Professional Documents
Culture Documents
Panduan Asuhan Pasien Risiko Tinggi & Pelayanan Risiko Tinggi
Panduan Asuhan Pasien Risiko Tinggi & Pelayanan Risiko Tinggi
NOMOR: 011/D/PAP/RSSA/VII/2022
TENTANG
PANDUAN ASUHAN PASIEN RISIKO TINGGI
DAN PENYEDIAAN PELAYANAN RISIKO TINGGI
MEMUTUSKAN
Kedua : Ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan jika ada di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini
maka akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di Pringsewu
Pada tanggal 24 November 2022
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nya, Panduan Asuhan Pasien Risiko Tinggi dan Penyedia Pelayanan
Risiko Tinggi di Rumah Sakit Surya Asih dapat diselesaikan dengan baik.
Panduan ini menjadi pegangan dan pedoman bagi pelayanan medis dan
keperawatan sehingga pelayanan khusus bagi pasien risiko tinggi dan pelayanan
yang berisiko tinggi yang dihasilkan mempunyai mutu, efektivitas, dan efisiensi
sesuai dengan yang diharapkan.
Keberadaan panduan ini sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dengan
program menjaga mutu (Quality Assurance Program) serta merupakan suatu
proses yang berkesinambungan dan dinamis. Oleh karena itu, kami mengharapkan
panduan ini akan mengalami perbaikan dan penyempurnaan atau revisi kembali di
masa yang akan datang.
Akhirnya kami harapkan semoga panduan ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang memerlukan dan dapat mencapai sasaran yang diharapkan di Rumah
Sakit Surya Asih.
DAFTAR ISI
Rumah Sakit Surya Asih menyediakan pelayanan bagi berbagai variasi pasien
dengan kebutuhan pelayanan kesehatan, salah satunya adalah pelayanan risiko
tinggi. Suatu pelayanan dikelompokkan sebagai pelayanan risiko tinggi karena
memerlukan peralatan kompleks, diperlukan untuk pengobatan penyakit yang
mengancam jiwa, berpotensi membahayakan pasien, atau efek toksik obat yang
berisiko tinggi. Sedangkan pasien digolongkan dalam pasien risiko tinggi
berdasarkan umur, kondisi atau kebutuhan yang bersifat kritis. Misal anak dan
lanjut usia dimasukkan dalam kelompok ini karena mereka sering tidak dapat
menyampaikan pendapatnya, tidak mengerti proses asuhan, atau tidak dapat ikut
memberi keputusan tentang asuhan yang diberikan.
Yang termasuk pelayanan risiko tinggi adalah:
1. Pelayanan pasien paliatif
2. pelayanan pemberian darah dan produk darah (transfusi)
3. Pelayanan terhadap pasien dengan penyakit menular dan daya tahan
tubuhnya menurun
4. Pelayanan pasien dengan penghalang atau restraint
Yang digolongkan dalam pasien risiko tinggi adalah:
1. pasien emergensi
2. pasien koma yang menolak di rujuk
3. pasien dengan risiko bunuh diri
4. pasien dengan usia lanjut atau geriatri, pasien anak – anak
5. Pasien Yang Berisiko Disakiti (Risiko Penyiksaan, Napi, Korban dan
Tersangka Tindak Pidana, Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga)
6. Pasien risiko tinggi lainya pasien dengan penyakit jantung, hipetensi,
stroke dan DM
BAB III
TATA LAKSANA
B. Pelayanan Resusitasi
1. Resusitasi dapat dilakukan di seluruh unit rumah sakit dan dilaksanakan
tanpa memandang pasien dari segi sosial, ekonomi, budaya, dan agama.
2. Semua karyawan rumah sakit harus dilatih untuk dapat melakukan
resusitasi/ bantuan hidup dasar.
3. Selanjutnya resusitasi / bantuan hidup lanjut dilakukan oleh tim yang
terlatih yaitu “Blue Team” dengan membawa alat-alat dan obat resusitasi
yang diperlukan.
4. Pada pasien yang di rawat inap, apabila keadaan pasien memerlukan
resusitasi di ruangan perawatan, maka blue team segera dipanggil dengan
blue code dan sesegera mungkin datang dengan perlengkapan resusitasi.
5. Resusitasi tidak diberikan pada stadium terminal penyakit yang tidak dapat
disembuhkan lagi, pada pasien yang sudah dinyatakan mati batang otak
(MBO), serta pasien dengan kriteria Do Not Resusitation (DNR) lainnya.
E. Pasien Koma
Pasien stupor dan koma berisiko tinggi untuk terjadinya aspirasi yang
disebabkan karena hilangnya refleks batuk dan muntah. Endotracheal tube
(ETT) dengan intubasi merupakan cara yang paling efektif untuk menjaga
jalan napas baik dan oksigensasi yang adekuat. Jika pasien dalam keadaan
koma yang dalam atau adanya tanda gangguan respirasi lebih baik dilakukan
intubasi. Pada pasien stupor dengan pernapasan yang normal dapat kita
berikan 100% oksigen dengan face mask sampai hipoksemia tidak kita
temukan. Setelah kondisi stabil pasien dirujuk ke rumah sakit lain yang
memiliki ruang Intensive Care Unit (ICU).