Professional Documents
Culture Documents
None Bbee51f9
None Bbee51f9
Research Articles
Pengaruh Rasio Kitosan-Sodium Tripolifosfat Terhadap
Pengendalian Antraknosa (Colletotrichum gloeosporioides) Pada
Mangga Kultivar Manalagi
1
Lab. Biokimia, BB Biogen, Jl Tentara Pelajar 3A Bogor 16111
2
Lab. Mikrobiologi, BB Biogen, Jl Tentara Pelajar 3A Bogor 16111
Û Corresponding author.
E-mail address: yshid@yahoo.co.uk
2597-7059 Online, 1410-7058 print/ @2020 Published by UP2M, Faculty of Mathematics and Natural Sciences,
Sriwijaya University
Suryadi et al. Jurnal Penelitian Sains 22 (3) 2020: 133-143
134
Suryadi et al. Jurnal Penelitian Sains 22 (3) 2020: 133-143
135
Suryadi et al. Jurnal Penelitian Sains 22 (3) 2020: 133-143
larutan Tween 80 0,2% secara perlahan dengan kitosan diganti dengan air suling steril. Buah
waktu pengadukan selama 30-60 menit. mangga disimpan pada baki steril dan dibungkus
Selanjutnya 0,1% larutan natrium tripolifosfat dengan plastik bening untuk menjaga
(NaTPP) ditambahkan ke dalam larutan KBMR kelembaban. Pengujian yang sama diulang
sambil diaduk pada suhu kamar untuk proses sebanyak 2 kali. Pengamatan dilakukan setelah
pengikatan silang yang sempurna. Perbandingan 5-6 hari inokulasi, dan efektivitas penghambatan
(rasio) volume antara larutan KBMR: NaTPP nano kitosan diukur dengan menghitung tingkat
untuk membentuk suspensi partikel nano yang keparahan penyakit.
diuji adalah 5: 1 dan 5: 2 [16]. Tingkat keparahan penyakit antraknosa
Pengujian Penghambatan Nano Kitosan pada mangga diamati berdasarkan skor
Jamur Patogen Secara In Vitro keparahan penyakit sebagai berikut: 0 =
Metode pelat tuang (pour plate) 0<x<1%; 1 = 2<x<20%; 2 = 21<x< 40%; 3 =
digunakan pada uji in vitro penghambatan nano 41<x< 60%; 4 = 61<x< 80%; dan 5 =
kitosan terhadap jamur C. gloeosporioides. Media 81<x<100% [17].
PDA hangat dalam cawan petri dicampur Rumus Tingkat hambat relatif (THR)
dengan 1 mL formula nano kitosan, kemudian terhadap penyakit antraknosa dinyatakan sebagai
media dibiarkan mengeras. Media PDA dalam berikut: THR = (Kpk-Kpp) /Kpk x 100%,
cawan Petri yang memiliki diameter 9 cm di mana: THR=Tingkat hambat relatif, Kpk =
dilubangi di bagian tengahnya dengan bor gabus. tingkat keparahan pada kontrol, Kpp = tingkat
Kemudian isolat C. gloeosporioides ditempatkan keparahan pada perlakuan.
ke dalam lubang dan diinkubasi selama 6 hari.
Perlakuan kontrol disiapkan hanya mengandung HASIL DAN PEMBAHASAN
PDA dan C. gloeosporioides saja. Efektivitas daya
Aktivitas Kitinase
hambat patogen ditentukan oleh rumus: Pengujian aktivitas enzim kitinase
DH = (lk-lp) / lk x 100%, dilakukan untuk menunjukkan aktivitas enzim
di mana: DH= daya hambat, lk = luas kitinase yang diekstraksi dari bakteri B. cepacia
pertumbuhan jamur pada kontrol, lp = luas E76 [14]. Aktivitas enzim kitinase ditunjukkan
pertumbuhan jamur pada perlakuan. oleh produksi senyawa GlcNAc. Reagen schales
Uji In Vivo Nano Kitosan terhadap C. (berwarna hijau), berfungsi sebagai indikator
gloeosporioides pada Mangga Kultivar yang mengukur konsentrasi GlcNAc secara
Manalagi kuantitatif. Semakin banyak GlcNAc terbentuk,
0DQJJD NXOWLYDU ´0DQDODJLµ KDVLO SDQHQ \DQJ warna yang dihasilkan akan memudar.
ukuran buahnya relatif seragam, dicuci bersih Pembentukan GlcNAc akan mengurangi
dengan air steril kemudian dikeringkan. Uji in intensitas warna hijau. Aktivitas sampel kitinase
vivo dilakukan dengan merendam buah mangga yang dihasilkan dari tiga ulangan masing-masing
dalam larutan nano kitosan selama 60 menit, dan sebesar 45,1190; 39,1667; dan 55,2380 ppm,
dikeringkan. Selanjutnya buah tersebut dengan konsentrasi rata-rata sebesar 46,50 +
diinokulasi patogen dengan cara dilukai 8,12 (Tabel 1). Data aktivitas enzim kitinase yang
menggunakan jarum steril dan kemudian diperoleh cukup tinggi, karena B. cepacia E76
direndam dalam suspensi konidia C. adalah bakteri kitinolitik yang sebelumnya
gloeosporioides (106 konidia mL-1) selama 30 dilaporkan menghasilkan enzim kitinase dan
menit dan dikeringkan. Perlakuan kontrol berfungsi untuk mendegradasi kitosan menjadi
dilakukan dengan cara yang sama, tetapi nano KBMR [14; 18].
Tabel 1. Aktivitas kitinase menggunakan standar GlcNAc
Sampel Absorbansi Konsentrasi (ppm)
Sampel 1 0,343 45,1190
Sampel 2 0,293 39,1667
Sampel 3 0,428 55,2380
Rata rata + Standar deviasi 46,50 + 8,12
136
Suryadi et al. Jurnal Penelitian Sains 22 (3) 2020: 133-143
Secara umum, spektrum inframerah dapat Gugus fungsi hidroksil dalam kitosan muncul
mengidentifikasi konten kelompok fungsional pada bilangan gelombang 3450-3200 cm-1,
dalam senyawa. Gugus fungsional khas yang ada sedangkan gugus fungsi amida muncul pada
dalam partikel kitosan murni adalah gugus bilangan gelombang 1660-1500 cm-1.
hidroksil (-OH) dan gugus amida (-NH2) [23].
137
Suryadi et al. Jurnal Penelitian Sains 22 (3) 2020: 133-143
Berdasarkan Tabel 2, pada partikel kitosan banyak dan padat, dan dikelompokkan untuk
tidak ada gugus fungsional karbonil (C = O) dan membentuk agregat menjadi partikel > 200 nm.
perubahan jumlah gelombang dari tiga sampel. Ukuran rata-rata formulasi partikel kitosan
Ini menunjukkan interaksi antara gugus fungsi meningkat dengan rasio volume KMBR dan
karena penambahan TPP dan proses deasetilasi NaTPP [22]. Dalam penelitian ini, rasio KBMR
kitosan menjadi partikel nano kitosan. Proses dan volume NaTPP 5: 1 menghasilkan rata-rata
degradasi kitosan ditandai dengan pergeseran ukuran partikel terkecil 126,2 nm dengan nilai
jumlah gelombang dan hilangnya gugus karbonil indeks polidispersitas (IP) 0,447, dan nilai zeta
(Gambar. 2). potensial (ZP) 25,5 + 6,1 mV. Nilai IP masih jauh
Penentuan ukuran partikel nano dalam di bawah nilai 1 sehingga dapat diartikan tingkat
penelitian ini menggunakan analisis Particle Size keseragamannya cukup baik. Partikel nano yang
Analyzer (PSA) (Gambar 3). Hasil penelitian disiapkan pada rasio 5: 1 menunjukkan bahwa
menunjukkan bahwa dalam kondisi penyiapan partikel nano yang terbentuk memiliki kisaran
konsentrasi kitosan 0,3%, NaTPP 0,1% (5: 1), distribusi ukuran pendek atau dengan kata lain
partikel nano kitosan membentuk ukuran 126,2 tingkat keseragaman yang baik. Nilai ZP sebesar
nm dengan nilai ZP sebesar 25,5 + 6,1 mV 25,5 + 6,1 mV sangat relevan dan memperkuat
(Gambar 3). Hasil analisis PSA menunjukkan pola distribusi data dengan nilai IP. Partikel nano
bahwa partikel kitosan yang disiapkan pada rasio pada ukuran sangat kecil dan IP rendah
volume 5: 1 umumnya menunjukkan pola menunjukkan potensi nilai tinggi (hampir 30 mV)
distribusi puncak. Pada rasio volume besar 5:2, yang berarti cukup stabil. Berdasarkan analisis
partikel-partikel yang terbentuk dari reaksi semakin kecil rasio volume KBMR terhadap
elektrostatik antara kitosan dan Na TPP sangat NaTPP dan waktu pengadukan, maka ukuran
partikel yang diperoleh semakin kecil.
138
Suryadi et al. Jurnal Penelitian Sains 22 (3) 2020: 133-143
B
Gambar.3. Karakteristik formula nano kitosan dengan analisis PSA (A), dan Zeta Potensial (B)
Tabel 3. Daya hambat formula nano kitosan terhadap pertumbuhan jamur C. gloeosporioides secara in
vitro
Tingkat hambat relatif (THR)
Perlakuan Rasio Luas koloni pertumbuhan C. gloeosporioides (cm2)
(%)
Kontrol (tanpa aplikasi) 63,58 -
KBMR 0.1 % : NaTPP 0.1 % (5:1) 8,94 85,94
KBMR 0.1 % : NaTPP 0.1 % (5:2) 15,89 75,0
KBMR 0.2 % : NaTPP 0.1 % (5:1) 11,3 82,2
KBMR 0.2 % : NaTPP 0.1 % (5:2) 24,62 61,28
KBMR 0.3 % : NaTPP 0.1 % (5:1) 15,89 75,0
KBMR 0.3 % : NaTPP 0.1 % (5:2) 3,97 93,75
Keterangan: THR= Lk kontrol- Lk perlakuan x 100%
Lk kontrol
139
Suryadi et al. Jurnal Penelitian Sains 22 (3) 2020: 133-143
140
Suryadi et al. Jurnal Penelitian Sains 22 (3) 2020: 133-143
Penghambatan pertumbuhan C.
gloeosporioides oleh kitosan diduga terjadi karena REFERENSI
kandungan sifat antijamur dari spektrum luas [1] Rebin, Karsinah, dan A. Soemargono, 2013,
gugus amino dalam bentuk asetil amino Peningkatan produktivitas dan kualitas
(HCOCH3) dan glukosamin (C6H9NH2). Gugus mangga komersial indonesia melalui
amino dapat mengikat bagian makromolekul pemuliaan dan pengelolaan tanaman.
bermuatan negatif dari polikationik alami pada http://www.mada.gov.my/documents/10124/
permukaan sel jamur, sehingga pertumbuhan b71dcdba-2310-497d-a7a3-ddd65049b757.
jamur akan terhambat [27]. Selama penelitian,
kondisi lingkungan sangat sesuai untuk terjadinya [2] Semangun, H. 2000, Penyakit-penyakit
infeksi C. gloeosporioides, sebagaimana Tanaman Hortikultura di Indonesia. Edisi ke-
dilaporkan bila interaksi inang-patogen 4. Yogyakarta (ID): UGM Press.
kompatibel pada permukaan permukaan buah,
akan mengakibatkan hilangnya pertahanan [3] Pracaya. 2008, Bertanam Mangga. Depok
mekanis buah [6;7]. (ID): PT Penebar Swadaya.
Dari hasil penelitian ini masih diperlukan
analisis lain seperti uji viskositas untuk [4] Koul, O, S. Walia, and G.S. Dhaliwal. 2008,
menentukan bobot molekul (BM) kitosan, dan uji Essential oils as green pesticides: potential
scanning elektron mikroskopi (SEM) untuk and constraints. Biopest. Int Vol. 4, No. 1, p.
mengamati kerusakan dinding sel jamur oleh 63-84]
partikel nano kitosan. Selain penerapan formulasi
partikel nano kitosan yang lebih efektif, maka [5] Abd-Elsalam, K.A., and M.A., Alghuthaymi.
penambahan variabel lain seperti metabolit 2015, Nanobiofungicides: are they the next-
sekunder sebagai antifungi juga perlu dipelajari generation of fungicides?. J. Nanotechnol.
lebih lanjut. and Material Sci. Vol. 2, No.1, p.1-3
141
Suryadi et al. Jurnal Penelitian Sains 22 (3) 2020: 133-143
pronase, characterization and their [17] James. W.C. 1971, An illustrated series of
bactericidal activity towards Bacillus cereus assessment keys for plant diseases, their
and Escherichia coli. Biochimica et preparation and usage. Can. Plant Dis. Surv.
Biophysica Acta. Vol. 1770, p. 495-505. June, Vol. 51, No.2, p. 1-65.
[10] Tiyaboonchai, W. 2003, Chitosan [18] Suryadi, Y., Priyatno, T.P., Samudra, I.M.,
nanoparticles: A promising system for drug Susilowati, D.N.,Nurzulaika, H. and
delivery. Naresuan University Journal Vol. Syaefudin. 2016,Waktu inkubasi pada
11, No. 3, p. 51²66. derajat distilasi kitosan enzim dan efektivitas
penghambatannya terhadap penyakit
[11] Sing R, and J.W. Lillard. 2009, Review antraknosa. Jurnal Fitopatologi Indonesia,
nanoparticle-based targeted drug delivery. vol.12, No. 6, p. 209²217.
Experimental and Molecular Pathology. Vol.
86, p. 215-223. [19] Li J, Y. Du, J. Yang, P. Feng, A. Li, and P.
[12] Hernandez-Lauzardo A.N., M.G. Velazquez- Cheng. 2005, Preparation and
del Vale. L.Veranza-Castelan.,G.E.Melo- characterization of low molecular weight
Giorgana, and M.G. Guerra-Schancez. 2010, chitosan and chito-olygomers by a
Effect of chitosan on three isolates of commercial enzyme. Polymer Degradation
Rhizopus stolonifer obtained from peach, and Stability. Vol. 87, p. 441-448.
papaya, and tomato. J Fruits. Vol. 65, p.
245-253. [20] Guaix M., C. Carbonell. J.Comenge, Garcia
Fernandez, A. Alarcon and Casals. 2008,
[13] Rismana E., S. Kusumaningrum, I. Rosidah, Nanoparticles for cosmetics. Contribution to
Nizar, and E. Yulianti. 2013, Pengujian science. Vol. 4, No. 2, p.213-217.
stabilitas sediaan antiacne berbahan baku
aktif nanopartikel kitosan/ekstrak manggis- [21] Xu Y, and Du Y. 2003, Effect of molecular
pegagan. Balai Penelitian Kesehatan. Vol. structure of chitosan on protein delivery
41, No. 4, p. 207-216. properties of chitosan nanoparticles. Int. J.
Pharmaceutics Vol. 250, No. 1, p. 215-226.
[14] Suryadi Y, T.P. Priyatno, I M. Samudra, Dwi
N. Susilowati,T.S. Sriharyani, and Syaefudin. [22] Mardliyati E, S.E. Muttaqien, D.R. Setyawati,
2017, Control of anthracnose disease I. Rosidah, and Sriningsih. 2012, Preparasi
[Colletotrichum gloeosporioides] using nano dan aplikasi nanopartikel kitosan sebagai
chitosan hydrolyzed by chitinase derived sistem penghantar insulin secara oral. Di
from Burkholderia cepacia Isolate E76. dalam: Mardliyati E, Muttaqien SE,
Jurnal AgroBiogen. vol.13, No.2, p. 111²122 Setyawati D.R., Rosidah I, Sriningsih, (eds).
Prosiding Pertemuan Ilmiah Ilmu
[15] Toharisman A, M.T. Suhartono, Spindler- Pengetahuan dan Teknologi Bahan; 2012
Barth, Hwang, and Y.R. Pyun. 2005, Okt 3; Serpong, Indonesia.Prosiding
Purification and characterization of InSiNas. hlm 90-93.
thermostable chitinase from Bacillus
licheniformis Mb-2. World J. Microbiol, [23] Firdaus F. Darmawan E, dan S.
Biotechnol Vol. 21, p. 733-738. Mulyaningsih 2008, Karakteristik spectra
infrared (IR) kulit udang, kitin, dan kitosan
[16] Chattopadhyay D.P, and M.S. Inamdar. yang dipengaruhi oleh proses
2012, Studies on synthesis. characterization. demineralisasi, deproteinisasi, deasetilasi I,
and viscosity behaviour of nano chitosan. dan deasetilasi II. Jurnal Ilmiah Farmasi Vol.
Research Journal Of Engineerng Sciences. 4, p.11-22.
Vol. 1, No. 4, p. 9-15.
142
Suryadi et al. Jurnal Penelitian Sains 22 (3) 2020: 133-143
[24] Hadrami E.A, L.R. Adam, E.I. Hadrami, and menghambat pertumbuhan kapang
F. Daayf. 2010, Chitosan in plant protection. Aspergillus flavus. Prosiding Seminar
Marine Drugs. Vol. 8, No. 4, p. 968-987. Nasional Sains dan Teknologi; 2008 Nov 17;
[25] Vasyukova N.I, S.V. Zinoveva, L..I. Iiinskaya, Bandar Lampung. Bandar Lampung (ID):
E.A. Perekhod, G.I. Chalenko, N.G. Satek. Hlm. 582-590.
Gerasimova, A.V. llina, V.P. Varlamov, and
O.L. Zeretskovskaya. 2001, Modulation of [28] Pamekas T. 2009, Induksi Ketahanan Buah
plant resistance ti diseases by water soluble Pisang Ambon Curup terhadap Penyakit
chitosan and polyphenols. Food Sci Tech Pascapanen Antraknos dan Penundaan
Int. Vol. 13, No. 4, p. 317-322. Kematangan dengan Aplikasi Kitosan.
Yogyakarta (ID): Fakultas Pertanian UGM.
[26] Goy, R.C, D, Brino, and O.B.G. Assis. 2009,
A review of the antimicrobial activity of [29] Vellingiri, K., T. Ramachandran, and M.
chitosan. Ciência e Tecnologia. Vol. 19, No. Senthilkumar. 2013, Eco-friendly application
3, p. 241-247. of nano chitosan in antimicrobial coatings in
the textile industry. Nanosci. and
[27] Restuati M. 2008, Perbandingan kitosan kulit Nanotechnol. Vol. 3, No. 4, p.75-89.
udang dan kulit kepiting dalam
143