Mengenal Tabel Insulation Class dan fungsinya sebagai pedoman
menentukan suhu maksimum elektro motor.
Pada ilmu kelistrikan kita pasti mengenal istilah kelas Isolasi atau Insulation Class,
Seperti misalnya pada sebuah elektro motor, mungkin kita pemah membaca
keterangan mengenai Insulation Class atau kelas isolasi yang tertera pada name
plate elektro motor tersebut.
Ada yang memilki kelas isolasi atau Insulation Class A, kelas isolasi atau
Insulation Class B, kelas isolasi atau Insulation Class F, kelas isolasi atau
Insulation Class H.
Pengertian Insulation Class atau kelas isolasi
Keterangan mengenai Insulation Class atau kelas Isolasi ini menjelaskan
mengenai seberapa baik kemampuan isolasi yang digunakan pada kawat
gulungan (Winding) suatu elektro motor terhadap perubahan atau kenaikan suhu
atau panas
Atau dengan kata lain, Insulation Class atau Kelas isolasi adalah seberapa besar
temperature atau suhu panas yang dapat di toleransi oleh bahan isolasi kawat
gulungan elektro motor tersebut
Sehingga tetap dapat berfungsi sebagai bahan isolator (Isolasi) sebelum melebihi
batas tembus tegangan dan Mengalami kegagalan isolasi atau terjaci kebocoran
arus atau tegangan listrik
60
80
Tabel Kelas IsolasiInsulation Class standard NEMA
Insulation Class atau kelas isolasi adalah pengelompokan atau pembagian kelas
untuk ketahanan kawat gulungan suatu electro motor pada suhu / temperatur
tertentu
Standar NEMA (The National Electrical Manufacture Association ) membagi
Insulation Class menjadi 4 yaitu:
« Insulation Class A
« Insulation Class B
« Insulation Class F
* Insulation Class H
Terdapat 3 hal yang harus kita perhatikan untuk menentukan Insulation
Class.
1. Ambient Temperature
Seperti yang kita ketahui bahwa saat elektro motor belum dioperasikan, maka
suhu motor tersebut adalah sama dengan suhu sekitarnya, atau yang biasa
disebut sebagai Suhu Ruangan (Ambient Temperature),
NEMA member nilai standar untuk suhu ruangan yang digunakan adalah 40
derajat Celcius
2. Rise Temperature
Kemudian, saat elektro motor torsebut dioperasikan, maka akan torjadi
peningkatan suhu pada kawat gulungan atau winding elektro motor tersebut, hal ini
disebut dengan Peningkatan Suhu (Rise Temperature),
3. Hot spot
Selain itu suatu margin dan titik ditengah lilitan biasanya lebih tinggi yang disebut
sebagai Hot Spot.
‘Atau dengan kata lain Hot spot adalah titik terpanas yang terdapat dalam gulungan
Elektro motor.Insulation class atau Kelas isolasi ini, menjadi pedoman bagi kita untuk
menentukan kelas mana yang akan kita gunakan, disesuaikan dengan suhu atau
temperatur maksimal saat suatu elektro motor tersebut di operasikan.
Sebelum kita dapat menentukan antara Insulation Class A, B, F atau Insulation
Class H, yang akan kita gunakan, terlebih dahulu kita harus mengetahui
penjelasan mengenai masing-masing Insulation Class tersebut
Insulation Class
‘Seperti yang kita ketahui, insulation Class atau kelas isolasi memiliki empat kelas
yang umumnya digunakan, yaitu:
* Insulation Class A
+ Insulation Class B
+ Insulation Class F
+ Insulation Class H
Sistem Isolasi dari Insulation Class ini diambil dari standar nilai NEMA (National
Electrical Manufacturers Association)
Klasifikasi Insulation Class ini diambil dari seberapa besar batas maksimum
temperatur atau suhu operasi yang masih ditoleransi atau diperbolehkan
Insulation Class A
Temperatur operasional maksimum yang diperbolehkan untuk Insulation Class-A,
adalah
105 derajat Celcius.
Peningkatan temperatur yang diperbolehkan saat beban puncak adalah:
60 derajat celcius. Pada service faktor 1.0
Peningkatan temperatur yang diperbolehkan saat beban puncak adalah’
70 derajat celcius. Pada service faktor 1.15
Hot spot atau titik suhu terpanas bertambah sebesar 5 derajat celciusInsulation Class B
‘Temperatur operasional maksimum yang diperbolehkan untuk Insulation Class-B,
adalah:
130 derajat Celcius.
Peningkatan temperatur yang diperbolehkan saat beban puncak adalah: 80 derajat
celcius
Pada service faktor 1.0
Peningkatan temperatur yang diperbolehkan saat beban puncak adalah:
90 derajat celcius. Pada service faktor 1.15
Hot spot atau titik suhu terpanas bertambah sebesar 10 derajat celcius.
Insulation Class F
Temperatur operasional maksimum yang diperbolehkan untuk Insulation Class-F,
adalah:
165 derajat Celcius.
Peningkatan temperatur yang diperbolehkan saat beban puncak adalah’
105 derajat celcius. Pada service faktor 1.0
Peningkatan temperatur yang diperbolehkan saat beban puncak adalah:
115 derajat celcius. Pada service faktor 1.15
Hot spot atau titik suhu terpanas bertambah sebesar 10 derajat celcius.
Insulation Class H
Temperatur operasional maksimum yang diperbolehkan untuk Insulation Class-H
adalah:
180 derajat Celcius.
Peningkatan temperatur yang diperbolehkan saat beban puncak adalah’
125 derajat celcius. Pada service faktor 1.0
Hot spot atau titik suhu terpanas bertambah sebesar 15 derajat celcius.Penjelasan mengenai perhitungan suhu maksimum operasi yang dapat
ditoleransi, sesuai dengan Insulation Class masing-masing
Insulation Class A
‘Temperature operasional maksimum yang diperbolehkan didapat dari penjumlanan
nilai suhu ambient (40 derajat celcius) ditambah dengan rise temperature atau
peningkatan temperatur yang diperbolehkan ditambah lagi dengan titik terpanas
atau Hot spot.
Sebagai contoh, perhitungan suhu maksimum untuk Insulation Class A
Temperatur maksimum yang diperbolehkan adalah 105 derajat celcius
Nilai ini didapat dari
Nilai suhu ambient (40 derajat celcius) ditambah dengan rise temperature atau
peningkatan temperatur yang diperbolehkan (60 derajat celcius) ditambah lagi
dengan titik terpanas atau Hot spot (5 derajat ceicius)
Atau sama dengan’
40 derajat celcius + 60 derajat celcius + 5 derajat celcius = 105 derajat celcius
Insulation Class B
‘Temperature operasional maksimum yang diperbolehkan didapat dari penjumlahan
nilai suhu ambient (40 derajat celcius) ditambah dengan rise temperature atau
peningkatan temperatur yang diperbolehkan ditambah lagi dengan titik terpanas
‘atau Hot spot.
Sebagai contoh, perhitungan suhu maksimum untuk Insulation Class B:
Temperatur maksimum yang diperbolehkan adalah 130 derajat celcius
Nilai ini didapat dari
nilai suhu ambient (40 derajat celcius) ditambah dengan rise temperature atau
peningkatan temperatur yang diperbolehkan (80 derajat celcius) ditambah lagi
dengan titik terpanas atau Hot spot (10 derajat celcius)
Atau sama dengan:
40 derajat celcius+ 80 derajat celcius + 10 derajat celcius = 130 derajat celcius.Insulation Class F
Temperature operasional maksimum yang diperbolehkan didapat dari penjumlahan
nilai suhu ambient (40 derajat celcius) ditambah dengan rise temperature atau
peningkatan temperatur yang diperbolehkan ditambah lagi dengan titik terpanas
atau Hot spot.
Sebagai contoh, perhitungan suhu maksimum untuk Insulation Class F:
Temperatur maksimum yang diperbolehkan adalah 155 derajat celcius.
Nilai ini didapat dari
nilai suhu ambient (40 derajat celcius) ditambah dengan rise temperature atau
peningkatan temperatur yang diperbolehkan (105 derajat celcius) ditambah lagi
dengan titik terpanas atau Hot spot (10 derajat celcius)
Alau sama dengan
40 derajat celcius* 105 derajat celcius + 10 derajat celcius = 155 derajat celcius.
Insulation Class H
Temperature operasional maksimum yang diperbolehkan didapat dari penjumlahar
nilai suhu ambient (40 derajat celcius) ditambah dengan rise temperature atau
peningkatan temperatur yang diperbolehkan ditambah lagi dengan titik terpanas
atau Hot spot
‘Sebagai contoh, perhitungan suhu maksimum untuk Insulation Class F:
‘Temperatur maksimum yang diperbolehkan adalah 180 derajat celcius.
Nilai ini didapat dar:
nilai suhu ambient (40 derajat celcius) ditambah dengan rise temperature atau
peningkatan temperatur yang diperbolenkan (125 derajat celcius) ditambah lagi
dengan titik terpanas atau Hot spot (15 derajat celcius)
Atau sama dengan
40 derajat celcius+ 125 derajat celcius + 15 derajat celcius = 180 derajat celcius.Sebaiknya suhu pengoperasian elekto motor tidak melebihi batas maksimum suhu
yang diperbolehkan sesuai dengan Insulation Class elektro motor tersebut.
Setiap peningkatan 10 derajat dari batasan suhu maksimum yang diperbolehkan,
akan menurunkan life time elektro motor tersebut. Hal ini merupakan hal yang
sangat penting untuk dihindari karena Insulation Class berhubungan lengsung
tethadap Life time Elektromotor.
Sebagai contoh:
Jika elektro motor beroperasi pada suhu 180 derajat celcius, maka
+ Jika menggunakan Insulation Class A, life time elektro motor tersebut
hanya sekitar 300 jam operasi
+ Jika menggunakan Insulation Class B, life time elektro motor tersebut
hanya sekitar 1.800 jam operasi
+ Jika menggunakan Insulation Class F life time elektro motor tersebut
sekitar 8.500 jam operasi
+ Jika menggunakan Insulation Class H, life time elektro motor tersebut
dapat mencapai 10.000 jam operasi
Catatan:
Insulation Class-B
Pada umumnya, Insulation Class B digunakan untuk elektro motor produksi
‘Amerika (US) dengan menggunakan frekwensi 60 Hertz
Insulation Class-F
Pada umumnya, Insulation Class F digunakan untuk elektro motor produksi
internasional dengan menggunakan frekwensi 50 Hertz,
Demikianlah artikel mengenai penjelasan lengkap tentang Insulation Class A,
Insulation Class B, Insulation Class F, Insulation Class H.