You are on page 1of 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Struktur Umur Ikan

2.1.1. Umur Ikan

Dalam biologi perikanan pengetahuan mengenai komposisi umur dalam

populasi atau komunitas ikan suatu perairan memegang peranan penting, terutama

kalau dihubungkan dengan produksi akan dapat terlihat erat kaitannya dengan

pengelolaan ikan sebagai sumberdaya dari suatu perairan. Ikan dalam suatu

perairan sebagai suatu populasi atau anggota komunitas bukan terdiri dari satu

kelompok umur saja (Effendi, 2002).

Fluktuasi besarnya jumlah ikan dari tiap kelompok umur yang membentuk

populasi itu dapat memberikan sejarah daur hidup ikan dari masing-masing

kelompoknya atau cohort. Berbeda dengan kebanyakan golongan vertebrata lain

seperti burung dan mamalia, sebagian besar ikan mempunyai kapasitas

meneruskan pertumbuhan selama hidup bilamana kondisi dan makanan cukup

tersedia dengan baik walaupun pada umur tua pertumbuhan ikan hanya sedikit

saja (Effendi, 2002).

Ikan yang berumur panjang ada kecenderungan mempunyai tanda-tanda

umum sebagai berikut : secara phylogenetic termasuk ke dalam golongan ikan

primitif, pergerakannya lamban, sebagai penghuni dasar atau perairan dangkal,

mempunyai alat pernapasan tambahan, luwes terhadap perubahan ekstrim zat

asam, suhu dan salinitas. Dengan mengetahui umur ikan maka kita dapat

5
Struktur Umum dan Faktor..., Erlina Yuannisa, FKIP UMP, 2019
6

melakukan penelusuran komposisi atau struktur umur dengan anggota ikan pada

saat tertentu, dan dapat pula dipakai untuk memprediksi produksi perikanan pada

saat mendatang (Effendi, 2002).

2.1.2. Penentuan Umur Ikan

Mengetahui umur ikan merupakan alat penting dalam sebuah penelitian. Data

umur yang dihubungkan dengan data panjang dan berat dapat memberikan

keterangan tentang umur pada waktu ikan pertama kali matang kelamin, lama

hidup, mortalitas, pertumbuhan dan reproduksi. Metode penentuan umur ikan

dapat dilakukan dengan menggunakan metode frekuensi panjang (metoda

Petersen). Metode ini bergantung kepada sifat-sifat reproduksi dan pertumbuhan

ikan (Effendi, 2002).

Metoda Petersen dapat diterapkan melalui beberapa persyaratan khusus yang

harus dipenuhi. Anggapan yang dapat dipakai untuk menggunakan metode ini

yaitu bahwa ikan satu umur mempunyai bentuk suatu distribusi normal sekitar

panjang rata-ratanya. Bila frekuensi panjang tersebut digambarkan dengan grafik

akan membentuk beberapa puncak. Puncak-puncak inilah yang dipakai sebagai

tanda kelompok umur ikan tersebut. Ikan yang memliki ukuran dan panjang total

dan berat ikan dalam kisaran kecil atau rendah menunjukkan ikan muda,

sedangkan nilai panjang total dan berat ikan dengan kisaran besar atau tinggi

menunjukkan ikan dewasa atau tua (Effendi, 2002).

Struktur Umum dan Faktor..., Erlina Yuannisa, FKIP UMP, 2019


7

2.2. Faktor Kondisi Ikan

Faktor kondisi adalah suatu angka yang menunjukkan kegemukan ikan. Dari

sudut pandang nutrisional, faktor kondisi merupakan akumulasi lemak dan

perkembangan gonad. Faktor kondisi secara tidak langsung menunjukkan kondisi

fisiologis ikan yang menerima pengaruh dari faktor intrinsik (perkembangan

gonad dan cadangan lemak) dan faktor ekstrinsik (ketersediaan sumberdaya

makanan dan tekanan lingkungan). Selain menunjukkan kondisi ikan, faktor

kondisi memberikan informasi kapan ikan memijah. Faktor kondisi juga berguna

dalam mengevaluasi nilai penting berbagai area tempat pemijahan ikan (Rahardjo

dan Simanjutak, 2008).

Secara singkat dapat dikatakan bahwa faktor kondisi memperlihatkan

sebagai suatu instrumen yang efisien dan menunjukkan perubahan kondisi ikan

sepanjang tahun. Oleh karena itu studi tentang faktor kondisi penting bagi

pemahaman siklus hidup ikan dan memberikan kontribusi pada pengelolaan ikan,

dan dengan demikian memberikan kontribusi pada pengelolaan keseimbangan

ekosistem (Rahardjo dan Simanjutak, 2008).

Faktor kondisi digunakan untuk mengetahui kegemukan ikan.

Pertumbuhan ikan dapat diketahui dengan melakukan analisis hubungan panjang

dan berat ikan. Hubungan panjang dan berat ikan mempunyai nilai praktis yang

memungkinkan mengubah nilai panjang ke dalam berat ikan maupun sebaliknya.

Setiap perlakuan pada akhir percobaan harga faktor kondisi ditentukan

berdasarkan standar konstanta b (Effendi, 2002)

Struktur Umum dan Faktor..., Erlina Yuannisa, FKIP UMP, 2019


8

2.3. Ekosistem Sungai

Ekosistem adalah tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap

unsur lingkungan hidup (biotik dan abiotik) yang saling mempengaruhi.

Ekosistem merupakan hubungan timbal balik yang kompleks antara individu dan

lingkungannya baik yang hidup (hewan, tumbuhan) maupun tak hidup (tanah, air,

udara atau kimia fisik) yang secara bersama-sama membentuk suatu sistem

ekologi (Susanto, 2018)

Ekosistem sungai merupakan kumpulan dari komponen abiotik (fisika dan

kimia) dan biotik (organisme hidup) yang berhubungan satu sama lain dan saling

berinteraksi membentuk suatu struktur fungsional (Suryanti dkk., 2013). Secara

ekologis sungai dibagian hulu dicirikan dengan volume kecil, dangkal, berbatu-

batu, aliran air cepat, suhu air lebih rendah, oksigen terlarut lebih tinggi. Dan

sungai dibagian hilir dicirikan dengan volume air besar, arus lambat, dasar sungai

pasir atau lumpur, unsur hara terlarut tinggi, memiliki kisaran suhu lebar dan

kemelimpahan organisme penghuni tinggi (Susanto, 2018).

Ekosistem air tawar seperti sungai memiliki kepentingan yang sangat

berarti dalam kehidupan manusia karena ekosistem air tawar merupakan sumber

paling praktis dan murah untuk memenuhi kepentingan domestik dan industri.

Sungai sangatlah bermanfaat bagi kehidupan manusia dan digunakan masyarakat

untuk berbagai kegiatan sehari-hari termasuk kegiatan pertanian, peternakan,

perikanan, dan sebagian masyarakat ada yang mengkonsumsi air sungai (Sutanto

dan Purwasih, 2012).

Struktur Umum dan Faktor..., Erlina Yuannisa, FKIP UMP, 2019


9

2.3.1. Komponen Biotik Sungai

Menurut Irianto (2005) selain ikan, pada badan air sungai juga dijumpai

organisme lain seperti algae, sianobakteria, fungi dan protozoa. Algae,

sianobakteria dan tumbuhan tingkat tinggi berperan utama dalam produksi primer

badan air. Adapun sebagian besar bakteria, protozoa dan fungi berperan sebagai

jasad heterotrofik yang mendegradasi materi-materi organik di perairan.

Menurut Sukmono dan Margaretha (2017) keragaman ikan di hulu lebih

tinggi dibandingkan di hilir. Di hulu, ikan umumnya memiliki organ penempel

dari modifikasi moncong mapupun sirip pelvic (perut) dan sirip pectoral (dada)

sebagai alat melekatkan badan di batu. Selain itu, umumnya ditinggali perenang

cepat. Sementara semakin ke hilir, ditemukan ikan yang telah beradaptasi dengan

substrat pasir seperti ikan pasir Acantopsis dialuzona. Apriyani (2018) dalam

penelitiannya tentang struktur umur dan faktor kondisi ikan di Sungai Pelus

wilayah Kabupaten Banyumas tahun 2018 berhasil mengidentifikasi 13 spesies

ikan yang tergolong ke dalam 7 Famili dan 4 Ordo.

2.3.2. Komponen Abiotik Sungai

Salah satu komponen abiotik sungai yaitu kualitas air, kualitas air dapat
diketahui nilainya dengan mengukur perubah fisika (Suhu, Kecepatan arus dan
Kecerahan air), kimia (pH dan DO) dan biologi (Sutanto dan Purwasih, 2012).
a. Parameter Fisika
1) Suhu

Suhu atau temperatur di suatu sungai akan berfluktuasi mengikuti aliran air

mulai dari hulu menuju hilir/muara. Daerah hulu (rhithal) mempunyai fluktuasi

tahunan yang paling kecil, sepanjang aliran sungai fluktuasi tahunan akan

Struktur Umum dan Faktor..., Erlina Yuannisa, FKIP UMP, 2019


10

semakin besar dan mencapai maksimum di daerah hilir (potamal). Berdasarkan

PP No. 82 Tahun 2001 (untuk perairan kelas II dan III), dijelaskan bahwa kisaran

suhu untuk kegiatan budidaya air tawar adalah 20 – 30 0C. Menurut Kottelat dkk.

(1993) perubahan suhu di bawah 20 0C atau di atas 30 0C menyebabkan ikan

mengalami stress yang bisa diikuti dengan menurunnya daya cerna.

2) Kecepatan Arus

Arus adalah gerakan air secara horizontal dan merupakan ciri khas ekosistem

sungai. Pengaruh ekologis arus pada komunitas ikan dapat secara langsung

maupun tidak langsung. Secara langsung arus berpengaruh pada perilaku ikan,

secara tidak langsung berpengaruh pada sifat substratu (Susanto, 2018). Menurut

Umiyatun dkk (2017) terdapat 5 kategori arus yaitu arus yang sangat lambat

(<0,10 m/s), lambat (0,10 – 0,25 m/s), sedang (0,25 – 0,50 m/s), cepat (0,50 – 1

m/s), dan sangat cepat (>1 m/s).

3) Kecerahan Air

Kecerahan air pada suatu perairan merupakan suatu nilai yang bersifat

antagonis terhadap kekeruhan. Kecerahan air merupakan ukuran besarnya

penetrasi cahaya matahari yang masuk ke dalam air. Bahan-bahan tersuspensi

yang jumlahnya berlebih dapat meningkatkan nilai kekeruhan yang selanjutnya

menghambat penetrasi cahaya matahari ke badan air dan akhirnya berpengaruh

pada proses fotosintesis di perairan (Susanto, 2018). Menurut Boyd (1982) dalam

Frasawi (2013) kisaran kecerahan perairan untuk air tawar adalah antara 25-40

cm.

Struktur Umum dan Faktor..., Erlina Yuannisa, FKIP UMP, 2019


11

b. Parameter Kimia

1) pH / Derajat Keasaman

Tingkat keasaman atau kekuatan asam (pH) termasuk parameter untuk

menentukan kualitas air. Air yang belum terpolusi berada pada skala pH 6,0-8,0.

Organisme perairan dapat hidup ideal dalam kisaran pH antara asam lemah

sampai dengan basa lemah. Perairan yang bersifat asam kuat atau basa kuat akan

membahayakan kelangsungan hidup biota, karena akan menggangu metabolisme

dan respirasi (Sinambela dan Sipayung, 2015).

2) Kelarutan Oksigen / Dissolved Oxygen (DO)

DO di dalam air merupakan indikator kualitas air karena kadar oksigen yang

terdapat di dalam air sangat dibutuhkan oleh organisme air dalam kelangsungan

hidupnya. Kelarutan oksigen di dalam air terutama sangat dipengaruhi oleh suhu

dan mineral terlarut dalam air. Kelarutan maksimum oksigen dalam air terdapat

pada suhu 00 C, yaitu sebesar 14,16 mg/l. Konsentrasi ini akan menurun seiring

peningkatan ataupun penurunan suhu. Pengaruh DO terhadap biota perairan hanya

sebatas pada kebutuhan untuk respirasi (Sinambela dan Sipayung, 2015).

c. Parameter Biologi

Faktor biologi yang umumnya dijadikan sebagai indikator kualitas perairan

adalah plankton. Plankton merupakan organisme yang sensitif terhadap perubahan

lingkungan. Kelimpahan, keanekaragaman, dan dominansi plankton di perairan

dapat digunakan sebagai indikator perairan tersebut apakah masih dalam kondisi

baik atau telah mengalami gangguan. Secara umum plankton dapat dibedakan

menjadi dua jenis yaitu fitoplankton dan zooplankton (Anggara dkk., 2017).

Struktur Umum dan Faktor..., Erlina Yuannisa, FKIP UMP, 2019


12

Fitoplankton merupakan tumbuhan tingkat rendah yang bersifat planktonik,

hidup melayang dalam kolom perairan. Fitoplankton mampu melepaskan O2 yang

sangat berguna bagi proses pernapasan (respirasi) bagi organisme lain. Di dalam

ekosistem perairan, fitoplankton sangat berperan sangat penting sebagai produsen

primer yang menduduki tingkat tropik paling dasar dalam rantai makanan

(Burhanudin, 2014).

Zooplankton merupakan hewan akuatik yang memiliki daya renang yang

lemah dan melayang di kolom perairan baik di lautan atau perairan tawar.

Kesuburan dan kestabilan suatu perairan dapat dilihat dari keanekaragaman dan

kelimpahan zooplankton. Zooplankton berperan dalam mengatur kelimpahan

fitoplankton melalui selektifitas makanan (food selectivity), yaitu mekanisme yang

signifikan untuk mengontrol komposisi dari komunitas fitoplankton. Oleh karena

itu, zooplankton dapat dijadikan indikator kesuburan perairan, karena zooplankton

berperan sebagai agen transfer energi dan indikator dari keberadaan fitoplankton.

(Wahyudiati dkk, 2017)

Struktur Umum dan Faktor..., Erlina Yuannisa, FKIP UMP, 2019

You might also like