You are on page 1of 8

Lex Privatum, Vol. IV/No.

6/Juli/2016

KAJIAN YURIDIS KEWENANGAN EKSEPSI execptie. Sementara yang dimaksud dengan


ABSOLUT DAN RELATIF DALAM PERSPEKTIF eksepsi relatif adalah ketidakwenangannya
HUKUM PIDANA1 pengadilan untuk menerima, memeriksa,
Oleh: Sutra2 mengadili, dan memutus suatu perkara yang
sebenarnya menjadi kewenangan pengadilan
ABSTRAK lain dalam lingkungan peradilan yang sama.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk Berbeda dengan eksepsi absolut, bahwa eksepsi
mengetahui bagaimana penanganan perkara relative harus diajukan pada sidang pertama
pidana menurut ketentuan hukum pidana atau pada kesempatan pertama dan eksepsi
Indonesiadan bagaimana kewenangan eksepsi dimuat bersama-sama dengan jawaban.
absolut dan kewenangan eksepsi relatif dalam Kata kunci: Kewenangan, eksepsi, absolut,
praktek penanganan perkara pidana di relatif.
Indonesia. Dengan menggunakan metode
penelitian yuridis normatif disimpulkan: 1. PENDAHULUAN
Penanganan Perkara pidana dalam sistem A. Latar Belakang
hukum pidana Indonesia dilakukan dalam Beberapa jenis eksepsi dalam praktek antara
beberapa tahapan lingkup peradilan, yakni: lain adalah: eksepsi kewenangan (kompetensi)
dalam peradilan Umum, dalam pengadilan Relatif; eksepsi kewenangan (kompetensi)
agama, dalam pengadilan tata usaha negara, Absolut; eksepsi surat dakwaan tidak dapat
dalam pengadilan militer, dan dalam lingkungan diterima; dan eksepsi surat dakwaan Obscurum
peradilan khusus. Penanganannya mengikuti Libellum (eksepsi berdasarkan alasan surat
prosedur yang telah diatur dalam masing- dakwaan itu tidak memenuhi syarat materiil).3
masing lingkup peradilan. 2. Eksepsi Menurut Andi Sofyan dan Abdul Asis, KUHAP
kewenangan absolut dan eksepsi kewenangan hanya mengatur tentang beberapa jenis eksepsi
relatif termasuk dalam kategori eksepsi formil sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 143
yang dibedakan dari eksepsi materiil. ayat (2) dan Pasal 148 KUHAP, diantaranya
Kewenagan absolut ini diatur dalam Pasal 125 adalah:
(2), 134 dan pasal 136 HIR,/ Pasal 149 (2) dan a. Masalah kompetensi pengadilan: eksepsi
Pasal 162 RBg. Istilah lain eksepsi absolut absolut dan kompetensi relatif (148
adalah attributief exceptie, sedangkan yang KUHAP)
dimaksud dengan eksepsi absolut ialah b. Masalah surat dakwaan penuntut umum:
pernyataan ketidakwenangan suatu pengadilan syarat formil dan syarat materiel (143
untuk menerima, memeriksa, mengadili, dan ayat (2) KUHAP).
memutus suatu perkara yang sebenarnya c. Perkara itu telah nebis in idem (Pasal 76
menjadi kewenangan pengadilan lain dalam KUHAP)
lingkungan peradilan yang berbeda. Sedangkan d. Perkara yang sama sedang diadili di
kekuasaan relatif diartikan sebagai kekuasaan pengadilan negeri lain atau sedang dalam
pengadilan yang satu jenis dan satu tingkatan, tingkat banding atau kasasi;
dalam perbedaannya dengan kekuasaan e. Terdakwa tidak dapat
pengadilan yang sama jenis dan sama tingkatan dipertanggungjawabkan (Pasal 44 KUH
lainnya, misalnya antara Pengadilan Negeri Pidana)
Magelang dengan Pengadilan Negeri Manado, f. Dakwaan penuntut umum kabur (abscuur
atau antara pengadilan Agama Manado dengan libel)
Pengadilan Agama Batam. Kewenangan relatif g. Penuntutan telah kedaluwarsa (Pasal 74
ini diatur dalam Pasal 118 dan 133 HIR Pasal KUH Pidana).4
188 dan 133 HIR Pasal 142 dan 159 RBg. Istilah
lain dalam eksepsi relatif adalah distributief
3
Tim Redaksi, UUD 1945 (Amandemen) dan Kabinet Kerja
Jokowi-JK 2014-2019, (Yogyakarta: Cemerlang Publising,
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Doortje D. 2014), hlm. 122-123.
4
Turangan, SH. MH., Nixon Wullur, SH. MH Andi Sofyan, dan Abd. Asis, Hukum Acara Pidana Suatu
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. Pengantar, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), hlm.
110711061 326-327.

92
Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016

Berdarkan latar belakang sebagaimana


Berdasarkan penjelasan di atas, maka dijelaskan di atas, maka penulis tertarik untuk
diketahui bahwa eksepsi adalah sebuah upaya menulis skripsi ini dengan mengangkat judul:
tangkisan atau perlawanan dari seorang Kajian Yuridis Kewenangan Eksepsi Absolut Dan
terdakwa atau penasehat hukumnya terhadap Relatif Dalam Perspektif Hukum Pidana.
perkara yang sedang diajukan pihak lawan. Di
antara beberapa jenis eksepsi di atas, dikenal B. Rumusan Masalah
ada dua macam eksepsi yang sering dilakukan 1. Bagaimanakah penanganan perkara
juga dalam proses pengadilan di Indonesia, pidana menurut ketentuan hukum
yakni eksepsi kewenangan absolut dan eksepsi pidana Indonesia?
kewenangan relatif. Eksepsi kewenangan 2. Bagaimanakah kewenangan eksepsi
absolut terjadi bila substansi perkara yang akan absolut dan kewenangan eksepsi relatif
diajukan bukan wewenang pengadilan dimana dalam praktek penanganan perkara
perkara diajukan. Sedangkan eksepsi pidana di Indonesia?
kewenangan relatif terjadi bila pengadilan tidak
berwenang atau dua pengadilan atau lebih C. Metode Penulisan
berwenang mengadili perkara yang sama atau Metode penulisan yang digunakan dalam
tidak berwenang mengadilinya karena waktu penelitian dan pembahasan ini adalah (Library
dan tempat tindak pidana terjadi. Research), atau tinjauan kepustakaan. Metode
Fakta di lapangan terjadi bahwa masyarakat ini dilakukan dengan pendekatan undang-
kurang memahami mengenai hak terdakwa undang, karena di dalam penelitian hukum,
untuk mengajukan nota keberatan atau eksepsi terdapat beberapa pendekatan. Pendekatan-
terhadap pelanggaran hukum yang melibatkan pendekatan yang digunakan di dalam penelitian
dirinya dan proses peradilan. Di samping itu, hukum adalah pendekatan undang-undang,
ada juga fakta bahwa eksepsi absolut dan relatif pendekatan kasus, pendekatan historis,
ini pernah dilakukan dalam sistem peradilan di pendekatan komparatif, dan pendekatan
Indonesia. oleh karena itu, maka penulis konseptual.6 Dengan cara mengumpulkan
tertarik untuk mempelajari secara lebih dalam bahan-bahan melalui literatur-literatur yang
mengenai eksepsi kewenangan absolut dan berupa buku-buku ilmiah dan informasi-
eksepsi kewenangan relatif ini. informasi hukum lainnya, khususnya dalam
Contoh kasus yang terjadi antara lain hubungannya dengan eksepsi absolut dan
adalah sebagai berikut: relatif dalam perspektif hukum pidana
Adanya pengajuan nota keberatan (eksepsi) Indonesia.
terhadap surat dakwaan penuntut umum
nomor: DAK-04/24/I/2009 Tanggal 23 Januari PEMBAHASAN
2009 atas nama Terdakwa Ir. Mohammad Iqbal A. Konsep Nota Keberatan dalam Perspektif
oleh Tim Penasehat Hukum terdakwa Ir. Hukum Pidana
Mohammad Iqbal atas perkara Pidana Nomor: 1. Pemahaman Nota Keberatan (Eksepsi)
04/Pid.B/TPK/2009/PN.JKT.PST di pengadilan dalam Hukum Pidana
Tindak Pidana Korupsi Pada Pengadilan Negeri Dalam ketentuan Pasal 156 ayat (1) KUHAP
Jakarta Pusat, Jakarta 10 Februari 2009. Isi nota bisa ditemukan bahwa terdakwa atau
keberatan (eksepsi) adalah mengenai: a. penasehat hukum dapat mengajukan keberatan
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi tidak bahwa pengadilan tidak berwenang mengadili
berwenang untuk mengadili perkara terdakwa; perkaranya. Selain itu juga bahwa terdakwa dan
b. Surat dakwaan batal demi hukum karena penasuhat hukumnya juga dapat mengajukan
dakwaan disusun tidak cermat dan dakwaan keberatan bahwa surat dakwaan harus
tidak dapat diterima.5 dibatalkan. Hal ini bisa diputuskan oleh hakim
dengan sebelumnya memberikan kesempatan
kepada penuntut umum untuk menyampaikan
5
Diambil dari http://iqbalindo.files.wordpress.com.
6
“Keberatan(eksepsi)”. Diundah pada hari Kamis, tanggal Peter Mahmud Marzuki. PenelitianHukum. Cet. Ke. 9.
17 Maret, 2016. (Jakarta: Prenada Media Group, 2014), hlm. 133.

93
Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016

pendapatnya. Setelah hakim mendengar keberatan tersebut untuk selanjutnya


pendapat penuntut umum dan mengambil keputusan.”
menghubungkannya dengan keberatan yang Selanjutnya jika keberatan yang diajukan
disampaikan terdakwa dan penasehat terdakwa dan penasehat hukumnya dirasa
hukumnya, maka hakim mengambil keputusan. masih memiliki kekurangan, maka ada pihak
Jika hakim menyatakan keberatan tersebut lain yang berhak untuk melawan, yakni
diterima, maka perkara itu tidak diperiksa lebih Penuntut umum. Hal ini sebagaimana
lanjut, sebaliknya dalam hal tidak diterima atau dijelaskan dalam ketentuan Pasal 156 ayat (3)
hakim berpendapat bahwa hal tersebut baru yang menyatakan: “Dalam hal penuntut umum
dapat diputus setelah selesai pemeriksaan, berkeberatan terhadap keputusan tersebut,
maka sidang dilanjutkan sebagaimana tertuang maka ia dapat rnengajukan perlawanan kepada
dalam Pasal 156 ayat (2) KUHAP. Pengadilan Tinggi melalui Pengdilan Negeri
Dalam Pasal 156 ayat (3) KUHAP yang bersangkutan.”7
sebagaimana disebutkan di atas dijelaskan
bahwa penuntut umum dapat rnengajukan 3. Bentuk Surat Resmi Nota Keberatan
perlawanan kepada Pengadilan Tinggi melalui Menurut Pangaribuan, eksepsi dapat
Pengdilan Negeri yang bersangkutan terhadap disusun dengan struktur sebagaimana ilustrasi
keputusan hakim. Jika perlawanan atau yang diambil dari perkara nyata di Pengadilan
keberatan yang diajukan terdakwa dan Negeri Jakarta Pusat, Pengadilan Khusus
penasehat hukumnya diterima oleh Pengadilan Tipikor, yaitu kasus yang dikenal dengan
Tinggi, maka dalam waktu empat belas hari, Perkara Bank Century sebagai berikut:
Pengadilan Tinggi dengan surat penetapannya (i) Pendahuluan, menjelaskan dasar
membatalkan putusan Pengadilan Negeri dan hukum eksepsi,
memerintahkan Pengadilan Negeri yang (ii) Tentang Krisis Ekonomi dan Perbankan
berwenang untuk memeriksa perkara itu. sebagai Latar Belakang Pemberian FPJP
Dalam hal eksepsi atau tangkisan tidak dan Penetapan BC sebagai bank gagal
diajukan oleh terdakwa atau penasehat berdampak sistemik. Bagian ini
hukumnya, maka proses persidangan menjelaskan ringkasan kasusnya,
dilanjutkan dengan pembuktian, namun apabila (iii) Menjelaskan perbuatan apa yang
eksepsi atau tangkisan diajukan oleh terdakwa dilakukan (semacam opening
atau penasehat hukumnya, maka proses statement),
persidangan dilanjutkan sebagaimana diatur (iv) Alasan hukum keberatan atas surat
dalam Pasal 156 KUHAP, kemudian diputus dakwaan secara rinci atau inti eksepsi
dengan putusan sela sebagaimana telah yang terdiri dari:
diuraikan di atas. a) Surat dakwaan JPU tidak cermat,
tidak jelas dan tidak lengkap dalam
2. Kewenangan Mengajukan Nota menguraikan unsur suatu
Keberatan (Eksepsi) perbuatan tindak pidana berlanjut
Berdasarkan ketentuan perundang- maupun menentukan sebab suatu
undangan, maka diketahui bahwa yang akibat pidana (hubungan
berwenang atau berhak mengajukan eksepsi kausalitas)
adalah terdakwa atau penasehat hukumnya. b) Surat dakwaan jaksa penuntut
Hal ini sebagaimana tertulis dalam ketentuan umum tidak jelas dalam
Pasal 156 ayat (1) yang menyatakan: “Dalam menguraikan perbuatan terdakwa
hal tedakwa alau penasehat hukum terkait dengan perbuatan melawan
mengajukan keberatan bahwa pengadilan tidak hukum dalam pemberian FPJP dan
berwenag mengadili perkaranya atau dakwaan penetapan bank gagal yang
tidak dapat diterima atau surat dakwaan harus ditengarai berdampak sistemik
dibatalkan, maka telah diberi kesempatan
kepada penuntut umum untuk menyatakan
pendapatnya, hakim mempertimbangkan
7
Ibid.

94
Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016

c) Surat dakwaan jaksa penuntut lain atau pengadilan negeri yang lain
umum tidak jelas dan tidak lengkap (kompetensi absolut dan relatif dari
dalam menguraikan ketentuan pengadilan).
perundang-undangan yang f) Penuntutan dinyatakan “telah
dilanggar dalam uraian tentang kedaluwarsa.”
unsur perbuatan melawan hukum, g) Pelaku tindak pidana dinyatakan tidak
d) Surat dakwaan jaksa penuntut dapat dipertanggungjawabkan (Pasal 14
umum tidak cermat, tidak jelas dan KUHAP).
tidak lengkap dalam menguraikan Berdasarkan penjelasan di atas, maka
perbuatan terdakwa terkait dapatlah dikatakan bahwa eksepsi dapat
dengan tanggungjawab terdakwa membatalkan tuntutan dan mengakibatkan
selaku Deputi Gubernur Bidang 4. adanya pemberhentian proses hukum
e) Surat dakwaan jaksa penuntut terhadap terdakwa. Hal ini terjadi sebagai
umum tidak cermat dan tidak akibat dari pengajuan nota keberatan yang
lengkap dalam menguraikan unsur dilakukan oleh terdakwa dan penasehat
kerugian negara. hukumnya. Terdakwa yang merasa bahwa
(v) Penutup: kesimpulan dan permohonan. apa yang disengketakan atau dilaporkan dari
pihak pelapor mengenai kasus yang dihadapi
4. Akibat Suatu Nota Keberatan (Eksepsi) tersebut tidak sesuai dengan aturan hukum
Eksepsi atau tangkisan sangat penting yang berlaku. Nota keberatan atau eksepsi
artinya bagi terdakwa dan atau penasehat dapat menyebabkan status terdakwa bisa
hukumnya. Terdakwa yang merasa bahwa apa dibebaskan karena tuntutan tidak dapat
yang disengketakan atau dilaporkan dari pihak diterima demi hukum. Sebagai akibatnya
pelapor mengenai kasus yang dihadapi tersebut adalah bahwa surat dakwaan tidak dapat
tidak sesuai dengan aturan hukum yang diterima dan batal demi hukum, serta
berlaku, maka yang bersangkutan bersama ditolak dan bahwa pengadilan dengan
dengan kuasa hukumnya, dapat mengajukan demikian dinyatakan tidak berwenang
nota keberatan. Nota keberatan atau eksepsi menangani kasus tersebut karena menjadi
tersebut dapat menyebabkan status terdakwa tanggungjawab pengadilan lain.
bisa dibebaskan karena tuntutan tidak dapat
diterima demi hukum. Adapun dengan B. Kewenangan Eksepsi Absolut dan
mengeksepsi suatu surat dakwaan yang dibuat Kewenangan Eksepsi Relatif Dalam
oleh penuntut umum oleh terdakwa dan Perspektif Hukum Pidana
penasehat hukumnya, maka surat dakwaan 1. Kompetensi Eksepsi Absolut dan
dapat berakibat:8 Kompetensi Eksepsi Relatif dalam
a) Surat dakwaan yang dibuat oleh Perspektif Hukum Pidana
penuntut umum dinyatakan “tidak dapat Eksepsi kewenangan absolut dan eksepsi
diterima” (Pasal 143 ayat (2) huruf a kewenangan relatif termasuk dalam kategori
KUHAP). eksepsi formil yang dibedakan dari eksepsi
b) Surat dakwaan yang dibuat oleh materiil. Eksepsi materiil merupakan eksepsi
penuntut umum, dinyatakan “batal demi yang diajukan oleh pihak tergugat atau
hukum” (Pasal 143 ayat (3) KUHAP). termohon berdasarkan hukum materiil atau
c) Surat dakwaan yang dibuat oleh eksepsi yang langsung mengenai materi perkara
penuntut umum, dinyatakan “ditolak” atau bantahan terhadap pokok perkara
d) Perkara dinyatakan sudah “nebis in idem” (varweer en principale). Eksepsi materiil ini
e) Pengadilan menyatakan dirinya tidak terdiri dari: Prematoir Execeptie dan Dilatoir
berwenang mengadili perkara tersebut, Exceptie.
karena menjadi wewenang pengadilan Prematoir Execeptie: Suatu eksepsi yang
menyatakan bahwa tuntutan penggugat belum
8
Andi Sofyan dan Abd. Asis., Hukum Acara Pidana suatu dapat dikabulkan karena belum memenuhi
pengantar, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), hlm. syarat menurut hukum. Misalnya, alasan
325-326.

95
Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016

perkara gugatan belum memenuhi waktu yang 2. Bella Novita Kartika, selaku
ditetapkan oleh undang-undang atau apa yang Presiden Direktur dari PT. Indo Asia
digugat masih bergantung pada syarat-syarat Cemerlang, berkedudukan di Jalan
tertentu (aan banging geding subjudice); dan Kencana Indah Nomor 5, Rukun
Dilatoir Exceptie: Eksepsi yang menghalangi Tetangga 004, Rukum Warga 015,
dikabulkan gugatan, misalnya karena gugatan Kelurahan Pondok Pinang,
telah diajukan lampau waktu, seperti gugatan Kecamatan Kebayoran Lama,
telah lampau waktu (verjaard). 9 Jakarta Selatan 12310,
Gugatan yang telah lampau waktu ini sering Pembanding II semula Tergugat II;
disebut dengan istilah gugatan telah Dalam Eksepsi:
kadalwarsa. Sedangkan gugatan belum dapat - Judex Factie pada Pengadilan Tingkat
dikabulkan karena belum memenuhi syarat Pertama tidak berwenang mengadili
menurut hukum adalah gugatan memiliki cacat perkara a quo (Eksepsi Kompetensi
hukum sejak awalnya. Syarat menurut hukum Absolut);
yang dimaksudkan adalah syarat materiil dan - Membatalkan Putusan sela dalam
syarat formil. Eksepsi Nomor:
Eksepsi sebagai surat jawaban yang 12/Pdt.G/2013/PN.Bks tertanggal 22
digunakan untuk mengemukakan tangkisan Mei 2013;
atau suatu pembelaan yang tidak secara - Menyatakan Pengadilan Negeri Bekasi
langsung menyinggung isi surat tuduhan atau tidak berwenang mengadili perkara
gugatan tetapi hanya bertujuan agar Perdata Nomor:
pengadilan tidak menerima perkara yang 12/Pdt.G/2013/PN.Bks. dan oleh
diajukan pihak lawan. Dengan demikian maka karenanya gugatan Terbanding
untuk memahami eksepsi secara lebih dalam, (dahulu Penggugat Konvensi/Tergugat
khususnya mengenai eksepsi absolut dan Rekonvensi) tidak dapat diterima (niet
relatif, maka berikut ini akan dijabarkan onvankelijke verklaard);
pemahamannya. Menimbang, bahwa atas gugatan
Terbanding semula Penggugat tertanggal 21
2. Pelaksanaan Eksepsi Mengenai November 2012 yang terdaftar di Kepaniteraan
Kewenangan Absolut dan Relatif dalam Pengadilan Negeri Bekasi dibawah register
Perspektif Hukum Pidana Nomor 12/Pdt.G/2013/PN.Bks., Pembanding I,
a. Pelaksanaan Eksepsi mengenai II semula Tergugat I, II telah mengajukan
Kewenangan Absolut dalam Eksepsi tentang Kompetensi Absolut yang
Perspektif Hukum Pidana menyatakan Pengadilan Negeri Bekasi tidak
Dalam setiap lingkup peradilan, pelaksanaan berwenang mengadili perkara ini, karena yang
eksepsi bisa saja terjadi atas permohonan berwenang adalah Singapore International
terdakwa dan kuasa hukumnya. Berikut ini Arbitration Centre (SIAC) sesuai dengan
contoh pelaksanaan kewenangan eksepsi perjanjian antara Pembanding I, II semula
absolut dalam peradilan: Tergugat I, II dengan Terbanding semula
Pengadilan Tinggi Bandung, yang Penggugat yang tertuang dalam “Coal
memeriksa dan mengadili perkara- Transhipment Agreement”, selanjutnya disebut
perkara perdata dalam Tingkat Banding, “CTA” tanggal 21 November 2011 yang mana
telah menjatuhkan putusan sebagai Halaman 10 dari 15 halaman Putusan No.
berikut dalam perkara antara: 7/Pdt/2014/PT.Bdg. dalam CTA tersebut pada
1. PT. Indoasia Cemerlang (PT. IC), angka 25 huruf a disebutkan bahwa setiap
berkedudukan di Jalan Veteran No. sengketa yang timbul dari perjanjian ini hingga
23 Bekasi, Pembanding I semula menyebabkan adanya tuntutan harus
Tegugat I; diselesaikan secara ARBITRASE;
Eksepsi kewenangan absolut sebagaimana
dicontohkan di atas terjadi pada prakteknya
9
Ahmad Mujahidin, Pembaharuan Hukum Acara Peradilan jarang sekali terjadi karena menyangkut
Agama, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2012), hlm. 88.

96
Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016

substansi perkara yang akan diajukan bukan J.M. van Bemmelen menjelaskan bahwa hukum
wewenang pengadilan dimana perkara pidana itu dibedakan menjadi dua: “hukum
diajukan. Eksepsi di atas menyangkut selain pidana materiil terdiri atas tindak pidana yang
eksepsi absolut, juga ada unsur kewenangan disebut berturut-turut, peraturan umum yang
eksepsi relatifnya karena menyangkut juga dapat diterapkan terhadap perbuatan itu.
wewenang pengadilan dimana perkara Hukum pidana formil mengatur cara bagaimana
diajukan.10 Eksepsi kewenangan absolut acara pidana seharusnya dilakukan dan
nampak dalam isi gugatan yang diajukan yang menentukan tata tertib yang harus
tidak jelas menunjuk pada persoalan yang diperhatikan pada kesempatan itu.”13
dihadapi, dalam hal ini masalah perjanjian yang Berdasarkan contoh kasus di atas, maka
dilakukan kedua belah pihak. Ini berarti dapat dikatakan bahwa eksepsi kewenangan
permasalahannya ada pada substansi perkara, relatif sebagaimana dijelaskan di atas
yakni perjanjian “Coal Transhipment mempersoalkan mengenai tiga persoalan
Agreement”. mendasar, yakni: mengenai kewenangan
Dalam perkara ini, ada juga eksepsi mengadili; objek gugatan tidak jelas; dan Posita
kewenangan relatif karena Pengadilan Negeri dan Petitum Gugatan berbeda. Dalam gugatan
Bekasi tidak berwenang mengadili perkara ini, eksepsi ini, mengandung juga eksepsi
karena yang berwenang adalah Singapore kewenangan absolut karena menyangkut juga
International Arbitration Centre (SIAC) sesuai isi gugatan. Yang secara jelas menunjukkan
dengan perjanjian antara Pembanding I, II eksepsi kewenangan relatif adalah dalam hal
semula Tergugat I, II dengan Terbanding semula kewenangan mengadili. Berdasarkan Pasal 118
Penggugat yang tertuang dalam “Coal HIR gugatan harus diajukan dimana tempat
Transhipment Agreement”, selanjutnya disebut tinggal/domisili hukum Tergugat, sehingga
“CTA” tanggal 21 November 2011 yang mana gugatan Penggugat di Pengadilan Negeri
Halaman 10 dari 15 halaman Putusan No. Semarang adalah bertentangan dengan hukum,
7/Pdt/2014/PT.Bdg. dalam CTA tersebut pada karenanya sesungguhnya gugatan harus
angka 25 huruf a disebutkan bahwa setiap diajukan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
sengketa yang timbul dari perjanjian ini hingga (Kewenangan mengadili) sebagai domisili
menyebabkan adanya tuntutan harus hukum PT. Asuransi Jiwasraya (Persero),
diselesaikan secara ARBITRASE. Hal in sesua sehingga dalam hal ini Pengadilan Negeri
dengan apa yang dijelaskan mengenai eksepsi Semarang tidak berwenang mengadili perkara
kewenangan relatif, yakni bahwa eksepsi ini.
dimana pengadilan dinyatakan tidak berwenang Selanjutnya mengandung eksepsi
atau dua pengadilan atau lebih berwenang kewenangan absolut karena menyangkut
mengadilinya karena waktu dan tempat tindak substansi sebagaimana dalam tuntutan kedua
pidana terjadi.11 dan ketiga, yaitu: objek gugatan tidak jelas; dan
Posita dan Petitum Gugatan berbeda. kedua hal
b. Pelaksanaan Eksepsi mengenai ini menyangut substansi pengadilan dan oleh
Kewenangan Relatif dalam Perspektif karena itu masuk dalam kategori eksepsi
Hukum Pidana kewenangan absolut.
Menurut Wirdjono Prodjodikoro, “hukum
pidana adalah peraturan hukum mengenai PENUTUP
pidana. Kata pidana berarti hal yang A. Kesimpulan
dipidanakan, yaitu oleh instansi yang berkuasa 1. Penanganan Perkara pidana dalam
dilimpahkan kepada seorang oknum sebagai hal sistem hukum pidana Indonesia
yang tidak enak dirasakannya dan juga hal yang dilakukan dalam beberapa tahapan
tidak sehari-hari dilimpahkan.”12 Sedangkan lingkup peradilan, yakni: dalam peradilan
Umum, dalam pengadilan agama, dalam
10
Luhut, Pangaribuan, Op.Cit., hlm. 123.
pengadilan tata usaha negara, dalam
11
Ibid., hlm. 122.
12 13
Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Leden Marpaung, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana,
Indonesia, (Bandung: Refika Aditama, 2011), hlm. 1. (Jakarta: Sinar Grafika, 2014), hlm. 2.

97
Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016

pengadilan militer, dan dalam lingkungan dilakukan di indonesia, oleh karena itu
peradilan khusus. Penanganannya sangat disarankan agar penegakkan
mengikuti prosedur yang telah diatur hukum dalam hukum pidana kiranya
dalam masing-masing lingkup peradilan. dapat dijalankan secara murni dan
2. Eksepsi kewenangan absolut dan eksepsi konsekuen. Pemberian perlindungan
kewenangan relatif termasuk dalam hukum bagi masyarakat kiranya menjadi
kategori eksepsi formil yang dibedakan tujuan penegakkan hukum dalam proses
dari eksepsi materiil. Kewenagan absolut peradilan pidana;
ini diatur dalam Pasal 125 (2), 134 dan 2. Bahwa eksepsi kewenangan absolut dan
pasal 136 HIR,/ Pasal 149 (2) dan Pasal relatif merupakan sebuah upaya hukum
162 RBg. Istilah lain eksepsi absolut dan merupakan hak setiap terdakwa,
adalah attributief exceptie, sedangkan oleh karena itu disarankan agar setiap
yang dimaksud dengan eksepsi absolut warga negara khususnya pencari
ialah pernyataan ketidakwenangan keadilan dapat memahami akan adanya
suatu pengadilan untuk menerima, hak ini sehingga jika ada indikasi
memeriksa, mengadili, dan memutus penyalahgunaan kewenangan dan
suatu perkara yang sebenarnya menjadi institusi penegakan hukum dalam
kewenangan pengadilan lain dalam pengadilan, yang bersangkutan bisa
lingkungan peradilan yang berbeda. mengajukan haknya untuk mendapat
Sedangkan kekuasaan relatif diartikan keadilan melalui pengajuan nota
sebagai kekuasaan pengadilan yang satu keberatan atau eksepsi.
jenis dan satu tingkatan, dalam
perbedaannya dengan kekuasaan DAFTAR PUSTAKA
pengadilan yang sama jenis dan sama Ali, Mahrus. Dasar-Dasar Hukum Pidana,
tingkatan lainnya, misalnya antara (Jakarta: Sinar Grafika, 2012).
Pengadilan Negeri Magelang dengan Effendi, Erdianto. Hukum Pidana Indonesia
Pengadilan Negeri Manado, atau antara suatu pengantar, (Bandung: Refika Aditama,
pengadilan Agama Manado dengan 2014).
Pengadilan Agama Batam. Kewenangan Fauzan, Pokok-Pokok Hukum Acara Perdata
relatif ini diatur dalam Pasal 118 dan Peradilan Agama Dan Mahkamah Syar‟iyah
133 HIR Pasal 188 dan 133 HIR Pasal 142 Di Indonesia , (Jakarta: Prenada Media
dan 159 RBg. Istilah lain dalam eksepsi Group, 2007).
relatif adalah distributief execptie. Guza, Afnil. (Penghimpun), KUHP dan KUHAP,
Sementara yang dimaksud dengan (Jakarta: Asa Mandiri, 2008).
eksepsi relatif adalah Harahap, M. Yahya. Pembahasan Permasalahan
ketidakwenangannya pengadilan untuk dan Penerapan KUHAP (Penyidikan dan
menerima, memeriksa, mengadili, dan Penuntutan), Edisi Kedua, (Jakarta: Sinar
memutus suatu perkara yang Grafika, 2012).
sebenarnya menjadi kewenangan Hamzah, Jur. Andi. Hukum Acara Pidana
pengadilan lain dalam lingkungan Indonesia, edisi kedua, (Jakarta: Sinar
peradilan yang sama. Berbeda dengan Grafika, 2014).
eksepsi absolut, bahwa eksepsi relative Henry Campbell Black (ed.), Black‟s Law
harus diajukan pada sidang pertama Dictionary: Definitions of the Terms and
atau pada kesempatan pertama dan Phrases of Amerikan and English
eksepsi dimuat bersama-sama dengan Jurisprudence, Ancient and Modern,
jawaban. (Amerika: West Publishing Co., 1990).
Lamintang, P.A.F. dan Theo Lamintang, Hukum
B. Saran Penitensier Indonesia, (Jakarta: Sinar
1. Bahwa penanganan perkara pidana Grafika, 2010).
adalah sebuah pelaksanaan dan Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana,
penegakkan hukum yang selama ini (Jakarta: Sinar Grafika, 2012).

98
Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016

Marpaung, Leden. Proses Penanganan Perkara Sofyan, Andi dan Abd. Asis, Hukum Acara
Pidana (Penyelidikan dan Penyidikan), Pidana Suatu Pengantar, (Jakarta:
(Jakarta: Sinar Grafika, 2011). Prenadamedia Group, 2014).
Marpaung, Leden. Asas-Teori-Praktik Hukum Suparmono, Gatot. Hukum Acara Pidana dan
Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2014). Hukum Pidana di Bidang Perikanan,
Marpaung, Leden. Proses Penanganan Perkara (Bandung: Rineka Cipta, 2011).
Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009). Tim Redaksi, UUD 1945 (Amandemen) dan
Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana edisi Kabinet Kerja Jokowi-JK 2014-2019,
revisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009). (Yogyakarta: Cemerlang Publising, 2014).
Moeljatno, KUHP, Kitab Undang-Undang Tirtaamidjaja, M. H. Kedudukan Hakim dan
Hukum Pidana, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012). Djaksa, (Jakart: Fasco, 1953).
Marzuki, Peter Mahmud. PenelitianHukum. Cet. Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana
Ke. 9. (Jakarta: Prenada Media Group, 2014). di Indonesia, (Bandung: Refika Aditama,
Mujahidin, Ahmad. Pembaharuan Hukum Acara 2011).
Peradilan Agama, (Bogor: Ghalia Indonesia, Zainuddin Ali, Hukum Ekonomi Syariah,
2012). (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm. 145-146.
Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada
Pengadilan Agama, (Yogyakarta, 2007). Sumber-Sumber Lain:
Pangaribuan, Luhut M.P. Hukum Acara Pidana, http://iqbalindo.files.wordpress.com.
(Jakarta: Papas Sinar Sinanti, 2014). “Keberatan(eksepsi)”. Diundah pada hari
Pangaribuan, Luhut. Hukum Acara Pidana surat Kamis, tanggal 17 Maret, 2016.
resmi advokat di pengadilan; praperadilan, http://www.pa-
eksepsi, pledoi, duplik,memori banding, kalianda.go.id/gallery/artikel/190-definisi-
kasasi dan peninjauan kembali, (Jakarta: kompetensi-peradilan-agama.html, Diakses
Papas Sinar Sinanti, 2014). Pada Tanggal 14 Maret 2014 Pukul 09:00
Prajogo, Soesilo. Kamus Hukum Internasional Wita.
dan Indonesia, (Jakarta: Wacana Intelektual, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
2007). Hukum Acara Pidana atau Kitab Undang-
Parwoto Wignjosumarto, Kompilasi Peraturan undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).
Perundang-undangan, *Komisi Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009.
Yudisial*Komisi Kejaksaan*Komisi Kepolisian Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang
Nasional, (Jakarta: PT Tatanusa, 2012). Mahkama Konstitusi.
R. Soenarto Soerodibroto, KUHP dan KUHAP Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang
dilengkapi yurisprudensi Mahkamah Agung Pengadilan Anak.
dan Hoge Raad, edisi kelima, (Jakarta: Raja Undang-Undang Darurat Nomor 7 Tahun 1955
Grafindo Persada, 2011). tentang Tindak Pidana Ekonomi.
Redaksi Citra Umbara, Undang-undang
Republik Indonesia No. 24 Tahun 2003
tentang Mahkama Konstitusi dan Undang-
undang Republik Indonesia No. 14 Tahun
1985 tentang Mahkamah Agung Beserta
Penjelasannya, (Bandung: Citra Umbara,
2003).
Redaksi Kartika, Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia 1945, (Surabaya:
Kartika).
Rudyat, Charlie. Kamus Hukum, edisi lengkap,
(Pustaka Mahardika).
Sadjijono, Seri Hukum Kepolisian Polri dan Good
Governance, (Jakarta: Laksbang Mediatama,
2008).

99

You might also like