Professional Documents
Culture Documents
MAKALAH KLMPK 5, Penyusunan Rencana Pemb. PKR
MAKALAH KLMPK 5, Penyusunan Rencana Pemb. PKR
Kelompok 5 :
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya terutama dalam penyusunan makalah
tentang “Penyusunan Rencana Pembelajaran Kelas Rangkap ”, sehingga dapat
terselesaikan dengan tepat waktu. Kami juga berterima kasih kepada dosen, yang
telah membimbing dan memberi arahan kepada kami dalam penyusunan makalah,
serta pihak-pihak yang telah memberi kritik maupun saran yang berguna dalam
pembuatan makalah ini. Makalah ini disusun untuk membantu memahami tentang
Penyusunan Rencana Pembelajaran Kelas Rangkap. Makalah ini perlu dibaca oleh
para mahasiswa pendidikan karena dapat membantu para calon guru untuk
memahami cara menyusun rencana pembelajaran kelas rangkap dengan baik.
Kami menyadari makalah ini masih perlu disempurnakan lagi. Karena ini,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dari para
pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah merupakan suatu penyelenggara pendidikan. Pendidikan yang
dimaksud yaitu yang didalamnya terdapat suatu sistem yang mengatur atau
terdapat sekelompok orang sebagai pelaksana pendidikan. Pelaksana
pendidikan tersebut diantaranya kepala sekolah, guru, komite sebagai mitra
dari sekolah tersebut. Salah satu pelaksana pendidikan yang sangat
berpengaruh di Sekolah adalah guru.
Guru merupakan penentu berhasil tidaknya sistem pendidikan yang ada
di sekolah. Dimulai dari perencanaan, proses, dan diakhiri dengan evaluasi
serta perbaikan. Di Indonesia yang mempunyai wilayah yang luas dan
terdiri dari beribu pulau, tak dapat dihindari adanya permasalahan penyebaran
dan permasalahan perbedaan. Begitu juga halnya dalam sistem pendidikan
kita. Misalnya dalam penyebaran guru SD, sistem pendidikan di negara kita
belum mampu menyebarkan guru SD secara merata ke segala penjuru
wilayah di tanah air. Akibatnya masih terjadi kekurangan guru SD secara
lokal dimana-mana. Dalam permasalah perbedaan kualitas hasil belajar, pada
umumnya siswa SD di kota-kota besar jauh lebih baik dibandingkan dengan
siswa yang berada di daerah pedalaman terutama di daerah yang terpencil.
Terkait dengan hal kekurangan tenaga guru akibatnya akan menambah
adanya perbedaan terhadap hasil belajar siswa. Perbedaan hasil belajar dan
adanya kekurangan guru tersebut memang hal yang sering dijumpai terutama
di pedesaan. Untuk itu dalam mengatasi hal ini kepala sekolah dan para guru
dengan jumlah terbatas tersebut selalu berupaya agar para siswa tetap
menerima pelajaran sehingga tidak mempengaruhi hasil belajar siswa akibat
kekurangan tenaga guru. Menyadari tugas dan tanggung jawab guru sebagai
tenaga pendidik dalam menentukan keberhasilan belajar maka diperlukan
suatu cara dalam 2 mengatasi masalah tersebut yaitu dengan diterapkannya
pembelajaran rangkap kelas atau kelas rangkap.
1
Kelas rangkap atau rangkap kelas adalah suatu tehnik yang didalamnya
terdapat suatu pembelajaran dimana seorang guru menghadapi jumlah siswa
lebih dari satu rombongan belajar atau dua kelas yang dijalankan dalam satu
pertemuan dan satu ruang kelas ataupun berbeda kelas/ masing-masing
ruangan kelas. Namun demikian, mengajar dengan merangkap kelas bukan
berarti merupakan penyebab terjadinya kurangnya kualitas dari hasil belajar
akan tetapi bisa membantu dalam mengatasi kekurangan tenaga guru.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Struktur Kurikulum SD dan Prosedur Dasar Pengembangan
Pembelajaran Kelas Rangkap?
2. Bagaimana Perumusan Indikator, Penataan Pengalaman Belajar Dan
Kegiatan Pembelajaran Kelas Rangkap?
3. Bagaimana Evaluasi Program Pembelajaran Kelas Rangkap?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Struktur Kurikulum SD dan Prosedur Dasar
Pengembangan Pembelajaran Kelas Rangkap.
2. Untuk memahami Perumusan Indikator, Penataan Pengalaman Belajar Dan
Kegiatan Pembelajaran Kelas Rangkap.
3. Untuk mengetahui bagaimana Evaluasi Program Pembelajaran Kelas
Rangkap.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
disediakan, dan pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran.
Adanya kurikulum sebagai dokumen tertulis belum menjamin terjadinya
proses pembelajaran.
Oleh karena itu sebagai guru SD mutlak wajib memahami kurikulum
Sekolah Dasar. Selain itu, sebagai guru dapat melaksanakan pembelajaran
dengan baik, kita harus menguasai prosedur dasar pengembangan
pembelajaran. Dengan cara itu kurikulum sebagai rumusan tertulis akan dapat
diwujudkan menjadi proses belajar murid. Perlu kita garis bawahi bahwa
kurikulum disusun memang untuk mewujudkan tercapainya tujuan belajar
murid.
a. Karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebagai pengganti
Kurikulum SD 1994, Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang
Standar Isi, dan Permendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan No. 23 Tahun 2006, Kurikulum
untuk Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar (KTSP SD/MI) memiliki
karakteristik sebagai berikut.
1) Kelompok Mata Pelajaran
Merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 6 ayat (1) kurikulum untuk
jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah berlaku pengelompokkan mata
pelajaran sebagai berikut:
a) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
b) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
c) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
d) Kelompok mata pelajaran estetika
e) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan
4
Masing-masing kelompok memiliki cakupan isi seperti dikutip dari Standar Isi
(Permendiknas No. 22 Tahun 2006) pada table 5.1
Table 5.1
Cakupan Kelompok Mata Pelajaran
No Kelompok Mata Cakupan
Pelajaran
1 Agama dan Akhlak Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak
Mulia mulia dimaksudkan untuk membentuk
peserta didik menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia
mencakup etika, budi pekerti, atau moral,
sebagai perwujudan dari pendidikan agama
2 Kewarganegaraan dan Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan
Kepribadian dan kepribadian dimaksudkan untuk
peningkatan kesadaran dan wawasan peserta
didik akan, status, hak dan kewajibannya
dalam kehidupanbermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara, serta peningkatan kualitas
dirinya sebagai manusia. Kesadaran dan
wawasan termasuk wawasan kebangsaan, jiwa,
dan pratiotisme bela Negara, penghargaan
terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan
bangsa, pelestarian lingkungan hidup,
kesetaraan gender, social, ketaatan pada
hokum, ketaatan membayarpajak, dan sikap
serta perilaku anti korupsi, kolusi, dan
nepotisme
3. Ilmu Pengetahuan dan Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan
Teknologi dan teknologi pada SD/MI/SDLBdimaksudkan
untuk mengenal, menyikapi, dan
5
mengapresiasi ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta menanamkan kebiasaanberpikir
dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif,
dan mandiri. Kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi pada
SMP/MTS/SMPLB dimaksudkan untuk
memperoleh kompetensi dasar ilmu
pengetahuan dan teknologi serta
membudayakan berpikir ilmiah secara kritis,
kreatif, dan mandiri. Kelompok mata pelajaran
ilmu pengetahuan dan teknoloogi pada
SMA/MA/SMALB dimaksudkan untuk
memperoleh lanjut ilmu pengetahuan
dan teknologi serta membudayakan berpikir
ilmiah secara kritis, kreatif, dan mandiri.
Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan
dan teknologi pada SMK/MAK dimaksudkan
untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan
teknologi membentuk kompetensi,kecakapan,
dan kemandirian kerja.
4 Jasmani,Olahraga dan Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga
Kesehatan dan kesehatan pada SD/MI/SDLB
dimaksudkan untuk meningkatkan potensi
fisik serta menanamkan spotivitas dan
kesadaran hidup sehat. Kelompok mata
pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan pada
SMP/MTS/SMPLB dimaksudkan untuk
meningkatkan potens fisik serta
membudayakan sikap sportivitas, dan kesdara
hidup sehat. Kelompok mata pelajaran jasmani,
olahraga, dan kesehatan pada
6
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK dimaksudkan
untuk meningkatkan potensi fisik serta
membudayakan sikap sportif, disiplin, kerja
sama, dan hidup sehat.Budaya hidup sehat
termasuk kesadaran sikap, dan perilaku hidup
sehat yang bersifat individual ataupun yang
bersifat kolektif kemasyarakatan seperti
keterbatasan dari perilaku seksual bebas,
kecanduan narkoba, HIV/AIDS, demam
berdarah, muntaber, dan penyakit lain yang
potensial untuk mewabah.
7
dalam konteks lingkungannya merupakan kepedulian utama.
2) Beragam dan terpadu
Prinsip kedua dinyatakan bahwa “kurikulum dikembangkan
dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi
daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama,
suku, budaya dan adat istiadat, serta status social ekonomi dan gender.
Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan
local, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam
keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antar substansi.”
Hal ini mengandung makna bahwa antar substansi kurikulum
dikembangkan secara saling berkaitan, dan secara keseluruhan kurikulum
dikembangkan secara berdiversifikasi atau dengan keragaman yang
bervariasi.
3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
Prinsip ketiga dinyatakan bahwa “kurikulum dikembangkan atas
dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang
secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum
mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.” Hal ini
mengandung makna bahwa kurikulum harus difungsikan sebagai wahana
pendidikan untuk mengakomodasikan dinamika perkembangan pemikiran
dan praktek dalam dunia ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
4) Relevan dengan kebutuhan hidup
Prinsip keempat dinyatakan bahwa “pengembangan kurikulum
dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholder) untuk
menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di
dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh
karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir,
keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional
merupakan keniscayaan.” Hal ini mengandung makna bahwa kurikulum
harus bersifat fungsional, dalam pengertian hasil belajar yang dihasilkan
8
harus memberi bekal kepada peserta didik untuk melanjutkan pendidikan
dan menjalani kehidupan nyata di lingkungannya.
5) Menyeluruh dan berkesinambungan
Prinsip kelima dinyatakan bahwa “substansi kurikulum
mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan
mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan
antar semuan jenjang pendidikan.”
6) Belajar sepanjang hayat
Prinsip keenam dinyatakan bahwa “kurikulum diarahkan kepada
proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik
yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan
antar unsur-unsur pendidikan formal, nonformal,dan informal, dengan
memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang
serta arah pengembangan manusia seutuhnya.” Hal ini mengandung makna
bahwa isi dan proses kurikulum harus memungkinkan peserta didik
mampu dan mau belajar untuk belajar terus menerus.
7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Prinsip ketujuh dinyatakan bahwa “kurikulum dikembangkan dengan
memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk
membangun kehidupan bermsyarakat,berbangsa dan bernegara.
Kepentingan nasional dan kepentingan derah harus saling mengisi dan
memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.” Hal ini mengandung
makna bahwa kurikulum dikembangkan sebagai wahana pendidikan ke
Indonesiaan yang mampu merekat keberagaman untuk membangun
perstuan Indonesia.
9
2. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum Dalam pelaksanaan kurikulum di setiap
satuan
pendidikan dinyatakan perlunya menggunakan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
a. Prinsip pertama dinyatakan bahwa “pelaksanaan kurikulum didasarkan
pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai
kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik
harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta
memperoleh kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas,
dinamis dan menyenangkan.” Prinsip ini secara operasional membuat
terlaksananya kurikulum yang memungkinkan peserta didik mencapai
ketuntasan kompetensi secar optimal.
b. Prinsip kedua dinyatakan bahwa “kurikulum dilaksanakan dengan
menegakkan kelima pilar belajar, yaitu: a) Belajar untuk beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa b) Belajar untuk memahami
dan menghayati c) Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat
secara efektif d) Belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang
lain e) Belajar untu membangun dan menemukan jati diri, melalui
proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangka.”
Prinsip ini secara operasional menuntut terlaksananya kurikulum
yangmemungkinkan peserta didik mencapai kualiats proses dan hasil
belajar dalam suatukeutuhan pilar belajar.
c. Prinsip ketiga dinyatakn bahwa “pelaksanaan kurikulum
memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat
perbaikan, pengayaan, dan percepatan sesuai dengan potensi, tahap
perkembangan, dan kondisi pesera didik dengan tetap memperhatikan
keterpaduan penegembangan pribadi peserta didik yang berdimensi
ketuhanan, keindividuan, kesosialan,dan moral.” Prinsip ini secara
operasional menuntut terlakasananya kurikulum yang memungkinkan
peserta didik mencapai ketuntasan kompetensi secara optimal sesuai
dengan kecepatan belajarnya masing-masing.
10
d. Prinsip keempat dinyatakan bahwa “kurikulum dilaksanakan dalam
suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan
menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri
handayani, ing madia mangun karsa, ing ngarsa sung tulada (di
belakang memberikan daya dan kekuatan, di tengah membangun
semangat dan prakarsa, di depan memberikan contoh dan teladan ).”
Prinsip ini secara operasional menuntut terlaksananya kurikulum yang
memungkinkan peserta didik membangun budaya belajar mandiri,
kreatif dan mewarisi keteladanan.
e. Prinsip kelima dinyatakan bahwa “kurikulum dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan multi strategi dan multi media, sumber
belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan
sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam takambang jadi
guru (semua yang tejadi,, tergelar, dan berkembang di masyarkat dan
lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber
belajar, contoh dan teladan).” Prinsip ini secara operasional menuntut
terlaksanya kurikulum yang memungkinkan peserta didik mencapai
ketuntasan kompetensi secara optimal dengan memanfaatkan
keanekaragaman proses, dan sumber yang tersedia dalam lingkungan
terbuka.
f. Prinsip keenam dinyatakan bahwa “kurikulum dilaksanakan dengan
mendayagunakan kondisi alam, social dan budaya serta kekayaan
daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan
kajian secara optimal.” Prinsip ini secara operasional menuntut
terlaksananya kurikulum memungkinkan peserta didik dapat belajar
secara efektif dengan memanfaatkan semua dimensi lingkungannya.
g. Prinsip ketujuh dinyatakan bahwa “kurikulum yang mencakup seluruh
komponen kompetensi mata pelajaran, muatan local dan pengembangan
diri diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan, dan
kesinambungan yang cocok dan memadai antar kelas dan jenis serta
jenjang pendidikan.” Prinsip ini secara operasional menuntut
11
terlaksananya kurikulum koheren atau harmonis dan
sistematik/bersistem.
12
sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. Satuan Pendidikan
dimungkinkan menambah maksimum empat jam pembelajaran per
minggu secara keseluruhan.
e) Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 35 menit.
f) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah
34-38 minggu.
13
B. PERUMUSAN INDIKATOR, PENATAAN PENGALAMAN BELAJAR
DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP
14
berakhir sesuai dengan tujuan terkait “dampak instruksional atau
Instructional Effect”(Bruce Joyce & MarshaWeil;1986). Sesuai konsep
Bloom tujuan pendidikan dapat diguguskan ke dalam tiga ranah(kognitif,
afektif, dan psikomotorik). Ketiga ranah ini bukan sesuatu yang terpisah
satu samalain, akan tetapi memiliki keunikan atau kekhususan,
komonalitas atau kesamaan umum. Dalam perumusan tujuan belajar dalam
PKR aras dan gugus topik memiliki peran sangat penting dalam
menetapkan arah tujuan belajar. Karena rumusan indikator dan
pengalaman belajar tujuan harus mencerminkan aras dan gugus perilaku,
guru PKR harus dapat memilih ungkapan perilaku (bentuk kata kerja
operasional) yang mewadahi materi yang terkandung dalam topik yang
dipilih sesuai dengan aras dan gugusnya.
15
dasar ini memiliki lima langkah sebagai berikut :
a. Orientasi atau pendahuluan (guru menetapkan tujuan, langkah, dan
materi)
b. Pengembangan (guru menjelaskan konsep atau keterampilan,
mendemonstrasikan model, dan mengecek pengertian murid)
c. Latihan terstruktur (guru memandu kegiatan kelompok murid,
memberi balikan dan murid memberi tanggapan)
d. Latihan terbimbing (murid berlatih memahami konsep baru, guru
memantau, dan selanjutnya murid-murid berlatih diluar kelas)
e. Latihan bebas atau mandiri (guru memeriksa dan membetulkan hasil
latihan di luar kelas dan murid melanjutkan latihan mandiri).
16
2) Mengecek Keterlaksanaan Pembelajaran di Kelas-Kelas yang Dirangkap
Dalam rangka PKR tentunya guru sudah mempersiapkan kegiatan-
kegiatan apa saja yang akan dikerjakan di kelas yang akan dirangkap, dan
kegiatan apa pula yang diharapkan dapat dilakukan oleh murid.
3) Mencatat Materi Pelajaran yang Tidak Sempat Diajarkan Dalam praktik
bisa saja terjadi di mana suatu materi pelajaran tidak sampai diajarkan
karena situasi mendadak. Hal tersebut harus kita catat, agar minggu yang
akan datang materi tersebut tidak lupa diajarkan. Dengan demikian
murid- murid tidak merasa dirugikan.
4) Mencatat Kegiatan yang Tertunda Suatu kegiatan yang telah kita
rencanakan bisa tertunda, misalnya karena kehabisan waktu, atau tidak
ada alat, atau kehabisan bahan, atau karena gangguan lain. Dengan
adanya hal seperti, kita tidak perlu khawatir, asal kita catat dan
selanjutnya segera dikerjakan lebih lanjut. Rencanakan kembali kapan
kegiatan yang terpaksa tertunda itu akan kita lanjutkan.
5) Mencatat Tugas-tugas yang Harus Diberikan Kepada Murid Hari Minggu
Berikutnya Maksud kita memberi tugas untuk hari minggu berikutnya
adalah memberi pijakan atau dasar bagi materi yang akan datang dan atau
memberi tuntutan belajar lebih lanjut.
6) Mencatat Pertanyaan Murid yang Belum Sempat Terjawab Munculnya
pertanyaan dari murid mengenai materi pelajaran yang diajarkan
merupakan salah satu ciri bahwa murid belajar. Bila pertanyaan itu belum
terjawab harus kita catat untuk dibahas dalam pertemuan berikutnya.
Pembelajaran yang berpijak pada atau bertolak dari pertanyaan murid
merupakan salah satu ciri prinsip belajar yang mengaktifkan murid.
7) Mencatat Murid yang Belum Banyak Terlibat Secara Aktif Dalam
Belajar Kita harus memberi perhatian sama banyak kepada murid yang
aktif dan murid yang tidak aktif. Semua murid harus dapat melakukan
proses belajar. Dengan kata lain murid yang tidak aktif harus didorong
agar menjadi murid yang aktif.
8) Menuliskan Hal-hal yang Perlu Anda Perbaiki Dalam PKR
17
Sesungguhnya PKR bisa terjadi di SD manapun. Tapi yang tidak bisa
dihindari tentunya di SD-SD sekolah kecil atau SD biasa yang jumlah
gurunya lebih kecil dari jumlah kelas. Oleh karena itu, PKR harus
diterima bukan sebagai keterpaksaan tetapi sebagai suatu tugasa
profesional. Bila hal itu kita terima sebagai tugas profesional, harus
selalu menyempurnakan PKR. Maka, guru PKR harus memahami ilmu
dan seni pembelajaran merangkap kelas.
9) Mencatat Hal-Hal yang Memuaskan dan Mengecewakan Anda Sebagai
Guru Dalam PKR Rasa puas dan kecewa harus diterima sebagai suatu
keadaan yang wajar dan tak dapat ditolak salah satunya. Yang penting
bagaimana memanfaatkan keduanya untuk mengorek diri kita.
10) Mengapa harus Mencatat Hal-hal yang Perlu Dibicarakan dengan Guru
Lain? Salah satu ciri guru profesional ialah memiliki rasa dan sikap
kesejawatan yang kuat. Artinya antara pribadi guru harus tercipta,
terpelihara dan terbina kesejawatan, rasa setugas, setanggung jawab, dan
selangkah kerja.
BAB III
18
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum harus difungsikan sebagai wahana pendidikan untuk
mengakomodasi dinamika perkembangan pemikiran dan praktek dalam dunia
ilmu pengetahuan, teknologi, dan senio KTSP SD harus bersifat fungsional,
dalam pengertian hasil belajar yang dihasilkan harus member bekal kepada
peserta didik untuk melanjutkan pendidikan dan menjalani kehidupan nyata di
lingkungannya. KTSP harus menjadi wahana pengembangan kompetensi
secara utuh dan menyeluruh yang didukung oleh semua mata pelajaran yang
satu dengan yang lainnya memiliki saling keterkaitan Indicator perilaku dan
setiap muatan isi perlu di rumuskan dalam dalam bentuk rumusan perilaku
opersaional yang memungkinkan hasil belajarnya dapat diukur atau dideteksi
ketercapaiannya. Rumusan pengalaman belajar pada dasarnya harus
menjawab substansi apa yang perlu dikuasai peserta didik dan bagaimana
seyogyanya peserta didik mencapai pengusaan tersebut dengan dengan atau
tanpa fasilitas guruo Standar isi merupakan sumber utama dalam menetapkan
indicator dan pengalaman belajar PKR. Dalam menetapkan pengalaman
belajar PKR guru dapat menggunakan kegiatan pemetaan topic dan sub-topik
menurut arasnya dan gugusanya, substansi dan pengalaman belajar menunjuk
pada penataan topic yang berbeda untuk tiap kelas dalam satu mata pelajaran
atau integrasi beberapa mata pelajaran. Dalam PKR orientasi pada aras dan
gugus topic perlu dikombinasikan terutama dalam merencanakan PKR kelas
ganda dan mata pelajaran ganda. Rancangan kegiatan pembelajaran berfungsi
sebagai kerangka piker dalam menata interkasi guru-murid-sumber belajar
dalam kerangka penggapaian tujuan belajar. Model dasar rancangan
pembelajaran dalam situasi PKR mencakup proses belajar arahan sendiri atau
PBAS dan proses belajar melalui kerja sama atau PBMKS yang dapat
diterapkan mulai langkah pengembangan sampai dengan latihan bebas dalam
pola dasar pembelajaran. Sumber dana media belajar berperan sangat penting
dalam PKR. Media belajar yang harus digunakan dalam PKR adalah media
19
belajar yang sesuai dengan lingkungan dan tepat gunanya. Yang perlu dinilai
dalam pelaksanaan PKR adalah : 1. Keterlaksanaan jadwal harian 2.
Keterlaksanaan kegiatan pembelajaran pada kelas-kelas yang dirangkap 3.
Materi pelajaran yang tidak dapat diajarkan 4. Kegiatan yang masih tertunda
5. Tugas-tugas murid untuk hari atau minggu berikutnya 6. Pertanyaan murid
yang belum sempat diajawab 7. Murid-murid yang belum banyak terlibat
dalam proses belajar 8. Hal-hal yang dirasa perlu diperbaiki dalam PKR 9.
Hal-hal yang dirasakan masih mengecewakan guru
B. Saran
Berdasarkan makalah yang telah disusun oleh penulis diharapkan
pembaca khususnya calon guru dan guru agar dapat memahami pembelajaran
kelas rangkap serta penerapannya di sekolah
DAFTAR PUSTAKA
20
https://id.scribd.com/document/430755828/Makalah-Penyusunan-Rencana-
Pembelajaran-Kelas-Rangkap (diakses pada 19 Oktober 2022)
https://suhardi1988.blogspot.com/2019/11/makalah-penyusunan-rencana-
pembelajaran.html (diakses pada 19 Oktober 2022)
21