You are on page 1of 17

APA ITU HUKUM ?

Hukum adalah semua aturan (norma) yang harus dituruti dalam tingkah laku tindakan-tindakan
dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti kerugian jika melanggar aturan-aturan
itu akan membahayakan diri sendiri atau harta, umpamanya orang akan kehilangan
kemerdekaannya, didenda dan sebagainya. (M.H. Tirtaamidjata, S.H.)

APA ITU KONTRAK ?

Kontrak atau perjanjian adalah kesepakatan antara dua orang atau lebih mengenai hal tertentu


yang disetujui oleh mereka. Ketentuan umum mengenai kontrak diatur dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata Indonesia.

JENIS-JENIS KONTRAK

Dalam dunia konstruksi, perjanjian antara pihak ownerdengan pihak kontraktor diikat dalam
sebuah kontrak kerja. Pengaturan hukum kontrak kerja proyek konstruksi diatur oleh pihak-pihak
yang terlibat dan sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku
(KUHP pasal 1601b). Kontrak proyek konstruksi ini berupa dokumen tertulis dan wajib
menjelaskan tentang kesepakatan keselamatan umum dan tertib bangunan karena sebuah proyek
konstruksi merupakan pekerjaan yang mengandung resiko tinggi.
Jenis-jenis kontrak proyek konstruksi adalah:
Kontrak harga satuan (Unit price contract)
Dalam kontrak ini, pihak kontraktor hanya menentukan harga satuan pekerjaan untuk biaya
semua jenis pekerjaan yang mungkin dikeluarkan termasuk biaya overhead dan keuntungan.
Biasanya, kontrak ini digunakan jika kuantitas aktual dan masing-masing item pekerjaan sulit
untuk diestimasi secara akurat sebelum proyek dimulai. Pemilik dan kontraktor akan
melakukan opname atau pengukuran bersama terhadap jumlah bahan yang terpasang untuk
menentukan kuantitas pekerjaan yang sesungguhnya. Kelemahan dari jenis kontrak ini yaitu
pemilik tidak dapat mengetahui secara pasti biaya aktual proyek hingga proyek itu selesai.
Kontrak biaya plus jasa (Cost plus fee contract)
Dalam kontrak ini, kontraktor akan menerima pembayaran atas pengeluarannya, ditambah
dengan biaya untuk overhead dan keuntungan. Besarnya biaya overhead dan keuntungan
biasanya dihitung berdasarkan presentase biaya yang akan dikeluarkan kontraktor. Yang menjadi
kelemahan jenis kontrak ini hampir sama dengan jenis kontrak harga satuan dimana pemilik
tidak dapat mengetahui biaya aktual proyek yang akan dilaksanakan. Biasanya kontrak jenis ini
dipakai jika proyek tersebut harus diselesaikan dalam waktu yang singkat sementara rencana dan
spesifikasinya belum dapat diselesaikan.

Kontrak biaya menyeluruh (Lump sum contract)

Dalam kontrak ini menyatakan bahwa kontraktor akan melaksanakan proyek sesuai dengan
rancangan biaya tertentu. Apabila terjadi perubahan dalam kontrak, perlu dilakukan negosiasi
antara pemilik dan kontraktor untuk menetapkan besarnya pembayaran (baik tambah maupun
kurang) yang akan diberikan kepada kontraktor terhadap perubahan tersebut.

Kontrak jenis ini hanya bisa diterapkan apabila ada perencanaan yang telah benar-benar selesai,
dimana kontraktor sudah dapat melakukan estimasi kuantitas secara akurat. Biasanya pemilik
proyek dengan jumlah anggaran yang terbatas akan memilih jenis kontrak ini karena merupakan
satu-satunya jenis kontrak yang memberi nilai pasti terhadap biaya yang akan dikeluarkan.

 kontrak kerja proyek konstruksi

Pengaturan hukum Kontrak kerja proyek konstruksi

 Kontrak Proyek Konstruksi termasuk perjanjian untuk melakukan pekerjaan (KUHP pasal
1601 b)

 Isinya diatur oleh: Pihak-pihak yang terlibat dan sesuai dengan ketentuan peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku

 Bentuk Kontrak Proyek Konstruksi tertulis, mengandung resiko tinggi menyangkut


keselamatan umum dan tertib bangunan

 Kontrak dengan luar negeri formatnya sesuai kesepakatan

Jenis-jenis Kontrak proyek Konstruksi


 Menurut cara terjadinya:
–        Hasil tender

–        Penunjukan

–        negosiasi

 Menurut cara penentuan harga:


–        Fixed price or lump sum price contract

–        Fixed unit price contract

–        Escalation contract

–        Cost plus fee contract

–        Target estimate with penalty and incentive fee contract

Jenis-jenis Kontrak Konstruksi menurut Keppres 80 tahun 2003

 Berdasarkan bentuk imbalan


–        Lump sum

–        Harga satuan

–        Gabungan lump sum dan harga satuan

–        Terima jadi (turn key)

–        persentase

¨       Berdasarkan jangka waktu pelaksanaan

–        Tahun tunggal

–        Tahun jamak


 Berdasarkan jumlah pengguna barang/jasa:
–        Kontrak pengadaan tunggal

–        Kontrak pengadaan bersama

Pengertian sistem Kontrak proyek konstruksi


Kontrak proyek system Lump sum
Adalah kontrak pengadaan barang/jasa  atas penyelesaian seluruh pekerjaan  dalam batas waktu
tertentu, dengan  jumlah harga yang pasti dan tetap, dan  semua resiko yang mungkin terjadi
dalam proses penyelesaian pekerjaan sepenuhnya ditanggung penyedia barang/jasa.

Kontrak proyek system Harga satuan


Adalah kontrak pengadaan barang/jasa  atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu
tertentu, berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap, untuk Setiap satuan/unsur pekerjaan
dengan Spesifikasi teknis tertentu, yang volume Pekerjaannya masih bersifat sementara,
Sedangkan pembayarannya didasarkan Pada hasil pengukuran bersama atas volumePekerjaan
yang benar-benar telah dilaksanakan  oleh penyedia barang/jasa.

Kontrak proyek system Gabungan lump sum & harga satuan


Adalah kontrak pengadaan barang/jasa yang merupakan gabungan lump sum dan harga satuan
dalam satu pekerjaan yang diperjanjikan.

Kontrak proyek system Terima jadi


Adalah kontrak pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu
tertentu dengan jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh bangunan/konstruksi peralatan dan
jaringan utama maupun penunjangnya dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan kriteria kinerja
yang telah ditetapkan.

Kontrak proyek system Persentase


Adalah kontrak pelaksanaan jasa konsultansi bidang konstruksi atau pekerjaan pemborongan
tertentu, dimana konsultan yang bersangkutan menerima imbalan jasa berdasarkan prosentase
tertentu dari nilai pekerjaan fisik konstruksi/pemborongan tersebut.

Jenis-jenis Kontrak proyek konstruksi yang lain

 Kontrak rancang bangun (design and build contract)

 Kontrak putar kunci (turn key contract)

 Contractors full pre financing

 Build operate and transfer (BOT)

 Build operate and own (BOO)

 Build lease and transfer (BLT)

A. PENGERTIAN & PERBEDAAN TYPE KONTRAK


a. Berdasarkan Bentuk Imbalan :
1. Kontrak Lumpsum. Adalah kontrak pengadaan barang / jasa untuk penyelesaian seluruh
pekerjaan dalam batas waktu tertentu, dengan jumlah harga kontrak yang pasti dan tetap, serta
semua resiko yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan pekerjaan sepenuhnya ditanggung oleh
penyedia barang/jasa atau kontraktor pelaksana.
2. Kontrak Unit Price / Harga Satuan. Adalah kontrak pengadaan barang / jasa atas penyelesaian
seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu berdasarkan harga satuan yg pasti & tetap untuk
setiap satuan pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu, yang volume pekerjaannya masih
bersifat perkiraan sementara. Pembayaran kepada penyedia jasa / kontraktor pelaksanaan
berdasarkan hasil pengukuran bersama terhadap volume pekerjaan yang benar-benar telah
dilaksanakan.
3. Kontrak Gabungan / Lumpsum dan Unit Price. Adalah kontrak yang merupakan gabungan
lumpsum & harga satuan dalam satu pekerjaan yang diperjanjikan
4. Kontrak Terima Jadi / Turn Key. Adalah kontrak pengadaan barang / jasa pemborongan atas
EPC (Engineering Proquirement & Consctruction) penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas
waktu tertentu dengan jumlah harga pasti & tetap sampai seluruh bangunan/konstruksi, peralatan
& jaringan utama maupun penunjangnya dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan kriteria
kinerja yg telah ditetapkan.
5. Kontrak Persentase. Adalah kontrak pelaksanaan jasa konsultansi dibidang konstruksi atau
pekerjaan pemborongan tertentu, dimana konsultan yang bersangkutan menerima imbalan jasa
berdasarkan persentase dari nilai pekerjaan fisik konstruksi/pemborongan tersebut.
6. Kontrak Cost & Fee. Adalah kontrak pelaksanaan pengadaan barang / jasa pemborongan dimana
kontraktor yang bersangkutan menerima imbalan jasa yg nilainya tetap disepakati oleh kedua
belah pihak.
7. Kontrak Design & Built. Adalah kontrak pelaksanaan jasa pemborongan mulai dari proses
perencanaan sampai dengan pelaksanaan konstruksi fisik yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa
satu kontrak yang sama.
b. Berdasarkan Jangka Waktu Pelaksanaan :
1. Kontrak Tahun Tunggal. Adalah kontrak pelaksanaan pekerjaan yang mengikat dana anggaran
untuk masa 1 (satu) tahun anggaran
2. Kontrak Tahun Jamak. Adalah kontrak pelaksanaan pekerjaan yang mengikat dana anggaran
untuk masa lebih dari 1 ( satu ) tahun anggaran yang dilakukan atas persetujuan oleh Menteri
Keuangan untuk pengadaan yang dibiayai APBN, Gubernur untuk pengadaan yg dibiayai APBD
Propinsi, Bupati / Walikota untuk pengadaan yang dibiayai APBD Kabupaten / Kota.
c. Berdasarkan Jumlah Pengguna Barang/Jasa :
1. Kontrak Pengadaan Tunggal. Adalah kontrak antara satu unit kerja atau satu proyek dengan
penyedia barang/jasa tertentu untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu.
2. Kontrak Pengadaan Bersama. Adalah kontrak antara beberapa unit kerja atau beberapa proyek
dengan penyedia barang / jasa tertentu untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu
tertentu sesuai dengan kegiatan bersama yg jelas dari masing-masing unit kerja dan pendanaan
bersama yang dituangkan dalam kesepakatan bersama.
B. APLIKASI SETIAP TYPE KONTRAK.
i. Kontrak Lumpsum.
Sistem Kontrak Lumpsum ini lebih tepat digunakan untuk :
1. Jenis pekerjaan borongan yang perhitungan volumenya untuk masing-masing unsur/jenis item
pekerjaan sudah dapat diketahui dengan pasti berdasarkan gambar rencana & spek teknisnya.
2. Jenis pekerjaan dengan Budget tertentu yang terdiri dari Jenis pekerjaan dengan Budget tertentu
yg terdiri dari banyak sekali Jenis / item pekerjaan atau Multi Paket Pekerjaan yang sangat
beresiko bagi Pemberi tugas atas terjadinya “unpredictable cost” seperti misalnya adanya claim
kontraktor akibat adanya ketidak-sempurnaan dari Batasan Lingkup Pekerjaan, Gambar lelang,
Spesifikasi teknis, atau Bill of Quantity yang ada. Dengan system kontrak ini diharapkan dapat
meminimalize tejadinya unpredictable cost tersebut karena harga yg mengikat adalah Total
Penawaran Harga (Volume yang tercantum dalam daftar kuantitas / Bill of Quantity bersifat tidak
mengikat).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan system kontrak Lumpsum adalah :
1. Batasan lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan harus jelas dinyatakan dalam Spesifikasi
Teknis / Gambar Lelang.
2. Apabila ada perbedaan lingkup pekerjaan antara yg tercantum dalam Spesifikasi Teknis /
Gambar dengan Pekerjaan yang akan dilelangkan, harus dijelaskan dalam Rapat Penjelasan
Lelang (Aanwijzing) dan dibuat Addendum Dokumen Lelang yang menjelaskan perubahan
lingkup pekerjaan tersebut.
3. Penggunaan Daftar Kuantitas/Bill of Quantity dalam pelelangan hanya digunakan sebagai acuan
bagi kontraktor dalam mengajukan penawaran harga yang bersifat tidak mengikat & Peserta
Lelang harus melakukan perhitungan sendiri sebelum mengajukan penawaran.
4. Untuk mempermudah dalam hal evaluasi penawaran harga, saat rapat penjelasan lelang
(Aanwijzing) harus ditegaskan bahwa apabila terdapat perbedaan antara volume pada Bill of
Quantity (BQ) dengan hasil perhitungan peserta lelang maka peserta lelang tidak boleh merubah
volume Bill of Quantity yg diberikan dan agar menyesuaikannya dalam harga satuan yg diajukan
5. Dalam perhitungan volume pekerjaan yg akan dicantumkan & Bill of Quantity harus dihindari
sampai sekecil mungkin kesalahan yang mungkin terjadi, karena setelah terjadi kontrak nantinya
volume lebih/kurang tidak dapat dikurangkan/ditambahkan.
6. Pekerjaan tambah/kurang terhadap nilai kontrak yg ada hanya boleh dilakukan apabila:
 Permintaan dari Pemberi Tugas untuk menambah / mengurangi pekerjaan yang instruksinya
dilakukan secara tertulis.
 Adanya perubahan gambar / spesifikasi teknis dari Perencana yang sudah disetujui oleh Pemberi
Tugas
 Adanya instruksi tertulis dari pengawas lapangan untuk menyempurnakan suatu jenis pekerjaan
tertentu yg dipastikan bahwa sangat beresiko secara struktural atau system tidak berfungsi tanpa
adanya penyempurnaan tersebut dimana hal tersebut sebelumnya belum dinyatakan dalam
spesifikasi teknik.
 Dalam perhitungan biaya tambah/kurang harga satuan yang digunakan harga satuan pekerjaan
yang tercantum dalam Bill of Quantity kontrak yang bersifat mengikat.
Implikasi/penyimpangan yang sering dilakukan oleh Kontraktor di lapangan :
1. Kontraktor tidak mau melaksanakan pekerjaan tertentu karena item pekerjaan tidak tercantum
dalam Bill of Quantity
2. Kontraktor mengajukan perhitungan perubahan pekerjaan mengacu kepada volume Bill of
Quantity yang ada.
3. Kontraktor melaksanakan pekerjaan dilapangan sesuai volume yang tercantum dalam BQ.
ii. Kontrak Unit Price atau Harga Satuan.
Sistem Kontrak Unit Price/Harga Satuan ini lebih tepat digunakan untuk :
1. Jenis pekerjaan yang untuk mendapatkan keakuratan perhitungan volume pekerjaan yang
tajam/pasti diperlukan adanya :
ü  Survey dan penelitian yang sangat dalam
ü  Detail dan sampleyang sangat banyak
ü  Waktu yang lama sehingga biaya sangat besar Sementara di lain pihak pengukuran volume lebih
mudah dilakukan dalam masa pelaksanaan dan pekerjaan sangat mendesak dan harus segera
dilaksanakan.
2. Jenis pekerjaan yang mana volume pekerjaan yang pasti sama sekali tidak dapat diperoleh
sebelum pekerjaan selesai dilaksanakan, sehingga tidak memungkinkan untuk digunakan system
kontrak Lumpsum.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan system kontrak Unit Price / Harga Satuan ini
adalah :
a. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang terdiri dari banyak sekali item pekerjaan namun volume
pekerjaan sudah dapat dihitung dari gambar rencana seperti halnya bangunan gedung, maka
kurang tepat apabila digunakan system kontrak unit price ini karena :
 Untuk setiap proses pembayaran harus dilakukan pengukuran bersama di lapangan yang dapat
dipastikan memerlukan waktu yang cukup lama.
 Biaya total pekerjaan belum dapat diprediksi dari awal sehingga untuk pekerjaan dengan Budget
tertentu sangat riskan bagi Pemberi Tugas terhadap terjadinya resiko pembengkakan biaya
proyek
b. Untuk penggunaan system kontrak unit price agar dihindari terjadi adanya harga satuan
timpang karena harga satuan bersifat mengikat untuk perhitungan realisasi biaya kontrak. Dalam
hal penawaran kontraktor terdapat harga satuan timpang untuk item pekerjaan tertentu harus
dilakukan klarifikasi & dibuat Berita Acara Kesepakatan mengenai harga satuan yg akan
digunakan untuk perhitungan biaya perubahan. Dalam penggunaan system kontrak ini jarang
dijumpai adanya Implikasi seperti halnya pada kontrak Lumpsum di atas karena kontraktor tidak
terbebani oleh adanya resiko-resiko pekerjaan yang belum terprediksi pada saat pelelangan.
iii. Kontrak Gabungan/Lumpsum.
Sistem Kontrak gabungan ini pada umumnya digunakan pada : Unit Price.
a. Jenis pekerjaan borongan yang terdiri dari gabungan antara :
 Komponen pekerjaan yang perhitungan volumenya untuk masing - masing unsur / jenis / item
pekerjaan sudah dapat diketahui dengan pasti berdasarkan gambar rencana dan spesifikasi
teknisnya, dan
 Komponen pekerjaan yang perhitungan volumenya belum dapat diketahui dengan pasti sebelum
pelaksanaan pekerjaan dilakukan.
b. Jenis pekerjaan borongan yg sebagian perhitungan volumenya untuk masing-masing
unsure/jenis/item pekerjaan sudah dapat diketahui dengan pasti berdasarkan gambar rencana,
namun terdapat bagian-bagian tertentu pekerjaan yg masih memerlukan adanya tambahan
gambar/detail/sample sedangkan pekerjaan sudah sangat mendesak dan harus segera
dilaksanakan. 
iv. Kontrak Terima Jadi / Turnkey / EPC (Engineering Proquirement & Construction).
Sistem Kontrak ini pada umumnya digunakan pada :
a. Pembelian suatu barang atau industri jadi yg hanya diperlukan sekali saja, dan tidak
mengutamakan kepentingan untuk alih (transfer) teknologi selanjutnya.
b. Jenis pekerjaan spesifik yang hanya bisa dilaksanakan oleh penyedia jasa tertentu baik dari
segi perencanaan ataupun konstruksinya. Dalam system kontrak Terima Jadi/Turnkey Pemberi
Tugas tidak perlu menyiapkan Dokumen Perencanaan berupa gambar detail dan spesifikasi
teknis tetapi cukup membuat suatu standar requirement/TOR (Term of Requriement) saja
v. Kontrak Persentase.
Sistem Kontrak Prosentase ini pada umumnya digunakan pada Kontrak Jasa Konsultasi bidang
konstruksi atau pekerjaan pemborongan, dimana konsultan yg bersangkutan menerima imbalan
jasa berdasarkan prosentase tertentu dari nlai fisik konstruksi / pemborongan tersebut. Namun
demikian tidak semua pekerjaan jasa konsultansi menggunakan system kontrak Prosentase tetapi
dapat pula menggunakan system Billing Rate.
vi. Kontrak Cost & Fee.
Sistem Kontrak Cost & Fee ini pada umumnya digunakan pada kontrak jasa pemborongan
dimana kontraktor yg bersangkutan menerima imbalan jasa / fee tertentu yg sifatnya tetap karena
sulitnya untuk memprediksi besarnya faktor resiko yang bakal terjadi selama durasi pelaksanaan
vii. Kontrak Design & Built.
Sistem Kontrak Design & Built ini pada umumnya digunakan pada kontrak jasa pemborongan
untuk pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya umum dan sederhana sehingga dirasa oleh Pemilik
proyek akan kurang efisien baik dari segi biaya maupun waktu jika design dan pelaksanaan
dilaksanakan oleh Penyedia Jasa yang berbeda. 

C. HIRARKI DAN HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN.


Didalam Surat Perjanjian Pemborongan selain berisi ketentuan-KONTRAK ditetapkan
URUTAN HIRARKI bagian-bagian dokumen kontrak yang bertujuan apabila terjadi
pertentangan ketentuan antara bagian satu dengan bagian yang lain maka yang berlaku adalah
ketentuan berdasarkan urutan yang lebih tinggi dari urutan yg telah di tetapkan. Pada umumnya
Urutan Hirarki dokumen kontrak adalah sbb. :
a.      Urutan ke-1 :Surat Perjanjian dan Amandemen/Addendum Kontrak
b.      Urutan ke-2 : Ketentuan khusus kontrak
c.       Urutan ke-3 :Ketentuan umum kontrak (Beberapa type kontrak butir b & c masuk dalam pasal-
pasal Surat Perjanjian)
d.      Urutan ke-4 :Surat Perintah Kerja
e.      Urutan ke-5 :Berita Acara Klarifikasi / Negosiasi
f.        Urutan ke-6 :Addendum Dokumen Lelang
g.      Urutan ke-7 :Spesifikasi Teknis
h.      Urutan ke-8 :Spesifikasi Umum
i.        Urutan ke-9 :Gambar
j.        Urutan ke-10 :Berita Acara Rapat Penjelasan Lelang (Aanwijzing)
k.       Urutan ke-11 :Bill of Quantity / Rincian Anggaran Biaya. 

HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN PELAKSANAAN.


Berdasarkan urutan proses dan kegunaan dari masing-masing dokumen maka terjadi saling
keterkaitan antara dokumen yang satu dengan dokumen yang lain sebagai berikut :
1. SURAT PERJANJIAN.
Surat Perjanjian adalah bentuk perjanjian perikatan kontrak antara Pihak Pemberi Tugas /
Pengguna Jasa dengan Pihak penerima Tugas / Penyedia Jasa yang ditandatangani oleh kedua
belah pihak diatas materai dengan ketentuan-ketentuan yg telah ditetapkan dalam syarat-syarat
khusus kontrak dan syarat-syarat umum kontrak diatas. 
2. KETENTUAN KHUSUS KONTRAK.
Ketentuan khusus kontrak adalah pasal-pasal yang berisi tentang penjelasan - penjelasan
DETAIL dan atau “PERUBAHAN” terhadap pasal-pasal yang ada didalam syarat-syarat umum
Kontrak sebagai contoh misalnya :
Penentuan Besar Jaminan Penawaran.
ü  Jaminan Pelaksanaan sebesar 5 % dari harga kontrak yaitu Rp
ü  Jaminan Pemeliharaan / Retensi sebesar 5 % dari harga kontrak yaitu sebesar Rp .
ü  Jaminan Uang Muka sebesar 20 % dari harga kontrak yaitu sebesar Rp
Penentuan Tata cara Pembayaran.
ü  Pembayaran Uang Muka sebesar 20 % dari harga kontrak yaitu sebesar Rp
ü  Pembayaran selanjutnya berdasarkan progress bulanan dengan dikurangi pengembalian Uang
mukan dan retensi secara proporsional.
ü  Termyn Retensi sebesar 5 % dari harga kontrak yaitu sebesar Rpsetelah berakhirnya masa
pemeliharaan.
Penentuan Waktu Pelaksanaan Pekerjaan.
ü  Waktu pelaksanaan pekerjaan adalah selama hari dimulai sejak dikeluarkannya SPK yaitu tgl. s/d
tgl.
Penentuan Masa Pemeliharaan.
ü  Masa pemeliharaan ditentukan selama.hari
Penyesuaian Harga Kontrak / Eskalasi Pasal ini tidak berlaku (misalnya), dan seterusnya.
Untuk proyek-proyek yang mengacu kepada Kepres misalnya untuk Proyek-proyek dikalangan
Departemen Pekerjaan Umum. Ketentuan Umum Kontrak ini sudah ada standarisasinya yang
dinamakan Dokumen Syarat-syarat Khusus Kontrak. Dan untuk type kontrak yang menganut
kepada standar FIDIC Ketentuan khusus kontrak ini dinamakan “Part II Condition” 

3. KETENTUAN UMUM KONTRAK.


Ketentuan umum kontrak adalah pasal-pasal yg berisi tentang definisi-definisi dan penjelasan-
penjelasan UMUM yang akan diperikatkan dalam kontrak setelah diterbitkannya SPK yang
antara lain menjelaskan :
 Hak & Kewajiban Para Pihak
 Jaminan Pekerjaan
 Asuransi
 Keselamatan Kerja
 Tata cara pembayaran
 Waktu pelaksanaan pekerjaan
 Masa Pemeliharaan
 Pengawas Pekerjaan
 Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan
 Tata cara penyelesaian perselisihan
 Penyesuaian Harga Kontrak / Eskalasi
 Denda
 Tata cara perubahan pekerjaan & pekerjaan tambah/kurang
 Dll
Untuk proyek-proyek dikalangan Departemen Pekerjaan Umum Ketentuan Umum Kontrak ini
sudah ada Standarisasinya yang dinamakan Dokumen Syarat-syarat Umum Kontrak”. Dan untuk
type kontrak yang menganut kepada standar FIDIC ketentuan Umum Kontrak ini dinamakan Part
I Condition

4. SURAT PERINTAH KERJA.


Surat Perintah Kerja (SPK) adalah Dokumen yang dikeluarkan oleh Pemberi Tugas kepada
Pemenang Lelang yang merupakan perintah untuk segera memulai kegiatan dilapangan
berdasarkan Dokumen dari Gambar s/d Berita Acara Rapat Klarifikasi di atas. Surat Perintah
Kerja tersebut sekurang - kurangnya berisi tentang nama paket pekerjaan jangka waktu
pelaksanaan pekerjaan dan besarnya nilai pekerjaan. 

5. BERITA ACARA RAPAT KLARIFIKASI / NEGOSIASI.


Berita Acara Rapat Klarifikasi dibuat apabila Pemberi Tugas merasa perlu untuk meminta
penegasan / kesanggupan untuk melaksanakan pekerjaan kepada Pemenang Lelang terkait
adanya :
 Beberapa hal yg dirasa belum jelas dari dokumen penawaran penawaran yg telah disampaikan,
misalnya produk material yang ditawarkan dll.
 Kesalahan yang dibuat oleh peserta lelang dalam membuat penawaran namun bersifat tidak
menggugurkan.
6. ADDENDUM DOKUMEN LELANG.
Addendum Dokumen Lelang adalah dokumen yg berisi segala macam perubahan baik
pengurangan, penambahan maupun penyempurnaan terhadap Dokumen Lelang (Gambar lelang,
Spesifikasi Teknis, Spesifikasi Umum) yg terjadinya dalam kurun waktu setelah undangan lelang
/ pengambilan sampai dengan pemasukan dokumen penawaran dari peserta lelang yg harus
disetujui oleh Konsultan & Pemberi Tugas / Pengguna Jasa. 

7. SPESIFIKASI TEKNIS.
Spesifikasi Teknis berisi uraian tentang peraturan-peraturan yg dipakai, lingkup pekerjaan,
persyaratan material, persyaratan pelaksanaan pekerjaan, persyaratan-persyaratan peralatan &
persyaratan khusus lainnya dari pekerjaan-pekerjaan yang ditentukan dalam Gambar tersebut
Butir A. Spesifikasi teknis memiliki tingkat hirarki yg lebih tinggi dibanding gambar karena
apabila dilihat dari kronologis penyusunannya spesifikasi teknis dibuat untuk menjelaskan,
menegaskan dan mendetailkan hal-hal yang belum tercantum dalam gambar.

8. SPESIFIKASI UMUM.
Spesifikasi Umum selain memuat ketentuan yg telah diuraikan dalam Definisi Spesifikasi Umum
di muka, juga menjelaskan tentang tata cara peserta lelang dalam memasukan penawaran
pekerjaan yang telah diuraikan dalam Gambar (butir A) dan Spesifikasi Teknis (butir B)
termasuk dokumen-dokumen yang harus dilampirkan. 

9. GAMBAR.
Gambar adalah dokumen produk Konsultan Perencana yang disahkan oleh Pemberi Tugas yg
berisi tentang dimensi-dimensi dan ukuran-ukuran bangunan yang dipakai sebagai acuan bagi
pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
 Jika dalam suatu dokumen terdapat perbedaan gambar antara antara lembar satu dengan yang
lain maka yang berlaku adalah gambar dengan skala yang lebih besar.
 Jika dalam suatu dokumen terdapat perbedaan antara gambar arsitektur dengan gambar struktur
maka untuk dimensi ruang yang berlaku adalah sesuai dengan gambar arsitektur, namun untuk
dimensi struktur (misalnya dimensi penulangan pelat) yang berlaku adalah yang tercantum pada
gambar struktur.
10. BERITA ACARA RAPAT PENJELASAN LELANG.
Berita Acara Rapat Penjelasan Lelang adalah Notulen hasil rapat penjelasan terhadap Gambar
Lelang, Spesifikasi Teknis dan Spesifikasi Umum yang ditandatangani oleh Panitia Lelang,
Konsultan dan Wakil Peserta Lelang. Pada umumnya proyek swasta Berita Acara Aanwijzing ini
juga memuat Addendum/Perubahan spesifikasi teknis, gambar atau lingkup pekerjaan. Tetapi
untuk proyek pemerintah Berita Acara Aanwijzing hanya berisi penjelasan tentang Spesifikasi
Teknis, Spesifikasi Umum & Gambar Lelang tanpa merubah substansi yang ada didalamnya;
Namun apabila diperlukan adanya perubahan harus dibuat Addendum Dokumen Lelang atas
persetujuan Pengguna Jasa. 

11. BILL OF QUANTITY (BQ).


Bill of Quantity adalah daftar item & kuantitas pekerjaan yang penyusunan & perhitungannya
didasarkan atas gambar lelang (butir A), spesifikasi teknis (butir B) dan spesifikasi umum (butir
C) yang digunakan sebagai standar acuan bagi Peserta Lelang dalam mengajukan penawaran
harga.
CONTOH KONTRAK BISNIS

SURAT PERJANJIAN KERJASAMA USAHA


Pada hari ini, Selasa 31-10-2017, di Yogyakarta, yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama Lengkap : Ahmad Mahmudi
No. KTP :1982378478472477
Alamat : Condongcatur, Depok, Condongcatur, Kec. Depok, Kabupaten
Sleman,Daerah Istimewa Yogyakarta 55283
Pekerjaan : direktur

Yang selanjutnya disebut sebagai Pihak Pertama

Nama Lengkap : Yanes Hargita


No. KTP : 193874874887488
Alamat : Sumberagung, Jetis , Bantul
Pekerjaan : manager project

Yang selanjutnya disebut sebagai Pihak Kedua

Secara bersama-sama kedua pihak bersepakat untuk mengadakan perjanjian kerjasama usaha
dengan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam pasal-pasal sebagai berikut:

Pasal 1
Ketentuan Umum
1. Pihak Pertama selaku pemilik modal menyerahkan sejumlah uang tertentu kepada Pihak
Kedua untuk dipergunakan sebagai modal usaha untuk jenis usaha property
2. Pihak Kedua selaku pengelola modal dari Pihak Pertama bertanggungjawab untuk mengelola
usaha sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 Ayat 1
3. Pihak Kedua menerima modal dalam bentuk uang dari Pihak Pertama yang diserahkan pada
saat perjanjian ini disepakati dan ditandatangani
4. Pihak Pertama akan mendapatkan keuntungan bagi hasil usaha menurut persentase keuntungan
yang telah disepakati bersama sebagaimana diatur dalam Pasal 4
5. Masing-masing pihak memiliki andil dalam usaha ini, baik modal maupun tenaga yang besar
maupun pembagiannya sebagaimana tercantum dalam Pasal 2, 3, dan 4
Pasal 2
Modal Usaha
1. Besar uang modal usaha, sebagaimana disebut pada Pasal 1 Ayat 1 adalah sebesar Rp.
100.000.000. ( seratus juta rupiah )
2. Modal Pihak Pertama tersebut diserahkan sebelum akad ini ditandatangani, yaitu pada hari
senin , 11-11-2013 melalui transfer ke nomor rekening 0254632578 Bank BCA cabang Cilegon
an SILVIA TOFANIE

Pasal 3
Pengelola Usaha
1. Pihak Kedua bekerja mengelola usaha sebagaimana tercantum pada Pasal 1 Ayat 2
2. Dalam mengelola usahanya, Pihak Kedua bisa dibantu oleh sejumlah staf yang semuanya
berstatus sebagai karyawan

Pasal 4
Keuntungan
1. Keuntungan usaha adalah keuntungan bersih (Nett Profit), berupa keuntungan yang diperoleh
dari kegiatan usaha (Cash Profit) dikurangi zakat ( 2,5 % dari Cash Profit )
2. Nisbah keuntungan usaha untuk Pihak Pertama disepakati sebesar 10%

Pasal 5
Kerugian
1. Semua kerugian usaha sebagaimana tercantum pada Pasal 1 Ayat 2 ditanggung sepenuhnya
oleh Pihak Kedua

Pasal 6
Laporan Usaha
1. Tutup buku akhir usaha dilakukan setiap bulan
2. Laporan bulanan terinci mengenai seluruh kegiatan usaha dikirimkan paling lambat 7 hari
pada bulan berikutnya oleh Pihak Kedua kepada Pihak Pertama
3. Penyerahan hasil keuntungan sebagaimana dalam Pasal 4 Ayat 2 dilakukan selambatnya-
lambatnya 7 hari setelah jatuh tempo pembayaran setiap tanggal 5 tiap bulannya dan akan
diserahkan melalui transfer ke nomor rekening 0254632578 Bank BCA cabang Yogyakarta an
AHMAD MAHMUDI
Pasal 7

Jangka Waktu Bersyarat


1. Jangka waktu kerjasama yang tersebut pada Pasal 1 adalah 6 bulan terhitung sejak perjanjian
ini disepakati dan ditandatangani
2. Akan syarikat ini akan ditinjau kembali setiap akhir periode untuk diperbarui dan/atau
dimusyawarahkan kembali oleh kedua belah pihak

Pasal 8
Hak dan Kewajiban
1. Selama jangka waktu kerjasama, Pihak Pertama berkewajiban untuk:
o Tidak mencampuri kebijakan usaha yang sedang dijalankan oleh Pihak Kedua
o Tidak melakukan pemaksaan kepada Pihak Kedua untuk menjalankan usul, saran, ataupun
keinginannya dalam melaksanakan kegiatan usaha ini
o Tidak melakukan kegiatan teknis di tempat usaha tanpa seizin dan sepengetahuan Pihak Kedua
o Tidak mengambil atau menambah sejumlah modal usaha sebelum masa kontrak selesai
o Tidak menjalankan bisnis usaha yang serupa dilakukan oleh Pihak Kedua
o Berhak membatalkan perjanjian dan/atau mengambil kembali sebagian modal usaha dari Pihak
Kedua setelah terbukti Pihak Kedua melakukan penyelewengan dan/atau mengkhiatani isi akad
ini
o Berhak untuk menunjuk ahli waris yang akan menerima keuntungan bagi hasil usaha bila
berhalangan, yang dibuktikan dengan surat kuasa bertandatangan diatas materai
2. Selama jangka waktu kerjasama, Pihak Kedua berkewajiban untuk:
o Mengelola modal usaha yang telah diterima dari Pihak Pertama untuk suatu kegiatan usaha
yang telah ditetapkan, selambat-lambatnya 1 minggu setelah akad disepakati dan ditandatangani
o Membuat laporan periodik kegiatan usaha setiap bulan untuk diserahkan kepada Pihak Pertama
o Melaporkan hal-hal yang bersifat luar biasa/musibah yang terjadi ketika kegiatan usaha sedang
berjalan kepada Pihak Pertama selambat-lambatnya 3 hari setelah kejadian
o Berhak mengelola dan menentukan kebijakan-kebijakan dalam kegiatan usaha
o Berhak membatalkan perjanjian dan/atau mengembalikan kembali sebagian modal usaha dari
Pihak Pertama setelah terbukti Pihak Pertama melakukan penyelewengan dan/atau mengkhianati
isi akad ini
o Wajib menyerahkan keuntungan bagi hasil kepada pewaris Pihak Pertama bila berhalangan dan
menunjuk seorang ahli warisnya untuk menerima keuntungan tersebut
Pasal 9
Perselisihan
1. Apabila terjadi perselisihan antara kedua belah pihak sehubungan dengan akad kerjasama ini,
kedua belah pihak bersepakat menyelesaikannya secara musyawarah
2. Segala sesuatu yang merupakan hasil penyelesaian perselisihan akan dituangkan dalam suatu
berita acara

Demikan surat perjanjian ini dibuat rangkap dua, di atas materai Rp 6000,- Untuk dijadikan
pegangan bagi masing-masing pihak. Dan surat perjanjian ini ditandatangani di depan saksi-saksi
dan dalam keadaan sehat walafiat tanpa tekanan dari siapapun.

Tanggal, 31 Oktober 2017

Pihak II Pihak I

Yanes Hargita Ahmad Mahmudi

Saksi-saksi :

1. Pangestu Kurnia

2. Boby Ramadha Sugiarto


TUGAS
ASPEK HUKUM DAN ANALISA KONTRAK

OLEH :
AFIFA
16.1.05.2.1.026

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALU


2019

You might also like