You are on page 1of 29

TUGAS BIN

" MAKALAH GEOLOGI"

Oleh :
Ilyas Furqon (072.17.016)

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
2020

36-1
CEKUNGAN KUTAI

.1 REGIONAL

Nama Cekungan Polyhistory : Paleogene Continental Fracture-Neogene Passive Margin


Klasifikasi Cekungan : Cekungan Sedimen Dengan Produksi Hidrokarbon

.1.1 Geometri Cekungan

Cekungan Kutai memiliki luas sekitar 43.680 km2. Cekungan ini merupakan salah satu cekungan
tersier terbesar dan terdalam di Indonesia. Cekungan ini termasuk dalam klasifikasi Paleogene
Continental Fracture-Neogene Passive Margin. Secara geografis, cekungan Kutai terletak
dibagian timur Pulau Kalimantan pada koordinat 103o LU - 2o LS, dan 113o - 118o BT (Gambar
36.1). Batuan dasar dari Cekungan Kutai tersusun oleh kerak kontinen yang diinterpretasikan
sebagai bagian dari Kraton Sunda dan akresi dari lempeng mikro. Adang Flexure dengan arah
umum baratlaut – tenggara (batas patahan Paternosfer) membatasi bagian selatan dari cekungan
ini dengan Cekungan Barito. Di utara, arah utarabaratlaut Busur Mangkalihat memisahkan
Cekungan Kutai dengan Cekungan Tarakan. Cekungan Kutai berdampingan dengan Cekungan
Lariang di bagian timur dan Tinggian Kuching di sebelah baratnya.

Cekungan Kutai merupakan cekungan hidrokarbon terbesar kedua di Indonesia saat ini.
Cekungan Kutai mengandung cadangan minyak sebesar 2,47 MMBO dan 28,1 TCF gas.
Merupakan cekungan Tersier yang berlokasi di Propinsi Kalimantan Timur, memanjang ke arah
timur menuju lepas pantai Selat Makassar.

Cekungan Kutai memiliki tebal sedimen antara 1.500-12.000 m, dengan kedalaman cekungan
antara 0-14.000 m (Gambar 36.2, Gambar 36.4 dan Gambar 36.5). Sebagian besar wilayah

36-2
Cekungan Kutai menempati wilayah daratan dengan sebagian kecil menempati wilayah perairan
Selat Makasar.

Nilai anomali gaya berat yang rendah berkorelasi dengan ketetebalan sedimen yang sangat tebal.
Pola distribusi anomali gaya berat ini memperlihatkan pula tinggian-tinggian batuan dasar yang
diperlihatkan dengan nilai anomali gaya berat yang tinggi (30-100 mgal), yang merupakan batas
terluar dari cekungan ini (Gambar 36.3).

Gambar 36.1 Peta indeks Cekungan Kutai.

36-3
Gambar 36.2 Peta konfigurasi batuan dasar Cekungan Kutai (dimodifikasi dari Wilson & Moss,
1999).

36-4
Gambar 36.3 Peta anomali gaya berat Cekungan Kutai (Pusat Survei Geologi, 2000).

36-5
Gambar 36.4 Peta ketebalan sedimen dan distribusi sumur di Cekungan Kutai.

36-6
Gambar 36.5 Penampang seismik regional Cekungan Kutai (dimodifikasi dari Pertamina-BEICIP, 1992).

36-7
.2 STRATIGRAFI REGIONAL

Litostratigrafi Cekungan Kutai telah ditulis oleh Courtney dkk (1991) dalam kolom stratigrafi
regional Cekungan Kutai (Gambar 36.14). Berikut penjelasan litostratigrafi Cekungan Kutai
dari masa Paleogen, Neogen dan Kuarter.

.2.1 Endapan Paleogen

Cekungan Kutai memiliki batuan dasar yang tersusun atas asosiasi batuan mafik dan sedimen
dengan tingkat metamorfisme yang berbeda. Batuan dasar volkanik yang dilaporkan tersingkap
di Sungai Mahakam merupakan hasil aktivitas volkanik pada Eosen Awal-Tengah. Batuan ini
berbeda dengan batuan dasar volkanik yang terdapat pada sumur Gendring-1 yang berumur
Kapur Awal.

Batuan sedimen Tersier tertua pada stratigrafi Cekungan Kutai adalah Formasi Boh, yang terdiri
dari batu serpih, lanau, dan batupasir sangat halus. Batuan-batuan tersebut mengandung
foraminifera planktonik yang berumur Eosen Tengah. Pada beberapa lokasi, formasi ini
berasosiasi dengan batuan volkaniklastik (daerah Mangkalihat) dan aliran Lava (ketebalan 1.400
meter). Ketebalan total dari Formasi Boh diperkirakan sekitar 300 meter, tanpa lapisan lava.
Distribusi dari perlapisan batupasir pada formasi ini tidak diketahui.

Pada batas Eosen Tengah-Akhir, fase regresi ditunjukan oleh terjadinya pembajian lapisan
sedimen klastik yang diikuti oleh endapan laut berumur Eosen Akhir hingga Oligosen Awal.
Lapisan sedimen klastik ini diberi nama Keham Halo Beds, suksesi lapisan batuserpih-
batulumpur dikenal sebagai Atan Beds. Di Sungai Muru (Cekungan Kutai bagian selatan) dan
Sungai Atan (bagian barat Kutai Tengah), endapan ini onlap terhadap batuan dasar dan secara
tidak selaras menutupi Formasi Boh. Ketidakselarasan ini secara progresif menghilang ke arah
bagian dalam dari cekungan, seperti yang terlihat pada Sumur Kariorang dan Sambang yang
berlokasi di bagian utara dari cekungan.

36-8
Keham Halo Beds terdiri dari batupasir dan konglomerat dengan ketebalan antara 1.400-2.000
meter. Batupasir pada lapisan ini merupakan suatu batupasir sangat halus dengan ketebalan 400-
600 meter. Horizon Tufa ditemukan pada lapisan Keham Halo Beds pada bagian utara dari
Cekungan Kutai. Lapisan ini memiliki potensi yang baik sebagai reservoar, khususnya pada
bagian-bagian dangkal dari cekungan.

Atan Beds terdiri dari batuserpih dan batulumpur dan terkadang bersifat karbonatan. Ketebalan
dari lapisan ini sangat sulit ditentukan karena kuat nya deformasi pada lapisan tersebut, namun
dapat diperkirakan bahwa ketebalan lapisan ini berkisar antara 200-400 meter.

Interkalasi batugamping hadir pada lapisan Atan Beds, dengan ketebalan sekitar 70 meter. Selain
itu interkalasi tipis batupasir juga hadir pada lapisan ini. Pengendapan dari Atan Beds diakhiri
oleh fase regresi yang diindikasikan oleh kehadiran klastik kasar (Marah Beds).

.2.2 Endapan Oligosen Akhir-Miosen Tengah

Pengendapan sedimen pada Oligosen Akhir-Miosen Tengah terdiri dari sikuen tunggal dan
beberapa terdiri dari dua siklus transgresi dan regresi yang terpisahkan oleh Klinjau Beds. Marah
Beds secara tidak selaras menutupi endapan yang lebih tua. Ketidakselarasan ini diakibatkan
oleh fase tektonik yang secara intensif mempengaruhi struktur batuan di daerah dan membentuk
keadaan Cekungan Kutai saat ini. Pengendapan dimulai pada Oligosen Akhir yang ditandai
dengan pengendapan klastik dari Marah Beds yang berubah secara berangsur menjadi serpih dan
batulumpur dari Formasi Pamaluan, yang diikuti oleh pengendapan batuan karbonat dari Formasi
Bebulu dan pada akhir pengendapannya diendapkan serpih napal dan batulanau dari Formasi
Pulau Balang yang berumur Miosen Awal-Tengah.

Marah Beds hanya terdapat di bagian barat, dan mencapai ketebalan maksimum hingga 120
meter. Lapisan ini terdiri dari konglomerat dan batupasir dan sedikit kandungan volkaniklastik.
Perlapisan batuserpih dan batubara sering hadir pada lapisan ini. Klastik Marah Beds secara
selaras ditutupi oleh Formasi Pamaluan yang tersusun atas sikuen serpih-batulanau dengan

36-9
ketebalan mencapai 1000 meter. Kandungan Foraminifera pada lapisan ini mengindikasikan
zona N3-N5. Formasi Pamaluan berubah secara berangsur menjadi batugamping dari Formasi
Bebulu, yang membentuk suatu paparan di Cekungan Kutai bagian dalam dengan ketebalan 100-
200 m. Umur dari formasi ini adalah pada interval N6-N7. Formasi Bebulu secara selaras
tersuksesi oleh Formasi Pulau Balang yang terdiri dari batulumpur-serpih dengan perlapisan
batugamping dan batupasir dengan ketebalan berkisar 1.500 meter. Foraminifera planktonik pada
lapisan ini mengindikasikan zona N8-N9.

.2.3 Endapan Miosen Tengah-Miosen Akhir.

Kelompok batuan pada umur ini pada umumnya tersusun sangat kompleks dan masih
membingungkan. Dalam stratigrafi regional, kelompok batuan ini dinamai Grup Balikpapan
(Marks dkk., 1982). Bagian bawah dari kelompok batuan ini tersusun atas batuan klastik Formasi
Mentawir dan dapat dibedakan dari bagian atasnya yang tersusun atas serpih-karbonat Formasi
Mentawir. Batupasir Formasi Mentawir memiliki ciri litologi masif, berbutir halus-sedang,
berlapis dengan serpih, lanau, dan batubara. Ketebalan unit batuan ini kurang lebih 450 meter,
Secara selaras Grup Balikpapan ini ditutupi oleh Formasi Klandasan, yang tersusun atas serpih,
napal dan karbonat. Ke arah barat, Formasi Klandasan semakin intensif tererosi. Batupasir basal
dengan ketebalan 1000 meter berubah secara berangsur menjadi lanau dan serpih. Formasi
Klandasan dengan interval karbonat dikenal dengan Formasi Meruat, yang berangsur ke arah
basinward menjadi napal.

Formasi Sepinggan menutupi Formasi Klandasan secara selaras. Formasi Sepinggan disusun
oleh sikuen serpih-batulumpur dengan ketebalan kurang lebih 1.000 meter. Di bagian barat laut
dari Cekungan Kutai, unit sikuen pengendapan ini menyatu menjadi sikuen serpih-napal (Birah-
1) yang membentuk unit batuan Bongas Beds. Di daerah Runtu-Agar dan Sangatta, interkalasi
batupasir sangat halus dan batubara mencirikan endapan delta bagian distal dari bagian timur
kompleks delta prograding yang menyatu dengan klastik anggota Grup Balikpapan. Sikuen ini
dikenal dengan Formasi Sangatta (batubaraan) dengan ketebalan mencapai 2.200 meter.

36-10
Pada Miosen Tengah hingga Miosen Akhir, siklus sedimentasi ditutup oleh regresi pada Miosen
Akhir, yang diindikasikan oleh pembajian klastik yang membentuk bagian dari Formasi
Kampung Baru.

.2.4 Endapan Pliosen dan Kuarter

Formasi Kampung Baru dapat dikenali dengan baik pada area tepi pantai di daerah tenggara dari
Cekungan Kutai (daerah Balikpapan), yang secara tidak selaras menutupi Formasi Balikpapan.
Formasi ini tersusun atas batupasir, batulanau dan serpih yang kaya akan batubara. Klastik yang
lebih kasar umumnya lebih banyak terdapat pada bagian bawah dari formasi ini dengan
ketebalan 30-120 meter. Batupasir ini membaji ke arah timur menjadi unit serpih seluruhnya.
Unit klastik pada bagian atas lapisan ini merupakan sebuah bukti transgresi pada pliosen awal.
Ke arah basinward unit ini bergradasi menjadi fasies karbonat (Batugamping Sepinggan).

36-11
Gambar 36.6 Stratigrafi regional Cekungan Kutai (Courtney dkk., 1991).

36-12
36.CEKUNGAN NATUNA SELATAN

36.1 REGIONAL

Nama Cekungan Polyhistory : Paleogene Continental Fracture – Neogene


Continental Interior Sag Basin
Klasifikasi Cekungan : Cekungan Sedimen Dengan Status Belum Ada
Penemuan Hidrokarbon

36.1.1 Geometri Cekungan

Cekungan Natuna Selatan terletak di sebelah barat Pulau Kalimantan, bagian Indonesia Barat.
Secara geografis, cekungan ini terletak pada 2 ° - 4° LU dan 105° - 109° BT dengan luas area
30.850 km2 (Gambar 12.1). Batuan dasar cekungan berumur Pra-Tersier, ketebalan sedimen
antara 1.000-1.500 m pada kedalaman 1.500 m. Batas cekungan berdasarkan anomali gaya berat
yang menunjukkan anomali negatif dan didukung oleh data isopach.
Gambar 12.7 Peta lokasi Cekungan Natuna Selatan.
36.2 STRATIGRAFI REGIONAL

Stratigrafi Cekungan Natuna Selatan ditafsirkan dari stratigrafi kedua cekungan yang
menghimpit cekungan ini, yaitu Cekungan Natuna Barat dan Natuna Timur. Dengan batuan
dasar berupa batuan metamorf berumur Pra-Tersier. Kemudian secara tidak selaras, pada kedua
cekungan tersebut diendapkan batuan berumur Oligosen - Eosen. Pada kedua cekungan
didapatkan perbedaan amplitudo seismik, hal ini disebabkan oleh adanya kehadiran hidrokarbon
pada litologi tertentu (Wongsosantiko dan Prijosoesilo, 1995) (Gambar 12.3).

Gambar 12.3 Stratigrafi Regional Cekungan Natuna Selatan (Wongsosantiko dan Prijosoesilo, 1995).
37.CEKUNGAN NATUNA BARAT

37.1 REGIONAL

Nama Cekungan Polyhistory : Paleogene Continental Fracture - Neogene Continental


Interior Sag Basin
Klasifikasi Cekungan : Cekungan Sedimen Dengan Produksi Hidrokarbon

37.1.1 Geometri Cekungan

Secara regional, Cekungan Natuna Barat merupakan bagian dari Laut Natuna yang terletak di
bagian barat Paparan Sunda. Cekungan ini dibatasi oleh Cekungan Penyu di bagian baratdaya,
Cekungan Malaya di bagian barat, Paparan Khorat di bagian utara, Busur Natuna di bagian timur
dan Paparan Sunda di bagian selatan (Gambar 10.1 dan Gambar 10.2). Dalam peta anomali
gaya berat, cekungan ini memiliki nilai gaya berat antara 0 sampai dengan -30 mGal (Gambar
10.3).

Secara geografis cekungan ini terletak diantara 3 o-7o LU, 105o- 107o30" BT. Luas cekungan ini
adalah sekitar 27.620 km2, dengan kesuluruhan wilayah berada di lautan Natuna.
Gambar 10.8 Peta indeks Cekungan Natuna Barat.
Gambar 10.9 Peta konfigurasi batuan dasar Cekungan Natuna Barat (Conoco, 2001).
Gambar 10.10 Peta anomali gaya berat Cekungan Natuna Barat. (Pusat Survei Geologi, 2000).
Gambar 10.11 Penampang seismik regional Cekungan Natuna Barat (dimodifikasi dari Pertamina-BEICIP, 1992).
37.2 STRATIGRAFI REGIONAL

Susunan stratigrafi pada Cekungan Natuna Barat dikontrol oleh empat episode tektonik utama
yaitu: (1) pengisian aktif rift selama Eosen – Oligosen, (2) setelah terbentuknya rift pada
Oligosen Akhir, (3) inversi pada Miosen Awal-Tengah dan (4) setelah inversi pada Miosen
Akhir – Pliosen (Gambar 10.12 dan Gambar 10.13).

Gambar 10.12 Kronostratigrafi Cekungan Natuna Barat (Wongsosantiko, 1984).


Empat sikuen pengendapan yang dapat dikenali terdiri dari Belut (Oligosen Awal), Gabus
(Oligosen Akhir – Miosen Awal), Arang (Miosen Awal – Tengah) dan Muda (Miosen Akhir –
Pliosen) (Gambar 10.13). Sikuen Belut terdiri dari batupasir arkose dan konglomerat dengan
sedikit batulempung kemerahan, diendapkan pada alluvial fan dan fluvial channel, volkaniklastik
sering dijumpai pada beberapa tempat. Sikuen Gabus dibagi menjadi tiga parasikuen, Bawah,
Atas dan Pasir. Parasikuen Bawah termasuk Formasi Gabus Bawah dan Formasi Keras (Anggota
Serpih). Formasi Gabus Bawah terdiri dari perlapisan batupasir menumpuk dan serpih yang
diendapkan pada lingkungan fluvial dan lakustrin (Gambar 10.13).
Gambar 10.13 Hubungan antara fluktuasi muka air laut eustatik, sejarah tektonik dan litostratigrafi (Conoco, 2001).
Anggota Keras berupa sikuen tebal serpih hitam, abu-abu gelap, masif dengan kandungan alga
lakustrin yang melimpah. Banyak ditemukan sisa tumbuhan kaya karbon dan material organik.
Parasikuen Atas terdiri dari Formasi Gabus Atas dan Formasi Barat. Formasi Gabus Atas
tersusun atas pasir dan serpih dari lingkungan fluvial/aluvial/lakustrin sampai laut
dangkal/deltaik. Formasi Barat terdiri dari serpih paparan laut berwarna coklat dan abu-abu.
Parasikuen Pasir terdiri dari serpih laut yang tebal berasal dari laut muka dan batupasir laut
dangkal.

Sikuen Arang terdiri dari Formasi Arang Bawah, Tengah dan Atas. Arang Bawah terdiri dari
serpih masif yang tebal yang dipengaruhi lingkungan terestrial dan pantai. Arang Tengah terdiri
dari pasir, serpih dan batubara dan dipengaruhi lingkungan terestrial dan pantai. Formasi Arang
Miosen Tengah diendapkan pada kondisi dominan pre-humid dengan reservoir terdiri dari
endapan deltaik fluvial, dan merupakan sistem petroleum yang penting di Cekungan Natuna
Barat, dengan penemuan gas yang melimpah.

Sikuen Muda terdiri dari lempung kehijauan yang mencerminkan pengaruh lingkungan terestrial
dan pantai.
11. CEKUNGAN NATUNA TIMUR (EAST NATUNA)

11.1 REGIONAL

Nama Cekungan Polyhistory : Paleogene Continental Fracture - Neogene


Passive Margin Basin
Klasifikasi Cekungan : Cekungan Sedimen Dengan Penemuan
Hidrokarbon

11.1.1 Geometri Cekungan

Cekungan Natuna Timur terpisah dari Cekungan Natuna Barat oleh Natuna Arch (Gambar
11.1). Masih dipercaya bahwa Natuna Arch merupakan sebuah tinggian dimana sedimen pada
kedua sisi terendapkan. Sesar berarah baratdaya - tenggara mempengaruhi Natuna Arch dan
membentuk sesar yang membatasi keduanya, luas cekungan sebesar 231.500 km 2 yang
keseluruhannya berada pada pada lautan. Berada pada koordinat 106,9° - 115,3° BT dan 2,4° -
8,86° LU. Pengambilan batas cekungan didasarkan tinggian Natuna Arch pada sebelah barat,
tinggian pada Laut Cina Selatan pada sebelah timur, pola anomali gaya berat, (Gambar 11.2)
dan cut-off isopach 1.050 m (Gambar 11.3).
Orientasi struktur utara - selatan lebih berpengaruh pada Cekungan Natuna Timur dan terbagi
oleh beberapa tinggian dan rendahan. Sebagai produk dari proses ekstensi, tinggian dan rendahan
itu tidak hanya mempunyai pergerakan normal tetapi juga mempunyai pergerakan lateral ke
kanan. Batas bagian barat (termasuk pada Natuna Arch), Komodo Graben, Sokang Trough,
Paparan Subi, Punggungan Paus-Ranai-Tuna dan Bunguran Trough adalah tinggian dan
rendahan yang terbentuk pada Cekungan Natuna Timur.

11.2 STRATIGRAFI REGIONAL


Berikut deskripsi urutan stratigrafinya dari yang tertua sampai muda sebagai berikut (Gambar
11.12).

11.2.1 Pra-Tersier

Endapan Mesozoikum metamorf dan granit berumur Mesozoikum, berkisar 46 - 80 juta tahun
yang lalu dan terdapat pada sembilan sumur (AT-1X, CB-1X, CC-2X, Cipta-A1, Panda-1, Paus
NE-2, Paus S-1, Ranai-1, dan Rusa-1).

11.2.2 Formasi Gabus (Oligosen – Miosen Awal)

Hanya tiga sumur (Cipta-A1, Panda-1, dan Rusa-1) menggambarkan Formasi Gabus yang
melapisi secara tidak selaras diatas batuan dasar. Formasi ini terendapkan ketika rifting sampai
transisi rift-sag pada kala Oligo-Miosen. Sedimen ini mempunyai karakteristik:
 Didatangkan dari erosi batuan dasar granit Pra-Tersier, ketebalan sampai 760 m.
 Batupasir terpilah buruk, serpih lanauan dan interval batubara, dan konglomerat adalah
batuan-batuan yang umum pada sikuen ini.
 Provenance dari endapan klastik yang terdapat lebih ke barat (Natuna Arch) dan ke timur
(peripheral ridge).
 Sedimen dideskripsikan bertipe sistem fluvial (sungai distributary dan braided).

11.2.3 Formasi Arang (Miosen Awal – Miosen Tengah)

Dominan pada bagian bawah dengan komposisi batupasir dengan butir halus – kasar, dengan
semen glaukonit dan karbonat, pemilahan buruk – baik, dan menunjukkan penebalan keatas.
 Batupasir berkisar sampai 30 m dengan rata-rata porositas 25%.
 Pada bagian atas, pengaruh air laut meningkat, dan lingkungan air laut yang bertahap
menjadi laut terbuka sebagai serpih menjadi sangat umum.

Sedimen terumbu yang berumur Awal Miosen sampai Akhir Miosen, dan mewakili fasa late sag
pada perkembangan cekungan. Dua kejadian yang sangat berbeda terdapat pada cekungan
Natuna Timur. Pengendapan pertama dicirikan dengan perlapisan batupasir lingkungan bathyal
sampai laut dangkal/litoral, batulanau, dan serpih, dan hampir terdapat pada keseluruhan area.
Kejadian yang kedua berkembang pada pinggir timur dari Paparan Subi dan memanjang ke
timur. Menghasilkan batugamping laut dangkal dan batugamping pasiran (kalkarenit), dolomit
dan serpih karbonat menggambarkan terumbu, back reef (paparan) dan laguna.

11.2.4 Formasi Terumbu (Miosen Tengah – Miosen Akhir)

 Batas bawah Formasi Terumbu yang tidak selaras dengan Formasi Arang, dan pada batas
atas ditandai dengan ketidakselarasan dan perubahan litologi dari batugamping ke
batulempung Formasi Muda.
 Berkembang pada bagian utara dan tengah Cekungan Natuna Timur.
 Anggota paparan bagian bawah dicirikan dengan litologi karbonat dari wackestones,
packestones, dan boundtones yang berkembang pada lingkungan open shelf.
 Anggota reef bagian atas mengandung grainstone dan packstone dengan fragmen fosil,
dengan perkembangan koral dan alga biotermal.

11.2.5 Formasi Muda (Plio-Pleistosen)

Sedimen sikuen berumur Miosen - Pleistosen. Menggambarkan keberlanjutan fasa late sag dan
dicirikan dengan batupasir dan serpih laut dangkal, melewati serpih dan batugamping yang lebih
dalam. Bagian yang lebih atas berkembang karbonat yang kaya serpih dan batugamping,
perselingan dengan klastik laut dangkal-batupasir dan serpih yang menggambarkan kelengkapan
pengisian sag basin.
Gambar 11.14 Perbandingan stratigrafi antara Natuna Barat dan Timur (TITAN, 1998).
DAFTAR PUSTAKA

PERTAMINA dan BEICIP FRANLAB, 1992, Global Geodynamics, Basin Classification and
Exploration Play-types in Indonesia, Volume II, Cekungan East Natuna,
PERTAMINA, Jakarta.
Pusat Survei Geologi, 2000, Peta Anomali Gaya Berat Indonesia (Bouguer di darat, Free-air di
lepas pantai).
TITAN, 1998, Final Report Joint study Prospect and Lead Inventory “TITAN Northeast Natuna
PSC” “Block NE Natuna”, Unpublished.
White, J.U dan Wing, R.S, 1978, Structural Development of the South China Sea with Particular
Reference to Indonesia, Indonesian Pet. Assoc., 7th Annual Convention Proceeding.

You might also like