You are on page 1of 24

MAKALAH

PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP

PENYUSUNAN RENCANA PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP

Kelompok 5 :

Seri Muryati 5019139


Rina Nobita Sari 5019151
Chica Apriyanti 5019101
Lusi Sahara 5019014
Andre Aji Akbar 5019140

Dosen Pengampu Mata Kuliah:


Yuni Krisnawati, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS PGRI SILAMPARI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya terutama dalam penyusunan makalah
tentang “Penyusunan Rencana Pembelajaran Kelas Rangkap ”, sehingga dapat
terselesaikan dengan tepat waktu. Kami juga berterima kasih kepada dosen, yang
telah membimbing dan memberi arahan kepada kami dalam penyusunan makalah,
serta pihak-pihak yang telah memberi kritik maupun saran yang berguna dalam
pembuatan makalah ini. Makalah ini disusun untuk membantu memahami tentang
Penyusunan Rencana Pembelajaran Kelas Rangkap. Makalah ini perlu dibaca oleh
para mahasiswa pendidikan karena dapat membantu para calon guru untuk
memahami cara menyusun rencana pembelajaran kelas rangkap dengan baik.
Kami menyadari makalah ini masih perlu disempurnakan lagi. Karena ini,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dari para
pembaca.

Lubuklinggau, 19 Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3
A. Analisis Struktur Kurikulum SD dan Prosedur Dasar Pengembangan
Pembelajaran Kelas Rangkap............................................................... 3
B. Perumusan Indikator, Penataan Pengalaman Belajar Dan Kegiatan
Pembelajaran Kelas Rangkap............................................................... 14
C. Evaluasi Program Pembelajaran Kelas Rangkap ................................ 16

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 19


A. Kesimpulan .......................................................................................... 19
B. Saran .................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 21

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekolah merupakan suatu penyelenggara pendidikan. Pendidikan yang
dimaksud yaitu yang didalamnya terdapat suatu sistem yang mengatur atau
terdapat sekelompok orang sebagai pelaksana pendidikan. Pelaksana
pendidikan tersebut diantaranya kepala sekolah, guru, komite sebagai mitra
dari sekolah tersebut. Salah satu pelaksana pendidikan yang sangat
berpengaruh di Sekolah adalah guru.
Guru merupakan penentu berhasil tidaknya sistem pendidikan yang ada
di sekolah. Dimulai dari perencanaan, proses, dan diakhiri dengan evaluasi
serta perbaikan. Di Indonesia yang mempunyai wilayah yang luas dan
terdiri dari beribu pulau, tak dapat dihindari adanya permasalahan penyebaran
dan permasalahan perbedaan. Begitu juga halnya dalam sistem pendidikan
kita. Misalnya dalam penyebaran guru SD, sistem pendidikan di negara kita
belum mampu menyebarkan guru SD secara merata ke segala penjuru
wilayah di tanah air. Akibatnya masih terjadi kekurangan guru SD secara
lokal dimana-mana. Dalam permasalah perbedaan kualitas hasil belajar, pada
umumnya siswa SD di kota-kota besar jauh lebih baik dibandingkan dengan
siswa yang berada di daerah pedalaman terutama di daerah yang terpencil.
Terkait dengan hal kekurangan tenaga guru akibatnya akan menambah
adanya perbedaan terhadap hasil belajar siswa. Perbedaan hasil belajar dan
adanya kekurangan guru tersebut memang hal yang sering dijumpai terutama
di pedesaan. Untuk itu dalam mengatasi hal ini kepala sekolah dan para guru
dengan jumlah terbatas tersebut selalu berupaya agar para siswa tetap
menerima pelajaran sehingga tidak mempengaruhi hasil belajar siswa akibat
kekurangan tenaga guru. Menyadari tugas dan tanggung jawab guru sebagai
tenaga pendidik dalam menentukan keberhasilan belajar maka diperlukan
suatu cara dalam 2 mengatasi masalah tersebut yaitu dengan diterapkannya
pembelajaran rangkap kelas atau kelas rangkap.

1
Kelas rangkap atau rangkap kelas adalah suatu tehnik yang didalamnya
terdapat suatu pembelajaran dimana seorang guru menghadapi jumlah siswa
lebih dari satu rombongan belajar atau dua kelas yang dijalankan dalam satu
pertemuan dan satu ruang kelas ataupun berbeda kelas/ masing-masing
ruangan kelas. Namun demikian, mengajar dengan merangkap kelas bukan
berarti merupakan penyebab terjadinya kurangnya kualitas dari hasil belajar
akan tetapi bisa membantu dalam mengatasi kekurangan tenaga guru.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Struktur Kurikulum SD dan Prosedur Dasar Pengembangan
Pembelajaran Kelas Rangkap?
2. Bagaimana Perumusan Indikator, Penataan Pengalaman Belajar Dan
Kegiatan Pembelajaran Kelas Rangkap?
3. Bagaimana Evaluasi Program Pembelajaran Kelas Rangkap?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Struktur Kurikulum SD dan Prosedur Dasar
Pengembangan Pembelajaran Kelas Rangkap.
2. Untuk memahami Perumusan Indikator, Penataan Pengalaman Belajar Dan
Kegiatan Pembelajaran Kelas Rangkap.
3. Untuk mengetahui bagaimana Evaluasi Program Pembelajaran Kelas
Rangkap.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Analisis Struktur Kurikulum SD dan Prosedur Dasar Pengembangan


Pembelajaran Kelas Rangkap
1. Analisis Struktur Kurikulum SD dan Prosedur Dasar Pembelajaran Kelas
Rangkap
Istilah kurikulum kini telah menjadi menjadi istilah teknis dalam
ilmu pendidikan yang secara umum diartikan sebagai program pendidikan
yang harus ditempuh untuk mendapatkan status dan kemampuan tertentu
Setiap jenjang pendidikan (pendidikan dasar, menengah, dan tinggi) pasti
memiliki kurikulum atau program pendidikan yang sengaja dibuat. Mulai
tahun 1994 untuk jenjang pendidikan dasar telah ditetapkan kurikulum
pendidikan dasar 1994. Karena pendidikan dasar terdiri atas pendidikan
Sekolah Dasar 6 tahun dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP 3
tahun). SD dan SLTP memiliki kurikulum masing- masing.Pada tahun 2004
secara terbatas mulai dirintis penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) sebagai upaya penyempurnaan Kurikulum 1994 dan Suplemen tahun
1999.
Dengan diundangkannya Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003)
konsep KBK diteruskan dalam wadah pengembangan kurikulum yang
terdesantralisasi. Mulai tahun 2006, mulai diterapkan secara bertahap
pengembangan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan sebagai pelaksana
dari Pasal 37 UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003.
Mulai tahun 2006, model Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan
(KTSP) dikembangkan dan dilaksanakan secara bertahap berkelanjutan pada
setiap kabupaten/kota.Bagi kita sebagai guru, terlepas dari kurikulum dengan
model apapun yang dipakai, kurikulum merupakan pedoman dalam
melaksanakan proses pendidikan. Di dalam kurikulum dirumuskan tujuan
pendidikan dasar, mata pelajaran yang diberikan, beban waktu belajar yang

3
disediakan, dan pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran.
Adanya kurikulum sebagai dokumen tertulis belum menjamin terjadinya
proses pembelajaran.
Oleh karena itu sebagai guru SD mutlak wajib memahami kurikulum
Sekolah Dasar. Selain itu, sebagai guru dapat melaksanakan pembelajaran
dengan baik, kita harus menguasai prosedur dasar pengembangan
pembelajaran. Dengan cara itu kurikulum sebagai rumusan tertulis akan dapat
diwujudkan menjadi proses belajar murid. Perlu kita garis bawahi bahwa
kurikulum disusun memang untuk mewujudkan tercapainya tujuan belajar
murid.
a. Karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebagai pengganti
Kurikulum SD 1994, Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang
Standar Isi, dan Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan No. 23 Tahun 2006, Kurikulum
untuk Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar (KTSP SD/MI) memiliki
karakteristik sebagai berikut.
1) Kelompok Mata Pelajaran
Merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 6 ayat (1) kurikulum untuk
jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah berlaku pengelompokkan mata
pelajaran sebagai berikut:
a) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
b) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
c) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
d) Kelompok mata pelajaran estetika
e) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan

4
Masing-masing kelompok memiliki cakupan isi seperti dikutip dari Standar Isi
(Permendiknas No. 22 Tahun 2006) pada table 5.1
Table 5.1
Cakupan Kelompok Mata Pelajaran
No Kelompok Mata Cakupan
Pelajaran
1 Agama dan Akhlak Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak
Mulia mulia dimaksudkan untuk membentuk
peserta didik menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia
mencakup etika, budi pekerti, atau moral,
sebagai perwujudan dari pendidikan agama
2 Kewarganegaraan dan Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan
Kepribadian dan kepribadian dimaksudkan untuk
peningkatan kesadaran dan wawasan peserta
didik akan, status, hak dan kewajibannya
dalam kehidupanbermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara, serta peningkatan kualitas
dirinya sebagai manusia. Kesadaran dan
wawasan termasuk wawasan kebangsaan, jiwa,
dan pratiotisme bela Negara, penghargaan
terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan
bangsa, pelestarian lingkungan hidup,
kesetaraan gender, social, ketaatan pada
hokum, ketaatan membayarpajak, dan sikap
serta perilaku anti korupsi, kolusi, dan
nepotisme
3. Ilmu Pengetahuan dan Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan
Teknologi dan teknologi pada SD/MI/SDLBdimaksudkan
untuk mengenal, menyikapi, dan

5
mengapresiasi ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta menanamkan kebiasaanberpikir
dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif,
dan mandiri. Kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi pada
SMP/MTS/SMPLB dimaksudkan untuk
memperoleh kompetensi dasar ilmu
pengetahuan dan teknologi serta
membudayakan berpikir ilmiah secara kritis,
kreatif, dan mandiri. Kelompok mata pelajaran
ilmu pengetahuan dan teknoloogi pada
SMA/MA/SMALB dimaksudkan untuk
memperoleh lanjut ilmu pengetahuan
dan teknologi serta membudayakan berpikir
ilmiah secara kritis, kreatif, dan mandiri.
Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan
dan teknologi pada SMK/MAK dimaksudkan
untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan
teknologi membentuk kompetensi,kecakapan,
dan kemandirian kerja.
4 Jasmani,Olahraga dan Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga
Kesehatan dan kesehatan pada SD/MI/SDLB
dimaksudkan untuk meningkatkan potensi
fisik serta menanamkan spotivitas dan
kesadaran hidup sehat. Kelompok mata
pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan pada
SMP/MTS/SMPLB dimaksudkan untuk
meningkatkan potens fisik serta
membudayakan sikap sportivitas, dan kesdara
hidup sehat. Kelompok mata pelajaran jasmani,
olahraga, dan kesehatan pada

6
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK dimaksudkan
untuk meningkatkan potensi fisik serta
membudayakan sikap sportif, disiplin, kerja
sama, dan hidup sehat.Budaya hidup sehat
termasuk kesadaran sikap, dan perilaku hidup
sehat yang bersifat individual ataupun yang
 bersifat kolektif kemasyarakatan seperti
keterbatasan dari perilaku seksual bebas,
kecanduan narkoba, HIV/AIDS, demam
berdarah, muntaber, dan penyakit lain yang
potensial untuk mewabah.

Prinsip pengembangan kurikulum :


Menurut Standar Isi (Permendiknas No. 22 Tahun 2006), KTSP jenjang
pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah
berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan
penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP. Kurikulum dikembangkan
berdasarkan prinsip- prinsip berikut :

1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta


didik dan lingkungannya
Prinsip pertama dinyatakan bahwa “kurikulum dikembangkan
berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk
mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan
kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan,
kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.”
Hal ini mengandung makna bahwa pengembangan potensi peserta didik

7
dalam konteks lingkungannya merupakan kepedulian utama.
2) Beragam dan terpadu
Prinsip kedua dinyatakan bahwa “kurikulum dikembangkan
dengan  memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi
daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama,
suku, budaya dan adat istiadat, serta status social ekonomi dan gender.
Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan
local, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam
keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antar substansi.”
Hal ini mengandung makna bahwa antar substansi kurikulum
dikembangkan secara saling berkaitan, dan secara keseluruhan kurikulum
dikembangkan secara berdiversifikasi atau dengan keragaman yang
bervariasi.
3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
Prinsip ketiga dinyatakan bahwa “kurikulum dikembangkan atas
dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang
secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum
mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.” Hal ini
mengandung makna bahwa kurikulum harus difungsikan sebagai wahana
pendidikan untuk mengakomodasikan dinamika perkembangan pemikiran
dan praktek dalam dunia ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
4) Relevan dengan kebutuhan hidup
Prinsip keempat dinyatakan bahwa “pengembangan kurikulum 
dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholder)  untuk
menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di
dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh
karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir,
keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional
merupakan keniscayaan.” Hal ini mengandung makna bahwa kurikulum
harus bersifat fungsional, dalam pengertian hasil belajar yang dihasilkan

8
harus memberi bekal kepada peserta didik untuk melanjutkan pendidikan
dan menjalani kehidupan nyata di lingkungannya.
5) Menyeluruh dan berkesinambungan
Prinsip kelima dinyatakan bahwa “substansi kurikulum
mencakup  keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan
mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan
antar semuan jenjang pendidikan.”
6) Belajar sepanjang hayat
Prinsip keenam dinyatakan bahwa “kurikulum diarahkan kepada
proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik
yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan
antar unsur-unsur pendidikan formal, nonformal,dan informal, dengan
memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang
serta arah pengembangan manusia seutuhnya.” Hal ini mengandung makna
bahwa isi dan proses kurikulum harus memungkinkan peserta didik
mampu dan mau belajar untuk belajar terus menerus.
7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Prinsip ketujuh dinyatakan bahwa “kurikulum dikembangkan dengan
memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk
membangun kehidupan bermsyarakat,berbangsa dan bernegara.
Kepentingan nasional dan kepentingan derah harus saling mengisi dan
memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.” Hal ini mengandung
makna bahwa kurikulum dikembangkan sebagai wahana pendidikan ke
Indonesiaan yang mampu merekat keberagaman untuk membangun
perstuan Indonesia.

9
2. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum Dalam pelaksanaan kurikulum di setiap
satuan
pendidikan dinyatakan perlunya menggunakan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
a. Prinsip pertama dinyatakan bahwa “pelaksanaan kurikulum didasarkan
pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai
kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik
harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta
memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas,
dinamis dan menyenangkan.” Prinsip ini secara operasional membuat
terlaksananya kurikulum yang memungkinkan peserta didik mencapai
ketuntasan kompetensi secar optimal.
b. Prinsip kedua dinyatakan bahwa “kurikulum dilaksanakan dengan
menegakkan kelima pilar belajar, yaitu: a) Belajar untuk beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa b) Belajar untuk memahami
dan menghayati c) Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat
secara efektif d) Belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang
lain e) Belajar untu membangun dan menemukan jati diri, melalui
proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangka.”
Prinsip ini secara operasional menuntut terlaksananya kurikulum
yangmemungkinkan peserta didik mencapai kualiats proses dan hasil
belajar dalam suatukeutuhan pilar belajar.
c. Prinsip ketiga dinyatakn bahwa “pelaksanaan kurikulum
memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat
perbaikan, pengayaan, dan percepatan sesuai dengan potensi, tahap
perkembangan, dan kondisi pesera didik dengan tetap memperhatikan
keterpaduan penegembangan pribadi peserta didik yang berdimensi
ketuhanan, keindividuan, kesosialan,dan moral.” Prinsip ini secara
operasional menuntut terlakasananya kurikulum yang memungkinkan
peserta didik mencapai ketuntasan kompetensi secara optimal sesuai
dengan kecepatan belajarnya masing-masing.

10
d. Prinsip keempat dinyatakan bahwa “kurikulum dilaksanakan dalam
suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan
menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri
handayani, ing madia mangun karsa, ing ngarsa sung tulada (di
belakang memberikan daya dan kekuatan, di tengah membangun
semangat dan prakarsa, di depan memberikan contoh dan teladan ).”
Prinsip ini secara operasional menuntut terlaksananya kurikulum yang
memungkinkan peserta didik membangun budaya belajar mandiri,
kreatif dan mewarisi keteladanan.
e. Prinsip kelima dinyatakan bahwa “kurikulum dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan multi strategi dan multi media, sumber
belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan
sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam takambang jadi
guru (semua yang tejadi,, tergelar, dan berkembang di masyarkat dan
lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber
belajar, contoh dan teladan).” Prinsip ini secara operasional menuntut
terlaksanya kurikulum yang memungkinkan peserta didik mencapai
ketuntasan kompetensi secara optimal dengan memanfaatkan
keanekaragaman proses, dan sumber yang tersedia dalam lingkungan
terbuka.
f. Prinsip keenam dinyatakan bahwa “kurikulum dilaksanakan dengan
mendayagunakan kondisi alam, social dan budaya serta kekayaan
daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan
kajian secara optimal.” Prinsip ini secara operasional menuntut
terlaksananya kurikulum memungkinkan peserta didik dapat belajar
secara efektif dengan memanfaatkan semua dimensi lingkungannya.
g. Prinsip ketujuh dinyatakan bahwa “kurikulum yang mencakup seluruh
komponen kompetensi mata pelajaran, muatan local dan pengembangan
diri diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan, dan
kesinambungan yang cocok dan memadai antar kelas dan jenis serta
jenjang pendidikan.” Prinsip ini secara operasional menuntut

11
terlaksananya kurikulum koheren atau harmonis dan
sistematik/bersistem.

Struktur Kurikulum SD/MI Dalam standar isi dinyatakan bahwa


“Struktur kurikulum SD/MI meliputi substansi pembelajaran yang
ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama enam tahun mulai
kelas I sampai dengan kelas VI. Struktur kurikulum SD/MI disusun
berdasarkan standar kompetensilulusan dan standar kompetensi mata
pelajaran” yang berpedoman pada ketentuan sebagai berikut:
a) Kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran, muatan local, dan
pengembangan diri. Muatan local merupakan kegiatan kurikuler
untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri
khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang
materinya tidak dapat dikelompokkan kedalam mata pelajaran yang
ada. Substansi muatan local ditentukan oleh satuan pendidikan.
Pengembangan diri bukan muatan pelajaran yang harus diasuh oleh
guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan
diri sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri
difasilitasi atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga
kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan
ekstrakulikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui
kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri
pribadi dan kehidupan social, belajar dan pengembangan karir
peserta didik.
b) Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SD/MI merupakan
“IPA Terpadu dan IPS Terpadu.
c) Pembelajaran pada kelas I s.d. III dilaksanakan melalui pendekatan
tematik, sedangkan pada kelas IV s.d. VI dilaksanakan melalui
pendekatan mata pelajaran.
d) Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan

12
sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan Pendidikan
dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per
minggu secara keseluruhan.
e) Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 35 menit.
f) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah
34-38 minggu.

Prosedur Dasar Pengembangan Kerangka Rencana Pembelajaran


Istilah pembelajaran merupakan terjemahan dari instrucsional berasal
dari katainstruction yang secara khusus diartikan sebagai upaya
menciptakan kondisi yangmemungkinkan seseorang belajar. Istilah
instruksional merupakan serapan dari kata instrucsional dari kini secara
bertukar-tukar dipakai istilah pembelajaran. Jadi istilah pengembangan
instruksional sama dengan pengembangan pembelajaran. Prosedur
dasar pengembangan instruksional merupakan desain atau cetak
birupembelajaran. Tahun 1975 istilah ini disebut Prosedur
Pengembangan SistemInstruksional(PPSI). Sebagai suatu prosedur
disain instruksional merupakan langkah yang sistematis untuk
menysusun rencana atau persiapan pembelajaran dan bahan
pembelajaran.Jadi produk dari disain instruksional dapat berupa
persiapan pembelajaran, modul, bahantutorial dan bentuk sarana
pedagogis lainnya. Proses pengembangan pembelajaran secara
konseptual terkait erat pada unsure-unsurdasar kurikulum yakni tujuan,
materi pelajaran, pengalaman beajar dan penilaian hasil belajar(Tyler:
1954, Taba: 1962). Dikaitkan dengan Standar Isi 2006, pembelajaran
terkait padaproses pemberian fasilitasi untuk menguasai Kompetensi
Dasar setiap mata pelajaran yangada dalam Stuktur Kurikulum SD.

13
B. PERUMUSAN INDIKATOR, PENATAAN PENGALAMAN BELAJAR
DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP

1. Untuk mengemas pengalaman belajar dalam rangka PKR, maka haruslah


kita mengetahui standar isi dengan muatannya dari berbagai mata
pelajaran pada tiap tingkatankelas.
Jika kita akan melakukan PKR untuk mata pelajaran sama dengan
tingkatan kelas berbeda, maka pengembangan standar isi dan penjabaran
muatan nilai atau moral yang akan kita buat rumusan pengalaman
belajarnya kita sandingkan untuk dikaji penjabaran KDnya menjadi
beberapa indikator dengan pijakan muatan mata pelajarannya untuk
tingkatan kelas yang berbeda sesuai tujuan Intruksionalnya sehingga
tersusunlah pengalaman belajar yang bisa kita terapkan pada tingkatan-
tingkatan kelas. Ada beberapa prinsip (teoritis) yang harus diperhatikan
dalam menetapkan topik pembelajaran dalam PKR, yaitu:
a. Berorientasi kepada tujuan.
b. Disesuaikan dengan karakteristik murid (kelas, usia, kemapuan).
c. Disesuaikan dengan kemampuan pengelolaan guru.
d. Layak sarana pendukung.
e. Tidak bersifat dipaksakan.
KTSP SD di Indonesia menganut model yang berorientasi kepada
kompetensi.Keseluruhan kegiatan perencanaan, pembelajaaran, dan
penilaian harus bertolak dari tujuan dan tertuju pada pencapaian tujuan
yang telah dirumuskan. Tujuan pendidikan memiliki banyak aras (banyak
tingkat) mulai dari aras tertinggi tujuan pendidikan nasional sampai
ketujuan instruksional khusus yang terendah, semua tujuan yang lebih
rendah harus menunjang  ketercapaian tujuan yang lebih tinggi. Artinya
ada saling ketergantungan dan telah menjadi kesepakatan dan komitmen
keterikatan profesional kita sebagai guru. Perumusan tujuan pembelajaran
yang telah dikenal dan dipahami saat ini adalah konsep penggugusan
tujuan      ( Bloom Taxonomy) dengan rambu-rambunya guna tercapai
hasil pembelajaran yang ingin kita lihat setelah pembelajaran suatu topik

14
berakhir sesuai dengan tujuan terkait “dampak instruksional atau
Instructional Effect”(Bruce Joyce & MarshaWeil;1986). Sesuai konsep
Bloom tujuan pendidikan dapat diguguskan ke dalam tiga ranah(kognitif,
afektif, dan psikomotorik). Ketiga ranah ini bukan sesuatu yang terpisah
satu samalain, akan tetapi memiliki keunikan atau kekhususan,
komonalitas atau kesamaan umum. Dalam perumusan tujuan belajar dalam
PKR aras dan gugus topik memiliki peran sangat penting dalam
menetapkan arah tujuan belajar. Karena rumusan indikator dan
pengalaman belajar tujuan harus mencerminkan aras dan gugus perilaku,
guru PKR harus dapat memilih ungkapan perilaku (bentuk kata kerja
operasional) yang mewadahi materi yang terkandung dalam topik yang
dipilih sesuai dengan aras dan gugusnya.

2. Cara Memilih Substansi Belajar Bahan belajar


adalah rincian materi yang dapat berupa fakta, konsep, teori,
nilai,prosedur, dan kegiatan belajar yang dijabarkan dari tujuan dan topik
PKR yang telah dipilih. Untuk dapat melakukan pemilihan materi yang
memadai ada syarat-syarat yang harus diperhatikan, antara lain:
a. mendukung ketercapaian kompetensi dasar dan indikator;
b. berkaitan erat dengan materi sebelumnya;
c. didukung sarana dan sumber belajar yang tersedia atau dapat
disediakan
d. sesuai dengan perkembangan mental murid
e. menjadi dasar bagi studi lebih lanjut.

3. Cara Menyusun Rancangan Kegiatan Belajar


Yang dimaksud “rancangan atau disain” dalam kegiatan
pembelajaran adalah kerangka pikir yang melukiskan bentuk penataan
interaksi (model pembelajaran) guru-murid-sumber belajar dalam rangka
pencapaian tujuan belajar. Ada model dasar pembelajaran yang
mengaitkan seluruh model (model Weil Murphy& McGreal;1986). Model

15
dasar ini memiliki lima langkah sebagai berikut :
a. Orientasi atau pendahuluan (guru menetapkan tujuan, langkah, dan
materi)
b. Pengembangan (guru menjelaskan konsep atau keterampilan,
mendemonstrasikan model, dan mengecek pengertian murid)
c. Latihan terstruktur (guru memandu kegiatan kelompok murid,
memberi balikan dan murid memberi tanggapan)
d. Latihan terbimbing (murid berlatih memahami konsep baru, guru
memantau, dan selanjutnya murid-murid berlatih diluar kelas)
e. Latihan bebas atau mandiri (guru memeriksa dan membetulkan hasil
latihan di luar kelas dan murid melanjutkan latihan mandiri).

4. Cara Memilih Sumber dan Media Belajar


Secara sederhana media belajar mencakup bahan dan alat audio
seperti kaset audiodan siaran radio, bahan dan alat visual seperti siaran
TV, gambar, dan diagram, benda tiruandan benda sesungguhnya yang
dipilih sesuai lingkungan dan tepat guna. Layak lingkunganartinya media
yang dipakai itu tersedia di lingkungan sekitar, sehingga dapat
dimanfaatkanoleh guru atau murid dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
keadaan. Tepat guna artinyameskipun media tersebut tidak sepenuhnya
memenuhi persyaratan ideal tapi masih tetapberfungsi membantu murid
untuk belajar.

C. EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP

Cara Penilaian Terhadap Pelaksanaan PKR.


1) Mengecek Keterlaksanaan Jadwal PKR yang baik seharusnya terjadwal
dengan baik. Artinya kita sadar dan siap betul kapan, di kelas mana, dan
materi pelajaran mana yang akan diajarkan di kelas-kelas yang
dirangkap. Jadi jadwal harian dan mingguan sangatlah penting baik bagi
guru maupun murid.

16
2) Mengecek Keterlaksanaan Pembelajaran di Kelas-Kelas yang Dirangkap
Dalam rangka PKR tentunya guru sudah mempersiapkan kegiatan-
kegiatan apa saja yang akan dikerjakan di kelas yang akan dirangkap, dan
kegiatan apa pula yang diharapkan dapat dilakukan oleh murid.
3) Mencatat Materi Pelajaran yang Tidak Sempat Diajarkan Dalam praktik
bisa saja terjadi di mana suatu materi pelajaran tidak sampai diajarkan
karena situasi mendadak. Hal tersebut harus kita catat, agar minggu yang
akan datang materi tersebut tidak lupa diajarkan. Dengan demikian
murid- murid tidak merasa dirugikan.
4) Mencatat Kegiatan yang Tertunda Suatu kegiatan yang telah kita
rencanakan bisa tertunda, misalnya karena kehabisan waktu, atau tidak
ada alat, atau kehabisan bahan, atau karena gangguan lain. Dengan
adanya hal seperti, kita tidak perlu khawatir, asal kita catat dan
selanjutnya segera dikerjakan lebih lanjut. Rencanakan kembali kapan
kegiatan yang terpaksa tertunda itu akan kita lanjutkan.
5) Mencatat Tugas-tugas yang Harus Diberikan Kepada Murid Hari Minggu
Berikutnya Maksud kita memberi tugas untuk hari minggu berikutnya
adalah memberi pijakan atau dasar bagi materi yang akan datang dan atau
memberi tuntutan belajar lebih lanjut.
6) Mencatat Pertanyaan Murid yang Belum Sempat Terjawab Munculnya
pertanyaan dari murid mengenai materi pelajaran yang diajarkan
merupakan salah satu ciri bahwa murid belajar. Bila pertanyaan itu belum
terjawab harus kita catat untuk dibahas dalam pertemuan berikutnya.
Pembelajaran yang berpijak pada atau bertolak dari pertanyaan murid
merupakan salah satu ciri prinsip belajar yang mengaktifkan murid.
7) Mencatat Murid yang Belum Banyak Terlibat Secara Aktif Dalam
Belajar Kita harus memberi perhatian sama banyak kepada murid yang
aktif dan murid yang tidak aktif. Semua murid harus dapat melakukan
proses belajar. Dengan kata lain murid yang tidak aktif harus didorong
agar menjadi murid yang aktif.
8) Menuliskan Hal-hal yang Perlu Anda Perbaiki Dalam PKR

17
Sesungguhnya PKR bisa terjadi di SD manapun. Tapi yang tidak bisa
dihindari tentunya di SD-SD sekolah kecil atau SD biasa yang jumlah
gurunya lebih kecil dari jumlah kelas. Oleh karena itu, PKR harus
diterima bukan sebagai keterpaksaan tetapi sebagai suatu tugasa
profesional. Bila hal itu kita terima sebagai tugas profesional, harus
selalu menyempurnakan PKR. Maka, guru PKR harus memahami ilmu
dan seni pembelajaran merangkap kelas.
9) Mencatat Hal-Hal yang Memuaskan dan Mengecewakan Anda Sebagai
Guru Dalam PKR Rasa puas dan kecewa harus diterima sebagai suatu
keadaan yang wajar dan tak dapat ditolak salah satunya. Yang penting
bagaimana memanfaatkan keduanya untuk mengorek diri kita.
10) Mengapa harus Mencatat Hal-hal yang Perlu Dibicarakan dengan Guru
Lain? Salah satu ciri guru profesional ialah memiliki rasa dan sikap
kesejawatan yang kuat. Artinya antara pribadi guru harus tercipta,
terpelihara dan terbina kesejawatan, rasa setugas, setanggung jawab, dan
selangkah kerja.

BAB III

18
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kurikulum harus difungsikan sebagai wahana pendidikan untuk
mengakomodasi dinamika perkembangan pemikiran dan praktek dalam dunia
ilmu pengetahuan, teknologi, dan senio KTSP SD harus bersifat fungsional,
dalam pengertian hasil belajar yang dihasilkan harus member bekal kepada
peserta didik untuk melanjutkan pendidikan dan menjalani kehidupan nyata di
lingkungannya. KTSP harus menjadi wahana pengembangan kompetensi
secara utuh dan menyeluruh yang didukung oleh semua mata pelajaran yang
satu dengan yang lainnya memiliki saling keterkaitan Indicator perilaku dan
setiap muatan isi perlu di rumuskan dalam dalam bentuk rumusan perilaku
opersaional yang memungkinkan hasil belajarnya dapat diukur atau dideteksi
ketercapaiannya. Rumusan pengalaman belajar pada dasarnya harus
menjawab substansi apa yang perlu dikuasai peserta didik dan bagaimana
seyogyanya peserta didik mencapai pengusaan tersebut dengan dengan atau
tanpa fasilitas guruo Standar isi merupakan sumber utama dalam menetapkan
indicator dan pengalaman belajar PKR. Dalam menetapkan pengalaman
belajar PKR guru dapat menggunakan kegiatan pemetaan topic dan sub-topik
menurut arasnya dan gugusanya, substansi dan pengalaman belajar menunjuk
pada penataan topic yang berbeda untuk tiap kelas dalam satu mata pelajaran
atau integrasi beberapa mata pelajaran. Dalam PKR orientasi pada aras dan
gugus topic perlu dikombinasikan terutama dalam merencanakan PKR kelas
ganda dan mata pelajaran ganda. Rancangan kegiatan pembelajaran berfungsi
sebagai kerangka piker dalam menata interkasi guru-murid-sumber belajar
dalam kerangka penggapaian tujuan belajar. Model dasar rancangan
pembelajaran dalam situasi PKR mencakup proses belajar arahan sendiri atau
PBAS dan proses belajar melalui kerja sama atau PBMKS yang dapat
diterapkan mulai langkah pengembangan sampai dengan latihan bebas dalam
pola dasar pembelajaran. Sumber dana media belajar berperan sangat penting
dalam PKR. Media belajar yang harus digunakan dalam PKR adalah media

19
belajar yang sesuai dengan lingkungan dan tepat gunanya. Yang perlu dinilai
dalam pelaksanaan PKR adalah : 1. Keterlaksanaan jadwal harian 2.
Keterlaksanaan kegiatan pembelajaran pada kelas-kelas yang dirangkap 3.
Materi pelajaran yang tidak dapat diajarkan 4. Kegiatan yang masih tertunda
5. Tugas-tugas murid untuk hari atau minggu berikutnya 6. Pertanyaan murid
yang belum sempat diajawab 7. Murid-murid yang belum banyak terlibat
dalam proses belajar 8. Hal-hal yang dirasa perlu diperbaiki dalam PKR 9.
Hal-hal yang dirasakan masih mengecewakan guru

B. Saran
Berdasarkan makalah yang telah disusun oleh penulis diharapkan
pembaca khususnya calon guru dan guru agar dapat memahami pembelajaran
kelas rangkap serta penerapannya di sekolah

DAFTAR PUSTAKA

20
https://id.scribd.com/document/430755828/Makalah-Penyusunan-Rencana-
Pembelajaran-Kelas-Rangkap (diakses pada 19 Oktober 2022)

https://suhardi1988.blogspot.com/2019/11/makalah-penyusunan-rencana-
pembelajaran.html (diakses pada 19 Oktober 2022)

Sumawan, M. P. MENYUSUN RENCANA PEMBELAJARAN KELAS


RANGKAP (RPKR).

21

You might also like