You are on page 1of 3

KETERKAITAN ANTAR ASPEK KETERAMPILAN BERBAHASA

A.    Keterampilan Berbahasa

Keterampilan berbahasa bermanfaat dalam melakukan interaksi komunikasi dalam masyarakat.


Keterampilan berbahas tersebut meliputi empat aspek antara lain : keterampilan menyimak,
keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan  menulis.

Dalam berkomunikasi kita mengenal istilah encoding yaitu proses penyampaian pesan dalam
bentuk lambang (sandi). Dalam berbicara, si penerima pesan mengirimkan pesan dengan
menggunakan bahan lisan, selanjutnya dalam menulis, si pengirim pesan mengirimkan pesan
dengan menggunakan bahan tulis. Di lain pihak dalam mendengarkan atau membaca si
penerima pesan berupaya memberi makna terhadap isi pesan yang disampaikan si pengirim.
Proses tersebut disebut, decoding, yaitu proses menafsirkan suatu pesan dalam bahasa atau
pengubahan suatu kode menjadi makna. Seorang dikatakan memiliki ketrampilan berbahasa
dalam posisi sebagai pengirim pesan, dalam proses encoding ia terampil memilih bentuk-
bentuk bahasa yang diterimanya dalam suatu konteks komunikasi menjadi pesan untuk yang
sama dengan yang dimaksudkan oleh si pengirim.

B.     Aspek-aspek Keterampilan Berbahasa

a.       Hubungan membaca dengan menyimak

Membaca dan menyimak sama-sama merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat


reseptif. Membaca merupakan aktivitas berbahasa ragam tulis, sedangkan menyimak berkaitan
denan penggunaan bahasa ragam lisan. Dengan kesamaan sifat reseptif yang dimiliki maka
dalam melakukan kegiatan membaca dan menulis memerlukan persiapan yang sama yaitu
harus memiliki penguasaan terhadap simbol-simbol bahasa, pengetahuan yang berkaitan
dengan materi simakan atau bacaan, pengetahuan tentang diksi, dan gaya bahasa serta
kemampuan menangkap makna tersurat dan tersirat. Perbedaan keduanya hanya pada objek
yang menjadi fokus perhatian awal yang menjadi stimulus. Pada membaca fokus perhatian
pada tulisan, sedangkan dalam menyimak fokus perhatian berupa suara (bunyi-bunyi).
Selanjutnya baik pembaca maupun penyimak melakukan aktivitas pengidentifikasian terhadap
unsur-unsur bahasa baik tulisan (dalam membaca), maupun suara (dalam menyimak), yang
selanjutnya diikuti proses decoding guna memperoleh pesan yang berupa ide atau informasi.

b.      Hubungan menulis dengan berbicara

Menulis merupakan kegiatan berbahasa ragam tulis, sedangkan berbicara adalah kegiatan
berbahasa ragam lisan. Baik menulis maupun berbicara adalah kegiatan berbahasa yang
bersifat produktif. Keduanya digunakan untuk menyampaikan informasi. Kegiatan menulis
umumnya merupakan kegiatan berbahasa tak langsung, sedangkan dalam berbicara pada
umumnyabersifat langsung. Ini berarti ada kegiatan menulis yang bersifat langsung, misalnya
komunikasi dengan menggunakan telepon seluler (sms) dan dengan menggunakan internet
(chatting). Sebaliknya, ada kegiatan berbicara secara tidak langsung, misalnya melalui
pengiriman pesan suara melalui telepon seluler. Dalam berbicara didukung dengan kegiatan
menulis, terutama berkaitan dengan persiapan tertulis baik berupa referensi yang harus
dibacanya maupun konsep yang akan disampaikannya. Perbedaannya hanya pada objek, jika
dalam berbicara dibutuhkan kemampuan memahami, menyandikan simbol-simbol, dalam
menulis dibutuhkan kemampuan dalam memahami simbol-simbol dalam bentuk tertulis.

c.       Hubungan menulis dengan membaca

Membaca maupun menulis merupakan aktivitas berbahasa ragam tulis. Menulis adalah
kegiatan berbahasa yang bersifat produktif. Sedangkan membaca merupakan kegiatan
berbahasa yang bersifat reseptif. Seseorang menulis guna menyampaikan gagasan, perasaan
informasi dalam bentuk tulisan. Sebaliknya, seseorang membaca guna memahami gagasan,
perasaan atau informasi yang disajikan dalam tulisan tersebut.

Dalam menulis, seseorang harus melalui tahap-tahap perencanaan, penulisan dan revisi. Dalam
melakukan perencanaan penulis sering kali melakukan aktivitas membaca yang ekstensif dan
intensif guna menelusuri informasi, konsep-konsep atau gagasan-gagasan yang akan dijadikan
bagian dari bahan tulisannya. Kemudian, dalam proses penulisan si penulis sering melakukan
revisi-revisi  dengan cara membaca, lalu menulis kembali secara berulang-ulang. Jadi, tampak
jelas bahwa kemampuan membaca penting sekali bagi proses menulis.

Sebaliknya pula dalam kegiatan membaca pemahaman seringkali kita harus menulis catatan-
catatan, bagan, rangkuman dan komentar mengenai isi bacaan guna menunjang pemahaman
kita terhadap isi bacaan. Selain itu, mungkin pula kita terdorong untuk menulis resensi atau
kritik terhadap suatu tulisan yang telah kita baca. Jadi, tampak begitu erat kaitan antara
aktivitas membaca dan menulis dalam kegiatan berbahasa.

d.      Hubungan berbicara dengan menyimak (mendengarkan)

Berbicara dan mendengarkan adalah dua jenis keterampilan berbahasa lisan yang sangat erat
kaitannya. Berbicara bersifat produktif, sedangkan mendengarkan bersifat reseptif. Berbicara
dan mendengarkan merupakan kegiatan komunikasi 2 arah yang langsung. Untuk peristiwa
komunikasi ini terjadi dalam situasi interaktif.

You might also like