You are on page 1of 11

BAB I. PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Pasien dengan kasus edentulous sering mengalami trauma yang diakibatkan oleh basis gigi tiruan yang keras. Hal ini diakibatkan material yang dipakai pada gigi tiruan tersebut terbuat dari resin akrilik. Resin akrilik merupakan bahan kedokteran gigi dengan konsistensi yang keras. Penyebaran beban gigi tiruan yang tidak merata juga menyebabkan ketidaknyamanan pasien dalam penggunaan gigi tiruan tersebut. (Mutluay, 2008) Pada pasien tertentu, ketidaknyamanan ini mungkin dapat ditoleransi. Namun pada pasien lainnya, hal ini akan berakibat pada injuri mukosa yang menyebabkan retendi gig tiruan sendiri juga berkurang. Pada pasien seperti ini, diperlukan suatu material tertentu yang dapat mengurangi resiko trauma akibat pemakaian gigi tiruan tersebut. (Mutluay, 2008) Soft liner merupakan bahan yang dapat digunakan untuk tujuan ini. Pada suatu laporan kasus, diungkapkan bahwa sebagian besar pasien membutuhkan aplikasi bahan ini ketika pertama kali menggunakan gigi tiruan. Pemakaian ini dilakukan selama lebih kurang 7-8 bulan lamanya. (Mutluay, 2008) Soft liner berfungsi dalam absorbsi (penyerapan) beban kunyah yang diakibatkan oleh penggunaan gigi tiruan. Dengan penggunaan softliner, maka penyebaran beban akan menjadi lebih merata selain itu, material ini juga berfungsi ketika mukosa yang akan diaplikasikan gigi tiruan mengalami inflamasi. Soft liner akan berfungsi sebagai bantalan yang nyaman dalam menggunakan gigi tiruan. Hal ini akan mempercepat penyembuhan. (Kulkarni, dkk. 2011 dan Zhang, H. dkk. 2010) Kekerasan bahan merupakan keadaan penting bagi bahan soft liner dan harus dapat bertahan lama sehingga bahan tersebut dapat memiliki fungsi yang maksimal dalam rongga mulut. Meskipun ini merupakan sarat utama, namun beberapa studi akhir-akhir ini menyebutkan bahwa softliner memiliki batas efisiensi fungsi. Sehingga dalam penelitian sekarang ini ditujukan dalam hal peningkatan kestabilan kekerasan bahan tersebut. Kekerasan yang ideal akan dapat menyediakan kenyamanan bagi pasien yang menggunakan gigi tiruan, hal ini disebabkan

kemampuan bahan akan lebih baik dalam menyerap beban kunyah. (Zhang, H. dkk. 2010) Dalam suatu penelitian lainnya, soft liner mampu menambah retensi gigi tiruan yang digunakan. Namun hal ini masih menjadi perdebatan, mengingat perbedaan bahan yang digunakan, antara basis protesa dan soft liner. (Segundo, dkk. 2008) Penelitian lain juga menyebutkan bahwa ikatan antara soft liner dan basis protesa merupakan masalah utama pemakaian gigi tiruan. Beberapa faktor yang dianggap mempengaruhinya adalah kekerasan dari softliner itu sendiri. Seperti diketahui, soft liner adalah bahan lunak, yang cenderung tidak dapat bertahan lama dalam rongga mulut. Hal ini bisa diatasi dengan memeperluas permukaan yang akan diaplikasikan softliner. Ini akan menambah kekuatan softliner dalam menahan baban kunyah dan retensi soft liner itu sendiri. Selain itu, pemakaian pembersih gigi tiruan juga dapat menambah retensi softliner.(Segundo, dkk. 2008). Dalam penelitian lain diungkapkan juga bahwa kegagalan pemakaian softliner juga disebabkan karena akumulasi mikroba pada protesa yang digunakan.(Goiato. 2009) 1.2 Tujuan 1. Mengetahui pengertian denture soft liner 2. Mengetahui macam dan fungsi denture soft liner 3. Mengetahui perkembangan bahan dan tehnik aplikasi denture soft liner

BAB II. ISI 2.1 Pengertian Soft liner merupakan suatu material yang lunak namun memiliki kontur yang ulet, membentuk suatu lapisan yang berfungsi sebagai bantalan dan terletak di antara basis gigi tiruan yang keras dan mukosa rongga mulut. Bahan ini berfungsi galam mengabsorsbsi beban kunyah dan mengurangi energi yang di transmisikan ke jaringan dibawahnya. Material ini memiliki fungsi mirip dengan sebuah bantalan yang dapat meningkatkan kenyamanan dalam pemakaian gigi tiruan. Tanpa adanya pemakaian soft liner, maka permukaan basis gigi tiruan yang keras akan mengakibatkan rasa sakit yang kronis. tiruan. (Santawisuk, dkk. 2010) Soft liner yang ideal haruslah lembut untuk menghilangkan tekanan terhadap rongga mulut dan mengatasi keluhan pasien terhadap adanya beban kunyah yang ditimbulkan oleh penggunaan gigi tiruan. Selain itu, bahan softliner juga harus memiliki fungsi sebagai bantalan untuk mengurangi energi akibat adanya tekanan dari pemakaian gigi tiruan. (Santawisuk, dkk. 2010) Elastomer silicon secara luas telah digunakan sebagai soft liner permanent karena memiliiki viskoelasitas yang bagus dan tahan lama. Meskipun begitu, material ini masih memiliki tingkat kekerasan yang cukup tinggi, sehingga juga menyebabkan beban kunyah yang cukup tinggi pula. (Santawisuk, dkk. 2010) Beberapa pasien edentulous yang mengalami resorbsi alveolar yang besar, juga sangat membuthkan penggunaan softliner. Material silicon elastomer sebagai soft liner permanent akan lebih cocok digunakan pada pasien seperti ini. (Santawisuk, dkk. 2010) Sifat viskoelastisitas softliner, secara luas telah banya diteliti oleh para dokter gigi. Sifat ini diprediksi mengalami perubahan sepanjang waktu, namun tidak dapat ditunjukkan dalam beban kunyah dengan frekuensi yang besar. Dalam penggunaan klinisnya, soft liner menghadapi 2 macam fungsi, yaitu menahan beban kunyah secara cepat dalam jangka waktu yang lama, dan kekuatan ringan karena tekanan funsional, maupun perubahan selama mukosa rongga mulut beristirahat. (Murata.2002)

2.2 Macam 1. Soft liner sementara Bahan ini sangat mirip dengan tissue conditioner. Terdiri dari bubuk dan cairan. Bahan ini tidak selunak tissue conditioner sesaat sebelum setting, namun ketika setting bahan ini akan menjadi lunak dalam bentuk lama. Bahan ini memiliki viscoelastisitas yang alami dan memberikan efek bantalan akibat adanya beban dinamik ketika aktifitas oenggunaan gigi tiruan. (Cabe, M. 2008: 128-129) Cara dalam memanipulasi bahan ini sama dengan tissue conditioner, tetapi karena bahan ini bertahan lebih lama dalam bentuk lunaknya, maka bahan ini tidak perlu deganti sesering pada tissue conditioner. (Cabe, M. 2008: 128-129) Perhatian lebih harus diberikan ketika pemilihan denture cleanser yang digunakan sebagai pembersih gigi tiruannya. Tipe oksigenasi dari pembersih gigi tiruan tersebut terutama menyebabkan degradasi permukaan dan permukaan soft liner menjadi berlubang. (Cabe, M. 2008: 128-129) Dalam sebuah penelitian lebih lanjut, didapatkan hasil yang berhubungan dengan oksigenasi ini. Soft liner yang dilakukan pemberian suatu perawatan oksigen, oksigen yang mengandung grup C-O dan C=O efektiv melekat pada permukaan resin akrilik karena oksigen plasma memiliki tingkat reaktifitas yang tinggi. Hal ini menyebabkan permukaan soft liner menjadi lebih hidrofilik karena adanya oksigen plasma inim oleh karena itu akan meningkatkanpenetrasi akrilik pada permukaan akrilik yang tidak teratur. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan perlekatan dari basis gigi tiruan dengan softliner. Namun hal ini juga akan menyebabkan permukaan softliner menjadi berlubang, seperti yang telah disebutkan sebelumnya. (Zhang, H. dkk. 2010) Soft liner jenis ini sering digunakan pada tempat seperti tissue conditioner, dalam kasus ketika tidak memungkinkan untuk mengganti tissue conditioner selama 2-3 hari sekali. Selain itu juga digunakan ketika dilakukan untuk meningkatkan retensi gigi tiruan sementara. (Cabe, M. 2008: 128-129) Penggunaan lainnya adalah untuk pertolongan diagnostic apakah pasien tersebut memerlukan soft liner permanen.

Baik pada tissue conditioner maupun soft liner temporer akan menjadi keras seiring dengan bertambahnya waktu. Dan hal ini akan menyebabkan permukaan menjadi lebih kasan dan meningkatkan resiko trauma. Hal ini juga akan meningkatkan resiko perlekatan koloni Candida albicans yang dapat menyebabkan denture stomatitis. Ini dapat dikurengi dengan cara pembersihan gigi tiruan dengan menggunakan sodium hipoklorid pada malam hari, ketika gigi tiruan tidak digunakan. (Cabe, M. 2008: 128-129) 2. Soft liner permanen Soft liner jenis ini sering digunakan pada pasien yang tidak dapat mentoleransi basis gigi tiruan yang keras. Masalah ini umumnya terjad pada pasien yang memiliki alveolar ridge yang tertutupi oleh mukosa yang tipis dan tidak kenyal. Hal ini akan menyebabkan rasa sakit yang luar biasa ketika penggunaan gigi tiruan dengan basis yang keras. Dalam kasus ini soft liner jenis ini akan membantu mengurangi rasa sakit dan meningkatkan kenyamanan dalam penggunaan gigi tiruan (Cabe, M. 2008: 128-129) Syarat yang harus dipenuhi ketika pemakaian soft liner jenis ini lebih banyak jika dibandingkan dengan soft liner temporer, karena diharapkan soft liner permanen dapat bertahan lebih lama. (Cabe, M. 2008: 128-129) Bahan yang digunakan harus lebih lembut jika dibandingkan dengan soft liner sementara, karena akan digunakan lebih lama. Bahan harus lebih elastic untuk memberikan efek bantalan dan mencegah perubahan bentuk yang tidak diinginkan selama penggunaan. Harus melekat pada basis gigi tiruan dengan baik. Tidak toksik dan non irritant dan tidak dapat ditumbuhi jamur ataupun bakteri lainnya. (Cabe, M. 2008: 128-129) Elastomer silicon telah digunakan secara luas untuk pembuatan soft liner permanenkarena memilili elastisitas yang tinggi, namun memiliki efek bantalan yang rendah dan mudah sobek. Banyak penelitian yang dilakukan dalam menemukan bahan pengganti elastomer silicon sebagai soft liner permanent. (Santawisuk, W. dkk. 2011)

Untuk mendapatkan sifat mekanis yang lebih bagus pada silicon, maka metode yang dapat digunakan adalah dengan penggabungan bahan ini dengan bahan pengisi silica dalam ukuran yang kecil, sehingga akan meningkatkan perlekatannya terhadap basis gigi tiruan. (Santawisuk, W. dkk. 2011) Bahan pengisis tersebut diharapkan akan dapat menurunkan derajat perubahan bentuknya, karenea meningkatkan kekuatan elastomer melalui penghilangan energi akibat beban kunyah, dengan cara pemutusan rantai polimer di dalamnya dan akan berikatan dengan rantai sebelahnya. (Santawisuk, W. dkk. 2011) Penambahan bahan filer ini juga akan merubah kepadatan silicon sehingga akan mengurangi absorbsi air, sehingga akan meningkatkan sifat mekanis dari silicon itu sendiri. Pemberian bahan pengisi ini juga dapat meningkatkan viskoelastisitas silicon, namun hal ini masih menjadi perdebatan dalam kalangan peneliti. (Santawisuk, dkk. 2010) 2.3 Perkembangan Soft liner Retensi soft liner terhandap basis gigi tiruan akrilik, menjadi salah satu masalah utama dalam aplikasi soft liner. Dalam suatu penelitian terhadap masalah ini, ditemukan sebuah cara untuk meningkatkan retensi soft liner terhadap basis gigi tiruan, yaitu dengan pemberian aliran plasma oksigen. Dalam penelitian tersebut, ditemukan bahwa dengan penambahan aliran oksigen pada permukaan softliner, maka akan meningkatkan sifat hidrofilik soft liner, sehingga akan meningkatkan perlekatan nya terhadap basis gigi tiruan dengan permukaan yang tidak teratur. (Zhang, H. 2010)

Mesin pengalir oksigen plasma pada permukaan soft liner (Zhang, H. 2010)

Dalam penelitian lain didapatkan hasil yang memuaskan, dimana penggunaan larutan denture cleanser dapat meningkatkan retensi basisi gigi tiruan dengan soft liner. Dalam penelitian tersebut digunakan akrilik plomerisasi panas yang mengandung cross linhking agent yang memiliki fungsi untuk meningkatkan resistensi solvents dan permukaan basis gigi tiruan. Meskipun begitu, peneliti lainnya telah meneliti kelemahan ikatan resin akrilik karena adanya air. Sebaliknya pengarang menemukan bahwa difusi air pada daerah perlekatan basis gigi tiruan dengan soft liner tidak memiliki efek merusak pada kemampuan adesi antara 2 bahan tersebut. (Segundo, A. dkk. 2008) Peningkatan resistensi soft liner terhadap basis gigi tiruan dan mukosa mulut dapat ditingkatkan dengan cara pemulasan bagian basis gigi tiruan yang kontak dengan soft liner menggunakan sandblasting. Hal ini lebih efektiv daripada dengan penggunaan bahan adesiv, seperti penambahan monomer akrilik. Penggunaan sandblasting akan menimbulkan kekasaran pada permukaan basis gigi tiruan sehingga permukaan menjadi tidak teratur. Inilah yang akan menjadi retensi mekanik yang

dianggap lebih baik jika dibandingkan dengan penggunaan bahan adesiv. (Akin, dkk. 2011) Dalam suatu studi lain mengungkapkan perubahan permukaan softliner yang diakibatkan perendaman soft liner pada larutan alkalin efervesen. Hal ini memang akan meningkatkan kebersihan gigi tiruan, namun akan menyebabkan kekasaran pada soft liner yang digunakan. Penyebabnya adalah adanya efek oksigenasi yang diakibatkan oleh kerja efek pembersih tersebut. (Segundo, A. dkk. 2008) Kakasaran ini sebenarnya juga terjadi pada basis gigi tiruan, namun karena basis gigi tiruan memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan soft liner, maka kerusakan permukaan yang terjadi tidak menyebabkan adanya pengurangan kekeuatan pada basisi gigi tiruan itu sendiri. (Segundo, A. dkk. 2008) Dalam suatu penelitian terbaru, mengkombinasikan antara penggunaan soft liner dengan bahan anti fungal. Hal ini didasari pada banyaknya kasus, di mana sering ditemukan adanya kolonisasi jamur, terutama Candida albicans pada permukaan soft liner, terutama soft liner jenis permanent yang diaplikasikan pada basis gigi tiruan. (Chladek, dkk. 2011) Penelitian tersebut menggunakan bahan perak AgNPs sebagai zat anti funginya, dalam penelitian tersebut digunakan silicon elastomer, yang merupakan bahan soft liner permanent. Silicon elastomer dan perak AgNPs ternyata mampu berikatan secara utuh dengan melakukan evaporasi gugus hexane pada basis dan katalis yang digunakan. (Chladek, dkk. 2011) Konsentrasi perak AgNPs yang digunakan dalam penelitian tersebut bervariasi mulai dari 80 ppm hingga konsentrasi yang lebih besar. Hasil yang didapatkan adalah dengan peningkatan konsentrasi perak AgNPs di atas 20 ppm memberikan pengulangan hasil yang positif pada efek anti fungi soft liner. (Chladek, dkk. 2011) Kombinasi bahan ini juga diujicobakan untuk efek anti bakterinya, yaitu pada S. mutans. Hasilnya, dengan konsentrasi 0,2 % (w/w) dapat menghambat pertumbuhan bakteri hingga mencapai 52,4 % dari total jumlah bakteri sebelumnya. Hingga saat ini belum diketahui dosis optimal penggunaan perak AgNPs. Karena menurut literatur, konsentrasi perak AgNPs di atas 80 ppm merupakan dosis toksik

untuk penggunanya. Para peneliti tersebut kemudian menyimpulkan bahwa dosis aman untuk penggunaan kombinasi ini adalah 20-40 ppm saja. (Chladek, dkk. 2011) Dalam penelitian yang membahas mengenai penyebaran beban yang diterima soft liner akibat adanya beban kunyah, memang masih menjadi perdebatan. Suatu penelitian mengungkapkan bahwa persebaran beban kunyah yang diterima soft liner tidak sama dalam setiap bagian gigi tiruan. Hal ini sering menimbulakn beberapa masalah seperti adanya trauma pada mukosa dan rasa sakit yang berlebihan jika soft liner yang digunakan tidak adekuat. Penggunaan soft liner hanya mngurangi beban kunyah pada area central saja, sedangkan pada bagian lain tidak berpengaruh terlalu besar pada pengurangan rasa sakit. Dalam hal ini penggunaan soft liner disarankan menggunakan ketebalan kurang lebih sebesar 2 mm. Dengan ketebalan ini beberapa injuri yang diakibatkan beban kunyah akan dapat dikurangi, baik injuri yang terjadi pada begian central dari gigi tiruan maupun pada residual ridge yang terlibat. Terutama apabila ditemukan kasus dimana residual ridge sudah mengalami atrofi ataupun injuri. Pada kasus ini, penggunaan soft liner akan mengurangi beban kunyah akibat adanya saddle gigi tiruan (pada gigi tiruan sebagian lepasan). (Yoneyama, Y. dkk. 2010)

BAB III. PENUTUP 3.1 Kesimpulan 1. Soft liner merupakan suatu material yang lunak namun memiliki kontur yang ulet, membentuk suatu lapisan yang berfungsi sebagai bantalan dan terletak di antara basis gigi tiruan yang keras dan mukosa rongga mulut 2. Macam soft liner terdiri dari soft liner sementara dan permanent. Masing-masing memiliki indikasi dan komposisi tertentu 3. Perkembangan soft liner meliputi bahan yang digunakan dan tehnik aplikasi yang menjadikan bahan ini semakin dapat diterima pasien dengan nyaman dan tahan lama

DAFTAR BACAAN Akin, H. dkk. 2011. Effect of sandblasting with different size of aluminum oxide particles on tensile bond strength of resilient liner to denture base. Cumhuriyet Dent J 2011;14(1):5-11 Cabe, M. dkk. 2008. Applied Dental Material Ninth Edition. Australia: Blackwell Publishing Chladek, G. dkk. 2011. Antifungal Activity of Denture Soft Lining Material Modified by Silver NanoparticlesA Pilot Study. Int. J. Mol. Sci. 2011, 12, 4735-4744; doi: 10.3390/ijms12074735 Goiato, M. C. dkk. 2009. EFFECTS OF THERMOCYCLING ON MECHANICAL PROPERTIES OF SOFT LINING MATERIALS. Acta Odontol. Latinoam. 2009. Vol. 22 N 3 / 2009 / 227-232 Kulkarni, R. S. dkk. 2011. The effect of denture base surface pretreatments on bond strengths of two long term resilient liners. J Adv Prosthodont 2011;3:16-9 Murata, H. dkk. 2002. Dynamic Viscoelasticity of Soft Liners and Masticatory Function. J Dent Res 81(2):123-128, 2002 Mutluay, M. M. dkk. 2008. A Prospective Study on the Clinical Performance of Polysiloxane Soft Liners: One-year Results. Dental Materials Journal 2008; 27(3): 440447 Santawisuk, W. 2010. Dynamic viscoelastic properties of experimental silicone soft lining Materials. Dental Materials Journal 2010; 29(4): 454460 Segundo, dkk. 2009. Effect of a denture cleanser on hardness, roughness and tensile bond strength of denture liners. Braz J Oral Sci. July/September 2008 - Vol. 7 Number 26 Yoneyama, Y. dkk. 2010. Pressure distribution of mandibular complete denture using soft lining material. Int Chin J Dent 2010; 10: 17-21 Zhang, H. dkk. 2010. Effect of oxygen plasma treatment on the bonding of a soft liner to an acrylic resin denture material. Dental Materials Journal 2010; 29(4): 398 402

You might also like