You are on page 1of 16

LAPORAN PENDAHULUAN

CEPHALOPELVIC DISPROPORTION

Disusun oleh:
DEWI NURPITASARI
NPM: 2014401110021

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
2021/2022

1
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Dewi Nurpitasari


NPM : 2014401110021
Ruangan/ Rumah sakit : AL - BIRUNI
Judul laporan pendahuluan : Cephalopelvic Disproportion

Judul Askep :
Telah menyelesaikan semua laporan praktik klinik keperawatan dasar diruangan
tersebut.

Banjarmasin, Desember 2021


Mahasiswa

(Dewi Nurpitasari)

Menyetujui

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Noor Ameliah, Ns., M. Kep (Fauziah Rezqi, S. Kep. Ns


NIK. 01 03101985 039 010 007) NIK.503/286/SIPP/XI.19/Diskes
)

2
Laporan pendahuluan
Cephalopelvic Disproportion

A. Anatomi dan fisiologi


1. Bentuk Panggul
Panggul menurut morfologinya dibagi menjadi 4 jenis pokok, yaitu:
a) Ginekoid : Pintu atas panggul yang bundar, atau dengan diameter transversa
yang lebih panjang sedikit daripada diameter anteroposterior dan dengan panggul
tengah serta pintu bawah panggul yang cukup luas. Paling ideal, panggul
perempuan : 45%.
b) Android : Pintu atas panggul yang berbentuk segitiga berhubungan dengan
penyempitan ke depan, dengan spina iskiadika menonjol ke dalam
danarkus pubis menyempit, panggul pria, diameter transversa dekat dengan
sacrum : 15%.
c) A n t r o p o i d Diameter anteroposterior yang lebih panjang daripada
diameter transversa, dan arkus pubis menyempit sedikit, agak lonjong seperti
telur.
d) P l a t i p e l o i d Diameter anteroposterior yang lebih pendek daripada
diameter transversa pada pintu atas panggul dan arkus pubis yang luas,
menyempit arah muka belakang : 5%
2. Pintu Atas Panggul

Pintu atas panggul dibentuk oleh promontorium corpus vertebra sacrum, linea
innominata, serta pinggir atas simfisis. Konjugata diagonalis adalah jarak dari pinggir

3
bawah simfisis ke promontorium, Secara klinis, konjugata diagonalis dapat diukur
dengan memasukkan jari telunjuk dan jari tengah yang dirapatkan menyusur naik ke
seluruh permukaan anterior sacrum, promontorium teraba sebagai penonjolan tulang.
Dengan jari tetap menempel pada promontorium, tangan di vagina diangkat sampai
menyentuh arcus pubis dan ditandai dengan jari telunjuk tangan kiri. Jarak antara
ujung jari pada promontorium sampai titik yang ditandai oleh jari telunjuk merupakan
panjang konjugata diagonalis. Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke
promontorium yang dihitung dengan mengurangi konjugata diagonalis 1,5 cm,
panjangnya lebih kurang 11 cm. Konjugata obstetrika merupakan konjugata yang
paling penting yaitu jarak antara bagian tengah dalam simfisis dengan promontorium,
Selisih antara konjugata vera dengan konjugata obstetrika sedikit sekali.

3. Panggul Tengah (Pelvic Cavity)


Ruang panggul ini memiliki ukuran yang paling luas. Pengukuran klinis
panggul tengah tidak dapat diperoleh secara langsung. Terdapat penyempitan setinggi
spina isciadika, sehingga bermakna penting pada distosia setelah kepala engagement.
Jarak antara kedua spina ini yang biasa disebut distansia interspinarum merupakan
jarak panggul terkecil yaitu sebesar 10,5 cm. Diameter anteroposterior setinggi spina
isciadica berukuran 11,5 cm. Diameter sagital posterior, jarak antara sacrum dengan
garis diameter interspinarum berukuran 4,5 cm.
4. Pintu Bawah Panggul
Pintu bawah panggul bukanlah suatu bidang datar namun terdiri dari dua
segitiga dengan dasar yang sama yaitu garis yang menghubungkan tuber isciadikum
kiri dan kanan. Pintu bawah panggul yang dapat diperoleh melalui pengukuran klinis

4
adalah jarak antara kedua tuberositas iscii atau distansia tuberum (10,5 cm), jarak dari
ujung sacrum ke tengah-tengah distensia tuberum atau diameter sagitalis posterior
(7,5 cm), dan jarak antara pinggir bawah simpisis ke ujung sacrum (11,5 cm).

B. Definisi
Cephalopelvic Disproportion (CPD) adalah diagnosa medis digunakan ketika kepala
bayi dinyatakan terlalu besar untuk muat melewati panggul ibu.
Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan
ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar
melalui vagina. Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang
besar atau pun kombinasi keduanya. Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang
menggambarkan ketidaksesuaian antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin
tidak dapat keluar melalui vagina.
Cephalopelvic Disproportion (CPD) adalah diagnosa medis digunakan ketika
kepala bayi dinyatakan terlalu besar untuk muat melewati panggul ibu. Sering kali,
diagnosis ini dibuat setelah wanita telah bekerja keras selama beberapa waktu, tetapi
lain kali, itu dimasukkan ke dalam catatan medis wanita sebelum ia bahkan buruh.
Sebuah misdiagnosis of CPD account untuk banyak yang tidak perlu dilakukan bedah
caesar di Amerika Utara dan di seluruh dunia setiap tahunnya. Diagnosis ini tidak
harus berdampak masa depan seorang wanita melahirkan keputusan. Banyak tindakan
dapat diambil oleh ibu hamil untuk meningkatkan peluangnya untuk melahirkan
melalui vagina.

C. Etiologi
Sebab-sebab yang dapat menimbulkan kelainan panggul dapat dibagi sebagai berikut :
1) Kelainan karena gangguan pertumbuhan
a) Panggul sempit seluruh : semua ukuran kecil
b) Panggul picak : ukuran muka belakang sempit, ukuran melintang biasa
c) Panggul sempit picak : semua ukuran kecil tapi terlebih ukuran muka
belakang
d) Panggul corong : pintu atas panggul biasa,pintu bawah panggul sempit.
e) Panggul belah : symphyse terbuka

2) Kelainan karena penyakit tulang panggul atau sendi-sendinya

5
a) Panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit, seluruha panggul sempit
picak dan lain-lain
b)  Panggul osteomalacci : panggul sempit melintang
c) Radang articulatio sacroilliaca : panggul sempit miring
3)  Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang
a) Kyphose didaerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong
b) Sciliose didaerah tulang panggung menyebabkan panggul sempit miring.
4) Kelainan panggul disebabkan kelainan anggota bawah Coxitis, luxatio, atrofia.
Salah satu anggota menyebabkan panggul sempit miring. e.fraktura dari tulang
panggul yang menjadi penyebab kelainan panggul.

D. Patofisiologi dan Patways


Patofisiologi terjadinya penyakit ini berhubungan erat dengan penyebab CPD itu
sendiri. yaitu kapasitas panggul atau ukuran panggul yang sempit dan ukuran janin
yang terlalu besar.

6
E. Penatalaksanaan
1. Persalinan Percobaan
Setelah dilakukan penilaian ukuran panggul serta hubungan antara kepala
janin dan panggul dapat diperkirakan bahwa persalinan dapat berlangsung per
vaginan dengan selamat dapat dilakukan persalinan percobaan. Cara ini
merupakan tes terhadap kekuatan his, daya akomodasi, termasuk moulage karena
faktor tersebut tidak dapar diketahui sebelum persalinan.
Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak
bisa pada letak sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan letak lainnya.
Ketentuan lainnya adalah umur keamilan tidak boleh lebih dari 42 mingu karena
kepala janin bertambah besar sehingga sukar terjadi moulage dan ada
kemungkinan disfungsi plasenta janin yang akan menjadi penyulit persalinan
percobaan.
Pada janin yang besar kesulitan dalam melahirkan bahu tidak akan selalu
dapat diduga sebelumnya. Apabila dalam proses kelahiran kepala bayi sudah
keluar sedangkan dalam melahirkan bahu sulit, sebaiknya dilakukan episiotomy
medioateral yang cukup luas, kemudian hidung dan mulut janin dibersihkan,
kepala ditarik curam kebawah dengan hati-hati dan tentunya dengan kekuatan
terukur. Bila hal tersebut tidak berhasil, dapat dilakukan pemutaran badan bayi di
dalam rongga panggul, sehingga menjadi bahu depan dimana sebelumnya
merupakan bahu belakang dan lahir dibawah simfisis. Bila cara tersebut masih
juga belum berhasil, penolong memasukkan tangannya kedalam vagina, dan
berusaha melahirkan janin dengan menggerakkan dimuka dadanya. Untuk
melahirkan lengan kiri, penolong menggunakan tangan kanannya, dan sebaliknya.
Kemudian bahu depan diputar ke diameter miring dari panggul untuk melahirkan
bahu depan.
Persalinan percobaan ada dua macam yaitu trial of labour dan test of
labour. Trial of labour serupa dengan persalinan percobaan di atas, sedangkan test
of labour sebenarnya adalah fase akhir dari trial of labour karena baru dimulai
pada pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam kemudian. Saat ini test of labour
jarang digunakan karena biasanya pembukaan tidak lengkap pada persalinan
dengan panggul sempit dan terdapat kematian anak yang tinggi pada cara ini.

7
Keberhasilan persalinan percobaan adalah anak dapat lahir sontan per vaginam
atau dibantu ekstraksi dengan keadaan ibu dan anak baik. Persalinan percobaan
dihentikan apabila pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuan nya, keadaan
ibu atau anak kurang baik, ada lingkaran bandl, setelah pembukaan lengkap dan
ketuban pecah kepala tidak masuk PAP dalam 2 jam meskipun his baik, serta
pada forceps yang gagal. Pada keadaan ini dilakukan seksio sesarea.
2. Seksio Sesarea
Seksio sesarea elektif dilakukan pada kesempitan panggul berat dengan
kehamilan aterm, atau disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio juga dapat
dilakukan pada kesempitan panggul ringan apabila ada komplikasi seperti
primigravida tua dan kelainan letak janin yang tak dapat diperbaiki.
Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama beberapa waktu)
dilakukan karena peralinan percobaan dianggap gagal atau ada indikasi untuk
menyelesaikan persalinan selekas mungkin sedangkan syarat persalinan per
vaginam belum dipenuhi.
3. Simfisiotomi
Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan panggul kiri dan kanan pada
simfisis. Tindakan ini sudah tidak dilakukan lagi.
4. Kraniotomi dan Kleidotomi
Pada janin yang telah mati dapat dilakukan kraniotomi atau kleidotomi. Apabila
panggul sangat sempit sehingga janin tetap tidak dapat dilahirkan, maka
dilakukan seksio sesarea.
Sebenarnya panggul hanya merupaka salah satu faktor yang menentukan
apakah anak dapat lahir spontan atau tidak, disamping banyak faktor lain yang
memegang peranan dalam prognosa persalinan. Bila konjugata vera 11 cm, dapat
dipastikan partus biasa, dan bila ada kesulitan persalinan, pasti tidak disebabkan
oleh faktor panggul. Untuk CV kurang dari 8,5 cm dan anak cukup bulan tidak
mungkin melewati panggul tersebut.
a) CV 8,5 – 10 cm dilakukan partus percobaan yang kemungkinan berakhir
dengan partus spontan atau dengan ekstraksi vakum, atau ditolong dengan
secio caesaria sekunder atas indikasi obstetric lainnya
b) CV = 6 -8,5 cm dilakukan SC primer
c) CV=6 cm dilakukan SC primer mutlak.
Disamping hal-hal tersebut diatas juga tergantung pada:

8
1) His atau tenaga yang mendorong anak.
2) Besarnya janin, presentasi dan posisi janin
3) Bentuk panggul
4) Umur ibu dan anak berharga
5) Penyakit ibu

F. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Radrologi
Untuk Pelvimetri dibuat 2 buah foto.
a) Foto pintu atas panggul.
b) Ibu dalam posisi setengah duduk (Thoms), sehingga tabung rontgen tegak lurus
diatas pintu atas panggul
c) Foto lateral
Ibu dalam posisi berdiri, tabung rontgen diarahkan horizontal pada trochanter maya
samping.
G. Komplikasi
Apabila persalinan dengan disproporsisefalo pelvik dibiarkan berlangsung
sendiri tampa-bila mana perlu. Pengambilan tindakan yang tepat, timbulnya
bahaya bagi ibu dan janin
Bahaya Bagi Ibu
1. Partus lama yang sering disertai pecahnya ketuban pada pembukaan kecil dapat
menimbulkan dehidrasi serta asidosis dan infeksi intrapartum
2. Dengan his yang kuat, sedang kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan dapat
timbul regangan segmen bawah uterus dan pembentukan lingkaran retrasi
patologik (Bandl). Keadaan ini terkenal dengan ruptura uteri mengancam.
Apabila tidak segera diambil tindakan untuk mengurangi regangan, akan timbul
ruptur uteri
3. Dengan persalinan tidak maju karena disproporsi sefalo pelvik jalan lahir pada
suatu tempat mengalami tekanan yang lama antara kepala janin dan tulang
panggul. Hal ini menimbulkan gangguan sirkulasi dengan akibat terjadinya
Iskemia dan kemudian nekrosis pada tempat tersebut. Beberapa hari post partum
akan terjadi fistula vesiko servikalis, atau fitula vesiko vaginalis atau fistula rekto
vaginalis.
Bahaya Bagi Janin

9
1) Partus lama dapat meningkatkan kematian Perinatal, apabila jika ditambah
dengan infeksi intrapartum
2) Prolasus Funikuli, apabila terjadi, mengandung bahaya yang sangat besar bagi
janin dan memerlukan kelahiranya dengan apabila ia masih hidup.
3) Dengan adanya disproporsi sefalopelvik kepala janin dapat melewati rintangan
pada panggul dengan mengadakan moulage dapat dialami oleh kepala janin
tampa akibat yang jelek sampai batas – batas tertentu. Akan tetapi apabila batas –
batas tersebut dilampaui, terjadi sobekan pada tentorium serebelli dan pendarahan
intrakrahial.
4) Selanjutnya tekanan oleh promontorium atau kadang – kadang oleh simfiksi pada
panggul picak menyebabkan perlukaan pada jaringan diatas tulang kepala janin,
malahan dapat pula menimbulakan fraktur pada Osparietalis.

H. Prognosis
Prognosis pada CPD tergantung pada berbagai faktor yaitu :
1. Bentuk Panggul
2. Ukuran Panggul
3. Pergeseran sendi-sendi panggul
4. Besarnya Kepala dan Kemampuan Kepala untuk moulage
5. Presentasi dan Posisi Kepala
6. His Ibu

I. Tinjauan teoritis keperawatan berdasarkan kasus


Pemeriksaan Fisik
Pada Perkiraan Kapasitas Panggul Sempit
Perkiraan panggul sempit dapat diperoleh dari pemeriksaan umum dan anamnesa.
Misalnya pada tuberculosis vertebra, poliomyelitis, kifosis. Pada wanita dengan tinggi
badan yang kurang dari normal ada kemungkinan memiliki kapasitas panggul sempit,
namun bukan berarti seorang wanita dengan tinggi badan yang normal tidak dapat
memiliki panggul sempit. Dari anamnesa persalinan terdahulu juga dapat diperkirakan
kapasitas panggul. Apabila pada persalinan terdahulu berjalan lancar dengan bayi
berat badan normal, kemungkinan panggul sempit adalah kecil.
Pengukuran panggul (pelvimetri)

10
Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan salah satu cara untuk memperoleh
keterangan tentang keadaan panggul. Melalui pelvimetri dalama dengan tangan dapat
diperoleh ukuran kasar pintu atas dan tengah panggul serta memberi gambaran jelas
pintu bawah panggul. Adapun pelvimetri luar tidak memiliki banyak arti.
Pelvimetri radiologis
Pelvimetri radiologis dapat memberi gambaran yang jelas dan mempunyai tingkat
ketelitian yang tidak dapat dicapai secara klinis. Pemeriksaan ini dapat memberikan
pengukuran yang tepat dua diameter penting yang tidak mungkin didapatkan dengan
pemeriksaan klinis yaitu diameter transversal pintu atas dan diameter antar spina
iskhiadika. Tetapi pemeriksaan ini memiliki bahaya pajanan radiasi terutama bagi
janin sehingga jarang dilakukan.
Pelvimetri dengan CT scan
Pelvimetri dengan CT scan dapat mengurangi pajanan radiasi, tingkat keakuratan
lebih baik dibandingkan radiologis, lebih mudah, namun biayanya mahal. Selain itu
juga dapat dilakukan pemeriksaan dengan MRI dengan keuntungan antara lain tidak
ada radiasi, pengukuran panggul akurat, pencitraan janin yang lengkap. Pemeriksaan
ini jarang dilakukan karena biaya yang mahal. Dari pelvimetri dengan pencitraan
dapat ditentukan jenis panggul, ukuran panggul yang sebenarnya, luas bidang
panggul, kapasitas panggul, serta daya akomodasi yaitu volume dari bayi yang
terbesar yang masih dapat dilahirkan spontan.
Pada kehamilan yang aterm dengan presentasi kepala dapat dilakukan pemeriksaan
dengan metode Osborn dan metode Muller Munro Kerr.
Pada metode Osborn, satu tangan menekan kepala janin dari atas kearah rongga
panggul dan tangan yang lain diletakkan pada kepala untuk menentukan apakah
kepala menonjol di atas simfisis atau tidak.
Metode Muller Munro Kerr dilakukan dengan satu tangan memegang kepala janin
dan menekan kepala ke arah rongga panggul, sedang dua jari tangan yang lain masuk
ke vagina untuk menentukan seberapa jauh kepala mengikuti tekanan tersebut dan ibu
jari yang masuk ke vagina memeriksa dari luar hubungan antara kepala dan simfisis.

Diagnosa Panggul Sempit dan CPD apabila :


1. Pemeriksaan Umum
Perlu curiga panggul sempit/ abnormal bila :
a) Adanya penyakit tulang dan sendi

11
b) Bentuk badan tidak normal (kyphosis, scoliosis)
c) Wanita pendek (TB < 145 cm)
d) Anamnesa pada persalinan yang dahulu
e) Janin belum masuk PAP pada usia kehamilan 36 minggu (primipara), 38 mg
(multipara)
2. Pelvimetri (klinis dan radiologik)
a) Kesempitan PAP bila C.Vera < 10 cm dan diameter transversa < 12 cm
b) Kesempitan rongga panggul bila Diameter Interspinarum < 9,5 cm
c) Kesempitan PBP bila Arcus Pubis < 90 cm

J. Diagnosa dan Intervensi Keperawa


Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Kurang pengetahuan yang Tujuan : 1. Diskusikan dengan klien
berhubungan dengan Klien dapat memahami dan orang terdekat alasan
kurang informasi tentang prosedur proses untuk SC.
tentang prosedur dan persalinan melalui SC dan 2. Jelaskan prosedur pra
perawatan bersedia bekerjasama operasi dan kemungkinan
sebelum melahirkan dalam persiapan pra bedah resiko yang dapat terjadi
melalui operasi Kriteria Hasil: (Informed Consent).
SC. 1. Klien memahami 3. Berikan kesaksian
prosedur persalinan dalam proses
melalui SC penandatanganan
2. Klien bersedia bekerja persetujuan tindakan.
sama dalam persiapan 4. Dapatkan tanda vital
pra bedah. dasar.
5. Kolaborasi dalam
pemeriksaan Lab. (DPL,
elektrolit, golongan darah
dan urine).
Cemas berhubungan Tujuan: Cemas tidak 1. Anjurkan klien untuk
dengan ancaman terjadi. mengungkapkan
pada konsep diri. Kriteria hasil : perasaannya.

12
1. Klien mengerti, 2. Bantu klien
memahami dan mengidentifikasikan
mampu mekanisme koping yang
mengungkapkan lazim dan
cemas serta mampu mengembangkan strategi
mengidentifikasi cara koping yang
untuk menurunkan dibutuhkan.
tingkat atau 3. Berikan informasi yang
menghilangkan cemas akurat tentang
secara mandiri. keadaan klien maupun
2. Klien mengatakan bayinya.
bahwa cemas sudah 4. Anjurkan klien untuk
terkendali dan berada sering kontak
pada keadaan yang dengan bayi sesegera
dapat ditanggulangi. mungkin
3. Klien terlihat santai
serta dapat tidur dan
beristirahat dengan
cukup
Harga diri rendah Tujuan: 1. Tentukan respon
situasional Perasaan harga diri rendah emosional klien atau
berhubungan dengan situasional tidak terjadi. pasangan terhadap
merasa gagal Kriteria hasil : kelahiran SC.
dalam kehidupan. 1. Klien mampu 2. Kaji ulang partisipasi
mendiskusikan masalah dan peran klien /
berhubungan dengan peran pasangan dalam
dan persepsi terhadap pengalaman kelahiran.
pengalaman kelahiran 3. Beritahukan klien
2. Klien atau pasangan dan tentang hampir sama nya
mampu mengekspresikan antara kelahiran SC dan
harapan diri yang positif kelahiran melalui
vagina.
Resiko tinggi terhadap Tujuan: 1. Observasi tanda-tanda

13
cedera berhubungan Resiko tinggi terhadap vital.
dengan fungsi fisiologis gangguan dan cidera tidak 2. Observasi balutan
dan cidera jaringan. terjadi terhadap perdarahan
. yang berlebihan.
Kriteria Hasil: 3. Perhatikan kateter,
Klien mampu menerapkan jumlah lokia dan
perilaku untuk konsistensi fundus.
menurunkan risiko cidera 4. Pantau asupan cairan
dan perlindungan diri agar dan pengeluaran urin.
dapat bebas dari 5. Anjurkan latihan
komplikasi. kaki/pergelangan kaki dan
ambulasi dini.
6. Anjurkan klien untuk
merubah selalu posisi
tubuh (duduk, berbaring
dalam posisi datar).
7. Observasi daerah luka
operasi (apakah sudah ada
perubahan kearah
penyembuhan atau tanda-
tanda infeksi).
8. Observasi daerah
ekstremitas bawah
terhadap tanda trombo
plebitis
9. Berikan cairan infus
sesuai dengan program.
10. Periksa Hb, Ht pasca
operasi bandingkan
dengan kadar pra operasi
K. Evaluasi
1. Ukuran dan bentuk panggul
2. Presentasi dan posisi janin
3. Ada tidaknya molase atau caput succedaneum pada kepala janin

14
4. Aktivitas janin
5. Vesika urinaria dan rektum pasien terisi atau tidak
6. Kualitas dan kuantitas kontraksi uterus
7. Dilatasi dan pendataran serviks
8. Penurunan kepala janin terhadap bidang Hodge atau terhadap spina ischiadika
(sistem station).[3]
Jika terjadi hipoksia atau hipoglikemia pada janin, tanda yang dapat diamati adalah
penurunan denyut jantung janin (bradikardia) dan deselerasi lambat pada
cardiotocography (CTG).

15
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Saifuddin AB. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi Keempat. Jakarta: BP-
SP, 2008.
Diambil di http://aangcoy13.blogspot.com/2012/05/askep-cephalopelvic-
disproportion-cpd.html pada tanggal 24 Oktobel 2014 pukul 14.00 WITA
Diambil di http://rumahkitabro.blogspot.com/2010/11/asuhan-keperawatan-cephalo-
pelvik.html pada tanggal 24 Oktobel 2014 pukul 14.00 WITA

16

You might also like