Diakui atau tidak di Pemerintahan Daerah terdapat hubungan dan masalah keagenan, khususnya hubungan eksekutif dan legislatif yang pada gilirannya dengan teori keagenan. Teori keagenan merupakan salah satu dasar dalam ilmu anggaran dan akuntansi. Analisis hubungan dan masalah keagenan di Pemerintahan Daerah tidak pelak lagi merupakan sebuah peluang penelitian masalah anggaran dan akuntansi.
Diakui atau tidak di Pemerintahan Daerah terdapat hubungan dan masalah keagenan, khususnya hubungan eksekutif dan legislatif yang pada gilirannya dengan teori keagenan. Teori keagenan merupakan salah satu dasar dalam ilmu anggaran dan akuntansi. Analisis hubungan dan masalah keagenan di Pemerintahan Daerah tidak pelak lagi merupakan sebuah peluang penelitian masalah anggaran dan akuntansi.
Diakui atau tidak di Pemerintahan Daerah terdapat hubungan dan masalah keagenan, khususnya hubungan eksekutif dan legislatif yang pada gilirannya dengan teori keagenan. Teori keagenan merupakan salah satu dasar dalam ilmu anggaran dan akuntansi. Analisis hubungan dan masalah keagenan di Pemerintahan Daerah tidak pelak lagi merupakan sebuah peluang penelitian masalah anggaran dan akuntansi.
JURNAL AKUNTANSI PEMERINTAH
Vol. 2, No. 1, Mei 2006
Hal 53 - 64
Hubungan dan Masalah Keagenan di Pemerintahan Daerah:
(Sebuah Peluang Penelitian Anggaran dan Akuntansi)
‘Abdul Halim’?
Syukeiy Abdullah")
Abstraksi
Dinka atau eidsk ci Pemerintebany Daerah terdapat hubungan dan masalah
fengenan, Khususmya bubungan eksekutl dan legisitf yang pads gilranaya
dengan teori keagenan. Teor! keagenan merypakan sala satu dasar dal ts
langguran dan akuntenst. Analisi bubungan dan massleh keagenan di
Pemerintahan Dacra tidak pelek lagi merypakan sebuah peluang peneltin
‘masalih anggaran dan akintansi. Teide peneltian df bidang ini dapat
Imencakup dari keakurasian anggeran bingge pada analts angkaangke Iyporan
‘Reuangan Pemerintab Daerah.
Kata Kune: Keagenan, Bkselutif Lepslat, Anggaran Daerah
Univeretas Gaia Mada
) Univers Sy Kuala
ural Atatansl Pema, Vol2, No.1, Mai 2006 53‘Abdul Malm dan SyurtyAbdutah
Pendabuluan
Sejak otonomi dara berlaka di
Indonesia berdassrkan UU Nomer 23/1980
tentang Pemerintahan Daerah pada tahun
2001, peluang —penelitan dengan
‘menggunakan perspekif keagenan (agency
dear) terbuka lebar. UU tzssebut
‘memisahkan dengan. tegee antara fungsi
ppemerintah daerah (eksekuai) dengan fungst
perwakilan rakyat legisla). Berdaserkan
pembedaan fangst terscbut, cksckutif
feakukan pereneansan, pelalcansan, aan
PPeleporan alas anggaran daerah, yang
meripakan manifestst dart pelayanan
kepada publik, sedangkan legislatif berperan
akif dalam —melaksanalan legisla,
penganggaran, dan pengawasan,
Berdassrkan UU 22/1900 legisla?
smemiliki Kewenangan untuk memilh,
renganghat, dan memberhenskan Kepala
daerah Hal ini bermakna adanya pos yang
tidak star antara else dan legal
‘mana legaanf memht kekuastan yang
Tebih tinggi Artnys, lela
rmendelegaikan suat Rewenangan kepada
lepaladaersh yang diphaya dengan
omekuenst dberhentkanapablla pala
daerth dak dapat melalsarakan
Ieewenangan tersebut seperti yang dinginkan
dleh legit. Dengan demakian, kertvaan
yang dimakaud dalam UU tersebut bukaah
emia yang sepenuhnya seer. Dalam
eran aah, balk dalam dspin ckonort
(lermasak alana}, poli, - maypun
euanges, hubungan’ seperti int disebut
Tubungan Keagenan. Dalam bubungan
keagenan, terdapat due pak yang
rmelalakan ketepakatan atau Konak yak
yng membenkan Kewenangan sta
eltasaan(ditebut_prinspal) “dan yang
Keewenangan (disebat agen)
Dalam suass orga bubungan int
berbennl veral, aka antara pik alas
(ecbagai-prinsipal) dan pihak bawvahen
(ecbagal agen), Teor tentang. hubungan
54
eciuapihak tersebut populer dikenal sebagai
teori keagenan,
Hubungan eksckutiflegislai’ seperti
ieebutkan ch stas mengadi lebih menark
luntuk ditelti dengan diamandemenaya UU
22/1990 menjadi UU Nomer 32 tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, Pada UU
terbars tereebut terjadi perubahan posi
“Suasnya kekvasaan” ata Kesejajaran antara
legislatif sebagai prinsipal terhadap eksekutif
sebagai agen,
Tulan st menganalss pengaplikasan
teort Keagenan, yang menjadi mainstream
dalam fiz ekonomi (fermasuke simu
kuntansi) dan mu polisk, i pemerintshan
ddscrah dalam Konteks otanom! daerah i
Indonesia, Pada bagian akhit dberkon
rekomendast untuk penelan empiris dan
regulesi untuk mengurang) kecenderungan
perlskey mora! hazard agen, baik eksekutt
‘maupun legisla.
Pengertian Teor! Keagenan
Teorl yang menjelasken —ubungsn
prinsipal dan agen ini salah sanmya berakar
pads teort ekonomi, teori keputusan,
sosiolog, dan teori organisa, Teor
pprinipalagen —menganalisis—susunan
‘ontraktual dl antara dua atau Tebih individ,
Teelompok, atau organises Salah satu pahak
(principal membuat suat Kontrak, baik
secara. implist maupun ekeplst, dengan
pihak lain (agent) dengan harapan bahwa
fgen akin bertindal/melakukan pekerjaan
seperti yang dinginkan oleh prinipal (dalam
hal ini terjadipendelegasian wewenang)
Lupia & MeCubbins (2000) menyatakan
pendelegasan teyjadl ketka sescorang,alau
satu kelompok orang (prinipal)- mem
‘orang atau kelompok lain (agen) untuk
Derdndik sesual dengan kepentingan
prineipal, Menurut Ros (1973) contch-contoh
hhubungan prinstpal-agen sangat universal
‘urna Akuntanl Pemerintah, Vol. No. , Het 2008ubunga dan Masalah Keagenan dl Pemeritahn Deere:
Hubungan prinsipalagen terjadk epablla
tindakan yang dakakan sesearang memiliki
dampak pada orang lain atau ketika
seseorang sangat tenganiung pada tindaken
frag lain (Sight, 1967 can Pratt &
Zeckhawwer, 1985 dalam Gilad, 2001),
Pengaruh "atau ketergantungan ink
iwujudkan dalam Kesepakatan-kesepakatan
dalam stuktur insitusional pada berbagat
tingkalan, seperti norma peellaku dan koasep
ontak,
Menurut Lane (2008s) teori Keagenen
dapat dterapkan dalam organises publik fa
menyatakan bahwa negara demokras,
‘modem didasarkan pada serangkaion
Inubungun prinsipalagen (Lane, 2000:12-3)
Hal senada dikemokakan oleh Moe (1984)
yang menjelaskan konsep — ckonomlka
onganisasi—sektor publ dengan.
menggunakan tori Keagenan. Bergman &
Lane (1990) menyatakan bahwa.rerangka
Ihubungen prinipal agen merupakan suata
ppendekatan yang sangat penting untuk
Imenganalisis komitmenkomitmen kebijakan
publ. Perabuatan dan penerapan kebijakan
publk berkaitan dengan mesalahmasalah
Kontraktual, yakni informasl yang tidak
simetsis (asymmetsic information), moral
‘hazard, dan adverse selection,
Petrie (2002) mendefinisikan moral
‘hazard dan adverse selection sebagai berikut
‘Moral hazard refers (othe tendency
of an agent, after the contract is
entered into, to shirk or otherwie
not fully seek to promote the
Principal's interest. Adverse
‘election relers to the inability of a
(principal (0 determine, before the
contact is entered inte, which
among several possible agents 1s
most likely to promote the principal's
latest; and given this imperfect
Information, the tendency for
2mal Antane Pemerintah, Vol.2, No.2, Mel 2008
Sebsan Peiang Pencltian Anggaran dan AKuntans
candidates with less than average
‘motivation or guabiications to appl.
Selanjusnya Gilardh (2001) menyatakan,
baba:
‘Adverse selection (or exante
‘pportunise, oF hidden information)
‘ccurs whenever the principal eannot
Be sure that he i selecting the agent
that has tbe mest appropriate skills oF
preferences and moral hazard (or ex
past epparainism, or hidden action)
‘occurs whenever the agent's actions
‘cannot be perfectly monitored by the
principal
Sementara itu menurut Lane (2003)
Adverse selection meaning
‘opportunism before the making of
the contract between principal and
agent, moral hazard meaning
opportunism afer the making of the
contact between principal and agent
Menurat Carr & Brower (2000), model
keagenan yang sederhana-mengasumskan
dua pilthan dalam Kontak: (1) befavior
based, yakni prinsipal harus “memonitor
perllaku agen dan (2) outcomebaced, yaknt
adanya imentif untuk memotvas! agen untuk
Imeneapal epentingan prinsipal. Para
teoretss berpegang pada. proposi bahwa
agents behave oppartunstally toward
(priacipas, Oportunisme bermalina bahwa
etka trjalin Kerjasama antara prinipal dan
‘agen, Kerugianprinsipal arena agon
rmengutamakan kepentingunnys (agent self
Jnteresl kemungkinan besar akan tradi
Menarut Andvig et al. (2001) principal:
agent mode! merupakan rerangka anal
yang sangat berguna dalam menjelaskan
‘macalah ineens? dalam instiust publ
dengan dua kemungkinan kondis, yaka! (1)
terdapat beberspa prinsipal dengan masing
rmasing tujuan dan kepentingan yang tidak
keoberen dan (2) prinsipal juga bisa bertindak
55Abdul Him dan Syuly Abdullah
tidak sesuai dengan kepentingan masyarakat,
tetapi mengulamakan kepentingsnnya. yang
sslatnya leh sempit Leblh jaub, Christensen
(1992) menyatakan teoriprinsipabagen dapat
renjad} alat analiis untuk penyusunan dan
pengimplementasian anggaran publ
Sejalan dengan pendapat Christensen
(1992), Smith -& Bertozi (1998)
‘berpandangan bahwa
Because implictt and explicit
contact! reaconship pervade the
cha budget making proces,
[pnncipaagent theory cx make
trajot contribution ovard
developing more incsve and
Secure models of most sages of
public budgeing.. The appeaon
of princpabagent modes by
pracionersofers-# more powetil
tty oo! fr Bots preparing acd
Inplorenting pbc Budge”
Menurat Moe (1984), a pemerntahen
cerdapat suns ‘Ketek dele
esepakatankesepaktanpriniplagent
Jang dapat itloiri oval proses
Tnggwons pemithlegalans, lepton
pomermiah, “mentor ievanganpenggunn
Engguan, ‘perana menerbiokat dan
pehbarpembetpelayanen, Hal yang some
{bemoan Juge oleh Gard (2001) den
Seom 2000) yang mektat hubungan
engenan scbnga hubungan pencegeian
{chains of delegation), ye pendelegsan
an myer Kepadsakya
failemen, dan palemen kepada pemeraah,
Uni pemernh sebaga sat estan
Kepadnseorang ments dan da
pemertah Hepada broke Hubungan
fesebuttdlish slau mencerminkon
Thar, tapi dapat sje beropa bongs
Jeguan, sepert yang diyataan oleh
‘Andi tl (2001)
“Prindpalagect modes are
ometines constructed for sstns
56
Where the PA relationship is not
tsinblished within 2 given hierarchy,
but where A may be 2 head of one
and P represents another that ia
some sense has a superior role. For
example, parliament is offen
‘considered as the principal of the
public bureaucracy, and the voters
sipal ofthe paiiament, and
Seeara umum dapat ikatakan bala
delegation 1s certainly problematic and
entails danger (Lupia & MeCubbins, 2000)
Dalam demokrasi modern, —seidaknya
terdapat empat cri pendclegasian (Lupia &
‘MecCubbins, 2000), yakni: (1) adanya
prinsipel dan agen, @)__Kermungkinan
ferjadinya. konfik kepentingan, (3) adanya
fasimets’ informasi, dan ()_ prinsipal
kemungkinan dapat mengurangi_masalsh
Keagenan, Prinsipalsendiri haus
rmengeluackan —biays (cost) untuk
rmendapathan informast yang dibutuhkan
dalam memonitor Klneyja agents dan untuk
‘menentukan stuktur insenaif dan monitoring
yang efsien (Petrie, 2002)
Asumatasumsi Keperakuan (bee
viowal asumprion) dalam ‘eon public
Ghoice menyatakan babwa polis tertama
bekepentingan dengan | memaksimalian
prospek unit dip kembal dan birlast
ferviamaberkepeningan dengan
rmemaksinalkan kenikmalan (enjoyment,
Jang. bers dart perantiian folie
Cemmpat kerja (aitalnya pst dan
pengaruh) (Von Hagen, 202)
Hubungen Keagenan Antara Eksckutif don
Legislatt
Dalem —hubungan keagenan di
pemerintahan antara eksekutf dan legisla,
fksckutif adalah agen dan legisatif adalah
prinspal (lim, 20023; Fozzard, 2001; Moe,
1984). Seperts dikernukskan sebelumnys, di
sural Akuntansi Perarintah, Vol, Ho. , We! 2006,Huoungan gan Maslan Keagenan dt Pemerintahan Daerah:
‘antara prinspal dan agen senantasa terjadt
imasalah keagenan, Oleh arena iu,
ppensoalan yang sering tmbul di aovara
fekskutif dan legisla juga merupakan
‘ersoalan keagenan.
Lupia & MeCubbins (1994) menyatakan
baka masalah yang dihadapi legislatur
dapat diartkan sebagai fenomena yang
dlisebut agency problems. Masalah keagenan
paling tidak ‘melibatkan dua pihak, yakni
pinsipal, yang memilili otoritas untuk
felakukan tindskanindakan, dan agen,
‘yang menevima pendelegasian otoritas dari
prinsipal. Dalam —konteks pembuatan
Kecbijakan oleh legjslaif, legslatur adalah
prinsipal yang mendelegaskan kewenangan
kepada agen seperti pemerintah ala pania
di legslaaf untuk membuat Kebjakan baru,
Hubungan Keagenan i sini trjaci setelah
‘agen membuat usulan kebijakan dan
‘eralkhir ete usulan tersebut diterima atau