You are on page 1of 115

PENGARUH KOMPETENSI SOSIAL GURU TERHADAP

PERKEMBANGAN SOSIAL SISWA KELAS X MADRASAH


ALIYAH AN NI’MAH BATAM

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh


Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

NEVY NEILYA
1207.19.2209

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGI AGAMA ISLAM
IBNU SINA BATAM
TAHUN 2022
LEMBAR PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING

PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING

DIPERSYARATKAN UNTUK UJIAN MUNAQASYAH

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Hj. Nur’aini, S.Ag., M.Ag Dr. H. Muhammad Juni Beddu, LC., MA

NIDN : 2112037401 NIDN : 2130067401

Tanggal : /11/2022 Tanggal : /11/2022

NAMA : Nevy Neilya

NIRM : 1207.19.2209

TAHUN AKADEMIK : 2022

i
BUKTI PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI

NAMA : Nevy Neilya

NIRM : 1207. 19. 2209

PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TANDA
NO NAMA TANGGAL
TANGAN

1
NIDN:

(Ketua Sidang)

2
NIDN:

(Sekretaris Sidang)

3
NIDN:

(Penguji I)

4
NIDN:

(Penguji II)

ii
MOTTO

‫ْال ِع ْل ُم بِالَ َع َم ٍل َكاال َّش َج ِر بِالَ ثَ َم ٍر‬

Ilmu tanpa pengamalan bagaikan pohon tak berbuah

Knowladge without the practice is like a tree without fruit.

iii
PERSEMBAHAN

Berkat Taufiq, Hidayah, dan Rahmat Allah SWT., Skripsi ini ku

persembahkan kepada keluargaku:

1. Bapak Jemmi Putra dan Ibu Suryanah yang senantiasa selalu medo’akan,

mencurahkan kasih sayang, perhatian, motivasi, nasehat, serta dukungan baik

secara moral maupun finansial.

2. Kakak Eni Rohyati dan Adik Muhammad Jendro Sastro Al Ghazali yang telah

mendukung dan memberikan semangat kepada saya untuk menyelesaikan

kuliah hingga mencapai gelar Sarjana Strata.

Alhamdulillaah, atas dukungan dan motivasinya penulisan Skripsi ini

selesai sesuai waktu yang telah diberikan.

iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya susun

sebagai syarat untuk memperoleh Sarjana dari Program Studi Pendidikan Agama

Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama Islam Ibnu Sina Batam seluruhnya merupakan

hasil karya sendiri. Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan Skripsi yang

saya kutip dan hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas

sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan Skripsi ini bukan hasil karya saya

sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima

sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi-sanksi lainnya

sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Batam, November 2022

NEVY NEILYA

NIRM. 1207.19.2209

v
ABSTRAK

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh kompetensi sosial guru
terhadap perkembangan sosial siswa kelas X MA An Ni’mah Batam dan untuk
mengetahui faktor pendukung dan penghambatnya. Metode yang digunakan
dalam penelitian adalah pendekatan kuantitafif dengan jenis penelitian korelasi
bertujuan untuk menganalisis pengaruh kompetensi sosial guru terhadap
perkembangan sosial siswa kelas X MA An Ni’mah Batam. Pada penelitian ini
sebagai variabel (X) adalah kompetensi sosial guru, sedangkan variabel (Y)
adalah perkembangan sosial siswa kelas X MA An Ni’mah Batam Teknik
pengumpulan data dengan cara menyebarkan angket kepada siswa yang dijadikan
sampel, kemudian data tersebut diolah dengan menggunakan rumus Product
Moment. Pada perhitungan statistik korelasi Product Moment diperoleh diperoleh
thitung (2,774) < ttabel (2,03951) dan nilai signifikansi = 0,009 < sig. = 0,05. Hal ini
menunjukan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara Pengaruh kompetensi
sosial guru terhadap perkembangan sosial siswa kelas x MA An Ni’mah Batam,
sebesar 19,9% dan 80,1% merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi
perkembangan sosial siswa. Faktor pendukung dari pengaruh kompetensi sosial
guru terhdap perkembangan sosial siswa adalah aspek waktu yang banyak dimiliki
antara guru dan siswa dan aspek psikologis yakni motivasi dari para guru sekolah
MA An Ni’mah Batam. Sedangkan faktor penghambatnya ialah keterbatasan
kuantitatif siswa da lingkungan yang kurang luas dan bebas karena siswa kelas X
MA An Ni’mah Batam adalah santri yang bermukim di pondok pesantren. Saran
untuk guru agar menigkatkan interaksi kepada siswa, orang tua dan sesame guru.
Kepada siswa aar lebih sering berinteraksi kepada masyarkat luas.

Kata Kunci : Pengaruh, Kompetensi Sosial Guru, Perkembangan Sosial Siswa

vi
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah segla puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan taufik dan

hidayah-Nya sehingga penulis tetap berada dalam kesabaran dan kekuatan lahir

dan batin dan dapat menyelesaikan Proposal ini dengan baik. Shalawat dan salam

buat junjungan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul membawa manusia dari

alam yang kandas ke alam yang berasas sehingga selamat dunia maupun akhirta,

amin. Proposal ini disusun bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat tugas

akhir mata kuliah Pendidikan Penelitian Kuantitatif dengan judul “PENGARUH

KOMPETENSI SOSIAL GURU TERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL

SISWA KELAS X MA AN NI’MAH BATAM”. Pada kesempatan ini Penulis

menyampaikan rasa terimakasih yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang

telah membantu berupa ide, pemikiran, buku-buku rujukan, moril maupun materil.

Terutama ucapan terimakasih Penulis sampaikan kepada

1. Bapak Drg. Andi Tenri Ummu., selaku ketua Yayasan Pendidikan Ibnu

Sina Kota Batam.

2. Bapak Dr. Muhammad Juni Beddu, Lc., MA., selaku Ketua Sekolah

Tinggi Agama Islam Ibnu Sina Batam dan selaku Dosen Pembimbing

Skripsi II yang telah membantu dan membimbing Penulis.

3. Bapak Dr. Afi Parnawi, M.Pd., selaku Wakil Ketua I Sekolah Tinggi

Agama Islam Ibnu Sina Batam.

4. Bapak Hendra Findy Firdaus Prasetyo, S.E., M.M. selaku Wakil Ketua II

Sekolah Tinggi Agama Islam Ibnu Sina Batam.

vii
5. Bapak Miswanto, S.Pd.I, M.Pd., selaku Wakil Ketua III Sekolah Tinngi

Agama Islam Ibnu Sina Batam.

6. Bapak Bayu Mujrimin, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama

Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Ibnu Sina Batam.

7. Ibu Hj. Nur‘aini, S. Ag., M. Ag, selaku Dosen Pembimbing Skripsi I yang

telah membantu dan membimbing Penulis dalam Penyusunan Skripsi ini.

8. Seluruh dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Ibnu Sina Batam.

9. Bapak Mutawalli, S.Pd.I selaku Kepala Sekolah Madrasah Aliyah An

Ni’mah Dapur 12 Batam.

Penulis menyadari banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari apa

yang diharapkan, mengingat pengetahuan Penulis yang masih sangat terbatas.

Namun demikian dengan berlapang hati Penulis menerima kritikan yang bersifat

positif dan membangun dari semua pihak yang menaruh perhatian pada tulisan ini.

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri maupun bagi

pembaca yang memerlukan. Semoga apa yang telah kita lakukan menjadi amal

shaleh di sisi Allah SWT.

Batam, 28 November 2022

NEVY NEILYA

NIRM:1207.19.2209

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING......................................i


BUKTI PENGESAHAN PERBAIKAN SKRIPSI..............................................ii
MOTTO.................................................................................................................iii
PERSEMBAHAN.................................................................................................iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...............................................................v
ABSTRAK.............................................................................................................vi
KATA PENGANTAR..........................................................................................vii
DAFTAR ISI..........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL.................................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah........................................................................1


B. Alasan Memilih Judul...........................................................................7
C. Penegasan Istilah...................................................................................8
D. Permasalahan.........................................................................................9
1. Identifikasi Masalah.........................................................................9
2. Batasan Masalah.............................................................................10
3. Rumusan Masalah..........................................................................10
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian........................................................10
F. Sistematika Penulisan..........................................................................13

BAB II LANDASAN TEORETIS.......................................................................15

A. Deskripsi Teori....................................................................................15
B. Penelitian Yang Relevan.....................................................................41
C. Kerangka Berfikir................................................................................44
D. Hipotesis Penelitian.............................................................................45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..........................................................46

A. Desain Penelitian.................................................................................46
B. Lokasi dan Waktu Penelitian..............................................................48
C. Jenis Penelitian....................................................................................48
D. Variabel-variabel Penelitian................................................................49
E. Definisi Operasional Variabel.............................................................50
F. Sumber Data........................................................................................53

ix
G Populasi dan Sampel...........................................................................54
H. Teknik Pengumpulan Data..................................................................55
I. Instrument Penelitian...........................................................................57
1. Analisi Deskriptif Kuantitatif........................................................57
2. Uji Kualitas Data............................................................................58
3. Uji Asumsi Klasik..........................................................................61
4. Uji Pengaruh...................................................................................62
5. Uji Hipotesis...................................................................................63

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA................................................67

A. Gambaran Umum MA AN NI’MAH BATAM.................................67


B. Penyajian Data...................................................................................68
C. Teknik Analisis Data..........................................................................70
D. Pembahasan Hasil Penelitian.............................................................79

BAB V PENUTUP................................................................................................83

A .Kesimpulan.........................................................................................83
B. Saran....................................................................................................84
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................85

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP PENULIS

x
DAFTAR TABEL

Table 2. 1 Indikator Sosial Guru Kompetensi

Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Tabel 4.1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Tabel 4.2 Data Responden Berdasarkan Usia
Tabel 4.3 Data Responden Berdasarkan Agama
Tabel 4.4 Data Responden Berdasarkan Pendidikan
Tabel 4.5 Deskriptif Kompetensi Sosial Guru
Tabel 4.6 Deskriptif Perkembangan Sosial Siswa
Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Kompetensi Sosial Guru (X)
Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas Kompetensi Sosial Guru (X)
Tabel 4.9 Uji Normalitas Shapiro- Wilk untuk Kompetensi Sosial Guru
Terhadap Perkembangan Sosial Siswa.
Tabel 4.10 Analisis Regresi Linier Sederhana Coefficients
Tabel 4.11 Uji Koefisien Determinasi
Tabel 4.12 Uji Hipotesis

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk sosial,dimana manusia yang hidup

berdampingan memerlukan komunikasi yang baik dan bermoral.

Perkembangan sosial siswa sangat dibutuhkan didalam penerapan

masyarakat luas. Sebagaimana siswa yang berpendidikan akan

memberikan cermin atas apa yang didapat tentang sosial.

Menurut Masganti, Perkembangan Sosial merupakan kematangan

yang dicapai dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat diartikan

pula sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhap norma-norma

kelompok, moral, dan tradisi serta meleburkan diri menjadi satu kesatuan

dan saling berkomunikasi dan kerja sama.1

Menurut hasil penelitian dan kajian psikososial (baca: kejiwaan

kemasyarakatan), adalah upaya penumbuhkembangan sumber daya

manusia melalui proses hubungan interpersonal (hubungan antarpribadi)

yang berlangsung dalam lingkungan masyarakat yang terorganisasi, dalam

hal ini masyarakat setempat linkungan pendidikan dan keluarga baik

internal maupun eksternal. Positif atau negatifnya persepsi peserta didik

terhadap guru dan teman-temannya itu sangat memengaruhi

1
Masganti Sit, Perkembangan Peserta Didik, (Medan: Perdana Publishing, 2012), hal.
105

1
2

kualitas hubungan sosial para peserta didik dengan lingkungan

sekolahnya. 2

Salah satu hal penting dalam perkembangan sosial adalah

pentingnya pengalaman sosial awal bagi perkembangan dan perilaku sosial

sekarang dan selanjutnya pada masa remaja dan dewasa. Pengalaman

sosial awal cenderung menetap. Mempelajari sikap dan perilaku sosial

dengan baik atau buruk pada pengalaman sosial awal, akan memudahkan

atau menyulitkan perkembangan sosial anak selanjutnya. Sikap sosial yang

terbentuk akan sulit diubah dibandingkan dengan perilaku sosialnya. Anak

yang lebih memilih berinteraksi dengan manusia akan mengembangkan

keterampilan sosial yang lebih baik daripada anak yang bermain sendiri

dengan benda dan alat permainannya.3

Berbicara mengenai Pendidikan, tentunya fikiran kita tidak akan

terlepas dari seorang tenaga pendidik. Baik yang kerap disapa

Guru,Dosen,Kyai,maupun ustadz. Kualitas seorang guru atau tenaga

pendidik sangatlah berpengaruh bagi proses pentransferan ilmu bagi siswa.

Pribadi seorang guru memiliki andil yang sangat besar terhadap

keberhasilan pendidikan, khususnya dalam kegiatan pembelajaran serta

prilaku keseharian siswa. Pribadi seorang guru juga sangat berperan dalam

pembentukan pribadi peserta didik.

2
Muhibbin Syah, Telaah Singkat Perkembangan Peserta Didik, (Depok: PT
RAJAGRAFINDO PERSADA, 2014), hal. 150.
3
Osco Parmonangan. Dkk, Perkembangan Peserta Didik Tingkat Dasar & Menengah,
(Tasikmalaya: Perkumpulan Rumah Cemerlang Indonesa, 2021), hal. 65.
3

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan

formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Selanjutnya

dijelaskan, guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,

sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan

untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.4

Kompetensi sosial guru merupakan kemampuan guru untuk

memahami dirinya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat

dan mampu mengembangkan tugas sebagai anggota masyarakat dan warga

negara. Lebih dalam lagi kemampuan sosial ini mencakup kemampuan

untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar

pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru. Untuk itulah seorang

guru PAI dituntut tidakhanya pandai menguasai bidang ilmu yang di

tempuhnya dan diajarkan kepada siswa di sekolah tetapi juga ilmu itu juga

harus diterapkan di masyarakat agar tercipta masyarakan yang madani. 5

Kompetensi sosial guru seperti yang telah dikemukakan oleh E.

Mulyasa adalah meliputi berkomunikasi dan bergaul secara efektif,

hubungan sekolah dengan masyarakat, peran guru di masyarakat dan guru

sebagai agen perubahan sosial. Namun terkadang, guru kurang

memperhatikan kompetensi sosial. Terbukti dilapangan kebanyakan guru

4
Lia Lu’lu’ul Lutfiyah, ”Pengaruh Kompetensi Sosial Guru Terhadap Hasil Belajar
Siswa (di SMA Muhammadiyah 1 Semarang)”, Seminar Nasional Pendidikan, Sains dan
Teknologi Universitas Muhammadiyah. 2016.
5
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2013), hal. 173
4

dalam pemikirannya hanya bertugas untuk mentransfer ilmu semata, tanpa

memikirkan perkembangan akhlak sosial siswa di sekolah. Padahal semua

itu merupakan tugas yang diemban oleh seorang guru untuk mencerdaskan

dan membentuk akhlak sosial siswa6

Kegiatan pendidikan adalah banyak cakupannya dan sangat ber

kaitan dengan perkembangan manusia muda, mulai dari perkembangan

jasmaniah dan rohaniah, antara lain: perkembangan fisik, pikiran, pera

saan, kemauan, kesehatan, keterampilan, sosial, hati nurani, kasih sa yang.

Pendidikan adalah kegiatan membudayakan manusia muda atau membuat

orang muda ini hidup berbudaya sesuai standar yang diterima oleh

masyarakat.

Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang Sistem

Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.7

Dilihat dari pengertian Pendidikan diatas proses pembentukan

watak, pendewasaan, pembentukan prilaku tentunya memiliki campur

tangan dari seorang guru. Dimana guru sebagai jembatan bagi siswa untuk

mendapatkan aliran ilmu yang ingin didaptkan. Guru sebagai tenaga

Pendidik menurut jabatan menerima tanggung jawab kepada negara,


6
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru,….hal. 73
7
Amos Neolaka & Grace Amialia, Landasan Pendidikan Dasar Pengenalan Diri Sendiri
Menuju Perubahan Hidup, (Depok: Kencana, 2017), hal. 2-3
5

masyarakat, dan orang tua. Dimana orang tua mempercayakan seorang

guru atau tenaga pendidik untuk menjalankan tugasnya kepada peserta

didik. Dimana tanggung jawab ini akan di pertanggung jawabkan melalui

hasil belajar siswa yang diberikan guru terhadap peserta didik.

Menurut UU Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 2005, pada Pasal

8 mengatakan tentang kompetensi seorang guru. Kompetensi pedagogik

adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik.

Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi khas, yang akan

membedakan guru dengan profesi lainnya dan akan menentukan tingkat

keberhasilan proses dan hasil pembelajaran peserta didiknya terhadap guru

dan teman-teman nya itu sangat memengaruhi kualitas hubungan sosial

para peserta didik dengan lingkungan sosial kelasnya dan bahkan mungkin

dengan lingkungan sekolahnya.8

Proses mengajar di depan kelas merupan perwujudan interaksi

dalam komuniasi terhadap siswa. Sedangkan kompetensi sosial guru

dianggap sebagai salah satu daya atau kemampuan guru yang bertujuan

sebagai jembatan dalam berkomunikasi antara guru dan siswa agar siswa

dapat memahami dengan baik dan benar serta mempersiapkan siswa

menjadi anggota masyarakat yang komunikatif.

Perkembangan zaman yang dapat dirasakan pada saat ini memiliki

banyak dampak bagi Pengajar maupun peserta didik. Dimana kualitias

pendidikan yang semakin maju dengan datang nya teknologi canggih

8
Umayah, Perkembangan Sosial Pada Anak Usia Dini. Jurnal : Pendidikan Anak Usia,
No. 1, Volume 2 (Januari – Juni, 2017)
6

sehingga memuat berjuta informasi yang dapat di akses oleh pendidikan

maupun peserta didik. Tentunya hal ini sangat berpengaruh dalam dunia

pendidikan indonesia dimana seluruh peserta didik dapat mempelajari

banyak hal diluar dari jam sekolah. Maka dari mana dapat kita lihat kulitas

sosial siswa yang membawa diri dalam masyarakat bebas, tentunya ada

campur tangan dari kualitas kompetensi sosial guru dalam membawa dan

mengembangkan karakter siswa.

Penelitian ini penting dilakukan karena salah satu penentu

keberhasilan peserta didik adalah kinerja guru yang maksimal. Maka dari

itu kompetensi guru sangat penting untuk diperhatikan, selain itu guru di

sekolah juga merupakan suri tauladan yang dicontoh oleh peserta didik.

Dengan adanya guru memberikan contoh yang baik terhadap peserta didik

akan membuat peserta didik untuk mengikuti perilaku tersebut. Allah

SWT berfirman;

‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِ ْي َرسُوْ ِل هّٰللا ِ اُس َْوةٌ َح َسنَةٌ لِّ َم ْن َكانَ يَرْ جُوا هّٰللا َ َو ْاليَوْ َم ااْل ٰ ِخ َر َو َذ َك َر هّٰللا َ َكثِ ْير ًۗا‬

)21 :33/‫ ( االحزاب‬٢١

Artinya : “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah”. (QS;
Al-Azhab(33): 21)9

Dalam Tafsir Al- Jalalain yakni Jalaluddin al- Mahalli dan

Jalaluddin as- Suyuthi (Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu

suri teladan bagi kalian) dapat dibaca iswatun dan uswatun (yang baik)

9
Al-Qur’an dan Terjemahanya, Departemen Agama RI (Jakarta: Media Insani Publising,
2022) Hal. 420
7

untuk diikuti dalam hal berperang dan keteguhan serta kesabarannya, yang

masing-masing diterapkan pada tempat-tempatnya (bagi orang) lafal ayat

ini berkedudukan menjadi badal dari lafal lakum (yang mengharap rahmat

Allah) yakni takut kepada-Nya (dan hari kiamat dan dia banyak menyebut

Allah) berbeda halnya dengan orang-orang yang selain mereka.

Dari ayat di atas dapat kita lihat bahwasannya seorang pendidik

adalah contoh dimana segala apa yang dilakukan oleh pendidik akan

menjadi cermin bagi para peserta didik. Jika pendidik tidak memiliki

perilaku yang tidak baik, maka peserta didik pun akan mencontoh perilaku

tidak baik tersebut. Begitu sebaliknya jika pendidik memiliki perilaku

yang baik, maka peserta didik pun akan berprilaku baik.

Bukan hanya perilaku saja yang menjadi contoh bagi para peserta

didik, tetapi akhlak, prilaku dan juga kompetensi sosial. Hasil observasi di

Madrasah Aliyah An ni’mah Batam yang terletah di Dapur 12 Kelurahan

Sei Pelunggut Kecamatan Sagulung Batam. Dimana guru mengedepankan

dalam mencerdaskan pendidikan intelektual , guru mengembangkan

perkembangan sosial peserta didik dan peserta didik dapat berinteraksi

dengan baik, karena dengan adanya perkembangan sosial siswa dapat

memiliki sifat sosial yang tinggi karena manusia sebagai makhluk sosial

yang harus berinteraksi dengan sesamanya dan bisa menumbuhkan rasa

kasih sayang kepada sesama dan berprilaku baik dengan sesamanya.

Pada pengamatan yang telah penulis lakukan sebagai observasi

awal diperoleh cenderung setiap guru dapat memaksimalkan interaksi dan


8

aktivitas diluar dan didalam jam mata pelajaran untuk menyediakan

waktunya dengan para siswa. Hal ini didukung dengan banyaknya

keinginan siswa untuk memberanikan diri mereka dalam hal bertanya

mengenai materi-materi mengenai pokok bahasan yang telah diberikan

kepada mereka. Juga ditemukan siswa yang luwes dalam pergaluan

dimana masih besar nya ketertutupan diri siswa tersebut.

B. Alasan Memilih Judul

Alasan penulis memilih judul ini untuk diteliti ialah sebagai berikut :

1. Lokasi ataupun tempat penelitian adalah sekolah penulis saat menjadi

siswa SMA.

2. Penulis menyadari kurangnnya perhatian guru dalam perkembangan

sosial siswa.

3. Penulis menyadari besarnya kompentensi sosial guru yang sudah di

aplikasikan dalam proses belajar mengajar di MA An Ni’mah Batam.

C. Penegasan Istilah

Untuk membahas permasalahan dalam penelitian ini, perlu penegasan

beberapa kata kunci yang pengertian dan pembahasannya perlu dijelaskan.

1. Kompetensi Sosial

kompetensi sosial adalah kemampuan atau keckapan seseorang

untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan dan

masyarakat.10

10
Yosefo Gule, Motivasi Belajar Siswa (Studi Kasus Tinjauan Melalui Kompetensi
Sosial dan Keteladanan Guru), (Indramayu: Cv. Adanu Abimata, 2022), hal. 16
9

2. Kompetensi Sosial Guru

Kompetensi Soisal Guru adalah kemampuan pendidik untuk

berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga

kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.11

3. Perkembangan Sosial

Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam

hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses

belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral

dan tradisi.Meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling

berkomunikasi dan kerja sama.12

4. Perkembangan Sosial Siswa

Perkembangan sosial peserta didik merupakan kemampuan peserta

didik untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma dan tradisi yang

berlaku pada kelompok atau masyarakat, kemampuan untuk saling

berkomunikasi dan kerja sama.13

5. Kelas X

Kelas X adalah kelas 2 MA di sekolah Madrasah Aliyah An

Ni’mah Batam.

11
Rina Febriana, Kompetensi Guru, (Rawangmangun: Bumi Aksara, 2019), hal. 12
12
Musyarofah, “Pengembangan Aspek Sosial Anak Usia Dini Di Taman Kanak-Kanak
ABA IV Mangli Jember Tahun 2016”, Interdiciplinary Journal of Communication, No. 1,
Volume. 2 (Juni, 2017), hal. 101.
13
Ipung Purwati. Dkk, “Analisis Perkembangan Sosial Siswa Sekolah Dasar”, Jurnal
Papeda, No. 2, Volume IV (Juli, 2022), hal. 96.
10

6. Madrasah Aliyah An Ni’mah Batam

Ialah tempat penulis meneliti dalam penelitian yang berjudul

“Kompetensi Sosial Guru Terhadap Perkembangan Sosial Siswa Kelas X

Madrasah Aliyah An Ni’mah Batam. Dimana letak sekolah yang peneliti

teliti ini berada di Kampung Tua Dapur 12, Kelurang Sei Pelunggut,

Kelurahan Sagulung, Batam. Dengan kode pos 29439.14

D. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mengidentifikasi

masalah yang terdapat dalam penelitian ini ialah sebagai berikut :

a. Kompetensi social guru mempengaruhi perkembanan sosial siswa

b. Siswa kelas X MA An Ni’mah Batam memiliki perkembangan

sosial yang baik.

c. Setiap guru memiliki kompetensi sosial yang baik

2. Batasan Masalah

Penelitian ini memfokuskan permasalahannya pada pengaruh

kompetensi social guru terhadap perkembangan social siswa kelas X

MA An Ni’mah Batam.

3. Rumusan Masalah

Dari masalah pokok di atas maka dapat di rumuskan

permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut :

14
Sumber data: Profil pondok pesantren An Ni’mah Batam, 2022
11

a. Apakah terdapat pengaruh kompetensi sosial guru terhadap

perkembangan sosial siswa MA An Ni’mah Batam

b. Apakah terdapat faktor pendukung dan penghambat kompetensi

sosial guru terhadap perkembangan sosial siswa MA An Ni’mah

Batam

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Dengan melihat kepada permasalahan yang telah dikemukakan

diatas maka tujuan penelitian yang ingin penulis capai adalah untuk

sebagai berikut :

a. Tujuan

Menguji hipotesis penelitian tentang ada atau tidaknya

1) Untuk mengetahui pengaruh positif dan signifikan antara

kompetensi sosial guru terhadap perkembangan sosial siswa MA

An Ni’mah Batam

2) Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat

kompetensi sosial guru terhadap perkembangan sosial siswa

kelas X MA An Ni’mah Batam.

b. Kegunaan

Sedangkan kegunaan penelitian dari penulisan dan penyusunan

skripsi ini adalah sangat berguna untuk meningkatkan wawasan dan

penerapan pengetahuan tentang pengaruh antara kompetensi sosial

guru terhadap perkembangan sosial siswa. Oleh karena itu hasil

penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut;


12

1) Kegunaan secara teoritis:

a) Menjadi acuan teoritis bagi sekolah dan guru serta pegawai

sekolah untuk melakukan Pengkajian lebih menyeluruh guna

meningkatkan produktivitas mengajarnya dan perubahan

positif perilaku social siswa.

b) Menjadi landasan teoritis bagi peningkatan kompetensi sosial

guru terutama yang berkaitan dengan peningkatan nilai-nilai

afektif dan psikomotorik siswa dalam perilaku sosial sehari-

hari.

c) Memberikan sumbangan teoritis bagi pengembang konsep-

konsep baru serta dimensi-dimensi penting yang berkaitan

dengan upaya perkembangan perilaku sosial siswa di sekolah.

2) Kegunaan secara praktis:

a) Membantu kepala sekolah atau lembaga pendidikan

khususnya untuk dapat menentukan arah kebijakan dalam

usaha-usaha menentukan target efektif dan psikomotorik

yang akan dilalui siswa.

b) Menjadi landasan praktis dalam membangun budaya perilaku

social di sekolah.

c) Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah

keilmuan sehingga dapat berguna bagi masyarakat, pendidik,

peserta didik setelah kami dan dijadikan sebagai bahan

pembanding guna penelitian ilmiah yang relevan.


13

d) Dapat menambah wawasan pengetahuan mengenai teori-teori

tentang kompetensi sosial guru dan perkembangan sosial

siswa khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca

sekalian, sehingga dapat mengambil pelajaran untuk

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari baik untuk pribadi

maupun untuk ditransfer kepada para Pendidik dan

lingkungan disekitarnya

e) Diharapkan mampu menyelesaikan masalah yang terdapat

pada teori teori tersebut, dan memberikan solusinya

F. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang mudah dimengerti, maka

penulis uraikan tentang sistematika penulisannya.

BAB I PENDAHULUAN berisikan Latar Belakang Masalah, Alasan

Pemilihan Judul, Penegasan Istilah, Permasalahan (Identifikasi

Masalah, Batasan Masalah dan Rumusan Masalah), Tujuan

dan Kegunaan Penelitian, serta Sistematika Penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI berisikan tentang Deskripsi Teori,

Penelitian Yang Relevan, Kerangka Pemikiran, Hipotesis

Penelitian dan Operasional Variabel Penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN berisikan tentang: Desain

penelitian, Populasi dan Sampel, Teknik Pengumpulan Data,

Teknik Analisis Data (Analisis Deskriptif kuantitatif, Uji


14

Kualitas Data, Uji Asumsi Klasik, Uji Pengaruh, Uji

Hipotesis), serta Lokasi dan Waktu Penelitian.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA berisikan tentang:

Tinjauan Umum Lokasi/Subjek Penelitian, Profil dan

Karakteristik Responden, Analisis Data meliputi: Analisis Data

Deskriptif Kuantitatif, Analisis Uji Kualitas Data, Analisis Uji

Asumsi Klasik, Analisis Hasil Uji Pengaruh, Analisis Hasil Uji

Hipotesis serta Pembahasan Hasil Penelitian.

BAB V PENUTUP berisikan tentang: Kesimpulan dan Saran.


BAB II

LANDASAN TEORETIS

A. Deskripsi Teori

1. Kompetensi Sosial Guru

Kompetensi sosial guru merupakan variabel pertama atau lebih

tepatnya variable X yang di bahas, tentunya mempunyai makna dan tujuan

tertentu. Oleh karena itu, peneliti akan membahasnya lebih terperinci


15

sebagai berikut.

a. Pengertian Kompetensi Sosial

Kompetensi berarti kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan

atau memutuskan sesuatu hal. Pengertian dasar kompetensi (competency),

yaitu kemampuan atau kecakapan. Menurut asal katanya, competency

berarti kemampuan atau kecakapan. Selain memiliki arti kemampuan,

kompetensi juga diartikan... the state of being legally competent or

qualified, yaitu keadaan berwewenang atau memenuhi syarat menurut

ketentuan hukum. Sementara arti kompetensi guru adalah the ability of a

teacher to responsibly perform his or her duties appropriately, artinya

kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam

melaksanakan kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak.

Kompetensi Sosial terdiri dari kata kompetensi dan sosial.

Kompetensi adalah suatu kata yang berasal dari bahasa Inggris yaitu

15
Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional: Pedoman Kinerja, Kualifikasi &
Kompetensi Guru, ( Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2017), hal. 97

15
16

kompetensi yang mempunyai arti kecakapan dan kemampuan dan

wewenang. Kompetensi dalam kamus besar bahasa Indonesia sering

artinya disamakan dengan kata kemampuan, kecakapan, dan keahlian.

Sedangkan kata sosial berasal dari bahasa latin yaitu 'socius' yang berarti

la sesuatu yang lahir, tumbuh, dan berkembang dalam kehidupan bersama.

Sosial pada strukturnya, yaitu suatu tatanan dari hubungan-hubungan

sosial dalam masyarakat yang menempatkan pihak-pihak tertentu

(individu, keluarga, kelompok, kelas) di dalam posisi-posisi sosial tertentu

berdasarkan suatu sistem nilai dan norma yang berlaku pada suatu

masyarakat pada waktu tertentu.16

Kompetensi sosial berkaitan dengan kemampuan pendidik sebagai

bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif

dengan siswa, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali siswa,

dan masyarakat sekitar. Guru merupakan makhluk sosial. Kehidupan

kesehariannya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bersosial, baik di

sekolah ataupun di masyarakat. Maka dari itu, guru dituntut memiliki

kompetensi sosial yang memadai.17

Kompetensi sosial sangat perlu dan harus dimiliki seorang guru.

Sebab, bagaimana pun juga ketika proses pendidikan berlangsung,

dampaknya akan dirasakan bukan saja oleh siswa itu sendiri, melainkan

juga oleh masyarakat yang menerima dan memakai lulusannya. Oleh

16
Ulva Muthmainnah Rasyid, “Pengaruh Kompetensi Sosial Guru PAI terhadap Prestasi
Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Akidah akhlak Kelas VII di Madrasah Tsanawiyah Negeri
Model Makassar”. Jurnal: LITERASI, Volume VIII, No. 2, 2017.
17
Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional…, hal. 110
17

karena itu, kemampuan untuk mendengar, melihat, dan memerhatikan

tuntutan dan kebutuhan masyarakat sangat perlu ditingkatkan. Misalnya,

melalui pengabdian pada masyarakat dan sosialisasi dalam masyarakat di

sekitar sekolah dan rumah. Hal ini perlu dilakukan karena guru adalah

manusia biasa yang juga merupakan bagian dari masyarakat sehingga

keberadaannya di masyarakat juga harus menunjukkan kompetensi sosial

yang baik.18

Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan

berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru,

orangtua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.19 Kompetensi sosial

dalam kegiatan pembinaan di sekolah menuntut para guru untuk cakap

dalam memerankan spesifikasi interaksi yang mempunyai karakter khusus.

Dimana interaksi ini akan membantu siswa untuk memahami dan

mendalami pelajaran yang diberikan maupun perkembangan sosial bagi

siswa tersebut.

Dalam PP No. 19 tahun 2005 jo PP No. 32 tahun 2013 pasal 28 (3)

butir d, dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi sosial adalah

kemampuan guru dari sebagian masyarakat untuk berkomunikasi dan

bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga

kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.20

18
Ibid.,hal. 112
19
Nur Irwantoro, Kompetensi Pedagogik Untuk Peningkatan dan Penilaian Kinerja
Guru dalam Rangka Implementasi Kurikulum Nasional, (Sidoarjo: Genta Group Production,
2016), hal. 2.
20
Imron Fauzi, Etika Profesi Keguruan, ( Jember: IAIN Jember Press, 2018), hal. 152
18

Kompetensi sosial terdiri dari kompetensi untuk bersikap inklusif,

bertindak objektif, serta tidak diskriminatif; berkomunikasi secara efektif,

empatik, dan santun; beradaptasi di tempat tugas yang memiliki

keragaman sosial budaya dan berkomunikasi dengan komunitas profesi

sendiri dan profesi lain.21

b. Pengertian Kompetensi Sosial Guru

Kompetensi sosial guru adalah perilaku yang berkeinginan dan

bersedia memberikan layanan kepada masyarakat melalui karya

profesionalnya untuk mencapai tujuan pendidikan agama. Menurut

Buchari Alma, kompetensi sosial adalah kemampuan guru dalam

berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sekolah

maupun di luar lingkungan sekolah. Seorang guru harus berusaha

mengembangkan komunikasi dengan orang tua peserta didik sehingga

terjalin komunikasi dua arah yang berkelanjutan. Dengan adanya

komunikasi dua arah, peserta didik dapat dipantau secara lebih baik dan

dapat mengembangkan karakternya secara lebih efektif pula. Suharsimi

juga memberikan argumennya mengenai kompetensi sosial. Menurut

beliau, kompetensi sosial haruslah dimiliki seorang guru, yang mana guru

harus memiliki kemampuan dalam. berkomunikasi dengan siswa, sesama

guru, kepala sekolah, dan masyarakat sekitarnya.22

21
Sarbian. Dkk, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Sosial Guru dan Prestasi Belajar
Siswa di Kabupaten Tanah Laut, (Banjarmasin: Pustaka Buana, 2014), hal. 20.
22
Afi Parnawi, “Kompetensi Sosial Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan
Prestasi Siswa”, Fenomena: Jurnal Pendidikan, No. 1, Volume 10 (2018), hal. 32
19

Kompetensi sosial guru adalah mampu berkomunikasi dan bergaul

dengan peserta didik, sesama pendidik dan tenaga kependidikan, orang tua

dan wali murid, masayarakat dan lingkungan sekitar, dan mampu

mengembangkan jaringan. kompetensi guru adalah hasil dari

penggabungan dari kemampuan-kemampuan yang banyak jenisnya, dapat

berupa seperangkat pengetahuan, keterampilan dan peri laku yang harus

dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam menjalankan tugas

keprofesionalannya. Selain itu, kompetensi telah terbukti merupakan dasar

yang kuat dan valid bagi pengembangan sumber daya manusia. Seorang

guru harus memiliki empat kompetensi yaitu kompetensi paedagogik,

kepribadian, sosial dan profesionalisme. Hal ini sangat penting untuk

mencapai tujuan pendidikan sebagaimana yang diharapkan.23

Kompetensi sosial guru memiliki sub kompetensi dengan indikator

esensial sebagai berikut:

1) mampu berkomukasi dan bergaul secara efektif dengan siswa.

2) mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama

pendidik dan tenaga kependidikan.

3) mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali

peserta didik dan masyarakat sekitar. 24

Kompetensi sosial adalah sebagai berikut :a) terampil

berkomunikasi dengan peserta didik dan orang tua peserta didik, b)

23
Dedi Sahputra Napitupulu, Kompetensi Kepribadian Guru Upaya Meningkatkan
Ranah Afektif Siswa, (Pati: Fire Publisher, 2017), hal. 5
24
Siswanto, Etika Propesi Guru Pendidikan Agama Islam, (Surabaya: Pena Salsabila,
2013), hal. 46
20

bersikap simpatik, c) dapat bekerja sama dengan dewan pendidikan/komite

sekolah, d) pandai bergaul dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan, e)

memahami dunia sekitar (lingkungan). Sedangkan indikator kualifikasi

kompetensi sosial guru menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

No 16 Tahun 2007 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 25

Table 2. 2 Indikator Sosial Guru Kompetensi

No Kompetensi Inti Guru Kompetensi Guru Mata Pelajaran

1 Bersikap inklusif, - Bersikap inklusif dan

bertindak objektif, serta objektif terhadap peserta

tidak diskriminatif karena didik, teman sejawat dan

pertimbangan jenis lingkungan sekitar dalam

kelamin, agama, ras, melaksanakan pembelajaran.

kondisi fisik, latar - Tidak bersikap diskriminatif

belakang keluarga, dan terhadap peserta didik,

status sosial ekonomi. teman sejawat, orang tua

peserta didik dan lingkungan

sekolah karena perbedaan

agama, suku, jenis kelamin,

latar belakang keluarga, dan

status sosial-ekonomi.

2 Berkomunikasi secara - Berkomunikasi dengan

25
Muhammad Febri Fadli, “Pengaruh Kompetensi Sosial Guru Terhadap Prestasi Belajar
Matematika”, Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Medan, (Medan, 2017), hal. 133
21

efektif, empatik, dan teman sejawat dan

santun dengan sesama komunitas ilmiah lainnya

pendidik, tenaga secara santun, empatik dan

kependidikan, orang tua, efektif.

dan masyarakat. - Berkomunikasi dengan

orang tua peserta didik dan

masyarakat secara santun,

empatik, dan efektif tentang

program dan pembelajaran

peserta didik.

- Mengikutsertakan orang tua

peserta didik dan masyarakat

dalam program

pembelajaran dan dalam

mengatasi kesulitan belajar

peserta didik.

3 Beradaptasi di tempat - Beradaptasi dengan

bertugas di seluruh lingkungan tempat bekerja

wilayah republik dalam rangka meningkatkan

Indonesia yang memiliki efektivitas sebagai pendidik,

keragaman sosial budaya. termasuk memahami bahasa

daerah setempat.

- Melaksanakan berbagai
22

program dalam lingkungan

kerja untuk mengembangkan

dan meningkatkan kualitas

pendidikan di daerah yang

bersangkutan.

4 Berkomunikasi dengan - Berkomunikasi dengan

komunitas profesi sendiri teman sejawat, profesi

dan profesi lain secara ilmiah, dan komunitas

lisan dan tulisan atau ilmiah lainnya melalui

bentuk lain. berbagai media dalam

rangka meningkatkan

kualitas pendidikan.

- Mengkomunikasikan hasil-

hasil inovasi pembelajaran

kepada komunitas profesi

sendiri secara lisan dan

tulisan atau bentuk lain.

c. Keterampilan Komunikasi Guru

Komunikasi sebagai suatu proses pertukaran ide, pesan dan kontak,

serta interaksi sosial termasuk aktivitas pokok dalam ke hidupan

manusia. Melalui komunikasi, manusia bisa mengenal satu sama lain,

menjalin hubungan, membina kerja sama, saling memengaruhi,


23

bertukar ide dan pendapat, serta mengembang kan suatu masyarakat

dan budaya. Bisa dikatakan bahwa komu nikasi memiliki peran

penting dalam kehidupan manusia dan manusia yang tidak

berkomunikasi akan sulit berkembang dan bertahan.26

Komunikasi yang dibangun guru dalam suatu proses pembelajaran

hendaknya bukan komunikasi satu arah, dari guru ke siswa, melainkan

dua arah dari guru ke siswa dan sebaliknya, bahkan multi-arah

sehingga menimbulkan perubahan perilaku siswa, baik yang

berdimensi ranah cipta, rasa, maupun karsa. Komunikasi yang

dihadirkan guru dalam proses pembelajaran yang relevan dengan

kebutuhan siswa akan memberikan peluang yang besar bagi siswa

untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Banyak strategi

mengajar dan belajar siswa yang dapat mengelaborasi adanya interaksi

komponen-komponen dalam berkomunikasi di dalam kelas.27

1) Berkomunikasi dengan siswa

Kemampuan membangun hubungan dengan siswa sangat

ditentukan oleh guru dimana guru dapat memberikan komunikasi

ataupun penjelasan yang baik dalam pembelajaran. Agar penjelasan

yang diberikan dapat dipahami sesuai dengan tujuan yang diharapkan,

dalam penyajiannya perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut.28

26
Nofrion, Komunikasi Pendidikan Penerapan Teori dan Konsep Komunikasi dalam
Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2016), hal. 1
27
Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional…, hal. 113
28
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2020), hal. 81
24

a) Bahasa yang diucapkan harus jelas dan enak didengar, tidak

terlalu keras dan tidak terlalu pelan, tapi dapat didengar oleh

seluruh peserta didik.

b) Gunakanlah intonasi sesuai dengan materi yang dijelaskan.

Gunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta

hindarkan kata-kata yang tidak perlu, seperti "eu", "mm", "ya

yaya", "ya toh" (hal ini perlu dilatih dan dibiasakan).

c) Bila ada istilah-istilah khusus atau baru, berilah definisi yang

tepat.

d) Perhatikanlah, apakah semua peserta didik dapat menerima

penjelasan, dan apakah penjelasan yang diberikan dapat dipahami

serta menyenangkan dan dapat membangkitkan motivasi belajar

mereka.

2) Komunikasi Dengan Orang Tua

Anjuran dalam Permendikbud di atas sebagai upaya Mendikbud

untuk menciptakan budaya komunikasi guru orang tua yang efektif,

sejajar. Dan tentunya komunikasi itu tidak hanya pada awal masuk

sekolah. Komunikasi harus terus-menerus dilakukan baik secara formal

seperti dalam rapat atau nonformal seperti kunjungan guru ke rumah

atau sebaliknya.29

3) Komunikasi Guru dengan Teman Sejawat

29
Amirudin Mahmud, Guru Tak Boleh Sejahtera Catatan Dan Refleksi Seorang
Pendidik, (Yogyakarta: Penerbit Deepublish, 2018), hal. 98
25

Proses komunikasi yang lain dilakukan guru adalah dengan teman

sejawatnya yaitu para guru lainnya. Lembaga pengembangan staf

nasional, paling tidak 25 % dari waktu bekerja guru dihabiskan dalam

kolaborasi dengan dan temannya dalam mengajar. Interaksi teman

sejawat berlangsung dalam banyak bentuk termasuk dengan banyak

guru pada semua level, komunikasi dengan sumberdaya guru atau guru

atas peluang pada skala yang luas dengan staf dan berinteraksi pula

dengan semua administrator. Bila keadaan ini diharapkan berlangsung

pada semua tim guru dengan penuh hormat dengan nuansa membangun

garis komunikasi bagi semua pihak.30

d. Ruang Lingkup Kompetensi Sosial Guru

Kompetensi sosial dalam kegiatan belajar ini berkaitan erat dengan

kemampuan guru dalam berkomunikasi dengan masyarakat di sekitar

sekolah dan masyarakat tempat guru tinggal sehingga peranan dan cara

guru berkomunikasi dengan masyarakat diharapkan memiliki

karakteristik sendiri yang sedikit banyak berbeda dengan orang lain

yang bukan guru. Misi yang diemban guru adalah misi kemanusiaan.

Mengajar dan mendidik adalah tugas memanusiakan manusia.

Menurut Kunandar ciri-ciri/karakteristik kompetensi sosial guru

yaitu sebagai berikut :

1) Berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik

30
Ahmad Taufik Al Afkari Siahaan, "Keterampilan Komunikasi Guru Profesional di
Sekolah", Ijtamiyah, No. 1, Volume 2 (Januari-Juni, 2018), hal. 10
26

2) Berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik

dan tenaga kependidikan.

3) Berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali

peserta didik dan masyarakat sekitar.31

Sedangkan menurut Mukhlas Samani yang dikutip oleh Fachrudin

Saudagar dan Ali Idrus yang dimaksud dengan kompetensi sosial ialah

kemampuan individu sebagai bagian dari masyarakat yang mencakup

kemampuan untuk :

1) Berkomunikasi lisan, tulisan dan isyarat

2) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara

fungsional

3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik,

tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua/wali

peserta didik

4) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan

mengindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku

5) Menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan sejati dan semangat

kebersamaan.32

Kesimpulan yang dapat penulis dapat Berdasarkan uraian di

atas bahwa Ruang Lingkup kompetensi sosial guru adalah kemampuan

guru melakukan interaksi dan komunikasi kepada semua lapisan

31
Kumandar, Guru Profesional, (jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), hal. 77
32
Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru, (Jakarta:
Gaung Persada Press, 2012), hal 74
27

perangkat sekolah dan masyarakat. Guru dituntut dapat berkomunikasi

secara efektif dengan siswa, sesama guru, orang tua siswa dan

masyarakat sekitar

e. Ciri Guru Memiliki Kompetensi Sosial yang Baik

Dalam usahanya untuk mencapai interaksi sosial dengan

lingkungan, terkadang tanpa mengalami hambatan sehingga akan

muncul sikap perilaku yang positif. Lebih lanjut Hurlock merumuskan

orang yang memiliki ciri-ciri interaksi sosial yang baik disimpulkan

sebagai berikut:33

1) Mampu dan bersedia menerima tanggung jawab.

2) Berpartisipasi bergembira dalam kegiatan yang sesuai dengan tiap

tingkatan usia.

3) Segera menangani masalah yang menuntut penyelesaian.

4) Senang menyelesaikan dan mengatasi berbagai hambatan yang

mengancam kebahagiaan.

5) Tetap pada pilihannya sampai diyakini bahwa pilihan itu benar.

6) Mengambil keputusan dengan senang tanpa konflik dan tanpa

banyak menerima nasihat.

7) Lebih baik memperoleh kepuasan dan prestasi yang nyata

ketimbang dari prestasi yang imajiner.

33
Hurlock, Elizabeth B, Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga, 2012), hal. 255
28

8) Dapat menggunakan pikiran sebagai alat untuk menciptakan cetak

bina tindakan bukan sebagai akal untuk menunda atau menghindari

suatu tindakan.

9) Belajar dari kegagalan tidak mencari-cari alasan untuk menjelaskan

kegagalan.

10) Tidak membesar-besarkan keberhasilan atau mengharapkan pada

bidang yang tidak berkaitan.

11) Mengetahui bekerja bila saatnya bekerja, dan mengetahui bermain

bila saatnya bermain.

12) Dapat mengatakan “tidak” dalam situasi yang membahayakan

kepentingan sendiri

13) Dapat mengatakan “ya” dalam situasi yang akhirnya

menguntungkan.

14) Dapat menunjukkan amarah secara langsung bila bersinggung atau

bila haknya dilanggar.

15) Dapat menunjukkan kasih sayang secara langsung dengan cara dan

takaran yang sesuai.

16) Dapat menahan sakit atau emosional bila perlu.

17) Dapat berkompromi bila menghadapi kesulitan.

18) Dapat memusatkan energi pada tujuan yang penting dan menerima

kenyataan bahwa hidup adalah perjuangan yang tak kunjung

berakhir.

f. Ciri Guru Memiliki Kompetensi Sosial yang Buruk


29

Seseorang yang mengalami hambatan atau kegagalan dalam

usahanya untuk menyesuaikan diri dengan situasi sosial di

lingkungannya juga akan nampak dalam bentuk sikap dan perilaku

yang cenderung negatif. Menurut Hurlock tandatanda umum

ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan situasi sosial adalah:34

1) Tidak bertanggung jawab tampak dalam perilaku mengabaikan

pelajaran, misalnya untuk bersenang-senang dan mendapatkan

dukungan sosial.

2) Sifat yang sangat agresif dan sangat yakin pada diri pribadi.

3) Perasaan tidak aman yang menyebabkan remaja patah mengikuti

standar standar kelompok.

4) Merasa ingin pulang berada jauh dengan lingkungan yang tidak

dikenal.

5) Telah banyak berkhayal untuk mengembangkan ketidakmampuan

yang diperoleh dari kehidupan sehari- hari.

6) Mundur ke tingkat perilaku sebelumnya agar disenangi dan

diperhatikan.

7) Menggunakan mekanisme pertahanan seperti rasionalisme,

proyeksi, berkhayal dan memindahkan.

g. Urgensi Kompetensi Sosial Guru

34
Hurlock, Elizabeth B, Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga, 2012), hal.
255
30

Guru memiliki tugas sosiopolitik sedangkan yang dimaksud

dengan tugas. sosiopolitik adalah bahwa guru membangun, memimpin,

dan menjadi teladan yang menegakkan keteraturan, kerukunan, dan

menjamin keberlangsungan masyarakat. Sebagai individu yang

berkecimpung dalam pendidikan, guru harus memiliki kepribadian

yang mencerminkan seorang pendidik. Tuntutan akan kepribadian

sebagai pendidik kadang-kadang dirasakan lebih berat dibanding

profesi lainnya. Ungkapan yang sering digunakan adalah bahwa "guru

bisa digugu dan ditiru". Digugu maksudnya bahwa pesan-pesan yang

disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola

hidupnya bisa ditiru atau diteladani.35

Guru merupakan kunci keberhasilan sebuah lembaga

pendidikan. Guru adalah sales agen dari sebuah lembaga pendidikan

yaitu sekolah. Baik atau buruknya perilaku (cara mengajar) guru akan

sangat mempengaruhi citra lembaga pendidikan tersebut.36 Dari uraian

di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi sosial guru memegang

peranan penting, karena sebagai pribadi yang hidup di tengah-tengah

masyarakat, guru dituntut memiliki kemampuan untuk berbaur dengan

masyarakat melalui kompetensi sosial yang dimilikinya.

35
Nuraini Erlinda. “Karakteristik Guru yang Memiliki Kompetensi Sosial”, (Medan:
Prosiding Seminar Nasional Universitas Negeri Medan. 2017).
36
Herman Zaini dan Muhtarom, Kompetensi Guru PAI Berdasarkan Kurikulum
Pembelajar Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan, (Palembang: Rafah Press 2014), hal. 38
31

2. Perkembengan Sosial Siswa

Perkembangan sosial siswa merupakan variabel kedua atau lebih

tepatnya variable Y yang di bahas, tentunya mempunyai makna dan tujuan

tertentu. Oleh karena itu, peneliti akan membahasnya lebih terperinci

sebagai berikut.

a. Pengertian Perkembangan Sosial Siswa

Manusia adalah makhluk sosial dan apabila tanpa interaksi dengan

masyarakat dia tidak dapat mengembangkan kemampuan kemampuan

nya. Kemampuan ini dikembangkan sebagai hasil dari perkembangan

historis umat manusia.37 Perkembangan sosial dapat dimaksudkan sebagai

pencapaian kematangan dalam hubungan atau interaksi sosial. Dapat juga

diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-

norma kelompok, tradisi, dan moral agama.38

Dalam proses mengembangkan kehidupan sosialnya, siswa juga

harus diberi arahan dalam bergaul. Awal sekolah dasar, siswa memasuki

periode yang disebut sebagai usia “gang”. Pada periode tersebut,

kesadaran sosial siswa dapat berkembang pesat. Salah satu tugas

perkembangan yang utama pada periode ini adalah menjadi pribadi yang

gemar bersosialisasi. Siswa sangat interest untuk menjadi anggota

kelompok teman sebayanya. Begitu tingginya minat siswa dalam

bersosialisasi dengan teman sebaya menjadikan siswa sangat mudah

37
Afi Parnawi, Psikologi Belajar, (Sleman: Penerbit Deepublish (Grup Penerbitan CV
BUDI UTAMA), 2019), hal. 52
38
Nur Irwantoro, Kompetensi Pedagogik…, hal. 27
32

terpengaruh oleh perilaku temannya. Secara bertahap peran keluarga

dalam mempengaruhi perilaku anak akan tergantikan oleh teman

sebayanya.39

Perkembangan sosial pada masa remaja merupakan kemampuan

untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai

individu yang unik, baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat nilai-nilai

maupun perasaan. Pemahaman ini mendorog remaja untuk menjalin

hubungan sosial lebih akrab dengan mereka (terutama teman sebaya), baik

melalui jalinan persahabatan maupun percintaan.40 Siswa dapat

menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebayanya maupun

dengan lingkungan masyarakat sekitarnya. Dalam proses belajar di

sekolah, kematangan perkembangan sosial ini dapat dimanfaatkan atau

dimaknai dengan memberikan tugas-tugas kelompok, baik yang

membutuhkan tenaga fisik maupun tugas yang membutuhkan pikiran. Hal

ini dilakukan agar peserta didik belajar tentang sikap dan kebiasaan dalam

bekerja sama, saling menghormati dan betanggung jawab.41

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial

39
Dzurriyah Nur Azizah, “Pengaruh Pembelajaran Multikultural Terhadap
Perkembangan Sosial Siswa Sekolah Dasar”, Primary: Jurnal Keilmuan dan Kependidikan Dasar,
No 02, Volume 11 (Juli-Desember,2019), hal. 113
40
Reni Setiawati, “Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Perkembangan
Sosial Siswa Kelas X Tata Boga SMK Negeri 1 Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019”, Jurnal:
Psikologi Konseling, No. 01, Volume 14 (Juni, 2019), hal. 388
41
Meriyati, Memahami Karakteristik Anak Didik, ( Lampung: Fakta Press, 2015), hal. 21
33

Perkembagan sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

keluarga kematangan anak, status sosial ekonomi keluarga, tingkat

pendidikan, dan kemampuan mental terutama emosi dan intelegensi.42

1) Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan

pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk

perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga

merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Di dalam

keluarga berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan

demikian pada dasarnnya keluarga merekayasa perilaku kehidupan

budaya anak.

Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian

anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan

bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang

lebih luas di tetapkan dan diarahkan oleh keluarga.43

2) Kematangan

Besosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk

mampu mempertimbangkan dalam proses sosial, memberi dan

menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan intelektual

42
Fauzia dan Rusli, “Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik Secara Sosial”,
Jurnal Sosial Humaniora, No. 2, Volume 4 (Oktober, 2013), hal. 103
43
Mohammad Ali, Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Bumi
Aksara,2018), hal. 131
34

dan emosional. Disamping itu, kemampuan berbahasa ikut pula

menentukan. Dengan demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan

baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah

mampu menjalankan fungsinya dengan baik.44

3) Pendidikan

Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah.

Hakikat pendidikan sebagai proses sosialisasi dan internalisasi nilai-

nilai kepada anak akan memberikan warna kehidupan sosial anak di

dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang.

Pendidikan dalam arti luas harus diartikan bahwa perkembangan anak

dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan kelembagaan.

Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan

kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan pendidikan(sekolah).

Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada norma- norma

lingkungan dekat, tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan

bangsa(nasional) dan norma kehidupan antarbangsa. Etik pergaulan

membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

4) Status Sosial Ekonomi

Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status

kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat.Masyarakat

44
Masganti Sit, Perkembangan Peserta Didik, (Medan: Prenada Publishing,2012), hal
115
35

akan memandang anak, bukan sebagai anak yang independen, akan

tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga

itu.45 Dari pihak anak itu sendiri, perilakunya akan banyak

memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh

keluarganya. Sehubungan dengan hal itu, dalam kehiduoan sosial anak

akan senantiasa "menjaga" status sosial dan ekonomi keluarganya.

Dalam hal tertentu, maksud "menjaga status sosial keluarganya" itu

mengakibatkan menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang

tidak tepat. Hal ini dapat berakibat lebih jauh, yaitu anak menjadi

terisolasi dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk

kelompok elit dengan normanya sendiri46

5) Kapasitas Mental: Emosi dan Intelegensi

Kapasitas emosi dan kemampuan berpikir mempengaruhi banyak

hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, berbahasa, dan

menyesuaikan diri terhadap kehidupan di masyarakat.47 Kemampuan

berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara seimbang sangat

menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial anak. Sikap

saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan

modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah

dicapai oleh remaja yang berkemampuan intelektual tinggi.

45
Osco Parmonangan. Dkk, Perkembangan Peserta Didik Tingkat Dasar & Menengah,
(Tasikmalaya: Perkumpulan Rumah Cemerlang Indonesa, 2021), hal. 73.
46
Mohammad Ali, Psikologi Remaja: Perkembangan ......hal. 131
47
Samio, “Aspek-aspek Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik”, Best Journal, No.
2, Vol. 1( September, 2018), hlm. 41
36

Remaja tidak lagi mengungkapkan amarahnya dan dengan cara

gerakan amarah yang meledak-ledak, melainkan dengan menggerutu,

tidak mau berbicara atau dengan suara keras mengkritik orang-orang

yang menyebabkan amarah. Remaja juga iri hati terhadap orang yang

memiliki benda lebih banyak.

c. Upaya Optimalisasi Perkembangan Sosial 48

1) Meningkatkan pengalaman sosial awal yang sehat secara

psikososial melalui peranan keluarga, kelompok dan permainan

Karena pengalaman awal cukup menetap. Sikap sosial yg terbentuk

pada masa ini sulit diubah dibandingkan prilaku sosialnya.

2) Perkembangan sosial pada masa kanak-kanak akhir tampak pada

pola prilaku kerjasama, persaingan, kemurahan hati, simpati,

empati ramah dll. Kompetensi sosial yang perlu dilatihkan pada

saat ini yakni empati, berbagi, berperilaku prososial, perhatian

terhadap orang lain, mengajarkan nilai-nilai kerjasama,

persahabatan, hidup dalam kelompok social

3) Perkembangan sosial pada masa remaja awal terganggu karena

adanya perubahan fisik seksual yg pesat, sehingga anak cendrung

menarik diri, terjadi kemunduran minat untnk bermain, cendrung

anti sosial. Untuk itu orang tua ,guru dan orang dewasa perlu

memahami perilaku tersebut agar anak tidak menjadi pemberontak

atau penentang bahkan antisosial.


48
Naila saadah, “Karakteristik Perkembangan Sosial Peserta Didik” Kompas, (02 Mei
2012), hal 1
37

4) Belajar sosial berarti belajar memahami dan mengerti tentang

perilaku dan tindakan masyarakat. Peserta didik diajarkan

mempelajari kebiasaan, sikap, ide-ide, pola nilai, dan tingkah laku

dengan standar tingkah laku dimana ia hidup. Selanjutnya, semua

sifat dan kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu,

menjadi bagian integratif peserta didik dengan masyarakat. Proses

seperti inilah yang dapat menumbuhkan kecakapan sosial peserta

didik.49

d. Peran Guru dalam Mengembangkan Sosial Anak

Peran pendidik dalam mengembangkan kemampuan sosialisasi dan

emosi pada anak usia dini adalah sebagai berikut:

1) Memberikan berbagai stimulasi pada anak

Pendidik perlu memberikan stimulasi atau rangsangan edukatif

agar kemampuan sosial emosi anak dapat berkembang sesuai dengan

tahapan usianya. Kegiatan belajar seraya bermain dapat dioptimalkan

sebagai cara untuk menstimulasi anak, misal: mengajak anak terlibat

dalam permainan kelompok kecil, melatih anak bermain bergiliran,

mengajak anak menceritakan pengalamannya di depan kelas, melatih

kesadaran anak untuk berbagi dalam kegiatan kemanusiaan jika terjadi

sebuah bencana, dsb.

2) Menciptakan lingkungan yang kondusif

Pendidik perlu mengelola kelas menjadi tempat yang dapat

mengembangkan kemampuan sosial emosi anak, terutama kesadaran


49
Masganti Sit, Perkembangan Peserta..., hal 321
38

anak untuk bertanggung jawab terhadap benda dan tindakan yang

dilakukannya. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik dan

psikis. Lingkungan fisik menekankan pada ruang kelas sebagai tempat

anak berlatih kecakapan sosial emosinya sedangkan lingkungan psikis

lebih ditekankan pada suasana lingkungan yang penuh cinta kasih

sehingga anak merasa aman dan nyaman di kelas. 50

3) Memberikan contoh

Memberikan contoh kepada siswa adalah salah satu tugas dari

tenaga pendidik disekolah.Pendidik adalah contoh konkret bagi anak.

Segala tindakan dan tutur kata pendidik akan diikuti oleh anak. Oleh

karena itu, pendidik seyogyanya dapat menjaga perilaku sesuai dengan

norma sosial dan nilai agama, seperti menghargai pendapat anak,

bersedia menyimak keluh kesah anak, membangun sikap positif anak,

berempati terhadap masalah yang dihadapi anak, dsb.

4) Memberikan pujian atas usaha yang dilakukan anak

Pendidikan sebaiknya tidak sungkan memberikan pujian terhadap

kecakapan social yang sudah dilakukan oleh anak secara proporsional.

Pujian dapat diberikan secara lisan maupun non lisan. Secara lisan,

pujian diberikan sesegara mungkin setelah anak menunjukkan perilaku

yang sesuai dengan tujuan pengembangan sosial emosional tercapai.

Sementara pujian non lisan dapat berupa senyuman, pelukan, atau

pemberian benda-benda tertentu yang bermakna untuk anak.


50
Umayah, “Perkembangan Sosial Pada Anak Usia Dini”, Jurnal : Pendidikan Anak
Usia Dini, No. 1, Volume 2 (Januari – Juni, 2017), hal 94-95
39

a) Memberikan berbagai stimulasi pada anak

b) Memperhatikan usia, kebutuhan dan tahap perkembangan anak

c) Menciptakan lingkungan yang kondusif

d) Memberikan contoh

e) Memberikan pujian atas usaha yang dilakukan anak

e. Tugas-tugas Perkembangan Masa Remaja51

Salah satu periode dalam rentang kehidupan ialah (fase) remaja. Masa

ini merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus

perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat

diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat. Untuk dapat

melakukan sosialisasi dengan baik, remaja harus menjalankan tugas-tugas

perkembangan pada usinya dengan baik.

Apabila tugas pekembangan sosial ini dapat dilakukan dengan baik,

remaja tidak akan mengalami kesulitan dalam kehidupan sosialnya serta

akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas

perkembangan untuk fase-fase berikutnya. Sebaliknya, manakala remaja

gagal menjalankan tugas-tugas perkembangannya akan membawa akibat

negatif dalam kehidupan sosial fase-fase berikutnya, menyebabkan

ketidakbahagiaan pada remaja yang bersangkutan, menimbulkan

penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan tugas-

tugas perkembangan berikutnya.

51
Khamim Zurkasih Puro, “Memahami Ciri-ciri dan Tugas Perkembangan Masa
Remaja”, Aplikasi: Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, No. 1, Volume. 17 (2017), hal. 29
40

William Kay, sebagaimana dikutip Yudrik Jahja 52


mengemukakan

tugas-tugas perkembangan masa remaja sebagai berikut:

1) Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.

2) Mencapaikemandirianemosionaldariorangtuaataufigur figure yang

mempunyai otoritas.

3) Mengembangkanketrampilankomunikasiinterpersonaldanbergauldeng

antemansebaya,baiksecara individual maupun kelompok.

4) Menemukan manusia model yang dijadikan identitas pribadinya.

5) Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap

kemampuannya sendiri.

6) Memeperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas

dasar skala nilai, prinsip-prinsip, atau falsafah hidup

(weltanschauung).

7) Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku)

kekanak-kanakan.

B. Penelitian Yang Relevan

52
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta:Kencana, 2012), hal. 238
41

Sebelum melakukan penelitian, peneliti telah menelaah dari

beberapa penelitian yang cukup relevan untuk dijadikan referensi yang

terkait dengan judul yang diangkat oleh peneliti, yaitu sebagai berikut.

1. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Kompetensi Sosial Guru Terhadap

Kecerdasan Sosial Peserta Didik di SMA Negeri 5 Luwu Utara” 2021.

Disusun oleh Ayu Ashari B. Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Palopo. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan

desain ex-post facto asosiatif kausal dimana peneliti mendaptkan hasil

yaitu adanya pengaruh antara kompetensi sosial guru terhadap

peningkatan kecerdasan sosial peserta didik di SMAN 5 Luwu Utara.53

2. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Kompetensi Sosial Guru Terhadap

Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X di SMA

Negeri 7 Sinjai Tengah” 2020. Disusun oleh Sulfikar. Mahasiswa

Universitas Muhammadiyah Makassar. Berdasarkan data hasil analisis

penelitian tentang Pengaruh kompetensi sosial guru terhadap motivasi

belajar siswa pada pelajaran sosiologi kelas X Di SMA Negeri 7 Sinjai

Tengah maka penulis dapat menyimpulkan yakni Pengaruh kompetensi

sosial guru terhadap motivasi belajar siswa ditunjukkan oleh hasil dari

perhitungan koefisien determinan, dengan perolehan nilai sebesar 36%.

Berdasarkan angka yang didapat menunjukkan bahwa kompetensi

53
Ayu Ashari B, “Pengaruh Kompetensi Sosial Guru Terhadap Kecerdasan Sosial
Peserta Didik di SMA Negeri 5 Luwu Utara”, Skripsi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palopo,
(Palopo: 2021)
42

sosial guru sangat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa pada

mata pelajaran sosiologi kelas X di SMA Negeri 7 Sinjai Tengah.54

3. Dila Fitria dengan judul “Pengaruh Kompetensi Sosial Guru Terhadap

Konsep Diri Siswa Kelas V Di SDN 16 Kota Bengkulu”. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengaruh kompetensi sosial

guru terhadap konsep diri siswa kelas V di SDN 16 Kota Bengkulu

dikategorikan tinggi, karena ada pengaruh yang positif dimana hal ini

dapat dibuktikandari hasil analisa dengan menggunakan rumus korelasi

product Moment sehingga diperoleh “r” hitung”sebesai 0,644 lebih

besar dari “r” tabel baik dalam taraf signifikan 5% (0,320) maupun 1%

(0,413).55

4. Bakri dengan judul “Pengaruh Kompetensi Sosial Guru PAI Terhadap

Peningkatan Mutu Pembelajaran Di MTs Muhammadiyah Maradekaya

Kab. Takalar”. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat kemampuan

sosial guru PAI di MTs. Muhammadiyah Maradekaya responden

memberikan kategori jawaban “tinggi” sebesar 10 orang atau 43,48%,

adapun kategori jawaban “sangat tinggi” mendapat tanggapan sebesar

12 orang atau 52,17%, sedangkan kategori “rendah” hanya mendapat

sebesar 1 orang atau 4,35 % dari jumlah responden yang memberikan

jawaban, kemudian siswa yang memberikan kategori jawaban “sangat

54
Sulfikar, “Pengaruh Kompetensi Sosial Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X di SMA Negeri 7 Sinjai Tengah”, Skripsi Universitas
Muhammadiyah Makassar, (Makassar: 2020)
55
Dila Fitria, “Pengaruh Kompetensi Sosial Guru Terhadap Konsep Diri Siswa Kelas V
Di SDN 16 Kota Bengkulu”, Skripsi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bengkulu,
(Bengkulu,2019)
43

rendah” mendapat jawaban responden sebesar 0 atau 0%. Dari hasil

analisa di atas dapat disimpulkan bahwa rata-rata guru PAI di MTs.56

5. Indo Tang dengan judul "Pengaruh Kompetensi Sosial Terhadap Hasil

Belajar Peserta Didik Kelas V Min Luwu Kabupaten Luwu". Hasil

penelitian menunjukkan adanya pengaruh positif yang signifikan antara

kompetensi sosial guru terhadap peningkatan proses pembelajaran di

Min Luwu. Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh menunjukkan

bahwa 0 t lebih besar dari tabel t (9,62 2,00) dengan taraf signifikan 5

%. Dari hasil analisis data tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh positif yang signifikan antara kompetensi sosial guru terhadap

peningkatan proses pembelajaran di Min Luwu. Selain itu disimpulkan

bahwa kompetensi sosial guru di Min Luwu berada pada kategori baik,

diikuti dengan peningkatan proses pembelajaran yang berada pada

kategori sangat tinggi. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode

lapangan dan instrumen penelitian yang digunakan adalah pedoman

angket, dokumentasi, dan wawancara. Adapun teknik analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus

analisis regresi.57

56
Bakri, “Pengaruh Kompetensi Sosial Guru PAI Terhadap Peningkatan Mutu
Pembelajaran Di MTs Muhammadiyah Maradekaya Kab. Takalar”, Skripsi Universitas
Muhammadiyah Makassar, (Makassar: 2015)
57
Indo Tang, “Pengaruh Kompetensi Sosial Guru Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik
Kelas V Min Luwu Kabupaten Luwu”, Skripsi Universitas Negeri Islam Alauddin Makassar,
(Makassar: 2019)
44

C. Kerangka Berfikir

Kerangka berpikir adalah argumentasi dalam merumuskan hipotesis

yang merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah yang

diajukan. Kerangka pemikiran diperlukan untuk menyakinkan sesama

ilmuan dengan alur pikiran yang logis agar membuahkan kesimpulan

berupa hipotesis.58Kerangka teori merupakan model konseptual tentang

bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah

diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kompetensi sosial guru

sangatah penting bagi perkembangan sosial siswa. Dimana saat di sekolah,

siswa akan banyak berkomunikasi dan berinteraksi dengan guru. Maka

dengan kompetensi sosial guru yang baik, akan memberikan dampak

positif bagi perkembangan sosial siswa disekolah. Untuk lebih jelasnya

tentang pengaruh kompetnsi sosial guru terhadap perkembangan siswa di

MA An Ni’mah Batam, maka dapat digambarkan pada bagan berikut ini:

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

Kompetensi Sosial
Kompetensi Sosial Perkembangan
Guru
guruK Sosial Siswa

Gambar diatas menunjukkan bahwa variabel x merupakan penerapan

kompetensi sosial guru yang mempengaruhi variabel y yang merupakan

perkembangan sosial siswa.

58
Purwanto, Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan Pengembangan dan
Pemanfaatan, (Yogyakarta: Pustaka Belajar. 2012), hal. 81
45

D. Hipotesis Penelitian

Peneliti merumuskan hipotesis penelitian dalam bentuk proposisi atau

pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan penelitian. 59 Menurut

Muhammad Ramdhan Hipotesis merupakan penjelasan sementara gejala-

gejala, tingkah laku atau suatu kejadian tertentu yang sudah terjadi atau yang

mau terjadi.60 Menurut Arikunto hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian yang telah dinyatakan dalam bentuk

pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru

didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta – fakta

empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi, hipotesis dapat

dinyatakan sebagai jawaban teoretis terhadap rumusan masalah penelitian.61

Menurut Sutrisno Hadi, hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar atau

mungkin salah, ditolak bila salah dan diterima bila fakta-fakta

membenarkannya. Penolakan dan penerimaan hipotesis sangat tergantung

pada hasil penelitian terhadap fakta-fakta yang ditimbulkan.62

Dalam hal ini penulis menggunakan hipotesis kerja sebagai

kesimpulan sementara, yaitu dengan rumusan sebagai berikut :

1. Ha : Hipotesa Kerja atau Hipotesa Alternative

59
Team Teaching, Metode Penelitian Kualitatif, Kepustakaan, Kuantitatif dan Tindakan
Kelas (Pedoman Penulisan dan Skripsi), (Bantul: Lembaga Ladang Kata, Cet. II, 2021), hal. 69
60
Muhammad Ramdhan, Metode Penelitian, (Surabaya: Cipta Media Nusantara), hal. 13
61
Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2012), hal. 64
62
Sutrisno Hadi,Metodologi Research, Jilid I, (Yogyakarta: Andi Offset, 2012), hal. 63
46

Yaitu hipotesa yang menyatakan adanya hubungan yang signifikasi

antara X dan Y (independent atau dependent variabel). Jadi hipotesa kerja

(Ha) dalam penelitian ini adalah : “Adanya hubungan yang signifikasi

antara pengaruh kompetensi social guru (X) dan Perkembangan Sosial

Siswa (Y) kelas X MA An Ni’mah Batam.”

2. Ho : Hipotesa Nol atau Hipotesa Nihil

Yaitu hipotesa yang menyatakan tidak adanya hubungan yang

signifikasi antara variabel X dan Y (independent atau dependent variabel).

jadi hipotesa nihil (Ho) dalam penelitian ini adalah: “Tidak adanya

hubungan yang signifikan antara pengaruh Kompetensi Sosia Guru (X) dan

Perkembangan Sosial Siswa (Y) kelas X MA An Ni’mah Batam”.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Design penelitian diartikan bahwa semua proses yang diperlukan dalam

perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Jadi, pada bagian ini, peneliti

menjelaskan semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan

pelaksanaan penelitian. Design penelitian bertujuan untuk memberikan

petunjuk atau Arahan yang sistematis kepada peneliti tentang kegiatan

kegiatan yang harus dilakukan, kapan akan dilakukan, dan bagaimana cara

melakukan.63

Metode penelitian merupakan cara kerja untuk meneliti dan memahami

objek dengan prosedur yang masuk akal dan bersifat logis serta terdapat

perolehan data yang valid.64 Metode yang peneliti gunakan ditujukan untuk

mendeskriptifkan sesuatu keadaan atau fenomena-fenomena apa adanya dan

menekankan fenomena-fenomena objektif dan dikaji secara kuantitatif.65

63
Team Teaching STAI Ibnu Sina Batam, Metode Penelitian Kualitatif, Kepustakaan,
Kuantitatif dan Tindakan Kelas (Pedoman Penulisan dan Skripsi), (Bantul: Lembaga Ladang
Kata, Cet. II, 2021), hal. 71
64
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2013), hal. 3
65
Nana Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 2012), Cet.
III. hal.12

47
48

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian merupakan obyek yang akan digunakan dalam

penelitian. Adapun tempat Penelitian ini dilaksanakan di MA An Ni’mah,

Kelurahan Sei. Pelunggut, Kecamatan Sagulung, Batam. Waktu Penelitian

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian merupakan kapan dilakukannya penelitian ini. Dan

Penelitian ini dilaksanakan pada 1 bulan setelah penetapan judul

penelitian.

C. Jenis Penelitian

Berdasarkan jenis datanya, penelitian ini termasuk penelitian analisis

deskriptif kuantitatif. Menurut Sugiyono, penelitian kuantitatif dapat diartikan

sebagai metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivisme,

digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan

data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat

kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah

ditetapkan. Filsafat positivisme memandang realitas/ gejala/ fenomena itu

dapat diklasifikasikan, relativ tetap, konkrit, teramati, terukur, dan hubungan

gejala bersifat sebab akibat. 66

Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang jenis penelitian yang

digunakan tidak terlepas dari permasalahan yang akan diteliti. Rancangan

66
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D, Bandung: Alfabeta,
2012, hal. 8
49

yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan analisa korelasional

(problema untuk mencari hubungan antara dua fenomena) tepatnya korelasi

sebab akibat, yaitu pengungkapan pengaruh variabel independen dengan

variabel dependen.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan

pendekatan korelasional. Survei adalah pengamatan atau penyelidikan yang

kritis untuk mendapatkan keterangan yang terang dan baik terhadap suatu

persoalan tertentu dan di dalam suatu daerah tertentu. Metode survei

merupakan penelitian yang mengambil sampel dari populasi dan

menggunakan kuisioner atau angket sebagai alat pengumpul data yang pokok.

Sedangkan pendekatan korelasional adalah pendekatan dalam penelitian yang

pada pelaksanaannya menggunakan tehnik analisis yang dinamakan korelasi.

Tehnik analisa korelasional adalah tehnik analisa statistik mengenai

hubungan antara dua variabel atau lebih.67

D. Variabel-variabel Penelitian

Istilah variabel merupakan istilah yang tidak pernah ketinggalan dalam

setiap jenis penelitian, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif.

Sutrisno hadi mendefinisikan, "variabel sebagai gejala yang bervariasi

misalnya jenis kelamin mempunyai variasi: laki-laki - perempuan; berat

badan, karena ada berat 40kg, dan sebagainya. Gejala adalah objek penelitian,

sehingga variabel adalah objek penelitian yang bervariasi".68


67
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2012), hal. 175
68
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2012), cet. VI. hlm. 116
50

Dalam penelitian ini penulis menguji pengaruh kompetensi sosial guru

terhadap perkembangan sosial siswa kelas X MA An Ni’mah Batam.

1. Variabel bebas (independent variable) pertama adalah Kompetensi sosial

guru dilambangkan dengan X

2. Variable terikat (dependent variable) adalah Perkembangan Sosial Siswa

Kelas X MA An Ni’mah Batam dilambangkan dengan Y

E. Definisi Operasional Variabel

Definisi merupakan penjabaran atau penjelasan dari masing-masing

variable penelitian baik pengertian secara konseptual maupun operasional.

Variabel menurut Hatch dan Farhady adalah atribut atau obyek yang memiliki

variasi antara satu sama lainnya. Definisi operasional adalah suatu definisi

yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan

arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional

yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut.69

1. Kompetensi Sosial Guru (X)

Kompetensi Sosial Guru ialah bahwa guru harus memiliki kemampuan

berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama

pendidik, tenaga pendidik, orang tua dan wali peserta didik, serta masyarakat

sekitar.

2. Perkembangan Sosial Siswa (Y)

69
Team Teaching STAI Ibnu Sina Batam, Metode Penelitian Kualitatif, Kepustakaan,
Kuantitatif dan Tindakan Kelas (Pedoman Penulisan dan Skripsi), (Bantul: Lembaga Ladang
Kata, Cet. II, 2021), hal. 177
51

Perkembangan sosial adalah kemampuan seseorang dalam memahami

orang lain. Memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik yang

menyangkut sifat-sifat pribadi, minat nilai-nilai maupun perasaannya.

Pemahaman ini mendorong seseorang untuk menjalin hubungan sosial yang

lebih akrab dengan mereka, baik melalui jalinan persahabatan maupun cinta.

Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Sub Variabel Indikator

Pengaruh Kompetensi a. Guru mampu berkomunikasi secara


efektif dengan peserta didik.
Kompetensi Sosial Guru
b. Guru mampu berkomunikasi dengan
Guru (X)
tulisan secara efektif kepada peserta
Terhadap didik.
c. Guru mampu berkomunikasi dengan
Perkembanga
isyarat atau bahasa tubuh secara efektif
n Sosial Siswa
kepada peserta didik.
Kelas X MA d. Guru mampu memberikan tugas atau
penjelasan menarik menggunakan media
An Ni’mah
tertentu seperti infocus dan lain
Batam.
sebagainya.
e. Guru mampu memberikan tugas atau
penjelasan menarik menggunakan media
tertentu seperti infocus dan lain
sebagainya.
f. Guru mampu berkomunikasi dan bergaul
secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik dan tenaga pendidik
g. Guru mampu bergaul secara santun
dengan peserta didik, sesama pendidik,
52

dan tenaga pendidik.


h. Guru mampu berkomunikasi secara
santun dengan orang tua peserta didik.
i. Guru memiliki sifat empati kepada
peserta didik, tenaga pendidik dan orang
tua pendidik
j. Guru memiliki rasa kesebersamaan yang

tinggi kepada peserta didik, tenaga

pendidik dan orang tua peserta didik

Perkembangan a. Siswa memiliki sifat toleransi kepada


teman dengan menerima fisik dan
Sosial Siswa
keragaman kulit.
(Y)
b. Siswa memiliki sifat menerima kepada
dirinya sendiri dengan menerima fisik
dan keragaman kulitnya.
c. Siswa mampu mencapai sifat
kemandirian emosional dari manapun.
d. Siswa mampu mengembangkan
ketrampilan komunikasi interpersonal
dan bergaul dengan teman sebaya,
secara individual
e. Siswa mampu mengembangkan
ketrampilan komunikasi interpersonal
dan bergaul dengan teman sebaya,
secara kelompok
f. Siswa mampu menemukan manusia
model yang dijadikan identitas
pribadinya.
g. Siswa mampu menerima dirinya sendiri
53

h. Siswa mampu memiliki kepercayaan diri


terhadap kemampuannya sendiri
i. Siswa mampu memperkuat self- control
(kemampuan mengendalikan diri) atas
dasar skala nilai, prinsip prinsip, atau
falsafah hidup.
j. Siswa mampu meninggalkan reaksi dan
penyesuaian diri (sikap/perilaku)
kekanak-kanakan.

F. Sumber Data

Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi

mengenai data. Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu

data primer dan data sekunder.

1. Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti dengan maksud khusus

menyelesaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data

dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau

tempat objek penelitian dilakukan dengan mnggunakan instrumen. Data

yang diperoleh yaitu data mengenai kompetensi sosail guru serta data

mengenai kecerdasan sosial siswa.

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh daripihak tertentu yang sangat

mendukung penelitian. Data ini nantinya diperoleh dengan cara:

a. Pencatatan penelitian dengan mencatat dari laporan-laporan yang ada

di lokasi penelitian, struktur organisasi dan sejarah berdirinya.


54

b. Studi kepustakaan, yaitu metode pengumpulan data dengan membaca

referensi yang berhubungan dengan objek penelitian.

G. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang akan atau ingin diteliti.

Populasi ini sering juga disebut dengan universe. Anggota populasi dapat

berupa benda hidup maupun mati, dan manusia, di mana sifat-sifat yang

ada padanya dapat diukur atau diamati. Populasi yang tidak pernah

diketahui dengan pasti jumlahnya disebut “populasi infinitif” atau tidak

terbatas, dan populasi yang jumlahnya diketahui dengan pasti disebut

“populasi finitif” tertentu/ terbatas. 70Adapun populasi dari penelitian ini

adalah siswa kelas X di MA An Ni’mah yaitu berjumlah 33 orang.

2. Sampel

Sampel adalah jumlah populasi yang dipilih untuk sumber data. Salah

satu syarat yang harus dipenuhi di antaranya adalah bahwa sampel harus

diambil dari bagian populasi. Sampel penelitian ialah sebagian atau wakil

populasi yang diteliti atau sebagian anggota populasi yang memberikan

keterangan atau data yang diperlukan dalam suatu penelitian. Dengan kata

lain, sampel adalah himpunan bagian dari populasi. 71 Pengambilan sampel

yang digunakan yaitu total sampel dimana peneliti mangambil seluruh

populasi kelas X MA An Ni’mah Batam yang berjumlah 33 orang. Pada

70
Syahrum & Salim, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Bandung: Citapustaka, 2012),
hal, 84
71
M. Toha Anggoro, dkk., Metode Penelitian, (Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka, 2012), hal.42
55

penelitian ini peneliti menggunakan teknik sampling jenuh yaitu teknik

penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30

orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan

yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua

anggota populasi dijadikan sampel.72.

H. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini Penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan

menggunakan kuesioner dan wawancara yaitu :

1. Dokumentasi

Dokumentasi adalah melakukan pengamatan secara langsung untuk

mendapatkan data yang diperlukan oleh peneliti sesuai dengan pembahasan

dalam penelitian ini. Hal ini dilakukan untuk mengetahui gambaran rill

dilapangan dan mendapatkan sumber primer tentang kompetensi sosial guru,

pendidikan agama islam dan perilaku sosial siswa. Dokumentasi berasal dari

kata dokumen artinya barang-barang tertulis. Dokumentasi adalah ditujukan

untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian meliputi: buku-buku

yang rilevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film

dokumenter data yang rilevan penelitian73.

2. Wawancara

72
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2013), hlm. 85
73
Abdurahman Fatoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. (Jakarta:
Rineka Cipta, 2012), hal. 105
56

Interview yang sering juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan

adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh

informasi dari terwawancara.74 Interview adalah “teknik yang menggunakan

wawancara atau tanya jawab secara langsung dengan nara sumber yang

menjadi objek penelitian”.

3. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti

tahu dengan pasti variable yang akan diukur dan tahu apa yang bias

diharapkan dari responden. Metode ini dilakukan dengan menyebarkan lembar

pertanyaan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian kepada para

responden.75 Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

pribadinya, atau hal-hal yang diketahui.76 Menurut Athiyah Al Abrasyi metode

angket atau kuisioner adalah ”daftar yang berisi pertanyaan- pertanyaan yang

harus dikerjakan atau dijawab oleh orang yang ingin diteliti atau responden. 77

Angket digunakan oleh peneliti untuk mengetahui Pengaruh kompetensi sosial

guru terhadap perkembangan sosial siswa kelas x MA An Ni’mah Batam.

4. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu

pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak


74
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,. hal.132.
75
Team Teaching STAI Ibnu Sina Batam, Metode Penelitian Kualitatif, Kepustakaan,
Kuantitatif dan Tindakan Kelas (Pedoman Penulisan dan Skripsi), (Bantul: Lembaga Ladang
Kata, Cet. II, 2021), hal. 181
76
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,.hal.128
77
Athiyah Al Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta : Bulan Bintang,
2012), hal. 54
57

pada objek penelitian. Observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan

perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang

diamati tidak terlalu besar. juga dapat diartikan dengan suatu cara untuk

pengambilan data melalui pengamatan langsung terhadap situasi atau

peristiwa yang ada dilapangan.

I. Instrument Penelitian

1. Analisi Deskriptif Kuantitatif

Analisis data disebut juga pengolahan data dan penafsiran data.

Analisis data adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan,

sistematisasi, penafsiran dan verifikasi data agar sebuah fenomena

memiliki nilai sosial, akademis dan ilmiah. Kegiatan dalam menganalisis

data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis

responden mentabulasi data berdasarkan variabel dan seluruh responden,

menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk

menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji

hipotesis.78

F
P= × 100 %
N

Dimana :

P = Prosentase

F = Frekuensi

78
Mamik, Metodologi Kualitatif, (Sidoarjo: Zitafama Publisher, 2015), hal. 133
58

N = Jumlah Subjek

Sesudah diperoleh prosentase, kemudian ditafsirkan dengan

kalimat yang bersifat kualitatif, dengan ketentuan seperti:

Baik (76% - 100%)

Cukup (56% - 75%)

Kurang baik (40% - 55%)

Tidak baik (kurang dari 40%)79

2. Uji Kualitas Data

Analisis data dengan melakukan uji kualitas data digunakan untuk

pengolahan data kuesioner dengan memakai bantuan olahan Program

Statistik (SPSS).

a. Uji Validitas

Uji validitas item merupakan uji instrumen data untuk

mengetahui seberapa cermat suatu item dalam mengukur apa yang

ingin diukur. Uji validitas digunakan untuk menguji apakah data

kuesioner yang digunakan dalam penelitian valid atau tidak valid. 80

79
Team Teaching STAI Ibnu Sina Batam, Metode Penelitian Kualitatif, Kepustakaan,
Kuantitatif dan Tindakan Kelas (Pedoman Penulisan dan Skripsi), (Bantul: Lembaga Ladang
Kata, Cet. II, 2021), hal. 181
80
Team Teaching STAI Ibnu Sina Batam, Metode Penelitian Kualitatif, Kepustakaan,
Kuantitatif dan Tindakan Kelas (Pedoman Penulisan dan Skripsi), (Bantul: Lembaga Ladang
59

Uji validitas instrumen merupakan suatu ukuran yang menunjukkan

tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur.

Jika instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur

yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid, sehingga valid

berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang

seharusnya diukur. Untuk menguji kevalidan data dapat dilakukan

dengan memakai rumus korelasi product moment. Korelasi product

moment misalnya digunakan untuk menentukan hubungan antara dua

gejala interval/variabel. Dengan menggunakan rumus: 81

r k =n ∑ k−¿ ¿ ¿

Dimana :

r = koefisien korelasi product moment

i = skor item

x = skor total dari x

n = jumlah banyaknya subjek

Nilai uji akan dibuktikan dengan menggunakan uji dua sisi

pada taraf signifikansi 0,05. Kriteria diterima dan tidaknya suatu data

valid atau tidak, jika rhitung ≥ rtabel (uji dua sisi dengan sig 0.05)

maka item-item pada pertanyaan dinyatakan berkorelasi signifikan

terhadap skor item tersebut, maka item dinyatakan valid. Jika rhitung
Kata, Cet. II, 2021), hal. 182
81
Ibid,.hal 74-75
60

< rtabel (uji dua sisi dengan sig 0,05) maka item-item pada pertanyaan

dinyatakan tidak berkorelasi signifikan terhadap skor item tersebut,

maka item dinyatakan tidak valid.

b. Uji Reliabilitas

Data dikatakan reliabel apabila r alpha positif dan ralpha>rtable

df = (α, n–2). Untuk mencari besaran angka reliabilitas dengan

menggunakan metode conbrachaalpha dapat digunakan suatu rumus

sebagai berikut:82

[ ][ ∑σ
]
2
k
r1 =
❑ 1− 2 b
k −1 σ1

Dimana:

r1 = relabilitas instrumen

k = jumlah butir pertanyaan

∑ σ 2b = jumlah varian pada butir

2
σ 1 = varian total

3. Uji Asumsi Klasik

Asumsi-Asumsi yang dimaksud adalah variabel bebas dan variabel

tak bebas memiliki hubungan linear atau hubungan berupa garis lurus.

Variabel tak bebas haruslah bersifat continue atau tidak berskala interval.

82
Team Teaching STAI Ibnu Sina Batam, Metode Penelitian …, hal. 76
61

a. Uji Normalitas

Pengujian yang dapat menunjukkan data normal yang diperoleh

apabila nilai signifikasinya adalah > 0.05. untuk menguji suatu data

berdistribusi normal atau tidak, dapat diketahui dengan menggunakan

grafik normal plot.83

b. Uji Heteroskedastitias

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah ada ketidaksamaan

varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi

linear. Uji ini adalah salah satu dari uji asumsi klasik yang perlu

dilakukan pada regresi linear. Uji Heteroskedastisitas dilakukan

dengan metode Gleyser dengan cara menyusun regresi antara nilai

absolut residual dengan variabel bebas. Apabila masing-masing

variabel tidak berpengaruh signifikan terhadap absolut residual (α =

0.05) maka dalam model regresi tidak terjadi Heteroskedatisidas.84

c. Uji Heterokedastisitas

Uji Heteroskedastisitas adalah uji yang dilakukan dengan metode

Gleyser dengan cara menyusun regresi antara nilai absolut residual

dengan variabel bebas. Apabila masing-masing variabel tidak

berpengaruh signifikan terhadap absolut residual ( a=0.05 ) maka

dalam model regresi tidak terjadi Heteroskedastisitas.85


83
Team Teaching STAI Ibnu Sina Batam, Metode Penelitian …, hal. 77
84
Ibid., hal. 77
85
Ibid., hal. 75-77
62

4. Uji Pengaruh

a. Analisis Regresi Linier Berganda

Regresi linier sederhana digunakan hanya untuk satu variabel

bebas (independent) dan satu variabel tak bebas (dependent). Tujuan

penerapan metode ini adalah untuk meramalkan atau memprediksi

besaran nilai variabel terikat (dependent) yang dipengaruhi oleh

variabel bebas (independent).

Y =a+b1 x 1+ b2 x 2

Dimana:

Y = Variabel terikat

a = Nilai konstanta

b1,2 = Nilai koefisien regresi

X1 = Variabel bebas pertama

X2 = Variabel bebas pertama

b. Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui presentase

sumbangan pengaruh serentak variable- variable bebas (X) terhadap

variable terikat (Y).86 Koefisien determinasi (R2) adalah koefisien

determinasi majemuk (multiple coefficient of determination) yang

hampir sama dengan koofesien r2. Dalam tabel ANOVA, nilai

koefisien determinasi (R2) dihitung dengan jumlah rumus berikut:


86
Team Teaching STAI Ibnu Sina Batam, Metode Penelitian …, hal. 185
63

Rumus Koefisien Determinasi (R2)

2 SSR
R=
SST

Dimana:

R2 = Koefisien determinasi

SSR = Keragaman regresi (SS total – SSE)

SST = Keragaman total

5. Uji Hipotesis

a. Uji T (Simultan Parsial)

Uji t ini dapat digunakan untuk mengevaluasi efek dari suatu

kegiatan yang menggunakan perlakuan (Treatment) tertentu. Efek

dari perlakuan itu adakalanya tidak dapat diukur, tetapi hanya

diberikan tanda positif (+) dan tanda negatif (-) terhadap hasil suatu

perlakuan tersebut.

b. Uji F ( Uji Simultan )

Uji F dilakukan dengan tujuan menguji pengaruh variabel bebas

secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Rumus untuk

mencari Uji F adalah sebagai berikut:

M K ant
F=
M K dal

Dimana:
64

F = Nilai F yang dihitung

M K ant = mean kuadrat antara kelompok

M K dal = mean kuadrat dalam kelompok

Nilai Fhitung ini akan dibandingkan dengan nilai Ftabel dengan

pembilangan (m-1) dan penyebut (n-1). Kaidah yang digunakan

adalah:

Ho diterima dan Ha ditolak jika Fhitung ≤ Ftabel

Ho ditolak dan Ha diterima jika Fhitung ≥ Ftabel87

87
Team Teaching STAI Ibnu Sina Batam, Metode Penelitian …, hal. 78-79
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum MA AN NI’MAH BATAM

1. Sejarah Singkat Sekolah MA AN NI’MAH Batam

Pondok pesantren An-ni’mah Dapur 12, terletak di wilayah

kampung Tua Dapur 12, Kelurahan Sei Pelunggut, Kecamatan Sagulung

Kota Batam, bergerak di Bidang Pendidikan, Sosial Panti Asuhan Yatim

Miskin dan Ekonomi. Dirintis Pada Tahun 1995 oleh seorang Hamba

Allah Da’i Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia yang bercita cita ingin

memiliki Pondok Pesantren semenjak kecil

Kehadiran Pondok Pesantren An-ni’mah Dapur 12 diawali dari

rasa prihatin akan perkembangan keagaamaan yang sangat minim, yang

tadi dapur 12 adalah sebuah kampung tua berada di daerah Pesisir Pulau

Batam, terisolir tak ada akses jalan raya, hanya ada jalan setapak

melewati kebun karet tua dan hutan hilalang tinggi.

Tahun 1995 di dapur 12 baru berdiri satu masjid An-ni’mah,

dengan jumlah penduduk 50 KK, mata pencarian masyarakatnya adalah

Nelayan tradisional, penebang kayu Bakau, dan kehidupan

masyarakatnya belum teratur, banyak anak anak yang putus sekolah.

Melihat kondisi yang demikian maka dimulailah dengan mendirikan

Taman Pendidikan Al-qur’an, yang tadinya dianya yang buka pintu

65
66

masjid, dia yang sapu masjid, dia yang azan, dia yang qomat, dia

imam dan dia pula yang jadi ma’mumnya.

Alhamdulillah sekarang kampung Dapur 12 sudah menjadi

Kampung santri, di mana banyak orang yang Tafaquh Fid Dien di

sana sudah banyak anak tempatan tersebut dengan kehadiran

pesantren sudah menjadi Ustadz , guru dan pola pikir mereka menjadi

maju. Sekarang Dapur 12 menjadi satu kelurahan namanya kelurahan

Sungai Pelunggut, yang tadinya ada 50 KK sekarang sudah mencapai

4000 KK atau sekitar 12000 jiwa dengan adanya relokasi penduduk

besar besaran dari kota ke pinggiran, informasi yang kami dapat

Kelurahan akan di mekarkan menjadi kecamatan.

Pondok Pesantren An-ni’mah di ambil dari nama Masjid yang

sudah berdiri sebelum pesantren hadir di sana. Akses untuk sampai ke

Pon-Pes An-ni’mah sudah lancar, Pembangunan berkembang pesat,

Jalan sudah Aspal, Air dan PLN pun sudah ada, 500 ratus meter dari

pesantren sudah berdiri 6 galangan Kapal Asing yang kedepanya di

harapkan ada kontribusi untuk masyarakat dan pondok pesantren.88

2. Dasar Pemikiran 89

a. Pancasila dan Undang – undang Dasar 1945

b. Undang – undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional

c. Undang –undang RI No 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan


88
Sumber Data: MA An Ni’mah Batam, 2022
89
Sumber Data: MA An Ni’mah Batam, 2022
67

d. Akta Pendirian Yayasan Pendidikan Islam An-Ni’mah

3. Tujuan 90

a. Mempermudah dalam melanjutkan pendidikan ke jenjang atas

b. Merperdekat jarak siswa siswi dalam menempuh perjalanan ke

Madrasah

c. Meningkatkan Sumber Daya Manusia khususnya lingkungan sekitar

Madrasah

d. Menciptakan budaya Madrasah yaitu budaya Islami

e. Membentuk karakter  yang berwawasan Imtaq dan Iptek dalam

persaingan Globalisasi

4. Visi dan Misi Yayasan 91

a. Visi

“Terwujudnya siswa yang unggul dalam ibadah, berprestasi, berakhlak

mulia,berdasarkan Iman dan Taqwa”

b. Misi

 Melasanakan dan meningkatkan proses pembelajaran dan bimbingan

secara efektif, sehingga setiap siswa dapat berkembang dengan

optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki

 Memadukan semua unsur proses pembelajaran baik formal maupun

non formal secara integral dan dalam satu komando pimpinan

pesantren

90
Sumber Data: MA An Ni’mah Batam, 2022
91
Sumber Data: MA An Ni’mah Batam, 2022
68

 Menjalin hubungan yang baik dengan semua komponen sekolah,

yaitu: sekolah, pemerintah, dan masyarakat (orang tua dan dunia

usaha).

B. Penyajian Data

1. Karakteristik Responden

Peneliti terlebih dahulu akan menyajikan profile responden sebelum

mengulas lebih lanjut mengenai variabel dan pengujian hipotesis.

Penelitian profil responden ini diperoleh melalui penyebaran kuesioner

untuk responden, dari hasil pengolahan kuesioner diperoleh profil

responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini;

a. Jenis Kelamin

Deskripsi responden berdasarkan klasifikasi jenis kelamin dalam

penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut;

Tabel 4.1 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Laki-laki 13 39.4 39.4 39.4
Perempuan 20 60.6 60.6 100.0
Total 33 100.0 100.0
Sumber : Hasil pengolahan data SPSS V.29

Berdasarkan tabel diatas dapat digambarkan bahwa jumlah

responden 33, dengan jumlah responden adalah laki-laki 13 dan

perempuan berjumlah 20.


69

b. Usia

Deskripsi responden berdasarkan klasifikasi usia dalam penelitian

ini dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut;

Tabel 4.2 Data Responden Berdasarkan Usia

Usia
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid 16 15 45.5 45.5 45.5
17 14 42.4 42.4 87.9
18 3 9.1 9.1 97.0
19 1 3.0 3.0 100.0
Total 33 100.0 100.0
Sumber : Hasil pengolahan data SPSS V.29

Berdasarkan tabel 4.2 dapat digambarkan bahwa jumlah responden

sebanyak 33, dengan jumlah responden yang sama yakni responden

berusia 16 tahun sebanyak 15 orang dengan persentase 45.5%,

responden berusia 17 tahun sebanyak 14 orang dengan persentase

42.4%, responden berusia 18 tahun sebanyak 3 orang dengan

persentase 9.1% dan responden berusia 19 tahun sebanyak 1 orang

dengan persentase 3.0%.

c. Agama

Deskripsi responden berdasarkan klasifikasi agama dalam

penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut;

Tabel 4.3 Data Responden Berdasarkan Agama


70

Agama
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Islam 33 100.0 100.0 100.0
Sumber : Hasil pengolahan data SPSS V.29

Berdasarkan tabel 4.3 dapat digambarkan bahwa jumlah responden

sebanyak 33, dengan jumlah yang mana seluruh responden beragama

islam dengan persentase 100%.

d. Pendidikan Terakhir

Deskripsi responden berdasarkan klasifikasi pendidikan terakhir

dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.4 sebagai berikut;

Tabel 4.4 Data Responden Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan Terakhir
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid smp 33 100.0 100.0 100.0
Sumber : Hasil pengolahan data SPSS V.29

Berdasarkan tabel 4.4 dapat digambarkan bahwa jumlah responden

sebanyak 33, dengan jumlah yang mana seluruh responden

berpendidikan terakhir Smp dengan presentase 100%.

C. Analisis Data

1. Analisis Data Deskriptif Kuantitatif

a. Analisis Deskriptif Variabel (X)

Tabel 4.5 Deskriptif Kompetensi Sosial Guru


71

SS S N TS STS

No Item
5 4 3 2 1 Mean

F % F % F % F % F %

1 X1 12 36.4% 17 51.5 % 4 12.1 % 0 0% 0 0% 4.24

2 X2 15 45.5% 10 30.3% 6 18.2% 2 6.1% 0 0% 4.15

3 X3 11 33.3% 12 36.4% 10 30.3% 0 0% 0 0% 4.03

4 X4 23 69.7% 8 24.2% 2 6.1 % 0 0% 0 0% 4.64

5 X5 10 30.3% 9 27.3% 12 36.4% 2 6.1% 0 0% 3.82

6 X6 18 54.5% 14 42.4% 1 3.0% 0 0% 0 0% 4.52

7 X7 15 45.5% 9 27.3% 8 24.2% 1 3.0% 0 0% 4.15

8 X8 1 3.0% 17 51.5% 15 45.5% 0 0% 0 0% 3.58

9 X9 23 69.7% 8 24.2% 2 6.1% 0 0% 0 0% 4.64

10 X10 7 21.2% 18 54.5% 8 24.2% 0 0% 0 0% 3.97

Sumber : Hasil pengolahan data SPSS V.29

b. Analisis Deskriptif Variabel (Y)


Tabel 4.6 Deskriptif Perkembangan Sosial Siswa
SS S N TS STS

No Item
5 4 3 2 1 Mean

F % F % F % F % F %
72

1 Y1 17 51.5% 12 36.4% 4 12.1% 0 0% 0 0% 4.39

2 Y2 18 54.5% 13 33.3% 3 9.1% 1 3.0% 0 0% 4.39

3 Y3 19 57.6% 8 24.2% 5 15.2% 1 3.0% 0 0% 4.36

4 Y4 18 54.5% 14 42.4% 1 3.0% 0 0% 0 0% 4.52

5 Y5 22 66.7% 9 27.3% 2 6.1% 0 0% 0 0% 4.61

6 Y6 20 60.6% 10 30.3% 3 9.1% 0 0% 0 0% 4.52

7 Y7 16 48.5% 13 39.4% 4 12.1% 0 0% 0 0% 4.36

8 Y8 18 54.5% 8 24.2% 5 15.2% 2 6.1% 0 0% 4.27

9 Y9 21 63.6% 8 24.2% 4 12.1% 0 0% 0 0% 4.52

10 Y10 16 48.5% 7 21.2% 10 30.3% 0 0% 0 0% 4.18

Sumber : Hasil pengolahan data SPSS V.29

D. Analisis Uji Kualitas Data

1. Hasil Uji Validitas

Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Kompetensi Sosial Guru (X)

Item Corrected

Variabel Pertenyaan Item Total rtabel Ket

Correlation

Kompetensi 1 0.457 0.355 Valid

Sosial Guru
2 0.499 0.355 Valid
73

(X)

3 0.774 0.355 Valid

4 0.675 0.355 Valid

5 0.705 0.355 Valid

6 0.516 0.355 Valid

7 0.605 0.355 Valid

8 0.476 0.355 Valid

9 0.675 0.355 Valid

10 0.532 0.355 Valid

Perkembanga 1 0.488 0.355 Valid

n Sosial Siswa
2 0.605 0.355 Valid
(Y)
3 0.548 0.355 Valid

4 0.497 0.355 Valid

5 0.544 0.355 Valid

6 0.632 0.355 Valid

7 0.483 0.355 Valid

8 0.666 0.355 Valid


74

9 0.592 0.355 Valid

10 0.565 0.355 Valid

Sumber : Hasil pengolahan data SPSS V.29

Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan metode corrected

item total correlation dengan taraf signifikan 5% dengan uji satu sisi.

Untuk Degree of freedom (df) = n-k. Dalam penelitianya r hitung dengan

tingkat signifikan 5% untuk jumlah responden yang berjumlah 33 orang

maka Degree of freedom (df)=33-2=31 adalah sebesar 0.355. jika r

hitung > rtabel, maka item pertanyaan dapat dinyatakan Valid, jika r hitung

< r table maka item pernyataan dinyatakan Tidak Valid.

2. Hasil Uji Reliabilitas Data

Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas Kompetensi Sosial Guru (X)

variabel N of items Cronbach Keterangan

Alpha

Kompetensi 10 item 0.787 Reliabel

Sosial Guru (X) pertanyaan

Perkembangan 10 item 0.758 Reliabel

Sosial Siswa (Y) pertanyaan

Sumber : Hasil pengolahan data SPSS V.29


75

Nilai ketentuan untuk mengukur reliabilitas dengan kriterian yang

digunakan yaitu dengan uji statistic Cronbach Alpha >0.60. Jika dapat

nilai >0.60 maka dinyatakan reliabel. Adapaun sesuai hasil penglahan

data pada tabel 4.8 dinyatakan bahwa data memiliki nila Cronbach Alpha

>0.60 sehingga dinyatakan reliabel.

E. Analisis Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas
Gambar 4.1
Kurva Normal Probability P-Plot
Dependent Variable : Kompetensi Sosial Guru

Sumber : Hasil pengolahan data SPSS V.29

Gambar 4.1 tersebut, dapat dilihat bahwa grafik normal P-

Plot menunjukkan jika sebaran data berada pada posisi disekitar

daerah garis lurus dan mengikuti garis diagonal yang membentuk

garis miring dari arah kiri ke kanan yang menunjukkan bahwa data

terdistribusi normal.

Gambar 4.2
76

Kurva Normal Probability P-Plot


Dependent Variable : Perkembangan Sosial Siswa

Sumber : Hasil pengolahan data SPSS V.29

Gambar 4.2 tersebut, dapat dilihat bahwa grafik normal P-

Plot menunjukkan jika sebaran data berada pada posisi disekitar

daerah garis lurus dan mengikuti garis diagonal yang membentuk

garis miring dari arah kiri ke kanan yang menunjukkan bahwa data

terdistribusi normal.

Tabel 4.9 Uji Normalitas Shapiro- Wilk untuk Kompetensi Sosial


Guru Terhadap Perkembangan Sosial Siswa.

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Ytotal .155 33 .042 .943 33 .084
Xtotal .130 33 .169 .962 33 .298

Pada tanel 4.9 tersebut dapat diketahui bahwa hasil uji Shapiro-

Wilk menunjukkan nilai yang signifikan yaitu, X 0.298 dan Y 0.84

yang berarti lebih besar dari 0.05. Dengan demikian residual data telah

terdistribusi normal dan model regresi telah memenuhi asumsi

normalitas.
77

F. Analisis Hasil Uji Pengaruh

1. Hasil Uji Regresi Linear Berganda


Tabel 4.10 Analisis Regresi Linier Sederhana Coefficients

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 26.091 6.534 3.993 <.001
Xtotal .432 .156 .446 2.774 .009
a. Dependent Variable: Ytotal

Tabel Coefficients 4.10 diatas pada kolom B terdapat nilai constant

(a) adalah 26.091 sedangkan untuk variabel x (b) adalah sebesar 0.432

sehingga persamaan regresinya dapat dijelaskan sebagai berikut:

Y = a + bX

Y = 26.091 + 0.432X

Persamaan tersebut dapat diterjemahkan :

1) Kostanta sebesar 26.091, mengandung arti bahwa nilai konsisten

variabel Perkembangan Sosial Siswa adalah sebesar 26.091.

2) Koefisien regresi X sebesar 0.432 menyatakan bahwa setiap

penambahan 1% nilai Kompetensi Sosial Guru, maka nilai Kualitas

Perkembangan Sosial Siswa bertambah sebesar 0.432. Koefisien

regresi tersebut bernilai positif, sehingga dapat dikatakan bahwa

arah pengaruh variabel X terhadap Y adalah positif.

Berdasarkan nilai signifikasi : dari tabel Coefficients diperoleh

nilai signifikansi sebesar 0,009 < 0,05, sehingga dapat disimpulakan

bahwa variabel Kompetensi Sosial Guru (X) berpengaruh terhadap


78

variabel Perkembangan Sosial Siswa (Y). Berdasarkan nilai t : diketahui

nilai thitung sebesar 2.774 > ttabel 2.03951 , sehingga dapat disimpulkan

bahwa variabel Kompetensi Sosial Guru (X) berpengaruh terhadap

variabel Perkembangan Sosial Siswa (Y).

Standard eror sebesar 6.534 menunjukan data yang diberikan

hanya akan mengalami penyimpangan sebesar 6.534 dari skala 1.

Semakin kecil angka standard eror nya maka kemungkinan

penyimpangannya juga akan semakin akurat.

2. Hasil Uji Koefesien Determinasi (R2)


Tabel 4.11 Uji Koefisien Determinasi

Model Summary
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 .446 a
.199 .173 3.836
a. Predictors: (Constant), Xtotal

Keterangan tabel 4.11 diatas, menunjukkan bahwa variabel

independen dapat mempengaruhi variabel dependen sebesar 19,9%

sedangkan sisanya 80,1% dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak

dijelaskan dalam penelitian ini. Hal tersebut menjelaskan bahwa masih

terdapat variabel independen lainnya yang mempengaruhi

Perkembangan Sosial Siswa.

G. Analisis Hasil Uji Hipotesis

1. Hasil Uji T
Tabel 4.12 Uji Hipotesis

Coefficientsa
79

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 26.091 6.534 3.993 <.001
Xtotal .432 .156 .446 2.774 .009
a. Dependent Variable: Ytotal

Uji t atau parsial pada dasarnya digunakan untuk menunjukkan

pengaruh satu variable dependen. Besarnya angka t tabel dengan

ketentuan sig 0.05 dan dk = (n-1) yaitu (33-1-1) = 31 sehingga

diperoleh ketentuan nilai t tabel sebesar 2.03951. Diketahui nilai sig,

untuk pengaruh X terhadap Y adalah sebesar 0.009 < 0.05 dan nilai t

hitung 2.774 > 2.03951, sehingga dapat disimpulkan bahwa H1

diterima, yang artinya Pengaruh Kompetensi Sosial Guru berpengaruh

positif dan signifikan terhadap perkembangan sosial siswa kelas x MA

An Ni’mah Batam. Dengan demikian hipotesis terbukti kebenarannya.

H. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh penggunaan

metode reward (X) terhadap Minat belajar Pendidikan Agama Islam (Y).

Berdasarkan analisis data penelitian dengan bantuan SPSS 29, ringkasan

hasil penelitian dapat dilihat dalam gambar tersebut:

Pengaruh
R2= 0,199 Perkembangan
Kompetensi
Sosial Siswa (Y)
Sosial Guru (X)
80

Berdasarkan analisis regresi dan gambar, maka selanjutnya

dilakukan pembahasan tentang penelitian. Hasil penelitian menunjukan

bahwa Pengaruh kompetensi sosial guru mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap perkembangan social siswa kelas x MA An Ni’mah

Batam. Hasil analisis diperoleh thitung (2,774) < ttabel (2,03951) dan nilai

signifikansi = 0,009 < sig. = 0,05. Hal ini menunjukan bahwa adanya

pengaruh yang signifikan antara Pengaruh kompetensi sosial guru terhadap

perkembangan sosial siswa kelas x MA An Ni’mah Batam, sebesar 19,9%

dan 80,1% merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil belajar.

Adapun faktor pendukung dan penghambat “Pengaruh Kompetensi

Sosial Guru Terhadap Perkembangan Siswa Kelas X MA An Ni’mah

Batam” adalah sebagai berikut ;

1. Faktor Pendukung

Faktor pendukung kompetensi sosial guru terhadap perkembangan

sosial siswa kelas X MA An Ni’mah Batam menurut wawancara

peneliti dengan kepala sekolah MA An Ni’mah Batam oleh bapak

Mutawalli, S.Pd.I di pengaruhi oleh beberapa aspek yang dinilai

memberikan nilai yakni ;

a. Aspek Waktu

Waktu memiliki peran penting dalam perkembangan sosial

siswa dimana menurut kepala sekolah MA An Ni’mah Batam

yakni Bapak Mutawalli, S.Pd.I waktu antara guru dan siswa


81

sangat banyak sehingga guru dan siswa dapat berkomunikasi

dengan nyaman dan baik. Ketika guru dan siswa bertukar

pendapat mereka tidak perlu khawatir tentang waktu. 92

b. Aspek Psikologis

Psikologis sangatlah berperan penting dalam pengaruh

kompetensi sosial guru terhadap perkembangan sosial siswa kelas

X MA An Ni’mah Batam. Dimana dalam hal ini motivasi menjadi

penggerak psikologis yang di dapatkan siswa MA An Ni’mah

Batam. Hasil wawancara yang didapat oleh penulis bahwa

menurut Bapak Luqman Hakim selaku wali kelas X bahwa siswa

kerapkali mendapatkan motivasi yang mendorong dari guru di

sekolah. Sehingga membuat siswa menjadi lebih bersemangat

dalam melaksanakan aktifitas dalam bersosialisasi.93

2. Faktor Penghambat

Dalam hasil wawancara peneliti dengan wali kelas X MA An

Ni’mah Batam factor penghambat pengaruh kompetensi sosial guru

terhadap perkembangan sosial siswa “Penghambat kita ini adalah

kuantitas anak didik kita yang kurang sehingga membuat ruang

lingkup sosial anak kita tidak begitu luas. Juga mereka tidak bias

92
Mutawalli, S.Pd.I, Kepala sekolah MA An Ni’mah Batam, Wawancara, 21 November
2022.
93
Muhammad Luqman Hakim T, S.Pd.I, Walas X MA An Ni’mah Batam, Wawancara,
21 November 2022.
82

keluar pondokkan, jadi mereka hanya bias bersosial dengan kawan

sepondok nya saja”.94

Dari hasil wawancara peneliti dengan salah satu siswa yakni Febby

Irawan “Faktor penghambat yang saya rasakan kalau disini itu kan ga

bebas keluar masuk, jadi kurang bersosialisasi sama orang luar. Jadi

ya kita bersosialisasi sama itu itu aja”. 95


Maka dapat disimpulkan

bahwa factor penghambat kompetensi sosial guru terhadap

perkembangan sosial siswa adalah kurang nya kuantitas siswa di MA

An Ni’mah dan ruang lingkup yang kurang luas.

94
Muhammad Luqman Hakim T, S.Pd.I, Walas X MA An Ni’mah Batam, Wawancara,
21 November 2022.
95
Febby Irawan, Siswa kelas X MA An Ni’mah Batam, Wawancara, 21 November 2022
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dapat ditarik kesimpulan hasil penelitian dan

analisis sebagai berikut ;

1. pengaruh kompotensi sosial guru terhadap perkembangan sosial siswa

kelas x MA An Ni’mah Batam. Penerapan nilai-nilai sosial oleh para

guru sekolah MA An Ni’mah adalah tentang bagaimana mereka menjalin

silaturahmi dikehidupan nya sehari-hari. Hasil penelitian menunjukan

bahwa Pengaruh kompetensi sosial guru mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap perkembangan social siswa kelas x MA An Ni’mah Batam. Hasil

analisis diperoleh thitung (2,774) < ttabel (2,03951) dan nilai signifikansi = 0,009 <

sig. = 0,05. Hal ini menunjukan bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara

Pengaruh kompetensi sosial guru terhadap perkembangan sosial siswa kelas x

MA An Ni’mah Batam, sebesar 19,9% dan 80,1% merupakan faktor lain yang

dapat mempengaruhi Minat belajar.

2. Faktor pendukung pengaruh kompetensi sosial guru terhadap

perkembangan sosial siswa kelas X MA An Ni’mah Batam adalah waktu

dan tempat antara siswa dan guru saling terkait. Sedangkan faktor

penghambatnya adalah kurangnya interaksi sosial antara siswa dengan

masyarakat luas karena letak MA An Ni’mah sangat jauh dari

keramayanmasyarakat

83
83
98
84

B. Saran

Saran yang dapat peneliti sampaikan adalah sebagai berikut;

1. Kepada guru hendaknya menigkatkan interaksi dengan siswa, orang tua


siswa, dan sesama guru agar terciptanya keharmonisan.
2. Kepada siswa hendaknya membiasakan diri berinteraksi dengan orang lain
serta membiasakan diri dalam menyampaikan pendapat agar tercipta
keberanian dan kepercayaan diri.
3. Kepada penelitian selanjutnya Perlunya penggunaan Variabel yang lebih
lengkap dalam penelitian selanjutnya dan tambahkan rujukan-rujukan
yang lebih mendukung penelitian ini lebih banyak dan lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahanya, Departemen Agama RI Jakarta: Media Insani


Publising, 2022.
Abdurahman Fatoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi.
Jakarta: Rineka Cipta, 2012.

Afi Parnawi, “Kompetensi Sosial Guru Pendidikan Agama Islam Dalam


Meningkatkan Prestasi Siswa”, Fenomena: Jurnal Pendidikan, No. 1,
Volume 10, 2018.

Afi Parnawi, Psikologi Belajar, (Sleman: Penerbit Deepublish,Grup Penerbitan


CV Budi Utama, 2019.

Ahmad Taufik Al Afkari Siahaan, "Keterampilan Komunikasi Guru Profesional di


Sekolah", Ijtamiyah, No. 1, Volume 2 (Januari-Juni), 2018.

Amirudin Mahmud, Guru Tak Boleh Sejahtera Catatan Dan Refleksi Seorang
Pendidik, Yogyakarta: Penerbit Deepublish, 2018.

Amos Neolaka & Grace Amialia, Landasan Pendidikan Dasar Pengenalan Diri
Sendiri Menuju Perubahan Hidup, Depok: Kencana, 2017.

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada,


2012.

Athiyah Al Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta : Bulan


Bintang, 2012.

Ayu Ashari B, “Pengaruh Kompetensi Sosial Guru Terhadap Kecerdasan Sosial


Peserta Didik di SMA Negeri 5 Luwu Utara”, Skripsi Institut Agama Islam
Negeri IAIN Palopo, Palopo 2021.

Bakri, “Pengaruh Kompetensi Sosial Guru PAI Terhadap Peningkatan Mutu


Pembelajaran Di MTs Muhammadiyah Maradekaya Kab. Takalar”, Skripsi
Universitas Muhammadiyah Makassar, (Makassar) 2015.

Dedi Sahputra Napitupulu, Kompetensi Kepribadian Guru Upaya Menningkatkan


Ranah Afektif Siswa, Pati: Fire Publisher, 2017.

85
86

Dila Fitria, “Pengaruh Kompetensi Sosial Guru Terhadap Konsep Diri Siswa
Kelas V Di SDN 16 Kota Bengkulu”, Skripsi Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Bengkulu, Bengkulu,2019.

Dzurriyah Nur Azizah, “Pengaruh Pembelajaran Multikultural Terhadap


Perkembangan Sosial Siswa Sekolah Dasar”, Primary: Jurnal Keilmuan dan
Kependidikan Dasar, No 02, Volume 11 (Juli-Desember),2019.

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan


Menyenangkan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2020.

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: Remaja Rosda


Karya, 2013.

Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionalitas Guru,


Jakarta: Gaung Persada Press, 2012.

Fauzia dan Rusli, “Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik Secara Sosial”,
Jurnal Sosial Humaniora, No. 2, Volume 4 (Oktober), 2013.

Herman Zaini dan Muhtarom, Kompetensi Guru PAI Berdasarkan Kurikulum


Pembelajar Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan, Palembang: Rafah Press,
2014.

Hurlock, Elizabeth B, Perkembangan Anak, Jakarta: Erlangga, 2012.

Imron Fauzi, Etika Profesi Keguruan, Jember: IAIN Jember Press, 2018.

Indo Tang, “Pengaruh Kompetensi Sosial Guru Terhadap Hasil Belajar Peserta
Didik Kelas V Min Luwu Kabupaten Luwu”, Skripsi Universitas Negeri
Islam Alauddin Makassar, Makassar 2019.

Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional: Pedoman Kinerja, Kualifikasi &


Kompetensi Guru, Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2017.

Khamim Zurkasih Puro, “Memahami Ciri-ciri dan Tugas Perkembangan Masa


Remaja”, Aplikasi: Jurnal Aplikasi Ilmu-ilmu Agama, No. 1, Volume.
17,2017.

Kumandar, Guru Profesional, jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014.


87

Lia Lu’lu’ul Lutfiyah, ”Pengaruh Kompetensi Sosial Guru Terhadap Hasil Belajar
Siswa (di SMA Muhammadiyah 1 Semarang)”, Seminar Nasional
Pendidikan, Sains dan Teknologi Universitas Muhammadiyah. 2016.

M. Toha Anggoro, dkk., Metode Penelitian, Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas


Terbuka, 2012.

Mamik, Metodologi Kualitatif, Sidoarjo: Zitafama Publisher, 2015.

Masganti Sit, Perkembangan Peserta Didik, (Medan: Perdana Publishing), 2012

Mohammad Ali, Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Bumi


Aksara, 2018.

Muhammad Febri Fadli, “Pengaruh Kompetensi Sosial Guru Terhadap Prestasi


Belajar Matematika”, Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Negeri Medan, (Medan), 2017.

Muhammad Luqman Hakim T, S.Pd.I, Walas X MA An Ni’mah Batam,


Wawancara, 21 November 2022

Muhammad Ramdhan, Metode Penelitian, Surabaya: Cipta Media Nusantara,


2013

Muhibbin Syah, Telaah Singkat Perkembangan Peserta Didik, Depok: PT Raja


Grafindopersada, 2014.

Mutawalli, S.Pd.I, Kepala sekolah MA An Ni’mah Batam, Wawancara, 21


November 2022.

Naila saadah, “Karakteristik Perkembangan Sosial Peserta Didik” Kompas, (02


Mei), 2012.

Nana Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Rosdakarya, 2012.

Nofrion, Komunikasi Pendidikan Penerapan Teori dan Konsep Komunikasi


dalam Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2016.

Nur Irwantoro, Kompetensi Pedagogik Untuk Peningkatan dan Penilaian Kinerja


Guru dalam Rangka Implementasi Kurikulum Nasional, Sidoarjo: Genta
Group Production, 2016.

Nuraini Erlinda. “Karakteristik Guru yang Memiliki Kompetensi Sosial”, Medan:


Prosiding Seminar Nasional Universitas Negeri Medan, 2017.
88

Osco Parmonangan. Dkk, Perkembangan Peserta Didik Tingkat Dasar &


Menengah, Tasikmalaya: Perkumpulan Rumah Cemerlang Indonesa, 2021.

Purwanto, Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan Pengembangan dan


Pemanfaatan, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2012.

Reni Setiawati, “Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Perkembangan


Sosial Siswa Kelas X Tata Boga SMK Negeri 1 Salatiga Tahun Pelajaran
2018/2019”, Jurnal: Psikologi Konseling, No. 01, Volume 14 (Juni), 2019.

Rina Febriana, Kompetensi Guru, Rawangmangun: Bumi Aksara, 2019.

Sarbian. Dkk, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Sosial Guru dan Prestasi


Belajar Siswa di Kabupaten Tanah Laut, Banjarmasin: Pustaka Buana,
2014.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D, Bandung: Alfabeta,


2012.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&D, Bandung: Alfabeta, 2013.

Suharismi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:


Rineka Cipta), 2012.

Sulfikar, “Pengaruh Kompetensi Sosial Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa


Pada Mata Pelajaran Sosiologi Kelas X di SMA Negeri 7 Sinjai Tengah”,
Skripsi Universitas Muhammadiyah Makassar, (Makassar) 2020.

Sutrisno Hadi,Metodologi Research, Jilid I, Yogyakarta: Andi Offset, 2012.

Syahrum & Salim, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Bandung: Citapustaka,


2012.

Team Teaching, Metode Penelitian Kualitatif, Kepustakaan, Kuantitatif dan


Tindakan Kelas (Pedoman Penulisan dan Skripsi), Bantul: Lembaga Ladang
Kata, Cet. II, 2021.

Ulva Muthmainnah Rasyid, “Pengaruh Kompetensi Sosial Guru PAI terhadap


Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Akidah akhlak Kelas VII di
Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Makassar”. Jurnal: LITERASI,
Volume VIII, No. 2, 2017.

Umayah, “Perkembangan Sosial Pada Anak Usia Dini”, Jurnal : Pendidikan Anak
Usia Dini, No. 1, Volume 2 (Januari – Juni), 2017.
89

Yosefo Gule, Motivasi Belajar Siswa (Studi Kasus Tinjauan Melalui Kompetensi
Sosial dan Keteladanan Guru), Indramayu: Cv. Adanu Abimata, 2022.

Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, Jakarta:Kencana, 2012


LAMPIRAN

1. Pedoman Observasi

Surat permohonan izin penelitian

90
91

Surat Balasan izin penelitian

Data Siswa Kelas X MA An Ni’mah


92

N
Usia
o Nama Tempat Lahir Tanggal Jk
1 Abyyu Atha Prindani Batam 27/01/2006 L 16
2 Antony Pradana Batam 14/08/2006 L 16
3 Arnita Putri Lubuk Sanai 17/01/2006 P 16
4 Arum Retno Lestari Batam 06/03/2005 P 17
5 Deni Eka Putra 06/11/2005 L 17
6 Febby Irawan Batam 24/07/2005 P 17
7 Ferdi Ardiansyah Batam 28/12/2005 L 17
8 Fikria Nur Adhani Pulau Burung 13/01/2006 P 16
9 Hairul Alzikri Batam 20/03/2005 L 17
10 Intan Permata Sari Batam 07/02/2006 P 16
11 Marisa Lindia Gusti Ayu Cumateh 18/06/2004 P 18
12 Mega Ratu Pulau Seraya 31/08/2004 P 18
Muhammad Defrhas Al
13
Belawan 03/12/2005 L 17
Faray
Muhammad Fazli
14
Batam 09/08/2005 L 17
Razman
15 Multasyam Batam 01/06/2005 P 17
16 Murniyati Safitri Sungai Guntung 30/07/2006 P 16
17 Nabil Alfitra Nasution Tambelan 06/11/2005 L 17
18 Nia Marshanda Putri Batam 26/03/2006 P 16
19 Nur Safitri Teluk Sunti 24/10/2006 P 16
Rahmifta Kurnia
20
Batam 06/03/2005 P 17
Witriyani
21 Rifaldi Khaira Batukambing 18/09/2005 L 17
22 Rimadiyanti Batam 05/10/2006 P 16
23 Salawati Batam 29/05/2005 P 17
24 Salsa Milyana Sungai Guntung 22/08/2006 P 16
25 Salsabila Astika Rantau Prapat 20/11/2006 P 16
26 Salsabila Ramadhani Bassiang 10/05/2006 P 16
27 Siddiq Samudra Batam 22/05/2003 L 19
28 Siti Khofifah Sri Karunia Batam 04/04/2006 P 16
29 Sitiacika Mustamin Batam 23/06/2006 P 16
30 Teuku Zabania Akbar Palembang 11/01/2005 L 17
31 Zephyr Tan Batam 05/10/2006 L 16
32 Zidan Kenedi Pekan Baru 01/07/2005 L 17
33 Zubaidah Pulau Labu 07/10/2004 P 18
93

JENIS
TEMPAT TANGGAL LAHIR
KELAMIN
N
NAMA JABATAN
O TGL
TEMPAT TAHU
L P LAHI BULAN
LAHIR N
R
1 2 4 5 6 7 8 9 10
1 Mutawalli, S.Pd.I L Seteluk 10 3 1982 KEPALA
Koto
2 Agusmal L 19 8 1990 WAKUR/GURU
Gadang
Tanjung
3 Imana Annisa, S.Pd P 20 5 1996 BENDAHARA/GURU
Pinang
Muhammad Luqmanul Serdang
4 L 10 2 1993 WALAS/GURU/SARPRAS
Hakim T, S.Pd.I Bedagai
Damukti Dewantara,
5 L Subang 5 12 1978 WALAS/GURU
S.Pd.I
Tingkaran
6 Deli Anna Hari, S.Pd P 6 1 1985 WALAS/GURU
g
WALAS/GURU/PEMBINA
7 Febriana Fitri , S.H P Batam 21 2 1997
OSIS
8 Yuliana, S .Pd P Padang 30 7 1988 GURU
Pancur
9 Hariyanto, M.Pd.I L 21 8 1972 WALAS/GURU
Desa
Kampung
10 Lela Yulistika P 4 12 1998 GURU
Tengah
Teluk
11 Mega Maisyarah P 28 11 1998 WALAS/GURU
Pinang
Sapta Dian Ade Putra Pasar
12 L 29 9 1991 KA TU/OP/TEKNISI
S.Kom Pedati
13 Jafar L Cengkui 5 6 1986 KEBERSIHAN/KEAMANAN
JUMLAH 7 6
Data Guru MA An Ni’mah Batam
94

Tabel Kuesioner

Petunjuk Pengisian

1. Tulislah terlebih dahulu identitas diri anda, mulai dari nama, kelas, dan sekolah.
2. Kuesioner terdiri dari 40 butir pernyataan dan pilihlah jawaban yang sesuai dengan
diri anda.
3. Bacalah dengan cermat setiap butir pernyataan.
4. Berilah tanda (X) pada jawaban yang sesuai dengan pilihan anda.
5. Jawablah setiap butir pernyataan secara jujur dengan keadaan yang anda alami.
Jawaban setiap pernyataan ada 4, yaitu
a. SS = Sangat Setuju
b. S = Setuju
c. N = Netral
d. TS = Tidak Setuju
e. STS = Sangat Tidak Setuju
6. Selamat Mengerjakan!
Nama

Kelas

1. Variabel Kompetensi Sosial Guru (X)


No Pertanyaan SS S N TS STS

5 4 3 2 1

1 Guru mampu berkomunikasi secara efektif dengan


peserta didik.

2 Guru mampu berkomunikasi dengan tulisan secara


efektif kepada peserta didik.

3 Guru mampu berkomunikasi dengan isyarat atau


bahasa tubuh secara efektif kepada peserta didik.

4 Guru mampu memberikan tugas atau penjelasan


menarik menggunakan media tertentu seperti infocus
95

dan lain sebagainya.

5 Guru mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif


dengan peserta didik, sesama pendidik dan tenaga
pendidik.

6 Guru mampu bergaul secara santun dengan peserta


didik, sesama pendidik, dan tenaga pendidik.

7 Guru mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif


dengan orang tua peserta didik.

8 Guru mampu berkomunikasi secara santun dengan


orang tua peserta didik.

9 Guru memiliki sifat empati kepada peserta didik,


tenaga pendidik dan orang tua pendidik

10 Guru memiliki rasa kesebersamaan yang tinggi kepada


peserta didik, tenaga pendidik dan orang tua peserta
didik

2. Variabel Perkembangan Sosial Siswa (Y)


No Pertanyaan SS S N TS STS

5 4 3 2 1

1 Siswa dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok


teman sebayanya.

2 Siswa dapat menyesuaikan dirinya dengan


masyarakat sekitar.

3 Siswa dapat menyesuaikan diri dengan norma-norma


kelompok , tradisi, dan moral agama.

4 Siswa mampu mengembangkan ketrampilan


komunikasi interpersonal dan bergaul dengan
teman sebaya, secara individual
96

5 Siswa mampu mengembangkan ketrampilan


komunikasi interpersonal dan bergaul dengan
teman sebaya, secara kelompok

6 Siswa mampu menemukan manusia model


yang dijadikan identitas pribadi nya.

7 Siswa mampu menerima dirinya sendiri

8 Siswa mampu memiliki kepercayaan diri


terhadap kemampuannya sendiri

9 Siswa mampu memperkuat self- control


(kemampuan mengendalikan diri) atas dasar
skala nilai, prinsip prinsip, atau falsafah hidup.

10 Siswa mampu meninggalkan reaksi dan


penyesuaian diri (sikap/perilaku) kekanak-
kanakan.
97
98
99
100
101

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nevy Neilya lahir di Batam 01 November 1999, putri ke-2 (dua) dari pasangan

suami istri (Ayah Jemmi Putra dan Ibu Suryanah), tumbuh dan menuntut ilmu di

Batam sedari kecil. Pendidikan yang ditempuh penulis yakni SDN 007 Batam

Kota lulus tahun 2012 kemudian melanjutkan ke SMPN 44 BP Batam lulus tahun

2015, kemudian melanjutkan ke MA An Ni’mah Batam Kec. Sagulung Prov.

Kepulauan Riau lulus tahun 2018 kemudian melanjutkan ke Sekolah Tinggi

Agama Islam Ibnu Sina Batam menempuh Strata Satu Program Pendidikan

Agama Islam. Sembari menuntuk ilmu penulis juga berkerja.

You might also like