You are on page 1of 14

MAKALAH

MENGGUNAKAN DAN MENGANALISIS PENGGUNAAN KATA YANG TEPAT

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia


Dosen Pengampu : Liga Febrina, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:

1. HIDAYATUL AKBAR (2161201220)


2. M Arfandi (2161201223)
3. Mardiana Ritonga (2161201224)
4. Monalisa (2161201226)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS BISNIS
INSTITUT BISNIS DAN TEKNOLOGI PELITA INDONESIA PEKANBARU
2022/2023

i
ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Kata dan Diksi" atau “DIKSI ATAU
PILIHAN KATA” dengan tepat waktu.

Maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah guna mengetahui penjelasan
tentang DIKSI ATAU PILIHAN KATA dan semua yang berhubungan dengan DIKSI ATAU
PILIHAN KATA tersebut.

Dan kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam
pembuatan makalah ini. Namun tentu saja makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
kami sangat mengharapkan saran saran positif yang bersifat membangun guna kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan juga
bagi penulis pada khususnya. Sekian dan terima kasih.

Pekanbaru, 6 Oktober 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

MAKALAH...........................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
1. Latar Belakang Masalah.............................................................................................................1
2. Rumusan Masalah.......................................................................................................................2
3. Tujuan Pembahasan....................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
1. Pengertian Diksi...........................................................................................................................3
2. Fungsi Diksi..................................................................................................................................3
3. Persyaratan dan Ketetapan Diksi...............................................................................................4
4. Makna Kata.................................................................................................................................5
5. Makna Denotatif dan Makna Konotatif.....................................................................................5
A. Makna Denotatif.....................................................................................................................5
B. Makna Konotatif.....................................................................................................................5
6. Gaya Bahasa................................................................................................................................6
BAB III.................................................................................................................................................8
PENUTUP............................................................................................................................................8
1. Kesimpulan..................................................................................................................................8
2. Saran.............................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................9

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Bahasa terdiri atas beberapa tataran gramatikal antara lain kata, frase, klausa, dan
kalimat. Kata merupakan tataran terendah & kalimat merupakan tataran tertinggi. Ketika
Anda menulis, kata merupakan kunci utama dalam upaya membentuk tulisan. Oleh karena
itu, sejumlah kata dalam Bahasa Indonesia harus dipahami dengan baik, agar ide dan pesan
seseorang dapat mudah dimengerti. Dengan demikian, kata-kata yang digunakan untuk
berkomunikasi harus dipahami dalam konteks alinea dan wacana. Kata sebagai unsur
bahasa, tidak dapat dipergunakan dengan sewenang-wenang. Akan tetapi, kata-kata
tersebut harus digunakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang benar.
Menulis merupakan kegiatan yang mampu menghasilkan ide-ide dalam bentuk
tulisan secara terus-menerus & teratur (produktif) serta mampu mengungkapkan
gambaran, maksud, gagasan, perasaan (ekspresif). Oleh karena itu, keterampilan menulis /
mengarang membutuhkan grafologi, struktur bahasa, & kosa kata. Salah satu unsur penting
dalam mengarang adalah penguasaan kosa kata. Kosa kata merupakan bagian dari diksi.
Ketetapan diksi dalam suatu karangan merupakan hal yang tidak dapat diabaikan karena
ketidaktetapan penggunaan diksi pasti akan menimbulkan ketidakjelasan makna.
Fungsi Pilihan kata atau Diksi adalah untuk memperoleh keindahan guna menambah
daya ekspresivitas. Maka sebuah kata akan lebih jelas, jika pilihan kata tersebut tepat dan
sesuai. Ketetapan pilihan kata bertujuan agar tidak menimbulkan interpretasi yang
berlainan antara penulis atau pembicara dengan membaca atau pendengar, sedangkan
kesesuaian kata bertujuan agar tidak merusak suasana. Selain itu berfungsi untuk
menghaluskan kata dan kalimat agar terasa lebih indah. Dan juga dengan adanya diksi oleh
pengarang berfungsi untuk mendukung jalan cerita agar lebih runtut mendeskripsikan
tokoh, lebih jelas mendeskripsikan latar waktu, latar tempat, dan latar sosial dalam cerita
tersebut.

1
2. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian diksi?
2. Apa fungsi diksi?
3. Apa persyaratan dan ketetapan diksi?
4. Apa itu makna kata?
5. Apa perbedaan makna denotatif dan konotatif?
6. Apa yang dinamakan gaya bahasa ?

3. Tujuan Pembahasan

Berdasarkan latar belakang


dan perumusan masalah yang
telah diuraikan di
atas, penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan :
Berdasarkan latar belakang
dan perumusan masalah yang
telah diuraikan di
atas, penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan :
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas,
penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan :
1. Untuk mengetahui pengertian diksi.
2. Untuk mengetahui fungsi diksi.
3. Untuk persyaratan dan ketepatan diksi.

2
4. Untuk memahami makna kata.
5. Untuk mengetahui perbedaan makna denotatif dan konotatif.
6. Untuk memahami gaya bahasa.

3
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Diksi
Pengertian pilihan kata atau diksi jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan oleh
jalinan kata-kata itu. Istilah ini bukan saja dipergunakan untuk menyatakan kata-kata mana
yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tapi juga meliputi persoalan
fraseologi, gaya bahasa, dan ungkapan. Fraseologi mencakup persoalan kata-kata dalam
pengelompokan atau susunannya, atau yang menyangkut cara-cara yang khusus berbrntuk
ungkapan-ungkapan. Gaya bahasa sebagai bagian dari diksi berkaitan dengan ungkapan-
ungkapan yang individual atau karakteristik, atau yang memiliki nilai artistik yang tinggi.
Diksi, dalam arti pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh
penulis atau pembicara. Arti kedua, arti “diksi” yang lebih umum digambarkan dengan kata
– seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga
kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan
intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya. Harimurti (1984) dalam kamus linguistic,
menyatakan bahwa diksi adalah pilhan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek
tertentu dalam berbicara di dalam karang mengarang.
Dalam KBBI (2002: 264) diksi diartikan sebagai pilihan kata yanng tepat dan selaras
dalam penggunaanya untuk menggungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu
seperti yang diharapkan. Jadi, diksi berhubungan dengan pengertian teknis dalam hal
karang-mengarang, hal tulis-menulis, serta tutur sapa.

2. Fungsi Diksi
Dalam karangan ilmiah, diksi dipakai untuk menyatakan sebuah konsep, pembuktian,
hasil pemikiran, atau solusi dari suatu masalah. Adapun fungsi diksi antara lain :
a. Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.
b. Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat.
c. Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
d. Mencegah perbedaan penafsiran.
e. Mencagah salah pemahaman.
f. Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.

4
3. Persyaratan dan Ketetapan Diksi
Ketepatan adalah kamampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang sama
pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis
atau pembicara, maka setiap penulis atau pembicara harus berusaha secermat mungkin
memilih kata-kata untuk mencapai magsud tertentu. Ketepatan tidak akan menimbulkan
salah paham.
Ada beberapa yang perlu diperhatikan dalam pemilihan kata untuk mencapai
ketepatan pilihan katanya itu.
1. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi. Dari kedua kata yang
mempunyai makna yang mirip satu sama lain ia harus menetapkan mana yang akan
dipergunakannya untuk mencapai magsudnya. Kalau hanya pengertian dasar yang
diinginkannnya, ia harus memilih kata yang denotatif, kalau ia menghendaki reaksi
emosional tertentu, ia harus memilih kata konotatif sesuai dengan sasaran yang akan
dicapainya itu.
2. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim. Kata-kata
bersinonim tidak selalu memiliki distribusi yang saling melengkapi. Sebab itu, penulis
atau pembicara harus hati-hati memilih kata dari sekian sinonim yang ada, untuk
menyampaikan apa yang diinginkannya, sehingga tidak timbul interpretasi yang
berlainan.
3. Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya. Bila penulis sendiri tidak mampu
membedakan kata-kata yang mirip ejaannya itu, maka akan membawa akibat yang
tidak diinginkan, yaitu salah paham. Kata-kata yang mirip dalam tulisannya itu
misalnya : bahwa-bawah-bawa, proposisi-preposisi, korparasikoperasi, dan
sebagainya.
4. Hindarilah kata-kata ciptaan sendiri. Bahasa selalu tumbuh dan berkembang sesuai
dengan perkembangan masyarakat. Pemkembahan bahasa pertama-tama tampak
dari pertambahan jumlah kata baru. Namun hal itu tidak berarti bahwa setiap orang
boleh menciptakan kata baru seenaknya. Kata baru biasanya muncul untuk pertama
kali karna dipakai oleh orang-orang terkenal atau pengarang terkenal. Bila anggota
masyarakat lainnya menerima kata itu, maka lama-kelamaan kata itu akan menjadi
milik masyarakat. Neologisme atau kata baru atau penggunaan sebuah kata lama
dengan makna dan fungsi yang baru termasuk dalam kelompok ini.
5. Waspadalah terhadap penggunaan akhiran asing, terutama kata-kata asing yang
mengandung akhiran asing tersebut. Perhatikan penggunaan : idiom-idiomatic,
progres-progresif, kultur-kultural, dan sebagainya.
6. Membedakan pemakaian kata penghubung yang berpasangan secara tepat.
7. Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis : ingat
akan bukan ingat terhadap; berharap, berharap akan, mengharapkan bukan
mengharap akan; berbahaya, berbahaya bagi, membahayakan sesuatu bukan
membahayakan bagi sesuatu; takut akan, menakuti sesuatu (lokatif).
8. Untuk menjamin ketepatan diksi, penulis atau pembicara harus membedakan kata
umum dan kata khusus. Kata umum digunakan untuk mengungkapkan gagasan atau
ide yang umum, sedangkan kata khusus digunakan untuk seluk beluknya atau

5
perinciannya. Kata khusus lebih tepat menggambarkan sesuatu dari pada kata
umum.
9. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
10. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata.

4. Makna Kata
Kata sebagai satuan dari perbendaharaan kata sebuah bahasa mengandung dua
aspek, yaitu aspek bentuk atau ekspresi dan aspek isi makna. Bentuk atau ekspresi adalah
segi yang dapat dicerap dengan pancaindra, yaitu dengan mendengar atau dengan melihat.
Sebaliknya segi isi atau makna adalah segi yang menimbulkan reaksi dalam pikiran
pendengar atau pembaca karna rangsangan aspek bentuk tadi. Contoh :
Ketika ada orang berteriak “maling !” timbul reaksi dalam pikiran kita bahwa “ada
seseorang yang berusaha mencuri barang orang lain”. Jadi bentuk dan ekspresinya adalah
kata maling yang diucapkan orang tadi, sedangkan makna atau isi adalah “reaksi yang timbul
pada orang yang mendengar”.

5. Makna Denotatif dan Makna Konotatif


Di dalam sebuah tulisan biasanya kita sulit untuk menentukan atau menginterpretasi
makna sebuah kata atau frasa. Hal ini disebabkan karena adanya makna yang disampaikan
secara sebenarnya (Denotasi) dan makna yang disampaikan dalam bentuk kiasan (Konotasi).
A. Makna Denotatif
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini
adalah makna yang sesuai dengan apa adanya . Denotatif adalah suatu pengertian yang
dikandung dalam sebuah kata secara objektif. Makna denotatif (denotasi) lazim disebut: 1)
makna konseptual yaitu makna yang sesuai dengan hasil observasi (pengamatan) menurut
penglihatan, penciuman, pendengaran, atau pengalaman yang berhubungan dengan
informasi (data) faktual dan objektif. 2) makna sebenarnya, umpamanya, kata kursi yaitu
tempat duduk yang berkaki empat (makna sebenarnya). 3) makna lugas yaitu makna apa
adanya, lugu, polos, makna sebenarnya.
Contoh:
Wanita dan perempuan secara konseptual sama ; gadis dan perawan secara
denotatif sama makananya, kumpulan, rombongan, gerombolan, secara konseptual sama
maknanya. Istri dan bini secara konseptual sama.
B. Makna Konotatif
Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap social,
dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Makna konotatif
atau konotasi berarti makna kias, bukan makna sebenarnya. Sebuah kata dapat berbeda

6
dari satu masyakat ke masyarakat lain, sesuai dengan pandangan hidup dan norma
masyarakat tersebut. Makna konotasi juga dapat berubah dari waktu ke waktu.
Contoh:
“Prabowo Hatta dan Jokowi Kalla berebut kursi presiden.” Kalimat tersebut tidak
menunjukan makna bahwa Prabowo dan Jokowi Kalla tarik-menarik kursi. Karena kata kursi
berarti jabatan presiden.
Makna konotatif dan denotatif berhubungan erat dengan kebutuhan pemakaian
bahasa. Makna denotatif ialah arti harfiah suatu kata tanpa ada suatu makna yang
menyertainya, sedangkan makna konotatif adalah makna yang mempunyai tautan pikiran,
perasaan, dan lain-lain yang menimbulkan nilai rasa tertentu. Dengan kata lain, makna
konotatif lebih bersifat pribadi dan khusus, sedangkan denotatif maknanya umum.
Kalimat dibawah ini menunjukan hal itu.
Dia adalah wanita manis (konotatif).
Dia adalah wanita cantik (denotatif).
Kata cantik lebih umum daripada kata manis. Kata cantik akan memberikan
gambaran umum seorang wanita. Akan tetapi, dalam kata manis terkandung suatu maksud
yang bersifat memukau perasaan kita.
Nilai kata-kata itu dapat bersifat baik dan dapat pula bersifat jelek. Katakata yang
berkonotasi jelek dapat kita sebutkan seperti kata tolol (lebih jelek daripada bodoh ),
mampus (lebih jelek daripada mati), dan gubuk (lebih jelek daripada rumah). Di pahak lain,
kata-kata itu dapat mengandung arti kiasan yang terjadi dari makna denotative referen lain.
Makna yang dikenakan kepada kata itu dengan sendirinya akan ganda sehingga kontekslah
yang lebih banyak berperan dalam hal ini.
Perhatikan contoh dibawah ini:
Sejak dua tahun yang lalu ia membanting tulang untuk memperoleh kepercayaan
masyarakat. Kata membanting tulang (yang mengambil suatu denotatif kata pekerjaan
membanting sebuah tulang) mengandung makna “bekerja keras” yang mengandung sebuah
kiasan. Kata membanting tulang dapat kita masukan dalam golongan kata yang bermakna
konotatif.

6. Gaya Bahasa
Pengertian Gaya Bahasa
Gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Kata
style diturunkan dari kata Latin stilus, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan
lilin. Keahlian dalam menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada
lempengan tadi. Kelak pada waktu penekanan dititikberatkan pada keahlian untuk menulis

7
indah, maka style berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis atau
mempergunakan kata-kata secara indah.
Karena perkembangan itu, gaya bahasa atau style menjadi masalah atau bagian dari
diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian fakta, frasa atau
klausa tertentu. Sebab itu, persoalan gaya bahasa meliputi semua hirarki kebahasaan :
pilihan kata secara individual, frasa, klausa, dan kalimat, bahkan mencakup pula sebuah
wacana secara keseluruhan.
Walaupun kata style berasal dari bahasa Latin, orang Yunani sudah mengembangkan sendiri
teori-teori mengenai style itu. Ada dua aliran yang terkenal, yaitu :
1. Aliran Platonik: menganggap style sebagai kualitas suatu ungkapan, menurut mereka
ada ungkapan yang memiliki style, ada juga yang tidak style.
2. Aliran Aristoteles: menganggap bahwa gaya adalah suatu kualitas yang inheren, yang
ada dalam ungkapan. Dengan demikian, aliran Plato mengatakan bahwa ada karya
yang memiliki gaya dan ada karya karya yang sama sekali tidak memiliki gaya.
Sebaliknya, aliran Aristoteles mengatakan bahwa semua karya memiliki gaya, tetapi
ada karya yang memiliki gaya yang tinggi ada yang rendah, ada karya yang memiliki
gaya yang kuat ada yang lemah, ada yng memiliki gaya yang baik ada yang memiliki
gaya yang jelek.
Bila kita melihat gaya secara umum, kita dapat mengatakan bahwa gaya adalah cara
mengungkapkan diri sendiri, entah melalui bahasa, tingkah laku, berpakaian, dan
sebagainya. Dengan menerima pengertian ini maka kita dapat mengatakan “cara
berpakaiannya menarik perhatian banyak orang”, “Cara menulisnya lain dari pada
kebanyakan orang”, “Cara jalannya lain dari pada yang lain”, yang memang sama artinya
dengan “gaya berpakaian”, “gaya menulis” dan “gaya berjalan”. Dilihat dari segi bahasa,
gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa. Gaya bahasa memungkinkan kita dapat
menilai pribadi, watak dan kemampuan seseorang yang menggunakan bahasa itu. Semakin
baik gaya bahasanya, semakin baik pula penilaian orang terhadapnya, semakin buruk gaya
bahasa seseorang, semakin buruk pula penilaian diberikan kepadanya. Akhirnya style atau
gaya bahasa dapat dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas
yang diperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).

8
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Diksi atau pilihan kata adalah kemampuan seseorang dalam memilih kata untuk
mencapai penyampaian yang tepat dalam berbicara atau menulis, sehingga tidak
menimbulkan makna yang tidak dikehendaki pembicara atau penulis.Kreativitas dalam
memilih kata merupakan kunci utama pengarang dalam menulis gagasan atau ungkapan.
Penguasaan dalam pengolahan kata juga merupakan kunci utama dalam menghasilkan
tulisan yang indah, dapat dibaca serta ide yang ingin disampaikan penulis dapat dipahami
dengan baik.
Kata yang tepat akan membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat apa yang
ingin disampaikannya baik secara lisan maupun dengan tulisan. Pembentukan kata atau
istilah adalah kata yang mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan atau sifat yang
khas dalam bidang tertentu.Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa diksi mempunyai persamaan yaitu sama-sama penulis ingin menyampaikan sesuatu
di hasil karya tulisannya dengan maksud agar pembaca dapat memahami maksud dan
tujuan penulis.

2. Saran
Dengan adanya makalah ini dapat mengetahui lebih mendalam tentang diksi atau
pemilihan kata, serta penulis berharap dengan adanya karya tulis ini dapat bermanfaat bagi
pelajar, mahasiswa serta semua pihak yang membaca karya ilmiah ini. Melalui makalah ini
supaya penulis dapat memahami lebih mendalam lagi sehingga dapat membentuk generasi
yang cerdas dan berbudi pekerti yang baik.
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan
dan jauh dari kesempurnaan. Maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak, untuk dapat menulis karya ilmiah yang lebih baik lagi
kedepannya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Adi, Tri. 2007 Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik, CV Andi Offset, Yogyakarta.

Moeliono, Anton, 1991. Santun bahasa, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sugono, Dendy, 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa,Jakarta.


https://www.merdeka.com/jabar/diksi-adalah-pilihan-kata-ketahui-tujuan-fungsidan-ciri-
cirinya-kln.html

https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-diksi.html

https://hot.liputan6.com/read/4386506/diksi-adalah-pilihan-kata-kenali-ciri-cirijenis-dan-
fungsinya

10

You might also like