You are on page 1of 4

Nama : Vera Yulina NIM : 0707101070014 STERILISASI

Sterilisasi adalah suatu proes membunuh semua mikroorganisme, termasuk bakteri endospora yang dilakukan untuk alat-alat, sarung tangan bedah, dan alat lain yang berkontak langsung dengan aliran darah atau jaringan normal steril. Sterilisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu panas, penyaringan, radiasi, dan penambahan bahan kimia. Sedangkan sterilisasi dengan cara panas dapat dilakukan dengan panas basah, panas kering, pemanasan bertahap dan perebusan. 1. Sterilisasi dengan cara penguapan Sterilisasi uap harus memenuhi empat kondisi: kontak yang memadai, suhu yang sangat tinggi, waktu yang tepat, dan kelembaban yang memadai. Kelebihan sterilisasi uap adalah karena waktu siklus sterilisasi lebih pendek daripada panas kering atau siklus kimia. Sedangkan kekurangannya adalah karena membutuhkan sumber panas yang terus menerus seperti aliran listrik. Peralatan sterilisator uap harus dipelihara dengan cermat agar tetap berfungsi dengan baik. Membutuhkan ketaatan waktu, suhu dan tekanan secara ketat, serta keterbatasannya untuk mensterilkan bahan-bahan plastik yang tidak tahan terhadap suhu tinggi. Tahapan sterilisasi: Mendekontaminasikan, membersihkan, dan mengeringkan seluruh instrument yang akan disterilkan. Semua instrument yang terdiri lebih dari satu bagian harus dibongkar. Instrument sebaiknya tidak diikat ketat yang dapat mencegah kontak uap dengan seluruh permukaan. Susun paket dalam ruangan untuk memudahkan sirkulasi dan penetrasi uap ke seluruh permukaan. Ketika menggunakan sterilisator uap, sebaiknya instrument-instrumen bersih dibungkus dengan kain katun ganda atau kertas koran. Lakukan sterilisasi pada suhu 1210C selama 30 menit untuk alat terbungkus, 20 menit untuk alat yang tidak terbungkus.

Tunggu 20 hingga 30 menit (atau hingga meter tekanan udara terbaca nol) sampai sterilisator dingin. Kemudian buka pintu sterilisator. Biarkan paket instrument kering seluruhnya sebelum diangkat (paket yang basah dapat menyerap bakteri, virus. Dan fungi dari sekelilingnya

2. Pemanasan kering Dibandingkan pemanasan basah, pemanasan kering kurang efisien dan membutuhkan suhu yang lebih tinggi serta waktu lama untuk sterilisasi. Hal ini disebabkan karena tanpa kelembaban maka tidak ada panas laten (Hadioetomo, 1985). Pemanasan kering dapat menyebabkan dehidrasi sel dan oksidasi komponen-komponen di dalam sel (Fardiaz, 1992). Keuntungan dari pemanasan kering adalah tidak adanya uap air yang membasahi bahan atau alat yang disterilkan, selain itu peralatan yang digunakan untuk sterilisasi uap kering lebih murah dibandingkan uap basah (Lay dan Hastowo, 1992). Pemanasan kering sering dilakukan dalam sterilisasi alat-alat gelas di laboratorium, dimana menggunakan oven dengan suhu 160-1800C selama 1,5-2 jam dengan sistem udara statis (Fardiaz, 1992). 3. Pemanasan bertahap
0 Pemanasan bertahap dilakukan bila media atau bahan kimia tahan terhadap uap 100 C

(Lay dan Hastowo, 1992). Pemanasan bertahap (tindalisasi) dilakukan dengan cara memanaskan medium atau larutan menggunakan uap selama satu jam setiap hari untuk tiga hari berturut-turut. Waktu inkubasi diantara dua proses pemanasan sengaja diadakan supaya spora dapat bergerminasi menjadi sel vegetatif sehingga mudah dibunuh pada pemanasan berikutnya (Fardiaz, 1992). 4. Perebusan
0 Perebusan adalah pemanasan didalam air mendidih atau uap air pada suhu 100 C

selama beberapa menit (Fardiaz,1992). Pada suhu ini sel vegetatif dimatikan, sedang spora belum dapat dihilangkan (Lay dan Hastowo, 1992). Beberapa bakteri tertentu tahan terhadap suhu perebusan ini, misalnya Clostridium perfringens dan Clostridium botulinum tetap hidup meskipun direbus selama beberapa jam (Lay dan Hastowo, 1992)

5. Penyaringan Penyaringan adalah proses sterilisasi yang dilakukan pada suhu kamar. Sterilisasi dengan penyaringan digunakan untuk bahan yang peka terhadap panas misalnya serum, urea dan enzim (Lay dan hastowo, 1992). Dengan cara penyaringan larutan atau suspensi dibebaskan dari semua organisme hidup dengan cara melakukannya lewat saringan dengan ukuran pori yang sedemikian kecilnya sehingga bakteri dan sel-sel yang lebih besar tertahan diatasnya, sedangkan filtratnya ditampung didalam wadah yang steril (Hadioetomo,1985). 6. Radiasi ionisasi Radiasi ionisasi adalah radiasi yang mengandung energi yang jauh lebih tinggi daripada sinar ultraviolet. Oleh karena itu mempunyai daya desinfektan yang lebih kuat. Salah satu contoh radiasi ionisasi adalah sinar gamma yang dipancarkan dari kobalt-10 (Fardiaz, 1992). Radiasi dengan sinar gama dapat menyebabkan ion bersifat hiperaktif (Lay dan Hastowo, 1992). 7. Radiasi sinar ultra violet Sinar ultra violet dengan panjang gelombang yang pendek memiliki daya antimikrobial yang sangat kuat. Daya kerjanya adalah absorbsi oleh asam nukleat tanpa menyebabkan kerusakan pada permukaan sel. Kerusakan tersebut dapat diperbaiki bila disinari dengan berkas yang mempunyai gelombang yang lebih panjang (Lay dan Hastowo, 1992). 8. Penambahan bahan kimia Menurut Lay dan Hastowo (1992), bahan yang menjadi rusak bila disterilkan pa da suhu yang tinggi dapat disterilkan secara kimiawi dengan menggunakan gas. Bahan kimia yang sering digunakan antara lain : 1) Alkohol, daya kerjanya adalah mengkoagulasi protein. Cairan alkohol yang umum digunakan berkonsentrasi 70-80 % karena konsentrasi yang lebih tinggi atau lebih rendah kurang efektif. 2) Khlor, Gas khlor dengan air akan menghasilkan ion hipokloride yang akan mengkoagulasikan protein sehingga membran sel rusak dan terjadi inaktivasi enzim. 3) Yodium, daya kerjanya adalah bereaksi dengan tyrosin, suatu asam

amino dalam emzim atau protein mikroorganisme. 4) Formaldehida 8 % merupakan konsentrasi yang cukup ampuh untuk mematikan sebagian besar mikroorganisme. Daya kerjanya adalah berkaitan dengan amino dalam protein mikrobia. 5) Gas etilen oksida, gas ini digunakan terutama untuk mensterilkan bahan yang dibuat dari plastik. Sterilisasi dengan bahan kimia digunakan alkohol 70 %. Menurut Gupte (1990), etil alkohol sangan efektif pada kadar 70 % daripada 100 % dan ini tidak membunuh spora. Sterilisasi dengan alkohol dilakukan pada proses pembuatan kultur stok dan teknik isolasi. Alkohol 70 % disemprotkan pada tangan praktikan dan alat-alat seperti makropipet dan mikropipet. Menurut Volk dan Wheeler (1988), alkohol bila digunakan pada kulit kontaknya terlalu pendek untuk menimbulkan banyak efek germisida dan alkohol segera menguap karena sifatnya mudah menguap. Namun alkohol dapat menyingkirkan minyak, partikel debu, dan bakteri. Menurut Gupte (1990), alkohol 70 % dapat menyebabkan denaturasi protein dan koagulaasi.

You might also like