You are on page 1of 10

TUGAS

PERKEMBANGAN E-GOVERNMENT
(disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah E-Government)
Dosen penganmpu : M. Junaidi,M.M

Disusun Oleh :

Adi Setia Budi (19100067)


Ayu Setianingrum (19100104)
Lulu Luthfia (19100096)

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER


STMIK PRINGSEWU
2021
A. SEJARAH PERKEMBANGAN E-GOVERNMENT

Tahun 1980-an perkembangan internet di dunia sudah


sedemikian pesatnya dan telah dipergunakan dalam berbagai bidang
dan keperluan keperluan. Sektor swasta dan bisnis di negara-negara
maju adalah sektor yang banyak menggunakan internet untuk berbagai
keperluan misalnya surat elektronik (e-mail), perbankan elektronik (e-
banking), dan lain-lain.
Pada pertengahan tahun 1980-an di negara Britania Raya, e-
government digunakan untuk pemungutan suara pada proses pemilu
berupa e-voting.
Tahun 1990-an, aplikasi internet sudah digunakan untuk
perdagangan elektronik dan berkembang pada lingkungan
pemereintahan yang dikenal dikenal dengan e-government
Pengembangan aplikasi e-government memerlukan pendanaan
yang cukup besar, sehingga diperlukan kesiapan dari sisi sumber daya
manusia aparat pemerintahan dan kesiapan dari masyarakat.

Indonesia sendiri baru mempunyai internet pada tahun 1994


yang dipelopori oleh universitas dan lembaga penelitian.
Tahun 1995, Indonesia mulai menerapkan e-government dengan
nama Bina Graha Net yang berlokasi di Istana Negara di Jakarta.
government dengan nama Bina Graha Net yang berlokasi di Istana
Negara di Jakarta.
Tahun-tahun berikutnya disusul dengan pembuatan website
atau situs web di berbagai instansi pemerintah. Beberapa pelayanan
pemerintah sudah mulai dilakukan secara online. Bank-bank
pemerintah juga mulai menggunakan e-banking dan e-payment.
B. PERKEMBANGAN E-GOVERNMENT DI INDONESIA

Pemanfaatan TIK dalam pemerintahan dimulai pada tahun 1992


ketika pada beberapa Pemerintah Daerah (Pemda Tingkat II, istilah
saat itu) menerapkan Kartu Tanda Penduduk (KTP) melalui
pemanfaatan komputer stand alone. Proyek tersebut dikenal dengan
Proyek KTP Mbak Tutut (Putri (Alm) Mantan Presiden Soeharto),
karena menurut isue yang berkembang proyek tersebut dimenangkan
di dijalankan oleh perusahaan milik Mbak Tutut. Keberhasilan KTP
komputer ini kemudian dilanjutkan dengan proyek Surat Ijin
Mengemudi (SIM) Mbak Tutut. Istilah e-Government saat itu belum
dikenal. Istilah yang digunakan adalah komputerisasi. Sejak era tahun
1992 tersebut, hampir seluruh Departemen, Propinsi (Pemda tingkat I)
dan Pemda tingkat II membelanjakan komputer, namun karena tidak
banyak Pegawai Negeri SIpil (PNS) yang dapat mengoperasikan
komputer, dengan mengingat harga yang mahal dan dikhawatirkan
mudah rusak, maka perangkat komputer hanya dipercayakan
pengoperasionalannya kepada orang-orang tertentu saja. Hal ini yang
mungkin menyebabkan penetrasi komputer dan user komputer di
pemerintahan berjalan lambat dibandingkan lembaga profit. Komputer
pada saat itu lebih banyak digunakan untuk pengelolaan surat-
menyurat, pengganti mesin ketik. Perkembangan selanjutnya, pada
tahun 1995, Pemerintah mengambil kebijakan pemanfaatan komputer
untuk administrasi kepegawaian. Pada era ini, jaringan komputer
sudah berkembang. Sistem Informasi (SI) Kepegawaian (Simpeg) telah
memanfaatkan komputer berjaringan dan dioperasionalkan dengan
cukup baik. Pada tahun 1997, Departemen Dalam Negeri (saat ini
Kementerian Dalam Negeri) membangun suatu proyek prestisius
berupa pembangunan Jaringan Komunikasi Tertutup (Jartup) yang
dikenal dengan nama proyek Sistem Komunikasi Dalam Negeri
(Siskomdagri). Siskomdagri berupa proyek pemasangan Very Small
Aparature Terminal (VSAT) pada seluruh Pemerintah Daerah Tingkat I
dan Tingkat II dan dimanfaatkan untuk komunikasi (telepon dan fax)
antar Pemda. Proyek ini bertahan sampai dengan tahun 2002, ketika
Pemda sudah enggan membayar iuran tahunan yang dirasakan
memberatkan. Proyek Siskomdagri kemudian diperbaharui dengan
Proyek baru bernama Jaringan Komunikasi Pusat dan Daerah
(Jarkompusda) pada tahun 2005 hingga saat ini (2011). Setelah proyek
Depdagri tahun 1997 tersebut, banyak Departemen yang menjalankan
proyek sentralistik top down yang serupa, seperti Sistem
Komputerisasi Haji (Siskohaj), Sistem Informasi Kesehatan (Simkes),
Jaringan Pendidikan Nasional (Jardiknas) dan Inhern oleh Kemdiknas,
dan lain-lain. Istilah e-Government mulai muncul pada era tahun 2000-
an, dan masih berjalan lambat hingga tahun 2007-an. Meskipun sejak
tahun 2000 internet telah cukup banyak dikenal dan dimanfaatkan
oleh pemerintah dan dunia usaha, namun belum banyak lembaga
pemerintah yang memiliki situs web, bahkan di tingkat Departemen.
Pada era 2000-an, terdapat sekitar puluhan website pemerintah, baik
pusat maupun daerah. Berbeda dengan kondisi tahun 2011, dimana
seluruh pemerintah pusat dan daerah, termasuk lembaga-lembaga ad-
hock telah memiliki situs web (600 Kementerian/Lembaga/Pemda).

1) e-Government dan Proses Bisnis


Hingga tahun 2011, pemanfaatan e-Government sebagai
bentuk baru 'Government' dirasakan belum maksimal. Proses
bisnis yang mestinya bisa diefektifkan melalui fungsi TIK, belum
diorganisasikan melalui suatu Business Process Re-engiineering
(BPR) yang baik. Sebagai contoh, kalau kita perhatikan,
meskipun kita sudah merdeka selama 66 tahun, meskipun
Kementerian Dalam Negeri (Kemdagri) telah memanfaatkan TIK
dengan nilai tidak murah, proses bisnis layanan kependudukan
(KK, Akta Kelahiran, KTP, dll) hampir tidak berubah sejak mulai
kita merdeka. Untuk mengurus KTP, seseorang harus mengurus
berjenjang (verifikasi data) dari RT, RW, Kelurahan/Desa dan
Kecamatan, meskipun database-nya sudah ada. Database
penduduk dan warga negara ini belum dapat dimanfaatkan oleh
sistem informasi lain, seperti SI Pendidikan, SI Kesehatan, SI
Pemilu, SI Kepegawaian, SI keimigrasian, dll.

2) Regulasi e-Goverment Indonesia


regulasi di bidang e-Government berjalan sangat
lambat. Sampai dengan tahun 2011, regulasi spesifik di
bidang e-Government adalah Instruksi Presiden (Inpres)
nomor 3 tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi e-
Government Indonesia dan Peraturan Menteri Kominfo
nomor 28 tahun 2006 tentang pengelolaan nama domain
pemerintah. Selain itu, beberapa regulasi yang bersifat
sektoral juga telah diterbitkan, seperti UU nomor 23 tahun
2006 tentang administrasi kependudukan dan produk-
produk turunannya, UU tentang Hak Atas Kekayaan
Intelektual, UU Keimigrasian, dll. Regulasi dan regulasi
turunan sektoral tersebut juga mengatur implementasi e-
Government sesuai sektor masing-masing.

3) Indonesia, Go Open Source (IGOS)


30 Juni 2004 dideklarasikan penggunaan dan
pengembangan Open Source Software yang
ditandatangani oleh : Menteri Riset dan Teknologi,
Menteri Komunikasi dan Informatika, Menteri Kehakiman
dan HAM, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Menteri Pendidikan Nasional.
IGOS adalah gerakan yang dicanangkan oleh pemerintah,
oleh 5 kementerian, yang merupakan sebuah ajakan untuk
mengadopsi Open Source dilingkungan pemerintah
termasuk e-government. Logikanya, harusnya semua
source code program SIM di lingkungan pemerintahan
terbuka dan dapat di share dengan instansi lainnya. Pada
tahun 2009, Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara
(Menpan) mengeluarkan surat edaran yang mewajibkan
Pemerintah menggunakan perangkat lunak legal dan
diarahkan kepada Open SOurce, dengan batas waktu 31
Desember 2011, artinya pada 1 Januari 2012 seluruh
lembaga pemerintah harus sudah memanfaatkan
perangkat lunak legal dan diutamakan Open SOurce. Kisah
tegas implementasi Open Source di Indonesia dilakukan
oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Pekalongan (akhir 2010),
dimana seluruh komputer Pemkot diinstall dengan open
source. Walikota menyatakan akan memutasi pegawai
yang tidak dapat mengoperasikan komputer berbasis
Open Source.

C. KONDISI E-GOVERNMENT DI INDONESIA

Sejak dirilisnya Instruksi Presiden No 3 Tahun 2003, ada


peningkatan signifikan terhadap keberadaan domain pemerintah.
Domain go.id pertama kali didaftarkan pada 2001, pada Juli 2003
sudah ada sejumlah 247 domain go.id (Fathul, 2004), jumlahnya terus
meningkat hingga per Oktober 2017 tercatat 3.882 jumlah domain
go.id (www.pandi.id//statistik).

Sejalan dengan kondisi e-government yang dijelaskan dalam


Instruksi Presiden No 3 Tahun 2003, (Fathul, 2004) memaparkan
bahwa e-government di Indonesia masih di level emerging dan
enhance presence, hanya sebagian kecil yang sudah
mengimplementasikan interactive stage. Level emerging adalah level
terendah dalam adopsi e-government di mana pemerintah telah
memiliki website tetapi informasi yang disediakan terbatas dan statis,
enhanced berarti bahwa konten dan informasi yang disediakan dalam
website selalu diperbarui secara berkala, sedangkan interactive stage
berarti bahwa website sudah menyediakan fitur pengunduhan
formulir, kontak resmi, dan memungkinkan user untuk melakukan
interaksi dengan pemerintah melalui website. Dikatakan pula bahwa
sebagian besar inisiatif e-government masih di tahap web present
meskipun ada beberapa yang telah mencapai tahapan transaction
(Fathul, 2004; Rozy da Zoeltom, 2004a). Mengacu pada penelitian
terbaru, Nurdin (2012) yang melakukan evaluasi website untuk
mengetahui kondisi terkini perkembangan egovernment di Indonesia
menggunakan model 5 tahapan dari United Nations (2008)
mengemukakan bahwa sejumlah 55% pemerintah daerah masih
berada dalam tahap pertama yaitu emerging stage, 28% sudah
mencapai enhanced stage, dan 17% sudah di tahap interactive stage,
dan hanya satu pemerintah daerah yang mencapai transaction stage.
D. Tantangan E-government

Pemanfaatan e-government di Indonesia terus di kembangkan. Hal


ini membuktikan bahwa masa depan layanan e-government sangatlah
terang tetapi tetap memiliki beberapa tantangan, diantaranya:

1) Pengembangan Infrastruktur yang merata


Dengan kondisi geografis di Indonesia yang memiliki
banyak pulau dan daerah terpencil, pemerintah perlu
meningkatkan pemerataan infrastuktur baik TIK, internet
maupun aliran listrik di seluruh pelosok Indonesia.

2) Terdapatnya dukungan dari lembaga perwakilan rakyat


Meski sebagai perwakilan rakyat, kenyataannya DPR
cenderung sering tarik ulur dan mempersulit dalam
pengesahan Undang-Undang mengenai pengembangan e-
government di Indonesia. Padahal yang kita tahu bahwa
dukungan dari lembaga seperti DPR sangat dibutuhkan dalam
tercapainya kesuksesan egovernment di Indonesia.

3) Tercapainya keberhasilan dalam penerapan e-government


Dari segi ekonomi, pengembangan e-government di suatu
negara termasuk Indonesia membutuhkan materi yang tidak
sedikit. Oleh karenanya, materi yang telah dikeluarkan oleh
pemerintah harus dapat memberikan manfaat sesuai yang
diharapkan.

4) Pemberian penghargaan dan fasilitas yang memadai bagi para


ahli
Indonesia memiliki banyak SDM yang ahli dalam bidang
teknologi, namun kebanyakan menetap di luar negeri. Oleh
karenanya, pemerintah perlu lebih menghargai dan
memberikan fasilitas bagi para ahli, guna meningkatkan
perkembangan e-government di Indonesia. Selain itu
memberikan pelatihan pembelajaran dan sosialisasi mengenai
pentingnya pemanfaatan teknologi dan egovernment bagi
SDM yang ada di Indonesia.

5) Peningkatan kultur berbagi (sharing) di Indonesia


Kultur berbagi (sharing) informasi pada masyarakat di
Indonesia masihlah kurang, untuk meningkatkannya
dibutuhkan peran pemerintah dalam mensosialisasikan situs
website pemerintah kepada masyarakat yang berfungsi
sebagai sarana sharing guna meningkatkan feedback antara
pemerintah dengan masyarakat .

6) Terwujudnya rasa aman dalam pemanfaatan internet


Banyak masyarakat yang merasa pemanfaatan layanan
secara elektronik kurang aman dan nyaman, untuk itu
sebaiknya pemerintah terus memberikan sistem operasi
internet dan layanan elektronik yang dijamin keamanannya
dan tidak melanggar hak privasi pengguna.
SUMBER REFERENSI

1) https://www.academia.edu/19057394/
Sejarah_dan_perkembangan_e_goverment
2) https://lms.onnocenter.or.id/wiki/index.php/
Sejarah_Internet_Indonesia:e-government#:~:text=Istilah
%20e%2DGovernment%20mulai%20muncul,web%2C
%20bahkan%20di%20tingkat%20Departemen
3) https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://fti.uajy.ac.id/
sentika/publikasi/makalah/
2018/40.pdf&ved=2ahUKEwipnfXNpb3zAhXWXisKHXqF
AjUQFnoECBEQAQ&usg=AOvVaw0E52Pl5mz1vpBfMJlbPk
zo&cshid=1633781536561
4) https://core.ac.uk/download/pdf/297264769.pdf
5) https://blog.ub.ac.id/amaliapspt/electronic-
government/makalah-electronic-government/
6) https://archipelagoworld.blogspot.com/2015/05/e-
government-dan-perkembangannya-di_29.html

You might also like