You are on page 1of 5

LAPORAN PENDAHULUAN

“FRAKTUR”

RINI
N202101125

CI LAHAN CI INSTITUSI

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
2022
A. Pengertian Fraktur

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan

oleh rudapaksa (Mansijoer et al, 2000). Sedangkan menurut Linda Juall C. dalam buku

Nursing Care Plang and Dokumentation menyebutkan bahwa Fraktur adalah rusaknya

kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang

dapat diserap oleh tulang.

Patah Tulang Tertutup adalah patah tulang dimana tidak terdapat hubungan antara

fragmen tulang dengan dunia luar (Soedarman, 2000). Pendapat lain menyatakan bahwa

patah tulang tertutup adalah suatu fraktur yang bersih (karena kulit masih utuh atau

tidak robek) tanpa komplikasi (Handerson, M. A, 1992)

B. Etiologi

a. Kekerasan langsung Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik

terjadinya kekerasan. Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka

dengan garis patah melintang atau miring.

b. Kekerasan tidak langsung Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang

ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah

bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.

c. Kekerasan akibat tarikan otot Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang

terjadi.Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan,

kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.

C. Patofisiologis

Keparahan dari fraktur bergantung pada gaya yang menyebabkan fraktur. Jika

ambang fraktur suatu tulang hanya sedikit terlewati, maka tulang mungkin hanya retak

saja bukan patah. Jika gayanya sangat ekstrem, seperti tabrakan mobil, maka tulang

dapat pecah berkeping-keping. Saat terjadi fraktur, otot yang melekat pada ujung tulang
dapat terganggu. Otot dapat mengalami spasme dan menarik fragmen fraktur keluar

posisi. Kelompok otot yang besar dapat menciptakan spasme yang kuat bahkan mampu

menggeser tulang besar, seperti femur. Walaupun bagian proksimal dari tulang patah

tetap pada tempatnya, namun bagian distal dapat bergeser karena faktor penyebab patah

maupun spasme pada otot-otot sekitar. Fragmen fraktur dapat bergeser ke samping,

pada suatu sudut (membentuk sudut), atau menimpa segmen tulang lain. Fragmen juga

dapat berotasi atau berpindah. Selain itu, periosteum dan pembuluh darah di korteks

serta sumsum dari tulang yang patah juga terganggu sehingga dapat menyebabkan

sering terjadi cedera jaringan lunak. Perdarahan terjadi karena cedera jaringan lunak

atau cedera pada tulang itu sendiri. Pada saluran sumsum (medula), hematoma terjadi

diantara fragmen-fragmen tulang dan dibawah periosteum. Jaringan tulang disekitar

lokasi fraktur akan mati dan menciptakan respon peradangan yang hebat sehingga akan

terjadi vasodilatasi, edema, nyeri, kehilangan fungsi, eksudasi plasma dan leukosit.

Respon patofisiologis juga merupakan tahap penyembuhan tulang.

D. Manifestasi Klinis

a. Deformitas

b. Bengkak (edema)

c. Echimosis (memar)

d. Spasme otot

e. Nyeri Kurang/hilang sensasi

f. Krepitasi

g. Pergerakan abnormal
E. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Rontgen : menentukan lokasiluasnya fraktur/luasnyatrauma, skan

tulang, temogram, scan Ci: memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan untuk

mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.

b. Hitung darah lengkap : HB mungkin meningkat/menurun.

c. Peningkatan jumlal sop adalah respons stress normal setelah trauma.

d. Kreatinin : traumaa otot meningkatkan beban kreatinin untuk ginjal.

e. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multiple,

atau cederah hati.

F. Klasifikasi fraktur

Menurut Wiarto (2017) fraktur dapat dibagi kedalam tiga jenis antara lain:

a. Fraktur tertutup

Fraktur terutup adalah jenis fraktur yang tidak disertai dengan luka pada bagian

luar permukaan kulit sehingga bagian tulang yang patah tidak berhubungan dengan

bagian luar.

b. Fraktur terbuka

Fraktur terbuka adalah suatu jenis kondisi patah tulang dengan adanya luka pada

daerah yang patah sehingga bagian tulang berhubungan dengan udara luar,

biasanya juga disertai adanya pendarahan yang banyak. Tulang yang patah juga

ikut menonjol keluar dari permukaan kulit, namun tidak semua fraktur terbuka

membuat tulang menonjol keluar. Fraktur terbuka memerlukan pertolongan lebih

cepat karena terjadinya infeksi dan faktor penyulit lainnya.

c. Fraktur kompleksitas

Fraktur jenis ini terjadi pada dua keadaan yaitu pada bagian ekstermitas terjadi

patah tulang sedangkan pada sendinya terjadi dislokasi.


DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth. 2011. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.3. EGC. Jakarta

Carpenito, LJ. 2009. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6. Jakarta: EGC

Docngoecs, M.E., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.

Ircham Machfocdz, 2013. Pertolongan Pertama di Rumah, di Tempat Kerja, atau di


Perjalanan. Yogyakarta: Fitramaya

Johnson, M., et all. 2011. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddlc River

Mansjocr, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Mcdia
Acsculapius

Mc Closkcy, C.J.,et all. 2011. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
New Jersey: Upper Saddlc River

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Mcdika

Smeltzer, S.C., 2010, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta.

You might also like