Professional Documents
Culture Documents
1
Numa Jericho Hakim , Wilodati 2 , Sri Wahyuni3
Abstract. Religion should be able to play a role as a counterweight to people's lives in various
fields such as politics, social, economics, education, science, technology and so on. Religion
should also be able to become the basis of human reference in living a good social life and obeying
existing norms or regulations. In addition, religion is also capable of being a source of values,
beliefs and patterns of behavior that can provide guidance for the nature, purpose, and stability
of human life because life demands absolute life guidance. is a serious problem. Various cases of
conflict in the name of religion, both inter-religious and conflict within a particular religion often
color the life of the Indonesian people. From the existing data then processed using qualitative
research methods by collecting data that can be accounted for so that it can be a new reference in
the future.
Religion and conflict are two sides of a coin that are interconnected and touch each other. Religion
is sacred and peaceful, religious conflict is the most sensitive tool and is easily packaged into holy
war. This is caused by many things, namely dogma, misinterpreted texts, excessive fanaticism,
group interests and even practical political interests. Finally, religion has a sinister face, scary
and decorated with revenge. All causes of conflict, if not resolved and managed properly will give
birth to endless conflicts. Efforts that can be made are to dialogue texts with context, dialogue
about knowledge, and moderate religious understanding, and having wise religious leaders or
leaders.
Abstrak. Agama seharusnya dapat memainkan peran sebagai penyeimbang kehidupan masyarakat
di berbagai bidang seperti bidang politik, sosial, ekonomi, pendidikan, ilmu pengetahuan,
teknologi dan lain sebagainya. Agama seharusnya juga mampu menjadi dasar acuan manusia
dalam menjalani kehidupan bermasyarakat yang baik serta mentaati norma-norma atau peraturan
yang ada. Selain itu, agama juga mampu menjadi sumber nilai, kepercayaan dan pola-pola tingkah
laku yang dapat memberi tuntunan bagi hakekat, tujuan, dan kestabilan hidup umat manusia karena
kehidupan menuntut adanya tuntunan hidup yang mutlak.Masalah konflik antar agama dan konflik
internal agama di Indonesia merupakan sebuah masalah yang serius. Berbagai kasus konflik atas
nama agama, baik antar agama maupun konflik dalam suatu agama tertentu sering mewarnai
perjalanan kehidupan bangsa Indonesia. Dari data yang ada kemudian diolah denganmenggunakan
metode penelitian kualitatif dengan cara mengumpulkan data yang dapat dipertanggungjawabkan
sehingga dapat menjadi acuan baru di kemudian hari.
Agama dan konflik adalah dua sisi mata uang yang saling berhubungan dan bersentuhan. Agama
ajaran suci dan damai, konflik agama adalah alat yang paling sensitif dan mudah dikemas menjadi
perang suci. Hal ini disebabkan oleh banyak hal yaitu dogma, teks yang salah tafsir, fanatisme
yang berlebihan, kepentingan kelompok bahkan kepentingan politik praktis. Akhirnya agama
memiliki wajah seram, menakutkan dan dihiasi oleh dendam. Semua penyebab konflik, bila tidak
diresolusi dan dimanajemen dengan baik akan melahirkan konflik yang tak berkesudahan. Upaya
yang dapat dilakukan yaitu mendialogkan teks dengan konteks, mendialogkan ilmu, dan berfaham
beragama moderat, serta memiliki pemimpin atau tokoh agama yang bijaksana.
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara multikultural yang dibangun atas kesadaran bhinneka tunggal
ika. Sudah menjadi realitas bahwa bangsa Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan
budaya beragam dengan potensi konflik yang tinggi. Salah satu konflik yang sedang banyak
disoroti yaitu terkait agama. Agama bagi mayoritas orang dianggap menyentuh bagian yang paling
dalam dan paling asasi pada kehidupannya dan terasa amat dekat, bahkan dijadikan sebagai urat
nadi bagi kehidupan manusia. Disamping itu Sebagian orang memandang agama sebagaibagian
yang amatjauh yang tampak pada adanyakonflik, kekerasan, penindasan, peperangan,
bahkanpembunuhanatasnama agama.
Konflik antarumat beragama sekarang ini sedang disoroti dunia, konflik yang terjadi antara
lain sepert i“Hindu dan Muslim di Ujung Peperangan Khasmir”, Kristen Serbia diadili atas Pelaku
Tindak Kekerasan Terhadap Muslim Bosnia”. Sisi menghawatirkan sekarang adalah jika paradox
tersebut berjalan semakin timpang. Beberap ada sawarsa terakhir yang dipandang bernuansa
keagamaan semisal terror 11 September 2001, bom Bali, penghancuran Afganistan, konflik Israel
dan Palestina, kasus Poso, bom Natal dan lain sebagaimanya.
Ada sebuah pemikiran yang beralasan bahwa agama merupakan sumber konflik dan
mendatangkan masalah yang cenderung bersifat anakronistik (tidak cocok untuk zaman tertentu).
Akan tetapi, menyatakan agama semata-mata sebagai sumber konflik sangat tidak arif. Selama
berabad-abad bisa dilihat iman yang memperteguh kehidupan telah menopang dan memberi makna
bagi jutaan manusia. Tepat apabila ada yang menyatakan berbicara tentang agama berarti berbicara
tentang sebuah paradoks.
Masyarakat Indonesia dengan tingkat kemajemukan yang tinggi baik etnik, budaya, ras,
Bahasa, dan agama merupakan potensi sekaligus ancaman. Bebrapa konflik bernuansa SARA
diatas, sering dikaitkan dengan kegagalan bangsa ini dalam memahami pluralitas. Secara spesifik
Pendidikan juga dituding telah gagal menjalin keberagaman melalui Pendidikan yang melampaui
sekat agama.
Sekarang ini seolah peran agama dengan wajah yang teduh semakin hilang dan tersisa
hanyalah kebringasan, atas semua yang terjadi itu membuat agama dipandang sebagai sebuah
nama yang sarat konflik, membuat gentar dan cemas banyak kalangan. Dengan tragedi-tragedi
yang terjadi di Indonesia khususnya kekerasan yang bertopengkan agama, banyak orang yang kian
dicekam.
Hal ini mewakili kecemasan umat manusia akan potensi penyalahgunaan agama tersebut.
Untu kitu penulis ingin mengupas terkait pentingnya Pendidikan agama untuk mengatasi resolusi
konflik antar umat beragama.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dalam perspektif
Pendidikan agama penopang resolusi konflik umat beragama bertujuan untuk memberi gambaran
umum dari hakikat metode penelitian deskriptif kualitatif dalam penelitian Pendidikan agama
penopang resolusi konflik umat beragama , analisis data dalam penelitian deskriptif kualitatif,
langkah langkah serta kekuatan dan kelemahan dalam penelitian kualitatif itu sendiri. Artikel
ini disusun berdasarkan metode literature review dari artikel yang mengkaji terkait penelitian.
Teori-teoriPenyebabKonflik
Konflik merupakan hal yang alamiah yang telah ada sejak manusia diciptakan. Dalam
kehidupan, konflik merupakan sesuatu yang mendasar dan esensial. Meskipun konflik merupakan
halalamiah dan mampu menumbuhkan dinamika, dapat menjadi persoalan serius jika sudah
memuncak dan mengganggu ketentraman hidup atau bahkan membahayakan jiwa.
Simon Fisher (2001) mengemukakan penyebab terjadinya konflik antara lain yaitu :
1. Teori hubungan masyarakat menganggap bahwa konflik disebabkan polarisasi yang terus terjadi,
ketidakpercayaan dan permusuhan kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat. Sasaran yang
ingin dicapai teori ini adalah :
a. Meningkatkan komunikasi dan saling pengertian antara kelompok-kelompok yang mengalami
konflik.
b. Mengusahakan toleransi dan agar masyarakat keragaman yang ada di dalamnya.
2. Teori negosiasi prinsip menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak selaras
dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang mengalami konflik. Sasaran yang
ingin dicapai teori ini adalah :
a. Membantu pihak-pihak yang mengalami konflik untuk memisahkan perasaan pribadi dengan
berbagai masalah dan isu, dan menciptakan kemampuan untuk melakukan negosiasi berdasarkan
kepentingan-kepentingan dari pada posisi tertentu yang sudah tetap.
b. Melancarkan proses pencapaian kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak atau semua
pihak.
3. Teori Kebutuhan Manusia Berasumsi bahwa konflik yang berakar disebabkan oleh kebutuhan dasar
manusia (fisik, mental, dan sosial) yang tidak terpenuhi atau dihalangi. Keamanan, identitas, pengakuan
partisipasi, dan otonomi sering merupakan inti pembicaraan. Sasaran yang ingin dicapai teori ini adalah
:
a. Membantu pihak-pihak yang mengalami konflik untuk mengidentifikasi dan mengupayakan
bersama kebutuhan yang tidak terpenuhi, dan menghasilkan pilihan-pilihan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan itu.
b. Agar pihak-pihak yang mengalami konflik mencapai kesepakatan untuk memenuhi kebutuhan
dasar semua pihak.
4. Teori Identitas Berasumsi bahwa konflik disebabkan identitas yang terancam, yang sering berakar pada
hilangnya sesuatu atau penderitaan di masa lalu yang tidak diselesaikan. Sasaran yang ingin dicapai
teori ini adalah :
a. Melalui fasilitas loka karya dan dialog antara pihak-pihak yang mengalami konflik diharapkan
dapat mengidentifikasi ancaman-ancaman dan ketakutan yang dirasakan masing-masing dan untuk
membangun empati dan rekonsiliasi.
b. Meraih kesepakatan Bersama yang mengakui kebutuhan identitas pokok semua pihak.
5. Teori Kesalah pahaman Antar budaya Berasusmsi bahwa konflik disebabkan ketidak cocokan dalam
cara-cara komunikasi berbagai budaya yang berbeda.
Karakteristik Konflik
Fakta konflik yang terjadi di Indonesia telah menjadi isu yang krusial di mana Indonesia
dilihat sebagai negara yang memiliki keragaman etnis dan budaya. Kita hidup di dunia yang
terpolarisasi agama, kebangsaan, ideologi politik, ras, etnis, jeniskelamin, kelas sosial, dan banyak
lagi pembagian yang terlalu banyak untuk disebutkan. Tidak jarang keragaman dan ketidak
cocokan menyebabkan konflik. Konflik sering kali didefinisikan sebagai proses interaktif yang
dimanifestasikan dalam ketidak cocokan, ketidak sepakatan, atau perbedaan di dalam atau di antara
entitas sosial. Konflik, terutama yang melibatkan nilai-nilai atau hubungan mendasar, misalnya,
sering dihipotesiskan bersifat destruktif; konflik emosional yang kuat dianggap tak terelakkan.
Konflik ini terjadi pada kelompok primer dan sekunder, dari keluarga hingga masyarakat, sistem
perilaku relasional yang terhambat dan destruktif, tergantung pada disfungsi sistem sosial yang
mewakili konteks. Dalam teori identitas sosial, kelompok dapat masuk kedalam konflik karena
berbagai alasan, dan konflik juga merupakan hasil dari cara yang ada orang mengidentifikasi satu
sama lain.
Konflik yang marak terjadi di Indonesia ditengarai selalu melibatkan unsur agama.
Beberapa tahun lalu masyarakat Indonesia dihebohkan dengan munculnya kasus Ahmadiyah. Pro-
Ahmadiyah memahami bahwa pelarangan aktivitas Ahmadiyah di ruang public bertentangan
dengan konstitusi nasional yang menjamin kebebasan beragama. Di sisilainya, anti Ahmadiyah
bersikap bahwa kehadiran Ahmadiyah telah menodai Islam dan menciptakan ketidak nyamanan
bagi umat Islam. Di sini diperlukan tindakan nyata, seperti dialog, misalnya, yang dapat
diprakarsai oleh liberalis atau pluralis dengan kaum konservatif dan pemerintah untuk mencari
solusi, setidaknya mengesampingkan Ahmadiyah dari pelaku kekerasan. Menggunakan perspektif
fungsi kebijakan public untuk memberikan tatanan sosial, diberlakukannya Keputusan Ahmadiyah
adalah upaya pemerintah untuk melindungi keberadaan Ahmadiyah dengan melarang kegiatan
mereka di tempat umum karena potensi bahaya bagi keselamatan mereka. Kasus konflik paling
keras terjadi di Indonesia ketika kebijakan terhadap etnis Cina memiliki variasi dari waktu kewaktu
tergantung pada keadaan hubungan antara pribumi Indonesia dan penduduk keturunan Cina. Oleh
karenaitu, dialog antar budaya dan pehamanan Pendidikan beragama memiliki peran penting
dalam hal ini. Itu memungkinkan kita untuk mencegah perpecahan etnis, agama, bahasa, dan
budaya.
KESIMPULAN
Konflik atasnama agama sering terjadi dibelahan dunia manapun, termasuk Indonesia.
Faktor penyebabnya baik dari internal maupun eksternal. Keduanya sering melupakan esensi
ajaran agama yang suci, penuh cinta aksih dan damai. Dapat dilakukan antara lain dengan
meningkatkan pemahaman secara mendalam dan komprehensip bagi semua pemeluk agama, tidak
mendikotomikan ilmu, sehingga terjadi integrasi dan interkoneksi. Dengan kata lain, kita dituntut
untuk peka dan proaktif dengan mempertimbangkan aspek lain dalam melihat konflik, yaitu aspek
historis, psikologis, budaya, dan kebutuhan masyarakat agama.
Masalah konflik antar agama dan konflik internal agama di Indonesia merupakan sebuah
masalah yang serius. Berbagai kasus konflik atas nama agama, baik antar agama maupun konflik
dalam suatu agama tertentu sering mewarnai perjalanan kehidupan bangsa Indonesia. Banyak
kerugian material, kerugian psikis dan korban yang berjatuhan sebagai akibat dari konflik antar
agama. Beberapa fenomena konflik yang terjadi pada saat ini, agama tidak hanya difahami sebagai
sebuah doktrin yang harus diikuti dan memberi identitas bagi pemeluknya saja, tetapi oleh
sebagian masyarakat Indonesia mengarah kepada sebuah gerakan. Agama pada akhirnya tidak
hanya merupakan suatu kebutuhan psikologis, namun juga membangun tembok pemisah dan
berakibat pada pertentangan kepentingan-kepentingan duniawi antar anggota dan komunitasagama
yang berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA
Ulya, I. (2016). Pendidikan Islam Multikultural Sebagai Resolusi Konflik Agama Di
Indonesia. Fikrah, 4(1), 20. https://doi.org/10.21043/fikrah.v4i1.1663
UhHarjuna, M. (2018). Islam dan Resolusi Konflik. Religi Jurnal Studi Agama-Agama,
14(1), 23. https://doi.org/10.14421/rejusta.2018.1401-09
Benjamin, Ikram, Susetyo, & Ratnasari, Y. (2019). KONFLIK ANTARWARGA DESA:
Analisis Simon Fisher Melalui Studi Kasus. SOSIOLOGI: Jurnal Ilmiah Kajian Ilmu Sosial Dan
Budaya, 21(1), 74–96.
Prasojo, Z. H., & Pabbajah, M. (2020). Akomodasi Kultural Dalam Resolusi Konflik
Bernuansa Agama Di Indonesia. Jurnal Aqlam – Journal of Islam and Plurality, 5(1), 1–28. Diakses
melalui http://journal.iain-manado.ac.id/index.php/AJIP/article/view/1131/772 Pada 7 Januari
2022 pukul 13.00 WIB