You are on page 1of 12
BAPAK (@. Sularto) Parapeloku: Bop, 5 ohon i Sulung, 28 tahun SiBungsy, 24 tahun Pei, 26 tahun Bagimu, kemerdeckaan bum pasaks, Drama ini tradi pada tngga! 19 Januari 1949, sebulan sesudah tentaa Kolonia! Belanda melacaran aksi agesinya yang kedua dengan rmerebut bu kota Republik Indonesia, Yogyakarta, Teatara Kolonia telah pala sap siagn melancarkan serangan kilt hendak merebut sebuah kota staegis yang hanya dipetahackan oleh sty tatalyon Tenfara Nasional Indonesia, Di Kola ituah si Bapak dkagetkan Kedtangan putea sulngnya ‘yang mendadak munclsetlahbertahun meant tana kabar bert, Si slung tela Kembali plang dengan membave sebuh usul yang ‘mengagetkan si Bapak. ‘Woltu i seputar poku! 1000. Si Bapok yang sudah lnjt ui, terjalan hil mdik dengan membawa beban persoslan yan terus-meners mmerongrongpikirnnya, Bapak: Dia pura sulunghu. Si anak bilang telah Kembali plang. Dan ‘sebuah usul diajukan, segera mengungsi ke daerah pendudukan yng serba aman fenteram. Hem, ya, ya, usula dapat kumengerti, Karen ia suda terbiasabertahun hidup di sana. Dalam sangkar, Jul ar era prabar. Bertahun mata hana digelabutakan oleh nina bobok, Ielbuai si penjajah, Bertahun semangatnya ijinakkan oleh sup roku, Celaka, 0, betapa celaka nian, i Bungsusenyumn mendstang. Bungsu: Ah Bapak rupanya lagi ngomong seorang diri Bapak: Bungsu: Bapak: ‘Ya anak, terkadang orang lebih suks ngomong pada diri seni. Topi, bukankah tai kau bersama abana? Ya. Sehari kami tamasya mengitari selurub penjuru kota, Sayang sekali kari tidak berhasil menersi Mas... Tenanganenu? ‘Ah dia selalu sibuk dengan urusan emilteran metal. Bahan ‘ketika kami mendatangi asramanya ia tidak ada. Kata mereka dia ‘sedang rapat dinas. Hebeh, seolah-olah seluruh hidupnya tersita ‘untuk urusan-urusan milter saa, Kita sedang dalam keadsan darurt perang, Nak. Dan dalam Keeadaan begini bagi seorang prajurt kepentingan negara adalah Segalanys. Bukan saja seluruh waktunys, behkan juga jiwa ragenya, Topi, ch, mana abangmu sekarang? Bungsu: Oo, rupanya dia begitu rindy pada bumi kelahirannya Seluruh Bapak: Bungsa penjuru kota dipotreti semua. Tapi kurasa abung akan segeretiba, Dan sudebkah Bapak menjawab usul yang diajukannys itu? Itulah, tush yang hendak kuputushan sekarang ini, Nak. Nah itala dia! Si Sulung mendatang dengan mencaagklong pesawat potret, mengrnakan ‘kacamata hitam Terus duduk, melepas kaca mata dan meletakkan pesawat potret di mej, Sulung: Sulong: Bungsu: Hubuh, kota trcntaku ini rupanya sudah berubah wajah. Dipenuhi Penghuni baju seragam menyandang senapan. Dipagari lingkaran kawat berduri. Dan wajahaya kini menjadi garang berhiaskan laras-laras senapan mesinTapi datas sogalanya, kota tercntaku ‘masib tetap memberikaa kejeliteanya. ‘Begitulah, Nak suasana kota yang sedang dicekam keadaan darurat ‘perang. ‘Ya pertande akan hilang keamanan, berganti huru-hara keonaran. Daa, mompung masih keburu waktu, bagaimana dengan putusan ‘Bapak atas usulke itu? Menyesal sekali, Nak. Bopak menjawab dengan penolakan bukan’? Ya Savahan Bap sng bjksan, ‘Sulung: Bungsu: Bapak: Sulung: Bapake ‘Suhung: Bapak: Subang: Bapale Bijaksana!?! Ya, kau benar manish. Setidaetidekrya emikianlah anggapanma, karena bukankah secara kebetlen tunanganms adalah seorang perwira TN i sini. Tapi maa, bukan ‘maksudkas menyindirme, adik sayang. ‘Ah, tidak mengapa. Kan hanya sedang keletihan, Mengasolah dul, ya Abang. Mengatolah, kan begin capek nampakaya. Bapa, iar aku pergi belanja dulv untuk hidangan makan siang nanti. Si ‘Buungsu pergi Si Sulung mengantar dengan seayum, Nak, perimbangan bukanlah Karena masa depan adiksmu seorang, ‘Joga bukan karen masa depen sisa usiaku Hem Lali? Karena rumah dan tanah pusaka ini barangkali ya, Bapak? ‘Sesungguhnyalah, Nek, lt karena it, (Qo yau?t? Apa ita ya, Bapek? ‘Kemerdekaan. ‘Kemerdekaan!7! Kemerdekzan siapa! ‘Bangsa dan bumi pusaka. Si Sulung Suhmng: HH é Bapak yang baik. Bertahun sudah aku hidyp di deerah penduduk sana bersama beribu bangsa avrak yang tercinta.Dan aku seperti juga mereka, tidak pernah rasa jadi budakbelianataupun tawanan ‘perang. Ketabuilah ya, Bapak, di sana kami hidup merdeka. Bebaskah keu meauntut kemerdckaan? Hobo, apa yang masti ditt! Kami di sana manusia-manusia merdeka. ‘Bagaimana kemerdekaan menurut kau, Nak? Hem. Di sana kami punya wali negara, bangsa awak. Di sana, ‘segalalapang kerja teebuka leba-febar bagi bangsa awak. Di sana ‘bagian terbesar tentara polisi, alat negara bangsa awak. Di alas segalanya, kami hidup dalam damai, Rukun berdampingan antara si pti dan bangsa awa... Dan di stas segalanya pula, di sana si putih menjadi yang dipertuan. Dan sebuah bendera asing jadi lambang kedauiatan, Jambang kussa; penjajahan, Dapatkah itu kau artikan suaty emerdekaan? if i Sulung: Bapak: Sulung: Abs, Bapak berpikir secara politi. tu urusan politi ‘Nak, Kemerdekan atau penjajahan selalu soa! politi. Selalu ‘merupakan buah politik Baik, baik. Tapi ya, Bapak, kita bukan politi. Nak, setiap patriot pada hakikstnya adalah seorang, politikus jua. Kendati tidak haras berarti menjadi seorang diplomat, seorang ‘negarawan. Dan justr karena kesadaran dan pengertian poitknya itulah, secrang patric akan senantiasa membangkang pada tiap politi penjajahan. Betapapun manisnya bentuk Iahimya, Renungkanlah itu, Nak. Dan marilah kuarbil coatoh masa lalu. Bukankah dua semasa kita masih hidup dalam alam Hindia- BBelands, kts hidup serba kecukupan dalam sandang pangan. Tapi, “Nak, apakah jaminan perut kenyang, kecukupan sandang pangan, Aesejaberaan hidup heluarga dalam svasana amaa tenteram dan masa pensiun yang cauk, sudah dengan sendirinya berarti dalam kkemerdekaan? Tidak anakku! Kemerdekaan tidak ditentukan oleh semua itu. Kemerdeksan adalah soal harga diri kebangsaan, soa! ichormatan kebangsaan. [a ditentukan oleh kenyataan, apakeh sesuatu. bangsa menjadi yang dipertuan mutlak atas bumi pusakanya sendiri stau tidak. Ya, anak, renungkanlah kebenaran veapanku ii. Renunghash.. Mossel ym Bey: Reruns Aim betel bat ie Moe a pe ge ‘yakin kau akan mampu menemukan tik simpul kebenaran ‘veapankw itu, Baik-baik, itu akan kurenungkan, mungkin kelak aku akan membenarkan tafsir BapekTapi sekarang ini dan dalam wakts mendatang yang singkat, aku belum bersedia untuk mem- pertimbangkanaya. Lagipula, kita sekarang diburu waktu. Karena- nya, kumohon agar Bapak berkenan sekali lagi mempertimbang- kan usullu! Setidak-tidaknya, demi kedamaian hidup masa tux [Bapsk juga. Bahkan, sebenarnya demi masa depan adikku satu- soturya itu. Tapi karena dia lebih memberati masa xikahnya dengan seorang perwira TNI, terpulanglah pads kehendaknya sendisi. Cuma, telah lapesankan padanya, agar ia segera saja pindah ke pedalamaa yang masih jauh dari jangkavan peliru meriam, Karena, kurasa wajah kota tercintaku ini tak lama lagi kan hancur lebur ditimpa hebinasean pereng. [Nak apa pan yang trjadi aku akan tetap bertabon di sini. Dan bila mereka melanda kota ini, [asya Allah akw pun akan ikut anghat seajata Bukan Karena rumah dan tanah waris. Tepi karen Kemerdekaan bum pesaka.Ya, mungkin sekali pembelaankw akan kurang terati, Namun dalam sett ama) baktiku ituiah, Jeviemukan bahagia dalam sisa usisku. Dan kaiaupan aku masti ‘untuk iu, niscayalah aku ikhlas mati dalam damai di hati. Nab, kau ‘pun tahu aku tidak pernah memaksakan kehendaklas pada anak- ‘anakku, Bila ada anakku yang yakin bahwa masa depannya di daerah pendodukan akan lebih membahngiakn hidupnya, silakan pergi. Begitulah, bila adikmu mantap untuk mengungsi ke sane, silakan pergi bersamamu. Tapi adikma diesarkan dslam alam emerdeksan, jadi tentlah din dapat ati kemerdekaan Karena aku xyakin dia akan tidak pemah ragu uatuk menentukan ke mana cita hhidupnys hendak dibawa. Dan kuresa bukanish sal perikahanaya dengan seorang perwire TNI yang menjadi dasar timbang rasa, timbang hatinya.Tapi pengertan cintanya pads kemerdekaan bumi ‘Ah, Bapak terpanggang oleh api sentimen patriotisme.Ya, ya aku ‘memnang dapat mengert,lantaran dulu Bapak pernah jadi beronan ppemerinah Hindia Belanda Bahkan, sampai-sampai marhumah ‘Bunda wafat dalam ska kesepian dan kegelisahan karena Bapak selalu Kelusr-masuk penjara. Dan, kini rupanys Bapak me- riimpakan segala dendam its pada pemerintah Kerajan. Bapak, ‘sebaiknya lupakanlah masa lalu. Lupakantah semua duka cerita itu, ‘Anak sayang, kebeocianlcs pada mereks, dulu, soksrang, dan besok, bukan Karena dendam pribadi. Tidak! Pembangkanganky duly, sekarang, dan besok, bukanlah karena sentimen, tapi karesa keyakinen. Ya, keyakinan bahwa mereka adalah penjajah. Keyakinan, bahwa membangkang penjajah adalah suatu tindak ‘mulia, tindak hak. Untek inulsh aku rela dalam menderita dan ‘Sulong: Bapak: PLE ‘korbankan segalanya Nak, dan alca bangga untuk itu. Juga almar- human bundamu, Nek. Karena ia tabu dan sadar akan ati pengorbanannya. Tidak akan pernah tersia. Meski takkan sds bbintang jasa dan tugu kenangan baginya.... Lepas dari setuju atau tidak, ake kagumi Bapek dalam meneguhi keyakinan. Ye, lepas dari sotyju atau tidak, ako kagurni kesabaran ddan Ketabahan marhumah bunda. Untuk itulah aku seta bangga pada Bepak dan marhumah Bunda. Juga pada adikiu seorang yang bogita tinggi Kesadaran pengertiannya, begita agung cintanys pada emerdekaan, meski tafsirannya adalah tafsiran yang. Bapak rumuskan. Dan ya, kita memang mesti berbengga diri dalam ‘menoguhi cita dan keyakinan masing-masing Tapi, ya, Bapak, vusulku tak ada sangkut pautnya dengan masalah kebanggaan- kkebanggaanpribadi. Usulku cume untuk keselamatan pribadi! Kau benar, usulmu memang tak bersangkat peut dengan Keebanggatr-kebanggsan pribadi. Tapi usulma itu langsang ‘menyentuh Keyakinan-keyakinan pribadi. Dan menurut jalan pikiran keyakinanke, usulma ita wajib ditolak. Mutlak! Sebab mengorbankan keyakisan, bagiku nilai rasanya sungguh teramat nista.Tengokiah sejarah Tihatlah betapa pare satria Mustim syehid dalam membela dan menegubi Keyakinannya, Betapa kaum Nasrani bogitu pasrah mati dikoysk-Koyak sings di zaman Nero. Ya, mereka yang Muslim, yang Nasrani sama tulus ikhlas mati syahid menurut anggapannya, dari pada mengorbankan keyakinan- Kkeyakinan yang mercka toguhi. ‘Ya, bila memang Bapak begitu teguh pada pendirian yang Bapak ant, apa boleh bust... Tapi, Nak, izinkan aku tanya. Bagaimana sikapmu dalam pérjuangan pembangkangan kita melawan penjajah? Sudah kunyatakan tadi, bhwa antara kita ada perbedaan hut, perbedaan dalam merumaskan tafsir makna. Kita menempub jalan yang beda. Bapak menempuh jalan pembangkangan, aku sebaliknya. Konsekuensinys memang berat amai. Situ trigedi. Dan menurut tanggspanku,tragedi yang trjadi dan bakal tradi di Sulung Baal: Salung: sini menjadi tanggang jawab kaum ekstremis, dari pihak yang sekeyakinan dengan Bapak. Sayang sehali, Nak, kite togak pada dua kutub yang berientangan sccara asesi, Tapi adalah elie bila kaw menimpakan kesalshan don tanggung jawab segala Duka cita kepada kami, Nak Kami cinta demi, tapi adalah pest, lebih merberati kemerdekaant Dan bila pak Kalian membenarkan tindak paksa, tndak kekerasan dalam menindss ger perjvangan kemerdckaan, maka pihsk kari pur membenarkan tindek pembangkangan bersenjata. Bagaimana pun juga, kedudukan Kami adolah berthan diri. Nak, sejarch ‘membaidikan bahwa sejak kam penjajsh melangkahi bomi ‘puseka kita, merckalah yang menciptakan segaln sengketa berdarah ‘antara sesama kita, Politik penjajahanmerekalah yang smeaghesilkan duka cerita di tamah air, Ya, di mana saja. Adaleh koum penjajah yang menjadi biang keladi den yang bertanggung jaw tas sogaladuka cera bangsa yang trai! Begiuy pendapat Bapak7Memang Bapak ada bak penuh untuk berpendapatdemikian itu. Nak, keyakinanma salah, Sodatah! Salah bagi Bapak, benar bagiku. Dan, aku sacar benar akan itu, Dan dengan penuh kesadaran pula, aku bersedia menanggung ‘segala risikonya. i Sulung melangkah ke dalam, Bapak Bunga: Ya, memang Keyakinan tidak bise dipaksakan, Tidak juga oleh ssorang Bapak pads anak kandung sendir. Narn, bagtimana pun jua, aku telah mengingathannya. Dari dalam remah kedengaran suara-suara isyarat pesawat. pemancar isyerst. Bapek tersentak Keeberanan, Dan dengan penuh curign si Bapek melangkah ke dalam: Si Bungse muncul dengan mencangklong tas penuh berisi bbunghusan makanan dan sayur-mayar Fe, ke mana semuany ini. Di lax kedengaran suara orang mengetuk-agetak pints, permis, Bngsu: Oo, Mas, Mari mas silakan masuk. Perwira euncul berring senyam bersambut senryum si Bungsu. Perwira: ‘Maaflkan, ska tadi tidak sempat menemui Bungsu: Lupakanlah. Yang penting sekarang Mas sudah berada di sini, Perwire: Di mana sbangrne, Dik? Tentulah ia amat jengkel padsk, bukan? ‘Karena sejak kedatangannys ci sini, ia selalu tidak berbasil dalam ‘wsahanya mengenalkx. Ya, aku pun sangat ingin mengenalnys. ‘Dapatiah kini ake yang memperkenalkan diri? Bunga Tent Dan ita sudab kewajibanma, Mas. ‘Mendsdak dari dalam kedengaran suara tembakan pistol beberapa kali. Si Bungsu dan Perwira tersentak kaget. Bungsu: Kau dengar, Mas? Peewira: Tembakan pistol! Bungsu: Dari dalam rumah ... Peewira: Pasti ada sesuatu yang tidak beres, di dalam sana, Adakah Bepak ‘meriliki senjata api ita, Dik? Bungsu; Setahuku, tidak, Perwira: Abangmu, barangkali? ‘Si Bapok mendedak muncal dengan pistol di tangan kanan dan sebuah map tebal di tangan kiri, Mereks saling menstap dengan heran tegang. Si Bapak ameletakkan map di alas mej pistol diltakkan di acasnya, Bapak: Pistol ini lik putera sulangku Bungsu: Bapak, apa yang terjail Bapak: Aku. aku telsh menembak mati sbangma, anak kandunghs pribadi. $i Bungou menjeit. Bungsu; Tapi ... tapi bagaimana mungkin Bapak bertindak begit ... ‘Bapok: Bagaimana pun juga, sku telah melakukannya dengan penuh ‘kesadaran. Bongsu: Apa... apa dosa sbangku seorang! Si Bapak tenang duduk, berustha menguasai diti. Lalu menatap ke arah Perwira yang masih terpeku keberanan. Bape: Nak, ltatlah ida alat-alt apa saja di kamar dalam san. Bungsu: Bara, jaan tanyoku tadi, Ketakanlah aps dosa, ape salah Abang! Si Bapak terdiam, $i Bungsu teriak pitt, Perwira cepat ke dalam, Sejenak sepi selain sedu sedan si Bungsu. Kemudian Perwira muncal pala dengan wajah menucat, tangan kanan mencangklong alat peneropong. Tangn ki rmengepitlipatan peta milter dan pistol isyarat Bapak: Apa saja yang kautemukan di sans... ‘Perwira: Sebuah alat pesawat pemancar isyarat radio. Dan yang kubawa ini... Barang-borang diletakikan ke atas meja. Pecwira: Pistol isyara. Peta militer yang secara trperinci menggamberkan deoah kota ini, lengkap dengan tempat-tempat instalasi-instalasi rlitr, kubu-bubu petahanan kita di sini. Si Bapak menoleh ke aah si Bungse yang masih ters, Bepak: — Kaudengar scadiri, Nak? Abangmu seorang pengkhianat, ‘i Bapak gemetar tubuhaya, dan suaranya menggemetarlah Bapak: Dia anak kandungku, pengkhianat! Mam si Bapek terkaca basah, berulang kali monggumam kata-kata “peapkhiarat”, Dengan menahan ararh campur kepedihan hati, si Bapak imengeluarkan sebuah potret ukuren kartu pos dari dalam map yang tadi

You might also like