You are on page 1of 14
KEMENTERIAN KESEHATAN RI | DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN s] _ RS JIWA Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG 4k, Jend.A.Yani Telp (0341) 426015, 428067, Fax. (0841) 423785 Lawang- 65208, Website : www. rsjlawang.com, e-mail: rsjlawang@yahoo.com KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODINGNINGRAT LAWANG. Nomor x o204/ 1/2357/20% TENTANG PANDUAN CODE BLUE RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG DIREKTUR UTAMA RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG Menimbang cna b. bahwa dalam rangka untuk meningkatkan mutu pelayanan di RSJ Dr. Ragdjiman Wediodiningrat Lawang maka perlu disusun panduan code blue; bahwa Panduan code blue di RSJ Dr Radjiman Wediodiningrat Lawang perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Utama. Mengingat : 1, UUNo 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja 2. UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedoteran 3. Peraturan pemerintah No 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan 4, Peraturan pemerintah No 21 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana 5. UU No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan. 6. UUNo. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit 7. SK Men.Kes RI No.436/Men.Kes/SK/VI/1993, tentang berlakunya Standart Pelayanan Medik di Rumah Sakit 8. .Peraturan — Menteri_ Kesehatan Republik —_Indonesia_No 949/menkes/Per/VII/2004 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa 9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No28/Menkes/SK/I/1995 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Umum Penanggulangan Medik Korban Bencana 10.Keputusan — Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No 145/Menkes/SK/l/2007 tentang pedoman Penanggulangan Bencana Bidang Kesehatan 11.Keputusan —Menteri_ Kesehatan Republik Indonesia No 1105/Menkes/SK/IX/2007tentang Pedoman Penanganan Medik Korban Masal Akibat Bencana Kimia 12.Keputusan —Menteri_ Kesehatan Republik Indonesia. No 1087/Menkes/SK/VIII/2010 tentang Standar kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit 13. Per.Men.Kes RI No.254/MenKes/Per/lll/2008, tanggal 11 Maret 2008, tentang Organisasi dan Tata Kerja RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang MEMUTUSKAN Menetapkan KESATU : KEPUTUSAN DIREKTUR — UTAMA —_RSJ_—Dr._RADJIMAN WEDIODINGNINGRAT LAWANG TENTANG PANDUAN CODE BLUE RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG KEDUA : Panduan Code Blue sebagaimana tercantum dalam lampiran merupakan agian yang tidak terpisahkan dari Keputusan Direktur Utama ini KETIGA : Pedoman ini berlaku sebagai acuan dalam penatalaksanaan Code Blue di RSJ Dr Radjiman Wediodiningrat Lawang KEEMPAT Keputusan Direktur Utama ini mulai beriaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan Di: Lawang -2- LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODINGNINGRAT LAWANG Nomor : Hik.02. 04/1/2267 (2015 TENTANG PANDUAN CODE BLUE RSJ Dr. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG PANDUAN CODE BLUE BABI DEFINISI A. Latar Belakang Ketika berbicara tentang cardiac arrest, ingatan kita tidak bisa lepas dari penyakit jantung dan pembuluh darah, karena penyebab tersering dari cardiac arrest adalah penyakit jantung kroner. Setiap tahun terdapat kurang lebih 295.000 kasus cardiac arrest yang ditangani baik di rumah sakit maupun di luar rumah sakit di AS (American Heart Asociation, 2012). WHO (2008) menerangkan bahwa penyakit jantung, bersama-sama dengan penyakit infeksi dan kanker masih tetap mendominasi peringkat teratas penyebab utama kematian di dunia. Serangan jantung dan problem seputamnya masih menjadi pembunuh nomor satu dengan raihan 29 persen kematian global setiap tahun. Demikian hainya di Indonesia, berdasarkan Survei Kesehatan Nasional tahun 1986 dan 1991, penyakit jantung koroner bersama dengan penyakit infeksi merupakan penyebab kematian utama di Indonesia (Diklat Yayasan Ambulans Gawat Darurat 118, 2010), Kematian otak dan kematian permanen terjadi dalam jangka waktu 8 sampai 10 menit setelah seseorang mengalami cardiac arrest (Diklat Ambulans Gawat Darurat 118, 2010). Cardiac arrest dapat dipulihkan jika tertangani segera dengan cardiopulmonary resusitation (CPR) dan defibrilasi untuk mengembalikan denyut jantung normal. Kesempatan pasien untuk bisa bertahan hidup berkurang 7 sampai 10 persen pada tiap menit yang berjalan tanpa Cardiopulmonary Resusitation dan defibrilasi (American Heart Assosiacion,2010). Berdasarkan hasil penelitian dari American Heart Association pada bulan Juni 1999 didapatkan data bahwa 64% pasien dengan cardiac arrest yang mendapatkan penanganan segera dapat bertahan hidup tanpa kerusakan otak. Inti dari penanganan cardiac arrest adalah kemampuan untuk bisa mendeteksi dan bereaksi secara cepat dan benar untuk sesegera mungkin mengembalikan denyut jantung ke kondisi normal untuk mencegah terjadinya kematian otak dan kematian permanen. Penanganan secara cepat dapat diwujudkan jika terdapat tenaga yang memilki kemampuan dalam melakukan chain of survival saat cardiac arrest terjadi. Keberadaan ‘tenaga inilah yang selama ini menjadi masalah/pertanyaan besar, bahkan di rumah sakit yang notabene banyak terdapat tenaga medis dan paramedis. Tenaga medis dan Paramedis di Rumah Sakit sebenamya sudah memiliki kemampuan dasar dalam melakukan life saving, akan tetapi belum semuanya dapat mengaplikasikannya secara 3+ maksimal. Dan seringkali belum terdapat pengorganisasian yang baik dalam pelaksanaannya. Masalah inilah yang kemudian memunculkan terbentuknya tim reaksi cepat dalam penanganan arrest segera, yang disebut Code Bive. B. Pengertian 1. Kematian jantung mendadak atau cardiac arrest Cardiac arrest adalah berhentinya fungsi jantung secara tibe-tiba pada seseorang yang telah atau belum diketahui menderita penyakit jantung. Waktu dan kejadiannya tidak terduga, yakni segera setelah timbul keluhan (American Heart Association, 2010). 2. Definisi Code Blue Code blue adalah dan stabiisasi kondisi darurat medis yang terjadi di dalam area rumah sakit. Kondisi darurat medis ini membutuhkan perhatian segera. Sebuah code blue harus segera dimulai setiap kali seseorang ditemukan dalam kondisi cardiac atau respiratory arrest (tidak responsi, nadi tidak teraba, atau tidak bemapas) misainya pasien yang membutuhkan resusitasi kardiopulmoner (CPR), 3, Team Code Blue Team Code Blue adalah tim yang terdiri dari dokter dan paramedis yang ditunjuk sebagai “code-team", yang secara cepat ke pasien untuk melakukan tindakan penyelamatan. Tim ini menggunakan crash-cart, kursi roda/tandu, alat - alat penting seperti defibrilator, peralatan intubasi, suction, oksigen, ambulatory bag, obat-obatan resusitasi (adrenalin, atropin, lignocaine) dan IV set untuk menstabilkan pasien. 4. BLS atau Bantuan Hidup Dasar BLS atau Bantuan Hidup Dasar merupakan awal respons tindakan gawat darurat. BLS dapat dilakukan oleh tenaga medis, paramedis maupun orang awam yang melihat pertama kali korban. Kemampuan melakukan BLS haruslah dikuasai oleh paramedis dan medis, dan sebaiknya orang awam juga menguasainya karena seringkali korban justru diterukan pertama kali bukan oleh tenaga medis, BLS adalah suatu cara memberikan bantuan/pertolongan hidup dasar yang meliputi bebasnya jalan napas (airway /A), pernapasan yang adekuat (breathing /B), sirkulasi yang adekuat (circulation/C) 5, Advanced Cardiac Life Support ( ACLS ) Advanced Cardiac Life Support (ACLS) adalah bantuan hidup lanjut atau pertolongan pertama pada penyakit jantung. C, Tujuan Code Blue Tujuan dari code blue adalah : 1. Untuk memberikan resusitasi dan stabilisasi yang cepat bagi korban yang mengalami kondisi darurat cardio- respiratory arrest yang berada dalam kawasan rumah sakit. 2. Untuk membentuk suatu tim yang terfatih lengkap dengan perlatan medis darurat yang dapat digunakan dengan cepat. 3. Untuk memulai pelatihan keterampilan BLS dan penggunaan defibrillator eksternal otomatis (AED) untuk semua tim rumah sakit baik yang berbasis klinis maupun non klinis. 4. Untuk memulai penempatan peralatan BLS di berbagai lokasi strategis di dalam kawasan rumah sakit untuk memfasilitasi respon cepat bagi keadaan darurat medis, 5. Untuk membuat rumah sakit mampu menangani keadaan medis yang darurat. BAB II RUANG LINGKUP Sistem respon cepat code blue dibentuk untuk memastikan bahwa semua kondisi darurat medis Kritis tertangani dengan resusitasi dan stabilisasi sesegera mungkin. Sistem respon terbagi dalam dua tahap. 1. Respon awal (responder pertama) berasal petugas rumah sakit yang berada di sekitarnya, dimana terdapat layanan Basic LifeSupport (BLS). 2. Respon kedua (responder kedua) merupakan tim khusus dan terlatih yang berasal dari departemen yang ditunjuk oleh pihak rumah sakit. Sistem respon dilakukan dengan waktu respon tertentu berdasarkan standar kualitas pelayanan yang telah ditentukan oleh rumah sakit. Untuk menunjang hal tersebut yang dilakukan adalah a. Semua personil di rumah sakit harus dilatih dengan keterampilan BLS untuk menunjang kecepatan respon untuk BLS di lokasi kejadian b. Peralatan BLS harus ditempatkan di lokasi yang strategis dalam kawasan rumah sakit, misalnya lobi rumah sakit, ruang tunggu poliklinik dan ruang rawat inap, dimana peralatan dapat dipindah atau dibawa untuk memungkinkan respon yang cepat. BAB II TATA LAKSANA Sebuah respon code blue untuk seluruh daerah RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang tidak dapat ditangani oleh Unit Gawat Darurat (UGD) sendiri, Karena kesulitan jarak dan lokasi yang tidak terjangkau padahal idealnya waktu antara aktivasi code blue sampai kedatangan Team code blue adalah 5 menit. Sehingga diharapkan setiap regio rumah sakit mempunyai tim yang dapat melakukan BLS awal sambil menunggu kedatangan tim code blue rumah sakit untuk meningkatkan harapan hidup pasien. Tim dibentuk dengan ketentuan tiap tim terdiri dari 3 sampai § anggota yang teriatih dalam BLS. Peralatan resusitasi darurat yang mudah untuk dibawa, harus ditempatkan di lokasi strategis di seluruh kawasan rumah sakit terutama di daerah di mana probabilitas tinggi terjadi kondisi darurat medis atau dimana tim rumah sakit telah dilatih dalam keterampilan BLS. Setidaknya satu kit resusitasi dasar harus ditempatkan di setiap area kerja satu departemen ‘sehingga tim dapat dengan cepat memobilisasi dan memanfaatkan peralatan resusitasi. Jika -5- tersedia peralatan resusitasi yang lebih maka efektifitas dan waktu respon dari Tim Code Blue akan lebih baik dan harapan hidup pasien meningkat. Hal ini sama pentingnya bahwa semua Personil rumah sakit, terutama tenaga non-dokter dan non-medis, dilatin BLS sehingga mereka juga dapat memberikan resusitasi awal kehidupan (CPR) di lokasi kejadian sambil menunggu respon primer atau Code Blue tiba, dengan demikian juga meningkatkan kemungkinan hasil yang baik bagi para korban darurat medis. Pelatihan tim rumah sakit dalam keterampilan BLS dan penggunaan AED juga dapat dilakukan oleh ETD. A. Organisasi Tim Code Blue Tim Code blue merupakan tim yang selalu siap setiap saat/ sepanjang waktu. Tim code blue respon primer beranggotakan personil yang telah menguasai Basic Life Support (BLS) 1. Uraian Tugas Koordinator Tim ‘© Dijabat oleh dokter ICU/NICU © Bertugas mengkoordinir segenap anggota tim. bekerjasama dengan diklat membuat pelatihan kegawatdaruratan yang dibutuhkan oleh anggota tim. Penanggung Jawab Medis * Dokter jaga/ dokter ruangan © Bertugas > Mengidentifikasi awal / triage pasien > Memimpin penanggulangan pasien saat terjadi kegawatdaruratan > Memimpin tim saat pelaksanaan RJP > Menentukan sikap selanjutnya. Perawat Pelaksana © Bersama dokter penanggung jawab medis melakukan triage pada pasien * _Membantu dokter penanggung jawab medis menangani pasien gawat dan gawat darurat. Tim Resusitasi ‘+ Perawat terlatin dan dokter ruangan /dokter jaga © Bertugas: > Memberikan bantuan hidup dasar kepada pasien gawat atau gawat darurat > Melakukan resusitasi jantung paru kepada pasien gawat atau gawat darurat 2. Sistim Kerja Tim Daftar nama Tim Code Blue merupakan tanggung jawab Koordinator setiap bulan dalam MECC ETD Code Blue Response Team ‘Anggota tim ini pun juga waji untuk dilatih BLS. Tim Code Blue terdiri dari 3 sampai 4 anggota: 1) 1 Koordinator Tim 2) Petugas Medis 3) Kelompok Pendukung (jka perlu) Setiap anggota tim code blue akan memiliki tanggung jawab yang ditunjuk seperti pemimpin tim, mangjer airway, kompresi dada, IV line, persiapan obat dan defibrilasi. Setiap anggota tim yang ditunjuk harus membawa handphone. 4d. Pendidikan, Petatihan dan Jaminan Kualitas Anggota Code Blue, Pendidikan dan pelatihan BLS diwajibkan bagi anggota tim code blue dan atau harus memiliki sertfkat ACLS yang masin beriaku. Meninjau semua kebijakan dan prosedur. Melakukan review standar peraturan. Melakukan pengukuran standar pelayanan (jam pelayanan) Audit Program pendidikan dan pelatihan BLS, ACLS dan MTLS / ATLS diberikan kepada tim rumah sakit dan unit. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan standar perawatan dan hasil respon code blue sebagai tim yang memainkan peran penting sebagai responden pertama untuk situasi code blue ze>-e@ B. Fase Code Blue 41. Alert System Harus ada sistem yang baik dan terkoordinasi di tempat yang digunakan untuk mengaktifkan peringatan terjadinya keadaan darurat medis dalam lingkup rumah sakit kepada anggota tim code blue. Sistem telepon yang ada akan digunakan. Jika terjadi keadaan darurat medis, personil rumah sakit di mana saja dalam lingkup rumah sakit tersebut dapat mengktifkan respon dari code blue lewat telepon untuk bantuan dan pengaktifan: a. Local Alert : tergantung pada mekanisme yang dibuat oleh Zone Coordinator, contoh: 1) Pengumuman melalui sistem PA menampilkan nama-nama tim code blue primer di lokasi strategis di zona mereka 2) Setelah kasus code blue terjadi, Tim Primer harus meninggalkan pekerjaannya dan mengambil tas code blue dan bergegas ke lokasi dan memulai CPR / BLS b. Hospital Alert : Nomor telepon code blue -> Pusat Panggilan Kegawatdaruatan Medis: Prioritas 1: Untuk mengaktifkan team code blue sekunder dari ETD Prioritas 2: Untuk memeriksa (sebagai jaring pengaman kedua) pengaktifan tim code blue primer Anggota tim respon code blue primer yang telah ditentukan di sekitar tempat terjadinya kegawatdaruatan medis akan menanggapi situasi code blue sesegera mungkin. Anggota tim akan memobilisasi alat resusitasi mereka dan bergegas ke lokasi darurat medis. Tim ETD code biue juga akan menanggapi situasi code blue. Jika semua tim tidak yakin apakah lokasi darurat medis tersebut tercakup di daerah cakupan mereka, mereka tetap harus merespon alarm ‘code blue’ ‘Standar layanan untuk durasi waktu yang dibutuhkan antara menerima pesan ‘code blue’ (aktivasi code blue) dan kedatangan tim code blue di lokasi kejadian adalah 5 sampai 10 menit. Standar layanan akan diberi batas waktu dan dikaji kinerja dan Pemeriksaan jaminan kualitas untuk menentukan ‘perangkap’ dalam sistem peringatan dan menjaga efisiensi dan penyebaran cepat dari tim code blue Tanggung jawab dari Medical Emergency Call Center (MECC) terhadap Code Blue line * Anggap setiap panggilan di code blue line adalah code blue kasus yang sebenamya (sampai bisa dibuktikan) * Panggilan code biue harus dijawab secepatnya (< 3 kali dering) ‘+ Informasi vital adalah: > Nama dan nama orang/ tim rumah sakit/ paramedis/ dokter tertentu > Lokasi pasti > Trauma atau kasus medis > Dewasa atau anak-anak + Pengumuman kepada ETD tim code blue —" CODE BLUE.. CODE BLUE... CODE BLUE) di area cakupan * Tim code blue harus meninggalkan pekerjaannya dan beriari dengan membawa perlengkapan jika zona ETD bisa dijangkau dengan jalan kaki. + Rekaman dan dokumen dalam sensus code blue 2. Intervensi Segera di Tempat Kejadian Tim di tempat kejadian darurat medis (pasien tidak sadar atau dalam cardiac dan respiratory arrest ) telah terjadi memiliki tanggung jawab untuk meminta bantuan lebih lanjut, memulai resusitasi menggunakan pedoman Basic Life Support (BLS) dan keterampilan ALS dan peralatan jika cukup terlatih dan lengkap. a. Nomor tim code blue Rumah Saki! nomor MECC akan ditempatkan di bangsal, departemen, divisi, unit, kantor, lobi lift , koridor, kantin, taman, tempat parkir, dll trotoar dan lokasi lain di dalam halaman rumah sakit. b. Personil rumah sakit yang menemukan korban harus mengaktifkan pemberitahuan lokal untuk tim code biue primer atau seseorang menginstruksikkan mereka untuk melakukannya, mereka juga harus meminta bantuan lebih lanjut dari tim terdekat jika tersedia. c. Pada saat yang sama, aktivasi pemberitahuan rumah sakit harus dilakukan dengan menghubungi nomor code blue rumah sakit. d. Pihak yang bertanggung jawab atau bertanggung jawab atas daerah tertentu (misainya dari ruangan lain) juga harus diberitahu untuk datang ke lokasi segera. fe. Sementara menunggu kedatangan tim utama menanggapi code blue, jika tersedia tim yang terlatih untuk BLS, mereka harus memulai BLS (posisi airway, bantuan pernapasan,kompresi dada dil) f.Jika tidak ada tim yang terfatih BLS, tim yang ditempat kejadian harus menunggu bantuan yang berpengalaman dan menjaga lokasi dari kerumunan orang. 3. 4, g. Jika monitor jantung, defibrillator manual atau Defibrillator Ekstemal Ptomatis (AED) tersedia, peralatan ini harus melekat kepada pasien untuk menentukan kebutuhan defibrilasi; fase ini dilakukan oleh tim yang berpengalaman atau tim terlatih dalam ‘Alert Cardiac Life Support (ACLS). h. Setiap departemen, divisi, atau unit bangsal harus berusaha untuk memastikan bahwa tim mereka dilatih dalam setidaknya keterampilan BLS dan mereka dilengkapi dengan resusitasi kit atau trol, setidaknya peralatan resusitasi dasar dan ditempatkan di lokasi strategis. i. Tim dari masing-masing ruangan akan bertanggung jawab untuk pemeliharaan resusitasi kit mereka. i. Jika korban berhasil disadarkan/dihidupkan kembali sambil menunggu kedatangan tim respon code blue, tim dilokasi harus menempatkan pasien dalam posisi pemulihan dan monitor tanda-tanda vital. k. Semua kasus code blue harus mengirim ke ETD untuk evaluasi lebih lanjut dan manajemen terlepas hasilnya. Kedatangan Team Code Blue a. Setelah anggota tim code blue menerima aktivasi code blue, mereka harus menghentikan tugas mereka saat ini, mengambil resusitasi kit (tas peralatan) mereka dan bergegas ke lokasi darurat medis dengan berjalan kaki b. Mereka harus mengerahkan diri mereka sendiri dengan cepat dan lancar dan menggunakan rute terpendek yang tersedia. ¢. Waktu respon (layanan standar) dari waktu dari code biue call / aktivasi kedatangan tim Code blue di tempat kejadian akan disimpan, d. Akan ada saat ketika ETD / Kedatangan Sekunder tim code blue adalah penundaan karena berbagai alasan, sehingga kebutuhan untuk tim Code blue untuk tidak hanya terdiri dari tim ETD tetapi juga tim dari departemen yang lebih strategis atau dekat. Selanjutnya, sangat penting bahwa setiap tenaga medis di lokasi kejadian mulai langkah BLS. e. Jika korban masih dalam cardiac atau respiratory arrest ketika tim respon code blue tiba di lokasi, tim akan mengambil alih tugas resusitasi; tim di lokasi kejadian harus tinggal di sekitar untuk memberikan bantuan tambahan jika diperlukan. 1. Setiap kasus code blue akan kirim ke ETD terlepas kondisi pasien baik untuk mempertahankan kembalinya sirkulasi spontan Keberhasilan resusitasi jantung paru (retum of spontaneous circulationROSC) atau tidak. Dalam disposisi, ETD pasien akan diputuskan setelah integrasi pasca perawatan serangan jantung. Perawatan Definitif a. Keadaan darurat medis yang terjadi di setiap daerah baik klinis atau non-klinis dan baik melibatkan rawat inap atau rawat jalan (umum) akan dihadiri oleh para tim tanggap code blue, pasien ini akan diangkut ke ETD untuk resusitasi lanjut dan “9 Perawatan definitif dimana tempat-tempat ini biasanya tidak memiliki infrastruktur yang memadai dan peralatan untuk perawatan lanjutan. b. Jika resusitasi tidak berhasil (korban meninggal di TKP), korban masih perlu ditransfer ke ETD untuk dokumentasi lebih lanjut atau konfirmasi kematian. ©. Setiap kasus code blue akan menerima perawatan definitif setelah perawatan pasca integrasi serangan jantung dan diskusi dalam ETD. 5. Peralatan dan pelatihana. a. Semua tingkat tim rumah sakit harus cukup terlatih setidaknya dalam BLS dan penggunaan AED. b. AED dan resusitasi kit dasar harus ditempatkan di berbagai daerah di dalam halaman rumah sakit dan mudah diakses bagi tenaga medis dan tim Code Blue untuk digunakan. ¢. Lokal/code blue primer (zona risiko rendah) tim peralatan: 1) Sarung tangan 2) Pocket mask 3) Guerdeljalan napas orofaringeal 4) Tas / kotak pertama bantuan d. Dasar peralatan resusitasi kit yang dibutuhkan oleh tim code blue Dasar di zona risiko tinggi dan ETD / sekunder tim tanggap : 1), Oksigen tangki dan pipa 2) Masker oksigen 3) Pocket mask 4) Bag-valve mask 5) Pedoman defibrilator atau AED 6) Sarung tangan steril sekali pakai 7) Oro-faring dan naso-faring 8) Perangkat Extraglottic (LMA) 9) Kursi roda atau tandu 10) Stetoskop 11) Alat suntik dan jarum 12) Infus set (termasuk alkohol usap, branula dan plester) 13) Glucometer 14) Obat-Dextrose 50%, Dekstrosa 10%, Normal saline /Hartmann 's, Adrenalin, ‘Atropin, Amiodarone, Diazepam, GTN Tab dan Aspirin 15) Sphygmomanometer 16) Senter 17) Lanjutan pelatihan BLS dapat diperoleh melalui komite CPR. Ketika muncul code biue, tim dokter dan paramedis yang ditunjuk sebagai "code-team", bergegas ke pasien untuk melakukan tindakan penyelamatan. Tim ini menggunakan crash-cart, kursi roda /tandu, yang berisi alat - alat penting seperti defibritator, peralatan intubasi, suction, oksigen, ambu-bag, obat-obatan resusitasi (adrenalin, atropin, -10- lignocaine) dan IV set untuk menstabilkan pasien. Tim akan mempraktekkan keterampilan BLS dan Advanced Cardiac Life Support (ACLS) untuk resusitasi pasien. Peralatan resusitasi diletakkan di area yang sering membutuhkan bantuan resusitasi sehingga bila code blue muncul tim yang ditunjuk sebagai code blue, Tim akan segera dapat mengakses peralatan tersebut. Jika code blue disebut di suatu daerah tanpa crash-cart, tim yang ditunjukan code blue akan membawa crash-cart atau kit resusitasi. . Komunikasi Tersedia Medical Emergency Call Centre (MECC) yaitu panggilan khusus yang mengaktifkan tim Code Blue D. Koordinasi dengan Ruangan Lain Panggilan akan diperoleh dari ruangan lain yang tidak memi tidak ada rencana tanggap darurat di tempat, ETD akan mendapatkan panggilan mengenai kebutuhan merekauntuk perawatan medis darurat dan berkoordinasi dengan mereka tentang bagaimana untuk mendirikan tanggap darurat medis menggunakan sistem code blue. im tanggap darurat. Jika -11- E. Algoritma Code Blue Ditemukan korban/pasien dengan cardiopulmonary arrest § Staf rumah sakit memanggil pertolongan Mengaltifasi “local alert” menuju tim code blue Anggota by stander/penemu pertama terlebih dahulu melakukan BLS/CPR Lanjutkan BLS/CPR sampai tim code blue datang Segera hubungi code blue rumah sakit untuk mengaktivasi “Hospital alert? § Setelah mengaktifasi code blue, tim yang bertugas di sekitar tempat kejadian bergegas menuju tempat kejadian dengan resusitasi kit Mulai atau lanjutkan BLS/CPR Dokumentasikan semua & yang dilakukan oleh tim code blue ¥ Pindahkan korban ke ETD secepat mungkin setelah stabil untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut Jika resusitasi berhasil atau korban meninggal di tempat, korban harus tetap dipindahkan ke ETD untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut atau mengkonfirmasi kematian BABIV DOKUMENTASI a. Setelah kegiatan pertolongan pasien selesai, tim Code Blue harus segera menyelesaikan dokumentasi penatalaksanaan. Lembar Observasi yang digunakan juga harus disertakan dalam rekam medis pasien. Pada saat melakukan serah terima pasien di ruangan, tim Code Blue menuliskan Berita Acara Serah Terima Pasien disertai tanda tangan petugas tim Code Blue dan perawat ruangan. b. Selain itu petugas tim Code Blue juga mengisi Berita Acara penggunaan troli ataupun tas emergensi untuk kemudian dokter ruangan ataupun team leader menuliskan resep obat maupun bahan habis pakai yang digunakan untuk pertolongan kegawatdaruratan. c. Sedangkan operator call center juga mencatat laporan kegawatdaruratan yang diterima pada buku registrasi serta mencatat waktu pelaporannya. Waktu untuk aktivasi serta =12- respon tim Code Biue juga sebaiknya dicatat agar kegiatan mudah dievaluasi. Respon time yang dimaksud adalah waktu tim Code Blue berhasil mencapai lokasi kejadian. Catatan Registrasi Code Blue Jam Jam | altivasi | Respon laporan | Code | time Blue Nama_| Jabatan | Nama) Jenis | Umut | Lokasi | Kondis | pelapor | pelapor | pasien | kelamin | Keterangan Form Code Blue : FORMULIR CODE BLUE DENTITAS PASIEN -13- Form Berita Acara Penggunaan Perbekalan Farmasi : Berita Acara Penggunaan Perbekalan Farmasi Tas Emergensi Pada hari p=] Tanggal | Bulan | Tahun ini ‘Saya yang berlandatangan dibawah ini Nama [Mabaten | Menyataken dengan sebenamya bahwa Saya telah membuka dan menggunakan perbekalan farmasi yang tersedia di dalam tas emergensi yang berada di area/ruang: Karena telah terjadi keadaan emergansi | Pada pasien Nama Tol iahir No. RM Status j Dengan rineian perbekalan farmasi sebagai berikut Nema Nama No | pevekalen |] Satuan | Jumiah No | perbekaten Satuan | Jumiah farmasi 1 1 | | 2 lf .2 | 3 3 | 4 a | 5 5 | Demikian berita acara ini saya buat rangkap 4 (empat) untuk dipergunakan sébagaimana mestinya Mengetahu, Malang, | Atasan Langsung ‘Yang membuka | Ditetapkan Di: Lawang Pada Tangga) : 8 Juni 2015 BAMBANG EKOSUNARYANTO NIF.19620430 198711 1 001 -14- DAFTAR PUSTAKA Institute For Clinical Systems Improvement. 2011. Health Care Protocol: Rapid Response Team. .http:/www.icsi.orgirapidresponse teamprotocol/rapid response team protocol with order set paf.html, Diakses tanggal 18 Juni 2012 Royal Brisbance & Women's Hospital Health Service District. 2007. . Code Blue Manual. 4, httov/ww.sasvre.qid.gov.au/SASVRC/Assets/documenticode blue _0207.pdf. Diakses tanggal20 Juni 2012Saed, MD & Amin, Mohd. 2011.Code Blue System. ._http:/www.hsajb.moh. gov. Diakses tanggal 18 Juni 2012, www. serpihanilmuku. blogspot.com, Perdana R PumomoBlitar, 27-10-1989Talun, BlitarNita ApriliaKediri, 11-04-1989Keras, KediriKartika Hari KBlitar, 13-04-1989Wiingi, Blitar 8. Dian Bekti SBlitar, 05-02-1989Kuningan, Blitar 9. Nurina HildayantiBlitar, 16-08-1988, Blitar

You might also like