You are on page 1of 9

SOAL METODE PENELITIAN

Take home test

NAMA : Andrianus Ongko Wijaya Hingan


NIM : 2005056061
MATA KULIAH : METODE PENELITIAN
JENJANG/PRODI : S1/ PPKn
SEMESTER :V
DOSEN : Prof. Dr. A. Hardoko, M.Pd

SOAL :

1. Jelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif memiliki sifat dan makna


penelitian yang mendalam atau sering disebut “grounded research”.
Berikan contoh konkrit dalam proses implementasinya ?
2. Mengapa dikatakan bahwa dalam penelitian kualitatif responden
cenderung sedikit sedang di penelitian kuantitatif cenderung banyak
sampelnya?
3. Buatlah sebuah deskripsi latar belakang masalah dan rumusan masalah dari
judul penelitian: “ Studi tentang analisis pelaksanaan HAM di sekolah “. ?
4. Dalam sebuah penelitian kualitatif dijumpai apa yang disebut siklus
penelitian dalam proses. Deskripsikan secara ringkas ?
5. Ambil salah satu contoh proposal kualitatif ( bebas tema dan ruang
lingkupnya, tidak harus PKn) di internet kemudian lakukan review (
mengkritisi) terhadap proposal tersebut berdasarkan komponen2 yang ada
( komentar dan tanggapan anda)

Jawaban:

1. Artinya bahwa dalam penelitian kualitatif adalah untuk menjelaskan suatu fenomena dengan
sedalam-dalamnya dengan cara pengumpulan data yang sedalam-dalamnya pula, yang
menunjukkan pentingnya kedalaman dan detail suatu data yang diteliti.

Pada penelitian kualitatif, semakin mendalam, teliti, dan tergali suatu data yang didapatkan,
maka bisa diartikan pula bahwa semakin baik kualitas penelitian tersebut. Maka dari segi
besarnya responden atau objek penelitian, metode penelitian kualitatif memiliki objek yang lebih
sedikit dibandingkan dengan penelitian kuantitatif, sebab lebih mengedepankan kedalaman data,
bukan kuantitas data.
Grounded Research merupakan salah satu lingkup dalam penelitian kualitatif yaitu penelitian
yang dilakukan dengan wawancara mendalam dan juga pengalaman dari subjek penelitian.
Grounded Research dapat disebut juga sebuah pendekatan yang refleksif dan terbuka, dimana
pengumpulan data, pengembangan konsep-konsep teoritis dan ulasan literatur berlangsung dalam
proses siklus berkelanjutan. Peneliti pada grounded research cenderung berorientasi pada
aktivitas, pengalaman, keyakinan, dan nilai dari orang-orang yang cakupan luas dan saling
berhubungan. Hal ini menuntut peneliti untuk mengkaji berbagai dimensi dan relasi yang ada
dalam konteks tersebut (bersifat holistik).

Contoh konkrit dalam proses implementasinya: Seorang peneliti tertarik pada suatu masyarakat
tradisional di Kalimantan. Dia ingin meneliti makna hidup masyarakat di sana. Maka sebelum
penelitian, dia menentukan langkah-langkah, menggali berbagai informasi, dan melakukan kajian
terhadap tema penelitiannya.
Meski telah memiliki beberapa informasi dan kajian sebelumnya, dia harus menyingkirkan
semua praduga yang ada sebelum terjun ke lapangan. Artinya, seolah-olah tidak tahu apapun
tentang tema penelitiannya.
Dia kemudian tinggal bersama masyarakat tersebut selama beberapa waktu sekaligus melakukan
observasi dan wawancara. Selain itu, dengan tinggal bersama masyarakat tersebut diharapkan
dapat lebih memahami kehidupan mereka. Dari observasi dan wawancara itulah data-data
penelitian diperoleh.
Setelah data yang dimiliki dirasa cukup, peneliti kemudian melakukan analisis sehingga
terbentuk scbuah asumsi atau teori baru berdasarkan data yang dimiliki. Peneliti kemudian
mengembalikan data dan teori terscbut ke lapangan untuk diuji kebenarannya.
Pengambilan data, analisis, dan pengembalian data ke lapangan dilakukan secara terus-menerus
yang akhirnya membentuk suatu teori yang mantap. Hal ini membutuhkan waktu yang tidak
sedikit untuk mengambil ulang, mengonfirmasi, mengolah, dan sebagainya.

2. Karena dalam penelitian kualitatif memandang fakta/kebenaran tergantung pada cara peneliti
menginterpretasikan data. Hal ini dikarenakan ada hal-hal kompleks yg tidak bisa sekedar
dijelaskan dengan angka sehingga penelitian kualitatif peneliti menggorek data sedalam-
dalamnya atas hal-hal tertentu. Sehingga kualitas penelitian kualitatif tidak terlalu ditentukan
oleh banyaknya narasumber yang terlibat, tetapi seberapa dalam peneliti menggali informasi
spesifik dari narasumber yang dipilih. Sedangkan kuantitatif lebih memandang fakta itu berada
pada objek penelitian diluar sana, peneliti harus netral dan tidak memihak. Apapun yang
ditemukan dilapangan itulah fakta (penelitian kuantitatif berangkat dari teori menuju data) yang
dilakukan berupa angket/tes/kuesioner.

3. A. Latar Belakang Masalah


Hak Asasi Manusia merupakan hak yang melekat pada diri seseorang yang tidak
seorangpun dapat mengganggu gugat. Permasalahan-permasalahan yang terus muncul
kepermukaan tentang ketidak adilan yang mengganggu Hak Asasi Manusia seseorang semakin
hari semakin meningkat. Padahal, hukum yang mengatur tentang Hak Asasi Manusia sudah
sangat rinci.

Hak asasi manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha
Pencipta sebagai sesuatu yang bersifat kodrati. Karena sifatnya yang demikian maka tidak ada
kekuasaan apapun didunia yang dapat mencabut hak asasi setiap manusia. Ia adalah hak dasar
setiap manusia yang dibawa sejak lahir sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa; bukan
pemberian manusia atau lembaga kekuasaan.

Dalam Universal Declaration of Human Rights, persamaan hak bagi setiap warga negara
untuk memperoleh pengajaran / pendidikan ini dapat dijumpai pada pasal 26 ayat (1) dan ayat (2)
yang menyatakan: (1) Setiap orang berhak mendapat pendidikan. Pendidikan harus gratis,
setidak-tidaknya untuk tingkat sekolah dasar dan pendidikan dasar. Pendidikan dasar harus
diwajibkan. Pendidikan teknik dan kejuruan harus tersedia secara umum, dan pengajaran tinggi
harus secara adil dapat diakses oleh semua orang, berdasarkan kepantasan. (2) Pendidikan harus
ditujukan ke arah perkembangan pribadi yang seluas-luasnya serta memperkokoh rasa
penghargaan terhadap hak-hak manusia dan kebebasan asasi. Pendidikan harus mempertinggi
saling pengertian, toleransi, dan persahabatan di antara semua bangsa, kelompok ras, maupun
agama, serta harus memajukan kegiatan Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam memelihara
perdamaian.
Jaminan bahwa setiap orang memiliki hak yang sama untuk memperoleh
pengajaran/pendidikan juga terdapat dalam Perjanjian Internasional tentang HakHak Ekonomi,
Sosial, Budaya (International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights), yakni pada 13
ayat (1) yang menyatakan bahwa negara-negara peserta perjanjian mengakui hak setiap orang
akan pendidikan. Mereka sepakat bahwa pendidikan hendaknya diarahkan kepada perkembangan
sepenuhnya atas kepribadian manusia dan pengertian mengenai martabatnya, dan akan
memperkuat penghormatan terhadap hak asasi manusia dan kebebasan yang hakiki. Mereka
selanjutnya sepakat bahwa pendidikan akan memungkinkan setiap orang berpartisipasi secara
efektif dalam masyarakat yang bebas, meningkatkan pengertian, toleransi dan persahabatan di
antara semua bangsa dan kelompok suku, etnis atau agama, dan lebih jauh kegiatan Perserikatan
Bangsa-Bangsa untuk memelihara perdamaian.
Penegakan HAM di lingkungan pendidikan terkhusunya disekolah-sekolah mewujud dalam
bentuk hak untuk mengikuti pendidikan. Hak itu dimiliki oleh setiap orang sehingga pemenuhan
hak tersebut berimplikasi luas. Untuk dapat memenuhi hak tersebut diperlukan adanya
pemerataan pendidikan, dalam pengertian memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap
orang untuk dapat mengikuti pendidikan. Dalam hal ini, Tomaševski (2001) melihat bahwa isu
pemerataan ini berkaitan dengan kewajiban pemerintah untuk bisa melaksanakan pendidikan
yang memenuhi skema 4 A, yaitu available (tersedia), accessible (terjangkau), acceptable
(diterima), dan adaptable (bisa beradaptasi). Ketersediaan berhubungan dengan pengadaan
sekolah-sekolah yang cukup untuk menampung seluruh anak yang akan bersekolah. Penyediaan
sekolah demikian akan terkait dengan masalah dana yang disediakan, ketersediaan tenaga guru,
dan penjagaan mutu pendidikan.

Pemerintah juga perlu menyelenggarakan pendidikan yang bisa dijangkau oleh masyarakat
yang membutuhkannya. Dalam hal ini, kemiskinan tidak bisa dijadikan alasan seorang anak
untuk tidak bisa bersekolah. Karena itu, penyelenggaraan pendidikan yang gratis merupakan
suatu hal yang diperlukan untuk bisa tercapainya pemerataan ini. Hal lain yang berkaitan dengan
keterjangkauan adalah masalah tempat dan waktu penyelenggaraan pendidikan. Ini berarti jangan
sampai anak tidak bisa menjangkau sekolah karena letaknya terlalu jauh dan jangan sampai
waktu anak untuk bersekolah terhalang oleh kegiatan lain, seperti saat ia diharuskan bekerja
sambil bersekolah. Keterjangkauan juga berkaitan dengan masalah diskriminasi. Pendidikan
hendaknya tidak terhalang oleh diskriminasi terhadap ras, suku, agama, atau golongan yang
bersifat minoritas.

Penerimaan terhadap pendidikan berkaitan dengan kualitas serta media dan isi dari
pengajaran. Kualitas pengajaran dipengaruhi oleh kurikulum yang diterapkan serta kualitas guru
yang mengajar. Sementara media dan isi pengajaran berhubungan dengan bagaimana pengajaran
tersebut bisa diterima dan dipahami oleh peserta didik. Masyarakat akan lebih mudah menerima
pendidikan yang berkualitas dan sesuai dengan pemahaman mereka. Namun di sisi lain
pendidikan juga perlu dilindungi dari halangan akibat perbedaan pendapat atau situasi politik.
Oleh karena itu, dalam pendidikan perlu dijamin adanya kebebasan berpendapat yang disebut
kebebasan mimbar akademik.
Pendidikan juga perlu dilaksanakan dengan cara yang memungkinkannya untuk beradaptasi
dengan situasi di tempat berlangsungnya pendidikan tersebut. Adaptasi tersebut misalnya saja
berupa pengakomodasian terhadap keragaman dalam budaya dan adat kebiasaan sehari-hari di
masyarakat. Hal lain yang berhubungan dengan adaptasi ini adalah relevansi tujuan dengan
kebutuhan masyarakat. Lembaga pendidikan perlu menghasilkan lulusan yang siap untuk
berkiprah di masyarakat.

Masyarakat dan pemerintah suatu negara berupaya untuk menjamin kelangsungan hidup serta
kehidupan generasi penerusnya secara berguna (berkaitan dengan kemampuan spiritual) dan
bermakna (berkaitan dengan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor). Generasi penerus
tersebut diharapkan akan mampu mengantisipasi hari depan mereka yang senantiasa merubah
dan selalu terkait dengan konteks dinamika budaya, bangsa, negara, dan hubungan internasional.
Semua itu tidak lain dilalui melalui pendidikan baik itu formal maupun non formal. Seperti yang
tercantum dalam UUD 1945 persamaan setiap hak warga negara untuk mendapatkan pengajaran
dijamin berdasarkan pasal 28C ayat (1) yang berbunyi: Setiap orang berhak mengembangkan diri
melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat
dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya
dan demi kesejahteraan umat manusia. Pernyataan ini sesuai dengan salah satu tujuan negara kita
sebagaimana yang diungkapkan dalam pembukaan UUD 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa.

Dalam mendapatkan pendidikan itu tidak hanya diperoleh oleh orang-orang yang normal saja,
melainkan dapat diperoleh juga oleh mereka yang fisik nya mempunyai kelebihan, seperti yang
tertuang di dalam UU HAM No. 39 pasal 54 yang berbunyi, setiap anak yang cacat fisik dan/atau
mental berhak memperoleh perawatan, pendidikan, pelatihan, dan bantuan khusus atas biaya
negara, untuk menjamin kehidupannya sesuai dengan martabat kemanusiaaan, meningkatkan
rasa percaya diri, dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan bermasayarakat, bangsa dan
negara.

Sesuai dengan pernyataan di atas UUSPN No. 20 Tahun 2003 Pasal 5, menegaskan tentang
kesamaan kesempatan mengikuti pendidikan dengan menyatakan bahwa (1) Setiap warga negara
mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu; (2) Warga negara yang
memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh
pendidikan khusus; (3) Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat
yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus; (4) Warga negara yang memiliki
potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus; (5) Setiap warga
negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.

Selain itu, UUSPN juga memperbesar kemungkinan bagi rakyat untuk mengikuti pendidikan
dasar dengan mewajibkan pendidikan pada jenjang tersebut, sekaligus menggugah kesadaran
masyarakat untuk terlibat dalam pendidikan seperti tercantum dalam pasal 6 yang berbunyi: 1)
Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti
pendidikan dasar. (2) Setiap warga negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan
penyelenggaraan pendidikan.

Dalam pelaksanaannya, maka pelayanan pendidikan secara adil dan merata bagi setiap warga
negara kita dilaksanakan melalui pendekatan sistem pendidikan persekolahan dan luar sekolah.
Hal ini dimaksudkan agar setiap warga negara yang tidak memiliki kesempatan (keterbatasan
jarak, waktu, dan usia) dan tidak mampu secara ekonomis untuk mengikuti pendidikan jalur
sekolah, mereka tetap mendapatkan pelayanan hak pendidikannya, yang diberikan melalui jalur
pendidikan luar sekolah.

Penerimaan seseorang sebagai peserta didik dalam suatu satuan pendidikan diselenggarakan
dengan tidak membedakan jenis kelamin, agama, suku, ras, kedudukan sosial dan tingkat
kemampuan ekonomi, dan dengan tetap mengindahkan kekhususan satuan pendidikan yang
bersangkutan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang menjadi dasar pemberlakuan ham di dalam dunia pendidikan terkhusunya disekolah

2. Bagaimana upaya yang dilakukan negara maupun pemerintah agar seluruh warga negara
mendapatkan pendidikan di sekolah yang merata

3. Bagaimana pelaksanaan ham yang sudah diberlakukan di sekolah


4. Siklus penelitian dalam proses merupakan tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam
menerapkan sebuah tindakan yang sedang diteliti kepada sebuah kelompok, didalam siklus
penelitian harus ada jumlah siklus yang akan dilakukan, tiap siklus berapa kali dilakukan dan
dijelaskan secara rinci.

Tahap-tahapan dalam penelitian kualitatif mengikuti langkah-langkah sebagai berikut;


1) Pra-Lapangan
• Menyusun rancangan
• Memilih lapangan
• Mengurus perijinan
• Menjajagi dan menilai keadaan
• Memilih dan memanfaatkan informan
• Menyiapkan instrumen
• Persoalan etika dalam lapangan
2) Lapangan
• Memahami dan memasuki lapangan
• Pengumpulan data
3) Pengolahan Data
• Reduksi data
• Display data
• Analisis
• Mengambil kesimpulan dan verifikasi
• Meningkatkan keabsahan
• Narasi hasil

5. A. Informasi skripsi yang direview


1. Judul skripsi : Pengembangan Sistem Informasi Manajemen CV
Dinar, Tanggerang
2. Instansi : Institut Pertanian Bogor
3. Nama penulis : Hendika Anridia
4. Tahun : 2007
5. Deskripsi singkat:
Skripsi ini mengulas mengenai pengembangan sistem informasi manajemen CV Dinar dengan
menggunakan aplikasi SIM-P 10. Dimana sistem informasi manajemen yang dibuat bisa
digunakan untuk pengelolaan data dan informasi secara lebih efektif dan efesien. Pengembangan
sistem yang dibahas mencakup perancangan sistem mulai dari desain sistem sampai tahap
penerapan.

B. Review Skripsl
1. Judul
Judul yang diangkat yaitu “Pengembangan Sistem Informasi Manajemen CV Dinar,
Tangerang” Disini judul yang dipilih disajikan dengan singkat dan jelas, tidak mengandung
makna atau penafsiran ganda olch orang yang membacanya serta judul dapat mengungkapkan
masalah dan ruang lingkup penclitian yaitu mengenai pengembangan sisicm informasi di CV
Dinas, Tangerang.
Kata pengembangan yang digunakan pada judul skripsi ini menurut saya kurang tepat karena
penulis tidak melakukan pengembangan dari program atau aplikasi yang sudah ada. Disini
penulis membuat suatu aplikasi baru sehingga kata pengembangan bisa diganti dengan kata
perancangan.
2. Perumusan Permasalahan
Dari uraian diatas dapat dikctahui bahwa permsalahan yang dibahas dalam penclitian ini adalah :
• Bagaimana kondisi perusahaan dengan sistem pengelolaan data dan informsai CV Dinar
Tangeran pada sant ini?
• Bagaimana melakukan pengelolaan data dengan program SIM-P 1.0 CV Dinar
Tangerang?
• Apa manfaat tambahan yang didapatkan perusahasa melalui pengciolaan data dan
informsai dengan program SIM-P 1.0 CV Dinar Tangerang”
Uraian diatas merupakan perumusahan permasalahan yang ditulis pada skripsi. Penulis terlebih
dahulu menguraikan deskripsi singkat mengenai permasalahan yang akan diteliti kemudian
penulis menyajikan dan merangkumnya dalam bentuk kalimat tanya yang memerlukan jawaban
deskriptif misalnya pada poin pertama yang menyampaikan bahwa bagaimana kondisi
perusahaan dengan sistem pengelolaan data dam informasi CV Dinar Tangerang pada saat ini.
Pada pereumusalah masalah kurang mencerminkan atas tidak mendasari judul yang telah dipilih.
Judul skripsinya adalah pengcmbangan sistem informasi namun pada daftar pertanyaan
perumusan masalah tidak memuat mengenai bagaimana pengembangan sistem informasi yang
akan dilakukam namun disini penulis maluh menyatakan permasalah mengenai pengelolaan
datanya.
3. Tujuan Penelitian
• Menganalisis kondisi pengelolaan data dan informasi CV Dinar Tangerang
• Merancang program sistem informasi manajemen yang mampu melakukan pengelolaan
data serta menyediakan informasi yang dibutuhkan pihak manajemen secara efisien dan
efektif
• Menerangkan manfaat tambahan yang diberikan program sistem informasi manajcmca
yang dirancang.
4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang disampaikan penulis pada skripsi hanya sebatas digunakan sebagai referensi bagi
pencliuan selanjutnya. Manfaat temuan penelitian berguna bagi perkembangan ilmu pengctahuan
yang dapat dimanfaatkan oleh ilmuan lain untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, tekhnologi
dan seni (IPTEKS). Disini yang kurang yaitu penulis tidak menyampaikan manfaat untuk objek
yang diteliti yaitu CV Dinar. Seharusnya penulis menyampaikan manfaat yang di dapat oleh
objek yang sedang di teliti (CV Dina) karena penulis mengembangkan sebuah sistem untuk CV
Dinar.
5. Kajian Teoritis
Kajian teoritis merupakam suatu telaah teori (dari literatur dan hasil penelitiaan) yang relevan
dengan permsalahan penelitian. Kajian teori dilakukan dalam rangka menelaah aspek (konsep-
konsep) atau variabel yang akan diteliti untuk mencmukan jawaban teoritik terhadap
permsalahan penelitian yang telah dirumuskan. Pada skripsi ini ada beberapa hal yang kurang
tepat dijadikan kajian teori karena sangat tidak relevan dengan variabel atau objek yang sedang
diteliti. Skripsi yang ditulis yaitu mengenai pengembangan tentang suatu sistem informasi jadi
scharusnya sangat tidak perlu penulis menelaah mengenai ikan hias air laut. Sedangkan untuk
variabel yang penting. penulis lupa untuk menelaahnya, sebagai contoh, dalam skripsi penulis
mengembangkan sistem informasi dengan menggunakan aplikasi SIM-P 1.0 seharusnya penullis
menelaah variabel ini dengan menjelaskan secara teoritik apa dan bagaimana aplikasi SIMP-P
1.0 ini bekerja dan sebagainya. Hal ini tidak sesuai dengan prinsip relevansi.
Hal lain yang saya soroti pada kajian teoritis yaitu mengenai kemutahiran literatur. Pada skripsi
ini penulis menggunakan literatur dengan tahun yang sudah cukup jauh dari pembuatan skripsi
(Skripsi dibuat tahun 2007 dan menggunakan literatur tahun 1990'an). Hal ini penting karena
ilmu pengetahuan khususnya teknologi berkembang dengan cepat. Scbuah teori yang efektif
pada suatu periode mungkin sudah ditinggalkan pada periode berikutnya. Schingga diperlukan
literatur mutahir untuk menghasilkan penelitian yang baik.
6. Kerangka Pikir
Pada skripsi ini penulis tidak menuliskan kerangka pikir padahal kerangka pikir merupakan salah
satu hak yang esensial dalam melakukan suatu penciitian. Kerangka pikir dapat disebut sebagai
tulang punggung seluruh penclitian karena kerangka pikir adalah dasar pemikiran dari peneliti
(argumentasi pencliti) yang dilandasi dengan konsep-konsep dan teori yang relevan guna
memecahkan masalah penelitiaan.
7. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang dipakai yaitu pendekatan kualitatif, hal ini sesuai dengan judul
skripsi yang diangkat yaitu mengenai pengembangan suatu sistem informasi manajemen.
Pendekatan kualitatif menggunakan metodologi System Development Life Cycle (SDLC). Untuk
pengkajian fungsi, kelebihan serta kekurangan terhadap program sistem informasi yang
dirancang pada penelitian dilakukan dengan menggunakan analisa deskriptif.
8. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitiaan skripsi ini adalah studi kasus. Studi kasus adalah
penciitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan sumu fase spcsifik atau khas
dari keseluruhan persoaalitas. Kasus yang diamati adalah sisicra informasi pada CV Dinar
Tangerang.
Kasus yang dipilih oleh peneliti yaitu menjadikan sistem manajemen konvensional pada CV
Dinar Tangerang menjadi sisicm manejemen yang terkomputerisasi yang dapat membantu
meringankan beban kerja karyawan yang terdapat pada CV Dinar Tangerang.
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara langsung dengan
pihak manajemen perusahaan dibagian administrasi. Hasil observasi datanya pada penelitiaan ini
ditulis dengan gaya yang menarik yaitu berupa deskripsi sehingga mampu terkomunikasi pada
pembacanya dengan baik.

You might also like