., C. Yang, H. Song, Y. Liu, T. Pihlanto, M. Sandell. 2017. Effect of
Zou, Y. Zhang, S. Zhang. 2019. The salt reduction on consumer
behavior of umami components in acceptance and sensory quality of
thermally treated yeast extract. Food food. Foods 6:1–12.
Research International 120:534–543. Istiqamah, A., H.N. Lioe, D.R. Adawiyah.
Asiah, N., R. Sembodo, A. 2019. Umami compounds present in
Prasetyaningum. 2012. Aplikasi low molecular umami fractions of
metode foam-mat drying pada proses asam sunti – A fermented fruit of
pengeringan spirulina. Jurnal Averrhoa bilimbi L. Food Chemistry
Teknologi Kimia dan Industri 1:461– 270:338–343.
467. Kantachote, D., T. Nunkaew, A.
Atago. 2000. Handhel refractometer, Ratanaburee, N. Klongdee. 2016.
instruction manual. Atago Co., Ltd. Production of a meat seasoning
Barbosa-Cánovas, G., E. Ortega-Rivas, P. powder enriched with γ-
Juliano, H. Yan. 2005. Food aminobutyric acid (GABA) from
Powders: physical properties, mature coconut water using
processing, and functional. Plenum pediococcus pentosaceus HN8.
Publishers, New York. Journal of Food Processing and
Beutler, H. 1990. L-Glutamate, Preservation 40:733–742.
Colorimetric Method with Glutamate Kim, M.J., H.J. Son, Y. Kim, T. Misaka,
Dehydrogenase and Diaphorase. In M.R. Rhyu. 2015. Umami-bitter
“Methods of Enzymatic Analysis” interactions: The suppression of
(Bergmeyer, H. U., ed.), 3rd ed. Page bitterness by umami peptides via
(H. . Beutler, Ed.). 3rd edition. VCH human bitter taste receptor.
Publishers, Cambridge. Biochemical and Biophysical
380 Yonata et al./AGROINTEK 15(1): 371-381

Research Communications 456:586– Prasetyaningsih, Y., M.W. Sari, N.


590. Ekawandani. 2018. Pengaruh Suhu
Larasati, B.P., V.K. Ananingsih, L. Pengeringan dan Laju Alir Udara
Hartayanie, A.R. Pratiwi. 2019. terhadap Analisis Proksimat
Pengaruh deep-fat frying terhadap Penyedap Rasa Alami Berbahan
kandungan asam glutamat pada Dasar Jamur untuk Aplikasi
bumbu penyedap granul spirulina sp. Makanan Sehat ( Batagor ). Eksergi
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan 15:41–47.
8:74–79. Rotola-Pukkila, M.K., S.T. Pihlajaviita,
Maluly, H.D.B., A. P. Arisseto-Bragotto, M.T. Kaimainen, A.I. Hopia. 2015.
F.G.R. Reyes. 2017. Monosodium Concentration of Umami
glutamate as a tool to reduce sodium Compounds in Pork Meat and
in foodstuffs: Technological and Cooking Juice with Different
safety aspects. Food Science and Cooking Times and Temperatures.
Nutrition 5:1039–1048. Journal of food science 80:C2711–
Manninen, H., M. Rotola-Pukkila, H. C2716.
Aisala, A. Hopia, T. Laaksonen. Sangamithra, A., V. Sivakumar, K.
2018. Free amino acids and 5′- Kannan, S.G. John. 2015. Foam-mat
nucleotides in Finnish forest drying of muskmelon. International
mushrooms. Food Chemistry Journal of Food Engineering 11:127–
247:23–28. 137.
Moldovan, B., L. David, C. Chisbora, C. Song, S., S. Li, L. Fan, K. Hayat, Z. Xiao,
Cimpoiu. 2012. Degradation kinetics L. Chen, Q. Tang. 2016. A novel
of anthocyanins from european method for beef bone protein
cranberrybush (viburnum opulus l.) extraction by lipase-pretreatment and
fruit extracts. Effects of temperature, its application in the Maillard
pH and storage solvent. Molecules reaction. Page Food Chemistry.
17:11655–11666. Elsevier Ltd.
Mouritsen, O.G., L. Duelund, M.A. Srisungwan, S., P. Chalermchaiwat, U.
Petersen, A.L. Hartmann, M.B. Suttisunsanee, S. Jittinandana, R.
Frøst. 2019. Umami taste, free amino Chamchan, C. Chemthong, N. On-
acid composition, and volatile nom. 2019. Development of reduced-
compounds of brown seaweeds. sodium seasoning powder using
Journal of Applied Phycology yeast extract. Pages 27–30 Walailak
31:1213–1232. Procedia.
Nielsen, S.S. 2017. Food Analysis. Page Tu, L., X. Wu, X. Wang, W. Shi. 2020.
(S. S. Nielse, Ed.) Food Analysis. 5th Effects of fish oil replacement by
edition. Springer, Indiana. blending vegetable oils in fattening
Oktafriana, E. Marlina. 2010. Pengaruh diets on nonvolatile taste substances
Jenis Asam dan Basa pada of swimming crab (Portunus
Pembentukan Senyawa Khitosan trituberculatus). Journal of Food
dari Limbah Kulit Rajungan The Biochemistry 44:1–11.
Effect of Various Acid and Alkali Tulek, Y. 2011. Drying kinetics of oyster
Reagents to Production of Chitosan mushroom (Pleurotus ostreatus) in a
From Rajungan Husk. Jurnal convective hot air dryer. Journal of
Penelitian Pertanian Terapan Agricultural Science and
10:150–157. Technology 13:655–664.
Yonata et al./AGROINTEK 15(1): 371-381 381

Wang, S., Y. He, Y. Wang, N. Tao, X. Wu,


X. Wang, W. Qiu, M. Ma. 2016.
Comparison of flavour qualities of
three sourced Eriocheir sinensis.
Food Chemistry 200:24–31.
Zhao, Y., M. Zhang, S. Devahastin, Y. Liu.
2019. Progresses on processing
methods of umami substances: A
review. Trends in Food Science and
Technology 93:125–135.
AUTHOR GUIDELINES

Term and Condition


1. Types of paper are original research or review paper that relevant to our Focus
and Scope and never or in the process of being published in any national or
international journal
2. Paper is written in good Indonesian or English
3. Paper must be submitted to http://journal.trunojoyo.ac.id/agrointek/index and
journal template could be download here.
4. Paper should not exceed 15 printed pages (1.5 spaces) including figure(s) and
table(s)

Article Structure
1. Please ensure that the e-mail address is given, up to date and available for
communication by the corresponding author
2. Article structure for original research contains
Title, The purpose of a title is to grab the attention of your readers and help them
decide if your work is relevant to them. Title should be concise no more than 15
words. Indicate clearly the difference of your work with previous studies.
Abstract, The abstract is a condensed version of an article, and contains important
points ofintroduction, methods, results, and conclusions. It should reflect clearly
the content of the article. There is no reference permitted in the abstract, and
abbreviation preferably be avoided. Should abbreviation is used, it has to be
defined in its first appearance in the abstract.
Keywords, Keywords should contain minimum of 3 and maximum of 6 words,
separated by semicolon. Keywords should be able to aid searching for the article.
Introduction, Introduction should include sufficient background, goals of the
work, and statement on the unique contribution of the article in the field.
Following questions should be addressed in the introduction: Why the topic is new
and important? What has been done previously? How result of the research
contribute to new understanding to the field? The introduction should be concise,
no more than one or two pages, and written in present tense.
Material and methods,“This section mentions in detail material and methods used
to solve the problem, or prove or disprove the hypothesis. It may contain all the
terminology and the notations used, and develop the equations used for reaching
a solution. It should allow a reader to replicate the work”
Result and discussion, “This section shows the facts collected from the work to
show new solution to the problem. Tables and figures should be clear and concise
to illustrate the findings. Discussion explains significance of the results.”
Conclusions, “Conclusion expresses summary of findings, and provides answer
to the goals of the work. Conclusion should not repeat the discussion.”
Acknowledgment, Acknowledgement consists funding body, and list of people
who help with language, proof reading, statistical processing, etc.
References, We suggest authors to use citation manager such as Mendeley to
comply with Ecology style. References are at least 10 sources. Ratio of primary
and secondary sources (definition of primary and secondary sources) should be
minimum 80:20.
Journals

Adam, M., Corbeels, M., Leffelaar, P.A., Van Keulen, H., Wery, J., Ewert, F.,
2012. Building crop models within different crop modelling frameworks. Agric.
Syst. 113, 57–63. doi:10.1016/j.agsy.2012.07.010

Arifin, M.Z., Probowati, B.D., Hastuti, S., 2015. Applications of Queuing Theory
in the Tobacco Supply. Agric. Sci. Procedia 3, 255–
261.doi:10.1016/j.aaspro.2015.01.049

Books

Agrios, G., 2005. Plant Pathology, 5th ed. Academic Press, London.

You might also like