Juma THT - KL VoL8, No, September Desember 2016, hi 118-125
SENSORINEURAL HEARING LOSS PADA ANAK
Citra Dwi Novastuti, HLM.S. Wiyadi
Dep/SMF IImu Kesehatan Telings Hidung Tenggorok
‘Bedah Kepala dan Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga-RSUD Dr. Soetomo Surabaya
PENDAHULUAN
Proves mendengar merupakan suatu
peristiwa psikoakustik yaitu persepsi terhadap
rangsang bunyi, Tahun pertama hinge ketiga
kehidupan merupakan masa yang sangat penting
bau) anak untuk belajar-mendengar dan
mengembangkan kemampuan berbicara seria
berbahasa. Gangguan pendengaran padi anak
‘merupakan salah satu kelainan yang sering timbul
sejak lair, umumnya sensorineural hearing loss
(SNHL), bersifit bilateral, scbagian derajat berat
dan sangat berat, Bila gangguan pendengaran
bilateral terjadi Sejak lahir atau sebelum periode
petkembangan bicara_ tidak terdeteksi, akan
‘mengganggu perkembangan bicara, berbahasa dan
ognitif; Gangguan pada pendengaran akan
‘mempengaruhi pencapaian pendidikan i masa
depan, pemiihan perkerjaan, pendapatan,
penggunaan sistem perawatan keschatin, serta
hharapan hidup.'?
Angka kejadian SNHL bilateral
ongenital adalah sat sampai tiga perseribu
kelahiran paca popalasi perawatan bayi normal dan
«dua sampai empat perseratus bayi pada perawatan
intensif. Di Amerika Serikat diperkirakan 4000
bayi dilhirkan setiap tahun dengan gangguan
pendengaran bilateral derajat herat dan sangat
brat. Sebanyak 8000 bayi difahirkan dengan
SNHL unilateral derajat ringan sampai sedang,
‘Data lain menunjuxkan satu sampai tiga perseribu
bayi dengan SNHL, termasuk satu perseribu saat
lahir dan dus perseribu bayi saat berusia 9-16
tahun, 2
Di negara berkembang deteksi dink
‘gangguan pendengaran belum berjalan sempura,
‘masih banyak didapatkan masalah pendengaran
117
pada anak di usia yang seharusnya anak sudah
mampe berbicara, Hal ini dapat disebabkan
urangnya pemahaman orang tua mengenai
pentingnya fungsi pendengaran sebagai dasar
proses perkembanigan Gangguan
pendengaran pada anak tergantung pada beberapa
faktor antara lain onset umur, berataya ketulian,
dan usia saat identifikasi dan pengobatan, Detcksi
dan rehabilitasi dini yang tepat akan memberikan
Poluang yang sangat besar untuk perkembangan
berbicara dan berbuhas yang lei bik.
‘Tyjuan dari penulisan tinjauan pustaka ini
‘adalah untuk membahas SNHL pada anak,
bicara,
Diagnosis
Diagnosis Sensorineural Hearing Loss
(SNHL) tergantung dari adanya penurunan
ketgjaman pendengaran pada _pemeriksaan
pendengaran. Ketajaman pendengaran seorang
anak digolongkan sebagai normal jika berada
dalam intensitss 20 dB, Derajat_keparahan
gangguin pendengaran dinilai sebagai ringan (21-
40 dB), sedang (41-5$ dB), sedang berat (56-70
4B), berat (71-90 dB), atau sangat berat (> 90 4B).
Ketajaman pendengeran dapat divkur dengan
pengukuran obyektif maupun subyektif, Tes
fisiologis obyektf menilai status Fungsioral sistem
pendengaran dan dapat dilakukan pada usia berapa
pun. Tes obyektif atau non-behavioral audiometry
‘meliputi_pengujian respon pendengaran pada
batang otak
audiometry/BERA), otoacoustic emissions/OAE,
auditory steady-state response/ASSR, dan tes
impedan. Tes subyeksif menilai bagaimana anak
memproses
Pengamatan petilaku (behavioral audiometry)
(Brainstem ewoked response
informasi, yaituaudiometrimeliputi behavioural observations
audiometry/BOA, reinforcement
audiometry/VRA dan tes nada murni (Pure tone
audiometriPTA).
visual
LA Brainstem evoked response audiometry
Brainstem evoked response audiometry
(BERA) merupakan suatu pemeriksaan untuk
‘menilai fingsi nervus VIII dun jalur pendengaran
Ai batang otak, Caranya dengan merckam petensiol
listrik yang dikeluarkan sel koklea selama
‘menempuh perjlanan mulaitelinga dalam hingga
fukleus tertentu dibatang otak, Pemeriksaan
dilakukan dengan menggunakan elektroda yang
dilekatkan pada kulit pala stau dah dan prosesus
mastoid atau lobulus tlinga,
Prinsip pemeriksaan BERA adalah
smenilai perubahan potcnsiallistrik di otak sctelah
pemberian rangsangan sensoris berupa bunyi.
Rangsangan banyi yang diberikan melalui heed
phone au insert probe akan menempuh
Perjalanan melalui koklea (gslombang 1), nukleus
Koklearis (gelombang 11), mnukleus olivarius
superior (gelombang 111), lemnikus lateralis
{(gelombang IV), kolikulus inferior (gelombang V)
Kemudian menuju ke korteks auditorius di lobus
femporalis otak. Yang penting dicatat adalah
sgelombang I II dan V.5*
BERA kenvensional merupakan click
evoked air conduction, dan frckvensi yang
diberikan sebesar 2000- 4000H, dengan intensitas
dapat mencapai 105 dB, BERA membutubkan
‘waktu yang lebih lama dan tenaga teriatih dalam
rmengoperasikan alat maupun menginterpretasikan
hasil. BERA tidak terpengaruh oleh debris di liang
telinga luer dan tengah namun memertukan bayi
dalam keadaan tenang (bila peru disedasi), karena
pat timbul arefak akibat geraken. BERA dapat
mendeteksi adanya tuli_konduktif-maupun
sensorineural dan dapat memperkirakan ambang
eng pada kasus yang tidak kooperatif dengan tes
subyekti"*
1.2 Otoacoustic emissions
Oroacoustic emissions (OAE) adalah
suara yang berasal dari dalam koklea, diukurdalam
pendengaan telinga Iuar dan terutama
118
Sensorincual Hearing ..Ciea Dwi Novastt, LMS, Wiyadi)
mencerminkan aktivitas sel rambut Iuar pada
reniang frekuensi yong luas. Suara ini dapat
dipancarkan secara spontan, dalam menanggapi
rangsangan akustik durasi pendek (iransient
evoked otoacoustic enissions/TEOAE), sebagai
tanggapan tethadap dua nada stimulus dari
frekuensi yang betbeda (distortion-produced
otoacoustic emissions/DPOAE), ata dalam
‘menanggapi nada kontinu (sustained-frequency
otoacoustic emissions/SFOAE). Bila derajat
angguan pendengaran lebih besar dari 40-50 dB,
tidak didapatkan pada TEOAE; kecuali pada
neuropati auditor, yang ditandsi dengan adanya
emisi otoakustik dan tidak adenya respon
‘pendengaran batang otak.*
1.3 Auditory steady-state response
Auditory steady-state response (ASSR)
adalah pengukuran elektrofisiologi Ketajaman
pendengaran yang telah digunakan secara luas di
Australia, Asia, dan Kanada, Elektroda kulit
digunakan untuk mengukur respon pendengeran
pada perubahan stimulus tonal yang terus menerus.
‘Situmulus sinyal yang kontinyw memungkinkan
interpretasi rata ambang dengar yang lebih tinggi
dibandingkan dengan rangsangan klik. Perbedaan
ini berarti bahwa pengkuran ASSR dapat
memberikan perkiraan sensitivitas pendengeran
pada anak yang tidak menunjukkan respon
{crltdap pengukuran dengan BERA."*
1.4 Audiometriimpedan
Auciometri —impedan— mecupakan
pemeriksaan elektroskustik yang tidak menilai
‘pendengaran. Tes ini menglaji sistem pendengsran
perifer dengan mengukur tekanan telinga tengah,
‘getakan membran timpani, fungsi tuba Eustachius,
ddan mobiitas oskel telingstengah, Kondisi yang
petit diperhatikan sast tes adalah kondisi liang
telinga luar (serumen, sekret, udim, otitis media)
«dan kondisi membran timpani(perforai, hiperemi,
setraksi/suram).'*
1.5 Behavioural observation audiometry
Perubahan perilaku anak terhadap
stimulus suara tergantung pada beberapa faktor
antara Iain usia, status mental yang mencakupJumal THT - KL VeL9, No.3, Sepember -Deseer 2016, Hi. 118-125
kondlisi mental anak, kemauan melakukan tes, rasa
takut, situs neurologik yang berhubungan dengan
pperkembangan motorik dan persepsi, Neonatus
‘akan memberikan respons yang, lebih spontan
terhadap stimulus suara dengan intensitas tinggi
(115 dB SPL). Dengan semakin bertambahnya
Uusia, spontanitas respons tehadap suara menurun
tergantung pada kemauan anak. Tes pendengaran
dengan pengamatanperilaku (behavioral
observation audiometry/BOA) tidak harus
‘menunggu sampai anak mampu berbicaraschinga
dapat mengikuti prosedur tes. Tes BOA sudah
pat dilakukan pada sermaa usia mulai bayi bara
lahir hinges 6 bulan dengan mempertimbangkan
‘sia dan status peekembangan anak seeara umum.”*
‘Tes BOA cukup dapat memberikan nilai
ketepatan, efisiensi dan cokup obyektif apabila
dilakukan oleh pemeriksa yang berpengalaman,
Selain itu tes BOA cakup reliable, cukup
menyenangkan bagi anak-anak, cukup efisien dari
segi waitu dan biaya. Prinsip dasar tes BOA dapat
dilakukan dengan conditioning atau tanpa
conditioning, tergantung pada fektor sia. Tes BOA
sederhiana yang sering dilakukan di Klinik thu dan
‘Anak adalah dengan menggunakan benda/mainan
‘yang berbunyi seperti bel, terompet.**
1.6 Viswalreinforecement audiomemy
Visual reinforecement audiometry (VRA)
‘merupakan tes BOA conditioning yang sangat
bbormakns spubiladilakukan oleh audiologis yang
terlatih dan berpeagalaman, Tes ini menggtinakan
benda yang menarik perhatian sebagai re-inforcer
seperti lampu berkedip, mairan yang di beri
ituminasi lampa alu anual dengan mengeunska
Sarung tangen berbentuk boncka. Selain benda
dapat juga dengan memberikan sanjungan
‘misalnya dengan acungan jempol, tepuk tangan
‘tau mengelus tangan/pipi yang membuat anak
senang bahwa dia sudah melakukan tugasnya
dengan baik.
Prinsip dasar tes VRA adalah reinforce
respons behavioral (gerakan menolehnys kepalt
terhadap suara) dengan frekuensi spesifikdisertai
Upatvhadiah/penghargsan secara visual dengan
mainan ataa lampu yang berkedip. Anak
diwahokan tertorik ke arab bunyi dengan
119
smemberikan reinforce secara visual apabila anak
menoleh ke arah sumber bunyi. Frekuensi dan
‘ntensitas diubab-ubah untuk mendspatkan ambang
raida beberapa frekuensi. Gerakan kepala anak
rmenoleh ke arah sumber bunyi dikenal dengan
refleks orientas. *
1.7 Audiometri nada murat
Audiometsi nada -murai (Pure tone
udiometry/PTA) digunaken untuk -menilai
konduksi suaré di udara, tulang, atau keduanya
dengan mengidentifikasi_intensitasterendah,
Frekuensi mulai 250 Hz hinges 8000 Hz yang dij
dengan menggunakan earphone dan vibrator
‘Untuk menilaiambang betas konduks utara, suara
disajikan melalui earphone, dan hasilnya diam
‘ergantung pada kondisi saluran telinga unr, telinga
tengah, dan telinga bagian dalam,
Untuk menilai ambang batas konduksi
tulang. sunra disajikan melalui vibrator yang
dgempatkan pada korteks mastoid atau dahi,
sehingga_melewati telinga Iuar dan tenga
Audiometti sada muri membutubkan partisipasi
aaktifanak karena instruksi tes dapat sulit dipshami
Untuk anak kurang dari S ‘abun, Bentuk modifikasi
dengan audiometri bermain (Conditioned play
audiomety-CPA) ering digunaksn untuk
‘mendapatkan frekuensi audiogram tertentu yang
Jengkep untuk setiap tetinga pada anak usin 25-5,0
tahun.*
Klasifika
SNHL kongenital berdasarkan faktor
penycbab dibagi menjadi genetik (keturunan) dan
hhon-genetik (lingkungan). Pendekatan ini
memungkinkan dokter untuk merumaskan
diagnosis yang tebih lengkap dengan pilihan
Pengobatan. Scbagai contoh, kebisingan adalah
penyebab yang penting dari SNHL meskipun
‘gangguan pendengaran akibet kebisingan dapat
dilibat sebagai kasus sederhana dan merupakan
cfek dari traums akusti, faktor genetik adalah hal
yang penting dalam menentukan hasil dalam
lingleungan yang bing?
Pemahaman —mengenai__genetika
pendengaran yang betkembang —_pesat
‘meningkathan pengetahuan tentang etiologi,pengobatan, din pencegahan SNHL. SNHL
genetik paling sering citurunkan berdasarkan
Mendel sederhana’ dapat
diklasifikasikan menjadi auiosomal_dominan,
autosomal resesif, atau X-linked, Matrilineal
sgenetikterkait dengan mutasi mitokondria kadang
juga terjadi, SNHL genetik umumnya muncul
sebagai non-sindrom, namun sekitar 30% dari
osus adalah dengan sindram (berhubungan
dengan gangguan lain, seperti ginjal,jantung atau
kelainan pengtibatan).!*
bhukum dan
Sensorineue Heatn...|Citta wi Novas, HM.S, Wiya)
disebut connexon, Connexon dati sel yang
bersebetahan berikatan secara kovalen untuk
smombentuk soluran antusol Agrezasi connexon
disebut plak merypakan konstituen dari gap
junction. Sister gap junction erlibat dalam sirkulest
kalium, memungkinkan jon masuk kedalam sel
rambut selama transduksi secara mechanasensory
untuk didaur ulang dalam striavaskulais 7
Bentuk yang paling umum dari sindrom
'SNHL genetik adalah sindrom Pendred, Sindrom
ini ditandai dengan gangguan pendengaran
sensorineural bawaan pada kebanyakan kasus dan
sering ditemukan dalam keadaan yang parah,
|
Ee
===
= =o Ee
— md (
ee eee)
meskipun gangguan_ pendengaran_ringan
sampai sedang yang progresif juga terjadi.
Pada sincrom ini dapat juga terjadi dilatasi
bitateral dari saluran cairan vestibular dengan
atau tanpa hipoplasia koklea (malformasi
Mondini atau displasia). Pada heli
\idapatkan ji debit yang abnormal dari
sekresi perchlorate atau gondok, Sindrom
Pendred jarang ditemukan pada periode
‘nconatal Karena kelainan tiroid tidak ada soat
Gambar 1. Pengeruh genetik dan
nnon-genetik tethadap SNIIL kongeaital *
24 Genetik
Secara etiologi, lebih dari_setengah
neonatis dengin SNHL- memiliki- gangguan
pendengaran genetik. Berdasarkan hukum Mendet
sederhana, secara resesif umumnya kedua orang tua
yang memiliki pendengaran normal mernliki anak
dengan SNHL non-sindrom (75-80% kasus). Pada
SSNHL genetk juga dapat trjadi secara autosomal
dominan (Gekitar 202%), X-linked (2-5%), dan
tmitokendbra (sekitar 1%). Terman mutasi gen GJB2
(gap junction protein beta2) pada setengah dark
asus SNHL genetik di Amerika Serikat, Eropa,
Isael, dan Australia disebabkan oleh SNHL yang
liturunkan secsra autosomal resesif heterogen.
‘SNHLterkaitvarian alel SNHL penyebab dari GIB2
mengubah fungsi protein yang dikode, yaitu
connexin 26, di telinga bagian dalam. Agregat
connesin 26 dalam enam kelompok di sekitar pusat
2.3 nm membentuk struktur seperti donat yang
lahir dan CT tulang temporal jarang,
dimasukkan dalam bagian dari skrining
neonatal, Mayoritas anak yang terkena memiliki
mutasi pada gen yang disebut SLC26A4 pada
romosom 7q31."
Gambar 2, Potongan melintang koktea
‘menuinjukkan dua kelompok sel yang
rmengekspresi connexin®
120‘umal THT KLVoL9, No3, September - Desermber 2016, Him, 118 - 128
2.2 Non-genetik
Faktor penyebab non-genetik pada SNH
adalah infeksi patogen selama kehamilan yang
{dapat merusak plasenia dan jain. lnfeksi patogen
tersebut merupakan penyebab tama SNHL yang
ddidapat dan gangguan penglihatan serta disfungsi
petilaku dan neurologis, Infeksi patogen tersebut
dikelompokkan menjadi infeksi_- TORCH
(toxoplasmosis, others, rubella, cytomegalovirus,
dan virus herpes simpleks). Kejadian rubella
‘kongenital telah sangat menurun di negara yang
lebih maju dengan program vaksinasi rubella pada
akhir 1960-an, Namun, angka kejadian SNHI.
sehunder dari sindrom rubella kongenital tetap
tinggi. Di negara tanpa program vaksinzsi rubella,
sindrom rubella kongenital menjodipenyehab
‘utama SNHL kongenital yang didapat
Div negara maju, infeksi bawaan
cytomegalovirus umurmys diakui sebagai
penyebeb yang paling sering dari gangguan
pendengaran didepat pada neonatus, Di Amerika
Serikat, 04-25% bayi dengan infoksi
‘eytomegalovirus saat lahir, dan sekitar 40.000 bayi
terinfeksi cvtomezalovirussetiap tahun, Setidakny
1.000 bayi ini telah Kehilangan pendengavan yang
terdeteksi sant Iahir, dan selanjutnya 3000-4000
telah kehilangan pendengaran pada masa bayi atau
anak. Insiden infeksi evtomegalovirus kongenital
di banyak negara kurang berkembang belum
liketahui.®”
Kebanyskan neonatus yang terinfeksi
Kongenital tidak —memiliki tanda _infeksi
cytomegalovirus yang jelassoat lair, etapi sekitar
10% memiliki penyakit sisterik dengan
‘manifesta penyakit kuning, hepatosplenomegali,
ram ptekie atau purpara, etardasi pertumnbuhan
intrautein, atau distress pernapasan. Setengah dari
bayi tersebut dengan ands klinis SNHL
‘mengalami penurinan pendengaran postnatal yang
rogresif. Neonatus. dengan infeksi
cvtomegalovirus tampa gejala—umumnya
mengalami gejals sisa, tetapi 8-10% kemudian
berhembang menjadi beberaps ingkat SNHL."*
Penatalakanaan
Penatalakanaan SNHL setagian besar
‘melibatkan Kesejahtersan sosial dan sistem
121
pendidikan, tidak hanya perawatan medis saja
Pada neonatus, identifikasi awal akan
‘meningkatkan kemampuan bicara dan bahasa,
3M Program skrining
Program skrining pendengaran universsl
pada bayi bar fahir telah berkembang di banyak
negara, dibagi menjadi program deteksi di
penglengaran dan program intervensi. Hasil d
program ini, rata usia detcksi SNHL pada anak
yang sebelumnya cimulai pada usin 12-18 bulan
saat ini dapat dilaksanakan pada usia 6 bulan ataa
lebih muda. Meskipun skrining universal
pendeagaran pada bayi baru lahir dalam
‘meningkatkan Kemampuan berbahasa jangka
panjang mash belum jelas, program
‘memfisilitasi pencapaian berbahasa yang normal
pada anak dengan SNHL. Hasil skrining posit
palsu tidak semestinya membuat orang tua cemas
fek buruk Iainnya pada dinemika
keluarga, Investigasi data positif palsu pada
gangguan seperti cystie fibrosis dan fenilketonuria
‘menunjukkan bahwa identifikasi anak yang
abnormal pada periode dapat
rmenimbulkan kecemasan orang tua dan memiliki
cfck psikologis yang merugikan pada hubungan
antara orangtua dan anak dalam jangks panjang,
Beberapa peneliti menyarankan bahwa mungkin
fda efek yang sama untuk has positif palsu pada
program skrining universal pendengaran bayi baru
lair!"
atau memili
32. Alat bantu dengar
Terapi dengan alat bantu dengar atau
Perangkat mendengar dengan frekuensi modulasi
yang tepat dapat digunkan pada hampir semua
‘anak dengan SNHL bilateral, Pada SNHL detajat
berat sampai sangat berat, pendekatan habilitasi
‘menjadi lebih Kompleks, Keputusan orang tua
paling awal difokuskan peda pilihan komunikasi,
Pilihan umum clkstezorikan sebagai auditor oral
(than mendengar lisan, latihan bicara/speech
therapy, — membaca bir), pelatihan
‘manual gesturalvisual (berbagai tanda dan behasa
isyara), atau kombinasi keduanya y
komunikasi secara keselunshan."3.3. Implan koklea
Pertimbangan lain penanganan anak
dengan SNHL adalah implantasi kokles (gambar
3). Teknik ini memitiki menjadi pengobatan
standar di banyak daerah dengan pitihan alat bantu
dengar dan pelatihan pendengaran intensif yang
kurang, Pada awal implantasi,snak barus memiliki
rata nada murni (1 kHz, 2 kHz, dan 4 kH2) pada
setidaknya 100 dB dan dibantu ambang 60 dB atau
lebih dengan tidak adanya diskriminesi bicara
(Kemampuan untuk memahami kata yang
dliveapkan)."
Beberapa program —implan telah
menunjukkan bahwa anak yang diberikan implan
amara usia 12 bulan dan 36 bulan mengungguli
mereks yang dirawat di usia 37-60 balan,
Pengujian setelah interval tertentu pasca-
implaniasi, anak yang menjalani prosedur ketika
‘mda memiliki skor lebih baik pada persepsi bicara
dlihanding mereka yang lebih tu Pada temusn ini,
kriteria implan di Amerika Serikat telab