You are on page 1of 9

TUGAS MAKALAH

KASUS PENISTAAN AGAMA


(AL-QUR’AN SEBAGAI SUMBER HUKUM PERTAMA)

KU2061 – AGAMA DAN ETIKA ISLAM

Disusun oleh :
Bagus Danang Suryo Adi 15515040

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

BANDUNG

2016
1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Allah menurunkan Al-Quran kepada umat manusia melalui nabi Muhammad SAW sebagai kitab suci
terakhir untuk dijadikan pedoman hidup. Al-Quran yang tidak ada keraguan sedikit pun di dalamnya
mengandung petunjuk-petunjuk yang dapat menyinari seluruh isi alam ini.

Sebagai kitab suci sepanjang zaman, Al-Quran memuat informasi dasar berbagai masalah termasuk
informasi mengenai hukum, etika, science, antariksa, kedokteran dan sebagainya. Hal ini merupakan
salah satu bukti bahwa kandungan Al-Quran bersifat luas dan luwes.

Mayoritas kandungan Al-Quran merupakan dasar-dasar hukum dan pengetahuan, manusialah yang
berperan sekaligus bertugas menganalisa, merinci, dan membuat garis besar kebenaran Al-Quran agar
dapat dijadikan sumber penyelesaian masalah kehidupan manusia.

Al-Qur’an memiliki kebenaran yang absolut yang berlaku pada setiap kejadian dan tidak bisa diubah
kebenarannya oleh manusia. Sebagai umat Muslim, kita harus yakin nilai-nilai kebenaran pada Al-Qur’an
akan membuat kehidupan kita lebih teratur, tentram serta diberkahi oleh Allah swt.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dibuktikan bahwa al-Qur’an adalah sumber hukum pertama bagi
umat Islam. Maka, rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Apa langkah pertama umat Islam Indonesia khususnya mengenai penistaan agama yg
menyangkut QS Al Maidah ayat 51?
2. Bagaimanakah efek terhadap kehidupan umat beragama Islam?
3.

1
2. Kerangka Teoritis

Dalam kerangka teori ini penulis akan mengemukakan teori-teori yang berhu- bungan dengan bidang
yang akan dikaji.

Berikut adalah bagan sederhana yang akan penulis bahas pada bab selanjutnya:

Faktor Predisposisi

Agama/Kepercayaan

Faktor Pendukung Al-Qur’an


Kesesuaian norma yang sebagai sumber
berlaku dengan Al-Qur’an hukum pertama

Faktor Pendorong

Bukti kemu’jizatan Al-Qur’an

2.1 Pengertian Al-Qur’an

2.2.1 Pengertian Al-Qur’an Menurut Bahasa

Quran merupakan isim Mashdar (kata benda) dari kata kerja qoro-’a (‫ )أرق‬yang bermakna talaa (‫ )الت‬yang
berarti membaca, atau bermakna jama’a yang berati mengumpulkan atau mengoleksi.

Makna kata quran sinonim dengan qira’ah yang keduanya berasal dari kata qara’a. Dari segi makna, lafal
quran bermakna bacaan.

ُ‫ِإ َّن َعلَ ْينَا َج ْم َعهُ َوقُرْ آنَهُ – فَِإ َذا قَ َرْأنَاهُ فَاتَّبِ ْع قُرْ آنَه‬

2
“Sesungguhnya atas tanggungan kami lah mengumpulkan nya (al-Qur’an) di dadamu dan membuatmu
pandai membaca. Maka bila kami telah selesai membacakan nya ikutilah bacaan tersebut” (Al-Qiyamah:
17-18)

2.2.2 Pengertian Al-Qur’an Menurut Syariat

Al-Quran adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Rasulullah Muhammad SAW melalui malaikat
Jibril, diawali dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Naas, membaca Al-Quran adalah
ibadah.

Kata “kalam” sebenarnya meliputi seluruh perkataan, namun karena istilah itu disandarkan kepada Allah
akhirnya menjadi kalamullah. Perkataan yang berasal dari selain Allah seperti perkataan manusia, jin
maupun malaikat tidak dinamakan Al-Quran.

Allah telah menjamin untuk menjaga Al-Quran dari upaya merubah, menambah, mengurangi atau pun
menggantinya.

َ‫ِإنَّا نَحْ نُ نَ َّز ْلنَا ال ِّذ ْك َر وَِإنَّا لَهُ لَ َحافِظُون‬

“Sesungguhnya Kami-lah yang menunkan al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benr-benar


memeliharanya.” (Al-Hijr:9)

3
3. Tinjauan Pustaka

3.1 Faktor Predisposisi

3.1.1 Hakikat Al-Qur’an

Arti kata hakikat adalah kebenaran, sifat alami, bentuk, dan sebagainya. Al-Qur’an merupakan firman
Allah SWT yang diturunkan kepada Muhammad SAW. Al-Qur’an bukanlah sekumpulan tulisan, tetapi
Al-Qur’an adalah petunjuk kehidupan dengan makna yang tersirat. Al-Qur’an merupakan sesuatu yang
agung, bukan sekadar tulisan.

Al-Qur’an adalah sumber hukum pertama, dan kebenarannya sesuai dengan surat Al-Baqarah ayat 2 yang
artinya,

“Kitab Al-Qur’an ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi orang yang bertaqwa.”

-- (QS Al-Baqarah: 2)

Dengan pernyataan ini, jelas Al-Qur’an adalah petunjuk yang benar dan harus diikuti oleh umat muslim.

Al-Qur’an adalah sumber hukum pertama, karena di dalamnya banyak arti tersirat yang mungkin sulit
dicerna oleh tidak sedikit umat manusia. Bahasa Al-Qur’an adalah bahasa Arab Quraisy. Perlu
penerjemahan dan penafsiran untuk mengekstrak berbagai hal yang akhirnya dapat menjadi petunjuk bagi
seluruh umat muslim. Al-Qur’an juga memiliki petunjuk yang artinya kurang detil, hanya gambaran
umum, dan yang demikian diperjelas dengan adanya Sunnah Rasulullah SAW.

Meski Al-Qur’an diturunkan sudah begitu lamanya dan dunia mungkin saja masih berlangsung untuk
sekian lamanya yang tidak kita ketahui, Al-Qur’an, yang merupakan sumber hukum dan pedoman hidup
umat manusia akan tetap utuh dan terjaga isinya sebagaimana firman Allah:

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar


memeliharanya.” -- (QS Al-Hijr: 9)

Dengan firman ini, Al-Qur’an tidak akan habis ditelan waktu dan terus dapat digunakan oleh umat
manusia sesuai hakikat Al-Qur’an sebagai pedoman, dan sumber hukum pertama.

3.1.2 Kedudukan dan Posisi Al-Qur’an (dalam agama Islam)

Al-Qur’an sudah jelas kedudukannya, yaitu sebagai petunjuk, sumber hukum pertama. Kesempurnaan Al-
Qur’an dijelaskan dalam firman Allah:

“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang
sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang
lain itu”. -- (QS Al-Ma’idah: 48)

Diturunkannya Al-Qur’an menyempurnakan kitab-kitab lain yang pernah diturunkan kepada umat
terdahulu. Al-Qur’an di sini berkedudukan sebagai penyempurna petunjuk Nabi/Rasul umat terdahulu.

Selanjutnya, dalam firman Allah:

4
“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar
gembira kepada orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala
yang besar”. (QS Al-Israa: 9)

Firman Allah yang satu ini menunjukkan kedudukan Al-Qur’an sebagai pembawa kabar bagi seluruh
umat manusia.

Ada lagi, Al-Qur’an juga memiliki posisi sebagai obat penawar, seperti yang dijelaskan pada firman
Allah SWT:

“Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (al Qur’an) dari Tuhanmu, penyembuh
bagi segala penyakit yang ada di dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
beriman.” -- (QS Yunus: 57)

Selain sebagai obat penawar, di dalam ayat tesebut disebutkan pula bahwa Al-Qur’an merupakan rahmat
bagi orang-orang yang beriman.

3.2 Faktor Pendukung

3.2.1 Sikap Muslim terhadap Al-Qur’an

Sikap muslim terhadap al-Qur’an dapat dilihat dari kewajiban yang harus dilakukan terhadap al-Qur’an.
Kewajiban tersebut adalah:

1. Mewujudkan keikhlasan dan menghadirkan niat ketika berinteraksi dengan al-Qur’an


2. Mengagungkan al-Qur’an
3. Mengagungkan para pengemban al-Qur’an
4. Tadabbur dan Tafakkur Makna-Makna al-Qur’an

3.2.2 Fungsi Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah dokumen untuk umat manusia. Bahkan kita ini sendiri menamakan dirinya petunjuk
bagi manusia. Allah SWT berfirman Dalam QS: Al-Baqarah: 185 & 2:

“kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan pada isinya, petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa”. (QS:
Al-Baqarah : 2).

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu
dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri
tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau
dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS: Al-
Baqarah : 185).

5
Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk yang didesain sedemikian rupa sehingga
jelas bagi umat manusia dengan petunjuk itu manusia bisa membedakan mana yang hak dan bathil. Inilah
sesungguhnya fungsi Al-Qur’an, yaitu sebagai pedoman hidup umat manusia. Karena itu bila Al-Qur’an
dipelajari dengan benar dan sungguh-sungguh maka isi kandungannya akan membantu Kita menemukan
nilai-nilai yang dapat dijadikan pedoman untuk menyelesaikan berbagai problem hidup.

Adapun fungsi Al-Qur’an yang lainnya adalah:

1. Pengganti kedudukan kitab suci sebelumnya yang pernah diturunkan Allah SWT.
2. Tuntunan serta hukum untuk menempuh kehidupan.
3. Menjelaskan masalah-masalah yang pernah diperselisihkan oleh umat terdahulu.
4. Sebagai Obat penawar (syifa’) bagi segala macam penyakit, baik penyakit rohani maupun jasmani.
Seperti Firman Allah SWT dalam QS. Yunus: 57, Al-Isra’: 82, dan Fushilat: 44.
5. Sebagai pembenar kitab-kitab suci sebelumnya, yakni Taurat, Zabur, dan Injil. Sebagaimana Firman
Allah SWT dalam QS. Fathir: 31 dan Al-Maidah: 48.
6. Sebagai pelajaran dan penerangan. Seperti dalam firman Allah SWT dalam QS. Yasin: 69.
7. Sebagai pembimbing yang lurus. Seperti Firman Allah SWT dalam QS. Al-Kahfi: 1-2, Al-An’am:
126 & 153, Al-Isra’: 9, dan Al-Baqarah: 2.
8. Sebagai pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi yang meyakininya. Seperti Firman Allah
SWT dalam QS. Al Jatsiyah: 20, Ibrahim: 1, Al-hadid: 9, Al-thalaq: 10-11, Al-Maidah: 15-16, dan
Al-Ankabut: 51.
9. Sebagai Mukjizat bagi Rasulullah SAW yang bertujuan untuk melemahkan musuh-musuh Allah dan
Rasul-Nya yang meragukan kenabian dan kerasulan-Nya.

Selain itu fungsi Al-Qur’an yang tidak kalah penting, adalah sebagai bukti kebenaran Nabi Muhammad
SAW, dan bukti bahwa semua ayatnya benar-benar dari Allah SWT. Sebagai bukti kedua fungsinya yang
terakhir paling tidak ada dua aspek dalam Al-Qur’an itu sendiri: 1) Isi/kandungannya yang sangat lengkap
dan sempurna; 2) Keindahan bahasa dan ketelitian redaksinya: 3) Kebenaran berita-berita ghaibnya; dan
4) Isyarat-isyarat ilmiahnya.

3.3 Faktor Pendorong

3.3.1 Bukti kemu’jizatan Al-Qur’an

Menurut bahasa kata Mu’jizat berasal dari katai’jaz diambil dari kata kerja a’jaza-i’jaza yang berarti


melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Pelakunya (yang melemahkan) dinamai mu’jiz. Bila
kemampuannya melemahkan pihak lain amat menonjol sehingga mampu membungkam lawan, ia
dinamai mu’jizat.

Menurut istilah Mukjizat adalah  peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seseorang yang mengaku Nabi,
sebagai bukti kenabiannya. Dengan redaksi yang berbeda, mukjizat didefinisikan pula sebagai suatu yang
luar biasa yang diperlihatkan Allah SWT. Melalui para Nabi dan Rasul-Nya, sebagai bukti atas kebenaran
pengakuan kenabian dan kerasulannya.

Berikut adalah bukti dari kemu’jizatan al-Qur’an:

1. Gaya Bahasa

6
2. Susunan Kalimat
3. Hukum Illahi yang Sempurna
4. Ketelitian Redaksinya
5. Berita tentang Hal-hal yang Gaib
6. Isyarat-isyarat Ilmiah

4. Pembahasan
Dewasa ini, ada peristiwa 212 yaitu aksi nusantara bersatu yang digelar di Jakarta. Banyak umat Islam
yang bergabung untuk memeriahkan aksi tersebut. Salah satu yang menjadi alasan dari aksi tersebut
adalah kasus penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama dalam pidatonya. Cuplikan berita terkait
kasus tersebut. (https://nasional.tempo.co/read/news/2016/11/25/063823141/kasus-penistaan-agama-
ahok-makin-cepat-sidang-makin-baik)
‘‘…. Ahok diduga telah menistakan agama terkait dengan pernyataannya ketika berpidato di Kepulauan
Seribu pada akhir September lalu. Saat itu, Ahok menyebut agar masyarakat tidak mau dibohongi
memakai surat Al-Maidah ayat 51. Karena pernyataannya tersebut, Ahok dilaporkan ke Mabes Polri.’’
Hal itulah yang membuat umat Islam nusantara geram karena merasa agamanya dinistakan. Al Quran
yang merupakan sumber hukum pertama bagi umat Islam seakan tidak berguna. Namun, dengan tekad
untuk membela agama seluruh umat Islam Indonesia menuntut agar pelaku segera diadili sesuai hukum
peradilan yang berlaku.

Dilihat dari kasus tersebut, menyadarkan umat Islam agar senantiasa menjadikan Al Quran sebagai
pedoman dalam kehidupan yang mampu mengaplikasikan segala hukum yang ada di dalamnya. Peristiwa
ini mendorong umat Islam untuk lebih memahami, mengamalkan Al Quran, dan menjadikan sumber
hukum pertama.

5. Simpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan penulis maka, dapat disimpulkan bahwa;

1. al-Qur’an adalah sumber hukum pertama bagi agama Islam yang valid, sehingga melakukan pembelaan
agama karena adanya penistaan. Umat Islam melakukan aksi damai menuntut pelaku segera diadili..

2. Sikap muslim terhadap al-Qur’an menjadi lebih mendalami, memahami, mengamalkan setiap
kandungan ayat yang ada dalam Al Quran. Sehingga Al Quran dapat menuntun umat Islam menuju
kejayaan bukan kebodohan karena kevalidan dari Al Quran itu sendiri.

7
Daftar Pustaka

• http://7infomedia.blogspot.com/2013/05/makalah-alquran-sebagai-sumber-hukum.html (diakses
pada 21 September 2016) (makalah)

• http://qitri.tripod.com/kodifikasi.htm (diakses pada 21 September 2016)

• Asroruddin. 2009. “SEJARAH KODIFIKASI AL-QUR’AN”. IAIN WALISONGO (makalah)

• http://www.diruangguru.com/2015/06/makalah-kodifikasi-al-quran.html (diakses pada 21


September 2016)

• http://www.kaliakbar.com/2014/12/sejarah-kodifikasi-al-quran.html (diakses pada 21


September 2016)

• Afzalur Rahman. 2007. “Ensiklopediana Ilmu Dalam Al-Quran: Rujukan Terlengkap Isyarat-Isyarat
Ilmiah”. Mizan Pustaka

• Mushtofa Kamal. 2013. “Fungsi al-Qur’an dalam Kehidupan Sehari-hari”. (makalah)

• M. Quraish Shihab. 1997. “Mukjizat Al-Quran: Ditinjau dari Aspek Kebahasaan, Aspek Ilmiah, dan
Pemberitaan Gaib”. Mizan Pustaka

You might also like