Professional Documents
Culture Documents
Laporan Pendahuluan Febris
Laporan Pendahuluan Febris
Disusun oleh :
IMAS MASITOH
1490122002
A. Pengetian
Demam/fever/febris, bila suhu tubuh > 37,7˚ C. ada yang
menyebutkan demam sebagai peningkatan suhu tubuh diatas normal (38˚ C-
40˚ C). hiperpireksia, bila suhu tubuh > 41,1˚ C, ada juga yang menyebutkan
>40˚ C. subfebris, bila suhu tubuh diatas normal, tapi lebih rendah dari 37,7˚
C (Zein, 2012).
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk
ke dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal
(>37,5˚C). demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang
masuk ke dalam tubuh. Demam terjadi pada suhu >37,2˚C, biasanya
disebabkan oleh infeksi (bakteri virus, jamur, atau parasit), penyakit auto
imun, keganasan, ataupun obat-obatan. (Hartini, 2015).
Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai
akibat peningkatan pusat pengatur suhu tubuh di hipotalamus. Sebagian besar
demam pada anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas
(termoregulasi) di hipotalamus. Penyakit-penyakit yang ditandai dengan
adanya demam dapat menyerang sistem tubuh. Selain itu demam mungkin
berperan dalam meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non
spesifik dalalm membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi
(wardiyah, 2016).
B. Klasifikasi Febris
Klasifikasi menurut Nurarif (2015) adalah sebagai berikut :
1. Demam septik
Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam hari
dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering disertai
keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang tinggi tersebut
turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
2. Demam remiten
Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatatdapat mencapai dua
derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.
3. Demam intermiten
Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu
hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana
dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam
disebut kuartana.
4. Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada
tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.
5. Demam siklik
Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh
beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula. Suatu tipe demam kadang-
kdang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam
intermiten untuk malaria.
Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan
segera dengan suatu sebab yang jelas seperti : abses, pneumonia, infeksi
saluran kencing, malaria, tetapi kdang sama sekali tidak dapat dihubungkan
segera dengan suatu sebab yang jelas. Dalam praktek 90% dari para pasien
dengan demam yang baru saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu
penyakit yang self-limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis
lainnya. Namun hal ini tidak berarti kita tidak harus tetap waspada terhadap
infeksi bakterial. (Nurarif, 2015)
C. Etiologi
Peningkatan suhu tubuh ini disebabkan oleh beredarnya suatu molekul
kecil di dalam tubuh kita yang disebut dengan pirogen, yaitu zat pencetus
panas. Biasanya penyebab demam sudah bisa diketahui dalam waktu satu atau
dua dengan pemeriksaan medis yang terarah.
Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain
infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi
terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral
(misalnya perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan
diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain : ketelitian pengambilan
riwayat penyakit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik. Observasi perjalanan
penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara
tepat dan holistic. (Nurarif, 2015).
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran.
Demam dapat berhubungan dengan infeksi, kolagen, keganasan, penyakit
metabolik maupun penyakit lain. Demam dapat disebabkan karena kelainan
dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu,
penyakit – penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi (Guyton dalalm
Thobroni, 2015)
Sedangkan menurut pelayanan kesehatan maternal dan neonatal dalam
Thobroni (2015), bahwa etiologi febris, diantanya :
1. Suhu lingkungan
2. Adanya infeksi
3. Pneumonia
4. Malaria
5. Otitis media
6. Imunisasi
D. Fisiologi
Hipotalamus merupakan bagian ujung anterior diensefalon dan di
depan nucleus interpedunkularis. Hipotalamus terbagi dalam berbagai inti dan
daerah inti. Hipotalamus terletak pada anterior dan inferior thalamus.
Berfungsi mengontrol dan mengatur system saraf autonom, pengaturan diri
terhadap homeostatic, sangat kuat dengan emosi dan dasar pengantaran
tulang, sangat penting berpengaruh antara system saraf dan endokrin.
Hipotalamus juga bekerja sama dengan hipofisis untuk mempertahankan
keseimbangan cairan, mempertahankan pengaturan suhu tubuh melalui
peningkatan vasokontriksi atau vasodilatasi dan mempengaruhi sekresi
hormonal dengan kelenjar hipofisis. Hipotalamus juga sebagai pusat lapar dan
mengontrol berat badan. Sebagai pengatur tidur, tekanan darah, perilaku
agresif dan seksual dan pusat respon emosional (rasa malu, marah, depresi,
panik, dan takut).
Adapun fungsi dari hipotalamus antara lain adalah :
1. Mengontrol suhu tubuh
2. Mengontrol rasa haus dan pengeluaran urin
3. Mengontrol asupan makanan
4. Mengontrol sekresi hormon-hormon hipofisis anterior
5. Mengahsilkan hormon-hormon hipofisis posterior
6. Mengontrol kontraksi uterus pengeluaran susu
7. Pusat koordinasi sistem saraf otonom utama, kemudian mempengaruhi
semua otot polos,otot jantung, sel eksokrin.
8. Berperan dalam pola prilaku dan emosi.
Peran hipotalamus adalah pengaturan hipotalamus terhadap nafsu
makan terutama bergantung pada interaksi antara dua area : area “makan”
lateral di anyaman nucleus berkas prosensefalon medial pada pertemuan
dengan serabut polidohipotalamik, serta “pusat rasa kenyang” medial di
nucleus vebtromedial. Perangsangan pusat makan membangkitkan perilaku
makan.
E. Manifestasi Klinik
Menurut Nurarif (2015) manifestasi klinik terjadinya febris adalah :
1. Anak rewel (suhu lebih tinggi 37,5˚-39˚C)
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Peningkatan frekuensi pernafasan
5. Menggigil
6. Dehidrasi
7. Kehilangan nafsu makan
Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung pada
fase demam meliputi:
1. Fase 1 awal (awitan dingin/ menggigil)
a. Peningkatan denyut jantung
b. Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan
c. Mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot
d. Peningkatan suhu tubuh
e. Pengeluaran keringat berlebih
f. Rambut pada kulit berdiri
g. Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah
2. Fase 2 ( proses demam)
a. Proses mengigil hilang
b. Kulit terasa hangat / panas
c. Peningkatan nadi
d. Peningkatan rasa haus
e. Dehidrasi
f. Kelemahan
g. Kehilangan nafsu makan ( jika demam meningkat)
h. Nyeri pada otot akibat katabolisme protein.
3. Fase 3 (pemulihan)
a. Kulit tampak merah dan hangat
b. Berkeringat
c. Kemungkinan mengalami dehidrasi
d. Mengigil ringan
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan demam menurut Zein (2015) diantaranya :
1. Pemeriksaan radiologi
Thorak, USG upper dan lower abdomen, bila dibutuhkan juga harus
diperiksa CT scan abdomen, pemeriksaan darah lengkap, termasuk kimia
darah, serologi terhadap beberapa seromarker yang ada, serta pemeriksaan
imunologi, seperti ANA test untuk melihat kemungkinan SLE.
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah dan urin rutin merupakan pemeriksaan dasar untuk penjajakan
demam. Kalau dari darah dan urine rutin sudah dapat menemukan
penyebab demam, maka pemeriksaan lainnya hanya untuk konfirmasi
diagnostik atau untuk melihat kemungkinan komplikasi. Banyak
penyakit infeksi sudah bisa di ketahui atau sudah dapat diduga dengan
pemeriksaan darah dan urine rutin dan dikonfirmasi dengan anamnesi
dan pemeriksaan fisik yang cermat. Beberapa penyakit infeksi yang
umum di indonesia dengan manifestasi demam dapat dibedakan
dengan pemeriksaan darah rutin dan mengenali jenis demamnya.
Beberapa petunjuk penting pada kasus demam akibat penyakit infeksi
dan non infeksi yang lazim ditemukan pada pemeriksaan darah rutin
antara lain :
- Anemia sering dijumpai pada malaria, leptospirosis, demam tifois,
tuberkulosis, infeksi saluran kemih dengan batu (biasanya disertai
dengan hematuria), SLE, ITP, dan malignansi.
- Leukopenia sering dijumpai pada infeksi virus akut seperti DBD,
chikungunya, demam tifoid, ITP, anemia aplastik.
- Lekositosis dijumpai pada infeksi bakteri, malaria, leptospirosis,
leukemia (lebih dari 20.000).
- Trombositopenia dijumpai pada DBD, chikungunya, leptospirosis,
malaria, ITP, dan anemia aplastik.
- Hematokrit meningkat pada keadaan dehidrasi seperti pada diare
akut, DBD.
- Limfopenia dijumpai pada infeksi virus akut.
- Limfositosis dijumpai pada infeksi kronik seperti tuberkulosis.
- LED meningkat pada kasus infeksi bakteri, anemia kronik.
- Eosinofilia lazim ditemukan pada demam dengan invasi parasit
seperti askariasis, trichuriasis, schistosomiasis, necatoriasis,
trichinosis, fascioliasis, gnathostomiasis, paragonimiasis, loefler’s
syndrome dan reaksi alergi
b. Urinalisis harus dilakukan pada urin yang baru ditampung. Proteinuria
ringan bisa dijumpai pada psien demam dengan berbagai sebab.
Proteinuria juga dijumpai pada keadaan hematuria. Gross hematuria
sering dijumpai pada pasien leptospirosis, malaria berat (Black water
fever), batu saluran kemih, DBD, dan kelainan hemostasis.
c. Pemeriksaaan feses, merupakan pemeriksaan sederhana secara
mikroskopik, dapat menemukan berbagai mikroorganisme penyebab
demam, seperti amuba, shigella, berbagai cacng usus, dan berbagai
jenis jamur. Pemeriksaan feses bisa dilanjutkan dengan kultur dan tes
sensitivitas serta PCR, bila diperlukan kultur feses sesuai dengan
mikroorganisme yang dicurigai sebagai penyebab.
d. Malaria smear dengan sediaan darah tebal dan tipis harus dilakukan
pada pasien demam yang dicurigai malaria. Pemeriksaan darah
malaria harus di ambil dari ujung jari (darah tepi, bukan darah vena).
Hapusan darah tebal dan tipis dibuat dalam satu slide, dan untuk darah
tebal, tidak difiksasi. Pewarnaan Giemsa untuk sediaan darah tepi
malaria harus dijumpai sesuai dengan standar.
e. Rapid Diagnostic Test (RDT) dengan stick saat ini banyak digunakan
untuk mendeteksi berbagai infeksi seperti DBD, (NSI, IgM, IgG),
malaria (falciparum dan vivax), influenza, demam tifoid (typhoid),
leptospirosis, infeksi HIV.
f. Bacterial smear dapat dilakukan dari urine atau secret yang diduga
sebagai akibat dari infeksi.
g. Tes antigen saat ini terus berkembang untuk beberapa penyakit
infeksi, seperti NSI pada DBD.
h. Tes serologik. Bebagai jenis tes serologik terus berkembang saat ini
untuk menegakkan diagnosis penyakit dan berbagai marker penyakit.
Pemeriksaan serologik untuk mendiagnosa penyebab demam
dimintakan sesuai dengan penilaian klinis. Misalnya, ASTO meninggi
pada demam rematik, ANA positif pada SLE, viral marker hepatitis
seperti anti HCV, HbsAg, IgM anti HVA pada hepatitis akut, dan lain-
lain.
i. Kultur darah dan sensitivity test harus dimintakan sesuai dengan
temuan dan dugaan klinis. Pengambilan sampel darah untuk kultur
setelah pemberian antibiotik selalu memberikan nilai negatif.
Permintaan kultur jenis bakteri atau jamur tertentu akan lebih terarah
dalam menelusuri etiologi penyebab demam.
j. Kimia darah, seperti elektrolit, gula darah, ureum, kreatinin, LFT, dan
lain-lain tergantung kondisi klinis pasien. Pemeriksaan kimia darah
ditujukan untuk melihat fungsi organ dan gangguan metabolik lain
akibat penyakit yang mendasari atau akibat komplikasinya, dan juga
untuk menunjang diagnosis penyebab demamnya. Misalnya,
tuberkulosis selalu sebagai komplikasi diabetes, gangguan fungsi
ginjal terjadi Weil’s disease, hiponatremia bisa terjadi pada malaria
dan DBD, enzim transaminase selalu meninggi pada DBD,
leptospirosis dan malaria.
H. Komplikasi
1. Dehidrasi : demam tinggi maka terjadi penguapan cairan tubuh
2. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering
terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam
pertama demam dan umunya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini
juga tidak membahayakan otak.
3. Takikardia, insufisiensi jantung, insufisiensi pulmonal
I. Penatalaksanaan
Pada keadaan hiperpireksi (demam ≥41˚ C) jelas diperlukan
penggunaan obat-obatan antipiretik. Ibu profen mungkin aman bagi anak-
anak dengan kemungkinan penurunan suhu yang lebih besar dan lama kerja
yang serupa dengan kerja asetaminophen.
Pada prinsipnya demam dapat menguntungkan dan merugikan. Pada
tingkat tertentu demam merupakan bagian pertahanan tubuh antara lain daya
fagositosis meningkat dan viabilitaskuman menurun, tetapi juga merugikan
karena anak menjadi gelisah, nafsu makan dan minum berkurang, tidak dapat
tidur karena demam.
1. Pemberian Antipiretik
2. Pemberian Antibiotik sesuai indikasi
3. Pemberian Cairan perenteral
J. Pengkajian
1. Pengkajian
a. Identitas klien meliputi : nama, tempat/tanggal lahir, umur, jenis
kelamin, nama orangtua, pekerjaan orangtua, alamat, suku, bangsa,
agama.
b. Keluhan utama klien yang biasanya menderita febris mengeluh suhu
tubuh panas >37,5˚ C, berkeringat, mual/muntah.
c. Riwayat kesehatan sekarang pada umumnya didapatkan peningkatan
suhu tubuh diatas 37,5˚ C, gejala febris yang biasanya akan timbul
menggigil, mual/muntah, berkeringat, nafsu makan berkurang,
gelisah, nyeri otot dan sendi.
d. Riwayat kesehatan dulu, pengkajian yang ditanyakan apabila klien
pernah mengalami penyakit sebelumnya.
e. Riwayat kesehatan keluarga, penyakit yang pernah diderita oleh
keluarga baik itu penyakit keturunan ataupun penyakit menular,
ataupun penyakit yang sama.
f. Genogram petunjuk anggota keluarga klien.
g. Riwayat kehamilan dan kelainan meliputi : prenatal, natal, post natal,
serta data pemberian imunisasi pada anak.
h. Riwayat sosial, pengkajian terhadap perkembangan dan keadaan
sosial klien.
i. Kebutuhan dasar
- Makanan dan minuman, biasanya klien dengan febris mengalami
nafsu makan, dan susah untuk makan sehingga kekurangan asupan
nutrisi.
- Pola tidur, biasanya klien dengan febris mengalami susah untuk
tidur karena klien merasa gelisah dan berkeringat.
- Mandi, biasanya pasien febris jarang mandi pada saat sakit atau
kadang hanya dilakukan penyekaan atau diwaslap saja.
- Eleminasi, klien febris biasanya susah untuk buang air besar dan
juga bisa mengakibatkan terjadi konsistensi BAB menjadi cair.
j. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran, biasanya kesadaran klien dengan febris 13-15, berat
badan sertatinggi badan.
2) Tanda-tanda vital, biasanya klien dengan febris suhunya >37,5˚ C,
nadi >80x.
3) Pemeriksaan fisik
a) Kepala dan leher : bentuk, kebersihan, ada bekas trauma atau
tidak.
b) Kulit, rambut dan kuku : turgor kulit (baik-buruk), tidak ada
gangguan/kelainan.
c) Mata : umunya mulai terlihat cekung / tidak.
d) Telinga, hidung, tenggorokan dan mulut : bentuk, kebersihan,
fungsi inderanya, adanya kelinan atau tidak, adanya gangguan
atau tidak, biasanya pada klien dengan febris mukosa bibir
klien akan kering dan pucat.
e) Thorak dan abdomen : biasanya pada pasien denfan febris
nafasnya cepat dan dalam, abdomen biasanya nyeri dan ada
peningkatan bising usus. Bising usus normal pada bayi 3-5x.
f) Sistem respirasi : umunya fungsi pernafasan lebih cepat dan
dalam.
g) Sistem kardiovaskuler : pada kasus ini biasanya denyut pada
nadinya meningkat.
h) Sistem muskuloskeletal : terjadi gangguan atau tidak.
i) Sistem pernafasan : pada kasus ini tidak terdapat nafas yang
tertinggal/gerkan nafas dan biasanya kesadarannya gelisah,
apatis atau koma.
j) Pemeriksaan tingkat perkembangan
- Kemandirian dan bergaul aktivitas sosial klien
- Motorik halus, gerakan yang menggunakan otot halus atau
ringan sebagai anggota tubuh tertetu, yang dipengaruhioleh
kesempatanuntuk belajar dan berlatih. Misalnya :
memindahkan benda dari tangan satu ke tangan yang lain,
mencoret-coret, menggunting.
- Motorik kasar, gerkan tubuh yang menggunakan otot-otot
besar atai sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang
dipengaruhi oleh kematangan fisik anak. Contohnya :
kemampuan duduk, menendang, berlari, naik turun tangga.
- Kognitif dan bahasa, kemampuan klien untuk berbicara dan
berhitung.
k) Data penunjang : biasanya dilakukan pemeriksaan labor urine,
feses, darah, dan biasanya leukosit nya >10.000 (meningkat),
sedangkan Hb, Ht, menurun. Data pengobatan biasanya
diberikan obat antipiretik untuk mengurangi suhu tubuh klien,
seperti ibupropen, paracetamol (Yahya, 2018).
2. Analisa data
No Data Etiologi Masalah
1. DS : keluarga Peningkatan laju Hipertermi
mengatakan pasien metaboisme (D.0130)
demam
DO : suhu tubuh diatas
nilai normal, kulit merah,
takkardia, kulit terasa
hangat
2. DS : keluarga Peningkatan Deficit nutrisi
mengatakan pasien nafsu kebutuhan (D.0019)
makannya menurun, metabolisme
DO : membran mukosa
pucat, sariawan, diare,
bising usus hiperaktif
3. DS : keluarga Kelemahan Intoleransi
mengatakan pasien lemas aktivitas
DO : frekuensi jantung (D.0056)
meningkat
4. DS : keluarga Hambatan Gangguan pola
mengatakan pasien sulit lingkungan tidur (D.0055)
tidur, istirahat tidak
cukup
DO : waktu tidur tidak
beraturan
5. DS : keluarga Disfungsi system Ansietas
mengatakan khawatir keluarga (D.0080)
dengan akibat dari
kondisi yang dihadapi
DO : tampak gelisah,
suara bergetar, tampak
tegang
6. DS : keluarga Perubahan air dan Diare (D.0020)
mengatakan pasien makanan
perutnya sakit
DO : defekasi lebih dari
3x dalam 24 jam. Feses
lembek, atau cair, BU
hiperaktif