Professional Documents
Culture Documents
Itraconazole
Itraconazole
2021;13(2):185-191
Terakreditasi Nasional: SK Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan DOI: https://doi.org/10.35790/jbm.13.2.2021.31833
KemenRistekdikti RI no. 28/E/KPT/2019 Available from:https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/index
1
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Manado, Indonesia
2
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Manado, Indonesia
Email: mwmwarouw@gmail.com
Abstract: Dermatophytosis or tinea is the most frequent fungal infection in the world caused
by the dermatophyte fungi group. These dermatophytes infect the stratum corneum of the skin,
hair shaft, and nails. Systemic antifungals are one of the treatment options for
dermatophytosis, especially in cases of widespread infection or failure of topical therapy. This
study aims to determine the effectiveness of various systemic antifungals (griseofulvin,
terbinafine, and azole derivatives) against dermatophytosis. This study was in the form of a
literature review by searching and collecting data using the PubMed and ClinicalKey
databases, with the keywords antifungal sistemik, dermatofitosis, tinea (bahasa Indonesia), and
systemic antifungal, dermatophytosis, tinea (English). Based on the results of the literature
search, 10 articles were found that match the inclusion and exclusion criteria. From the article
review, it is known that the effectiveness of systemic antifungal therapy against
dermatophytosis varies according to the classification and duration of therapy. In conclusion,
systemic antifungals in the treatment of dermatophytosis have been shown to be effective.
Keywords: systemic antifungal, dermatophytosis, tinea
Abstrak: Dermatofitosis atau kata lainnya tinea merupakan infeksi jamur paling sering di
dunia yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofita. Dermatofita ini menginfeksi stratum
korneum kulit, batang rambut, dan kuku. Antijamur sistemik merupakan salah satu pilihan
terapi dermatofitosis terutama pada kasus infeksi luas atau kegagalan terapi topikal. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dari berbagai antijamur sistemik (griseofulvin,
terbinafin, dan turunan azole) terhadap dermatofitosis. Penelitian ini berbentuk literature
review dengan pencarian dan pengumpulan data menggunakan database PubMed dan
ClinicalKey, dengan kata kunci antijamur sistemik, dermatofitosis, tinea (Bahasa Indonesia),
serta systemic antifungal, dermatophytosis, tinea (Bahasa Inggris). Berdasarkan hasil
pencarian literatur didapatkan 10 artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Dari
tinjauan artikel diketahui efektivitas dari pemberian terapi antijamur sistemik terhadap
dermatofitosis bervariasi sesuai klasifikasi dan durasi terapi. Sebagai simpulan, antijamur
sistemik pada terapi dermatofitosis terbukti efektif.
Kata kunci: antijamur sistemik, dermatofitosis, tinea.
Pada penelitian yang dilakukan oleh banyak di kelompok kedua dan sakit kepala
Bhatia dan Sharma menemukan itrakonazol pada pasien yang baru 3-5 hari
lebih unggul dalam pengobatan tinea mengonsumsi obat.10
korporis dan tinea kruris dibandingkan Literatur keempat yang menjelaskan
terbinafine. Hal ini dibuktikan dengan pengobatan pada tinea korporis dan tinea
persentase kesembuhan, perubahan klinis kruris adalah penelitian oleh Singh,
dari kelompok yang memiliki tine korporis Chandra, dkk pada sampel 200 pasien
dan/atau tinea kruris. Dalam penelitian oleh dengan tinea korporis dan tinea kruris
Bhatia, sampel 320 orang berumur 18 dialokasikan ke empat kelompok sesuai
sampai 60 tahun yang dibagi menjadi dua pemberian terapi (50 pasien dalam setiap
kelompok masing-masing 160 orang. kelompok). Setiap kelompok diberikan
Kelompok pertama memiliki 104 laki-laki terapi berbeda seperti kelompok pertama
(65%) dan 53 perempuan (33,2%) diberikan Flukonazol 5 mg/kg/hari,
diberikan Terbinafin 500 mg/hari dan kelompok kedua diberikan Griseofulvin 10
kelompok kedua memiliki 107 laki-laki mg/kg/hari, kelompok ketiga diberikan
(66,8%) dan 53 perempuan (33,2%) terapi Itrakonazol 5 mg/kg/hari, dan
diberikan Itrakonazol 200 mg/hari. Kedua kelompok keempat diberikan Terbinafin 75
kelompok diamati selama 4 minggu dan mg/kg/hari. Sampel dinilai sembuh apabila
hasilnya didapatkan Itraconazole memiliki dalam 8 minggu lesi sudah bersih dan
angka kesembuhan klinis dan mikologis penyembuhan mikologi menggunakan
yang lebih tinggi yaitu 147 orang (91,8%) mikroskop dan KOH negatif. Hasil dari
dibandingkan dengan Terbinafine yaitu 119 penelitian ini menunjukan efektivitas
orang (74,3%) dengan p = 0,05. Efek terbatas dari keempat obat antijamur.
samping ringan seperti gangguan Berdasarkan penyembuhan klinis dan
gastrointestinal, sakit kepala, dan gangguan mikologi pada minggu keempat semua obat
indra pengecap; namun, tidak ada yang memiliki tingkat kesembuhan menjadi 8%
cukup parah untuk menjamin penghentian atau kurang. Namun pada minggu ke 8,
pengobatan. Meskipun biaya terbinafine jumlah pasien penyembuhan total pasien
lebih rendah, tingkat kegagalannya lebih meningkat dengan p <0,001. Mengingat
tinggi dan durasi pengobatan yang tingkat kesembuhan dan jumlah antijamur
diperlukan lebih lama.9,10 yang dibutuhkan untuk mengobati,
Sejalan dengan hasil tersebut, Itrakonazol adalah obat yang paling efektif,
penelitian oleh Sharma,dkk (2019) diikuti oleh Flukonazol, Terbinafin dan
dilakukan pada 60 pasien yang menderita Griseofulvin.11
tinea korporis dan tinea kruris. Penelitian Berdasarkan keempat literatur yang
ini dilakukan pada tiga kelompok masing- dibahas, terbinafine merupakan agen
masing 20 orang dengan kelompok pertama antijamur yang banyak digunakan dalam
diberikan Terbinafin 250 mg/hari, pengobatan tinea kruris dan tinea korporis.
kelompok kedua diberikan Itrakonazol 200 Untuk tingkat keefektifan itrakonazol lebih
mg/hari, dan kelompok terakhir diberikan efektif dibandingkan antijamur yang lain
kombinasi Terbinafin 250 mg/hari dan dilihat dari persentase respon penyembuhan
Itrakonazol 200 mg/hari diamati selama 3 klinis dan mikologis dari sampel yang
minggu, 6 minggu dan 9 minggu. Pada 3 diberi terapi itrakonazol dibandingkan
minggu pertama, 90% pasien dalam dengan persentase antijamur lain.
kelompok ketiga mengalami perbaikan Kombinasi terbinafin dan itrakonazol
mikologi, diikuti kelompok kedua sebanyak terbukti lebih efektif dari monoterapi
50% dan kelompok pertama sebanyak 35%. itrakonazol maupun terbinafin. Namun,
Tindak lanjut pada minggu ke-6 pemberian terapi antijamur yang lain
menunjukan kekambuhan pada kelompok seperti griseofulvin dan flukonazol dapat
kedua dan pada minggu ke-9 satu pasien dipertimbangkan apabila terjadi efek
dari kelompok ketiga. Efek samping paling samping ataupun kekambuhan.8,9,10,11
Warouw, Kairupan, Suling: Efektifitas anti jamur sistemik ... 189
kedua sebanyak 21 (84%) pasien dan pada 22 pasien dengan 1 pasien mengalami
kelompok ketiga sebanyak 22 pasien kekambuhan dan 6 pasien mengalami efek
(88%).15 samping berupa peningkatan enzim hati
Griseofulvin dibandingkan anti jamur dan gangguan gastrointestinal.17
yang lain, dapat dikatakan unggul dalam Berdasarkan kedua penelitian tersebut,
pengobatan tinea kapitis. Hal ini dibuktikan pengobatan itrakonazol lebih efektif
dalam penelitian oleh Grover, dengan dibandingkan flukonazol. Hal ini
tingkat kesembuhan kelompok yang disebabkan penggunaan itrakonazol pada
diberikan griseofulvin sebesar 96% penelitian Khater menjelaskan bahwa
dibandingkan antijamur lain, berbeda semua sampel merespon perbaikan klinis
halnya dengan respon penyembuhan klinis dan perbaikan mikologis, tanpa adanya
pada kelompok griseofulvin yang diteliti gagal pengobatan, dibandingkan hasil
oleh Shemer dan Deng. Berdasarkan penelitian oleh Hryncewicz-gwóźdź dengan
penelitian Shemer, kelompok terapi penggunaan flukonazol yang pada beberapa
flukonazol memberi respon penyembuhan pasien mengakibatkan efek samping dan
klinis lebih efektif dari kelompok kekambuhan setelah pengobatan terakhir.
griseofulvin, seperti yang dilaporkan oleh Namun, keduanya memberika respon
Deng, dengan kelompok terbinafin penyembuhan klinis yang baik.16,17
merespon penyembuhan klinis lebih efektif
dari kelompok griseofulvin.13,14,15 SIMPULAN
Terdapat 2 literatur yang membahas Antijamur griseofulvin kurang efektif
pengobatan pada tinea unguium. Kedua dalam terapi tinea korporis dan tinea kruris.
literatur menggunakan antijamur yang Griseofulvin dianjurkan pada kasus tinea
berbeda dalam penelitiannya. Penelitian kapitis. Sementara itu, terbinafin yang
yang dilakukan oleh Mohamed dan Fathia merupakan antijamur yang paling sering
pada sampel 30 pasien dengan usia 19-60 digunakan dinilai efektif pada terapi tinea
tahun yang positif uji KOH dan kultur korporis, tinea kruris dan tinea kapitis.
jamur memiliki satu atau lebih infeksi Itrakonazol dinilai efektif pada terapi tinea
jamur kuku kaki dan/atau kuku dari jenis korporis dan tinea kruris serta cukup efektif
berikut : subungual distal, distrofi total, dalam terapi tinea kapitis dan tinea
atau unguium candida. Sampel yang terdiri unguium. Selain itrakonazol, flukonazol
dari 18 laki-laki dan 12 perempuan ini yang merupakan turunan azol efektif pada
dibagi dalam 2 kelompok yang sama-sama pengobatan kasus tinea unguium dan
diberikan terapi itrakonazol namun kapitis dan kurang efektif pada kasus tinea
kelompok kedua diberikan terapi Long korporis dan tinea kruris.
Pulse Nd Yag laser. Para peneliti menilai
menggunakan “Onychomycosis Severity
Index (OSI)”, foto, dan mikologi pada 6 Konflik Kepentingan
bulan dan 9 bulan setelah pengobatan, Penulis menyatakan tidak terdapat
didapatkan penyembuhan mikologis yang konflik kepentingan dalam studi ini.
baik. Di sisi lain, kombinasi terapi Long
Pulse Nd Yag laser dan itrakonazol DAFTAR PUSTAKA
sistemik memberikan hasil penyembuhan 1. Devy D, Ervianti E. Studi Retrospektif:
klinis terbaik.16 Karakteristik Dermatofitosis
Selain itu terdapat juga 1 literatur yang BIKK 2016;30(1):66–72.
membahas pengobatan pada tinea unguium 2. Mysore V, Parthasaradhi A, Kharkar R,
yaitu pada penelitian yang dilakukan oleh Ghoshal A, Ganjoo A,
Hryncewicz-gwóźdź, dkk (2015). Sampel Ravichandran G, dkk. Expert
diberikan terapi flukonazol 400 mg/minggu consensus on the management of
delama 12 bulan. Penyembuhan klinis dan androgenetic alopecia in India. Int
mikologi secara keseluruhan ditunjukkan J Trichology 2019;11(3):101–6.
Warouw, Kairupan, Suling: Efektifitas anti jamur sistemik ... 191