You are on page 1of 7

PRODUKSI ZAT PENGATUR TUMBUH IAA (INDOLE ACETIC ACID) DAN

KEMAMPUAN PELARUTAN POSFAT PADA ISOLAT BAKTERI


PENAMBAT NITROGEN ASAL KABUPATEN TAKALAR

Oslan Jumadi, Liawati dan Hartono


Jurusan Biologi, Universitas Negeri Makassar
Email: hartono@unm.ac.id

Abstract: Growth Promoting Substance IAA (Indole Acetic Acid) Production and
Phosphate Solubilising Capability of Nitrogen-Fixing Bacteria Isolated from Takalar
Regency. This research is a descriptive study aiming to determine the capability of nitrogen-fixing
bacteria isolated from crops rhizospher to produce growth regulator IAA and to dissolve
phosphate. Isolation of nitrogen-fixing bacteria was performed using nitrogen-free selective
medium namely Ashby and Burk's. The growing bacterial colonies that showed the distinct
characteristic were selected, and were characterized physiologically and morphologically. The
ability of bacterial isolates to produce IAA was analyzed using spectrophotometry at a wavelength
of 535 nm. The ability of phosphate dissolution was quantitatively analyzed on Pikovskaya
medium by comparing the ratio between the diametre of the colony with the diametre of clear
zone. We obtained 20 isolates of nitrogen-fixing bacteria from which 6 isolates were detected to
produce growth promoting substance IAA of 7.35 to 38.35 ppm. Two isolates were capable of
dissolving phosphate, with clear zone ratio of 1.7 cm-2.6 cm. The other isolates do not have the
ability to dissolve phosphate.

Abstrak: Produksi Zat Pengatur Tumbuh IAA (Indole Acetic Acid) dan Kemampuan
Pelarutan Posfat pada Isolat Bakteri Penambat Nitrogen Asal Kabupaten Takalar.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan isolat
bakteri penambat nitrogen yang diisolasi dari rhisosfer tanaman padi dan jagung asal Kabupaten
Takalar dalam memproduksi zat pengatur tumbuh IAA dan pelarutan posfat. Isolasi bakteri
penambat nitrogen dilakukan menggunakan medium selektif bebas nitrogen yaitu Ashby dan
Burk’s. Koloni bakteri yang tumbuh dan menunjukkan perbedaan karakteristik dipilih kemudian
dikarakterisasi secara fisiologi dan morfologi. Kemampuan menghasilkan IAA dari isolat bakteri
dianalisis dengan menggunakan metode spectrophotometry pada panjang gelombang 535 nm. Uji
kemampuan pelarutan posfat secara kuantitatif dilakukan pada medium Pikovskaya dengan
membandingkan rasio antara diameter koloni dengan diameter zona bening yang terbentuk. Dari
hasil isolasi bakteri diperoleh 20 isolat bakteri penambat nitrogen dimana 6 isolat diantaranya
terdeteksi mampu memproduksi zat pengatur tumbuh IAA dengan konsentrasi antara 7.35-38.35
ppm. Dari 6 isolat yang mampu memproduksi zat pengatur tumbuh IAA, 2 isolat diantaranya
terdeteksi mampu melarutkan posfat dengan rasio zona bening 1,7 cm-2,6 cm sedangkan empat
isolat diantaranya tidak memiliki kemampuan dalam melarutkan posfat.

Kata kunci: indole acetic acid, pelarutan posfat,, bakteri penambat nitrogen

A. PENDAHULUAN
Bakteri penambat nitrogen (N2) adalah bakteri mengandung nitrogen dalam sel seperti
yang dapat mengkonversi molekul N2 bebas di Nicotinamide adenine dinucleotide (NAD),
atmosfer menjadi amonium melalui reduksi Paraminobenzoic acid (PABA), purin, pirimidin,
elektron dan protonasi gas N2 dengan histidin dan triptofan (Colnaghi et al., 1997).
menggunakan enzim nitrogenase (Zahran, 1999). Setelah sel bakteri mati dan lisis,
Amonium yang terbentuk selanjutnya senyawa nitrogen organik dalam sel seperti
digabungkan ke dalam glutamat membentuk protein dan asam nukleat akan dilepaskan ke
glutamin melalui aktivitas enzim Glutamine lingkungan dan selanjutnya dapat dimanfaatkan
sinthetase (GS). Glutamin menjadi sumber oleh organisme lain seperti tanaman setelah
nitrogen bagi sekitar 10% metabolit yang melalui proses mineralisasi. Fenomena ini telah

43
44 Jurnal Bionature, Volume 16, Nomor 1, April 2015, hlm. 43-48

banyak dimanfaatkan dengan menggunakan dapat meningkatkan sintesis DNA dan RNA,
bakteri penambat nitrogen sebagai agensia serta pemanjangan sel dengan meningkatnya
penyedia nitrogen bagi tanaman yang dikenal pertukaran proton (Aslamsyah 2002).
sebagai pupuk hayati (biofertilizer). Pemanfaatan Salah satu pendekatan yang dapat
bakteri penambat nitrogen sebagai pupuk hayati dijadikan sebagai solusi untuk mengatasi masalah
diharapkan dapat mengurangi penggunaan pupuk dalam aplikasi bakteri penambat nitrogen
nitrogen sintetis yang harganya mahal dan khususnya yang non simbiotik adalah dengan
menyebabkan dampak negatif bagi lingkungan menggunakan bakteri penambat nitrogen yang
(Gordon & Jacobson, 1983). memiliki kemampuan ganda khususnya dalam
Pupuk hayati merupakan pupuk berbahan menghasilkan zat pengatur tumbuh IAA dan
dasar mikroorganisme hidup yang diberikan ke kemampuan dalam melarutkan posfat. Bakteri ini
dalam tanah sebagai inokulan untuk membantu diharapkan mempunyai kemampuan yang lebih
tanaman dalam menyediakan unsur hara tertentu tinggi dalam mempengaruhi pertumbuhan
bagi tanaman khususnya nitrogen. Oleh karena tanaman. Sampai saat ini penelitian yang
itu, pupuk hayati sering juga disebut sebagai dilakukan untuk mengisolasi bakteri penambat
pupuk mikroba (Simanungkalit, 2001). Pengaruh nitrogen yang memiliki kemampuan dalam
mikroorganisme terhadap pertumbuhan tanaman menghasilkan zat pengatur tumbuh IAA dan
sangat penting terutama dalam meningkatkan melarutkan posfat masih belum banyak
produktivitas tanaman dan mempertahankan dilakukan.
kesuburan tanah. Mikroorganisme dapat
membawa perubahan pada pertumbuhan tanaman B. METODE
baik yang bersifat memacu pertumbuhan 1. Penyediaan Sampel Tanah
tanaman maupun menghambat pertumbuhan
Sampel tanah diambil dari Kabupaten
tanaman (Imas et al., 1989).
Takalar, Provensi Sulawesi Selatan dari dua
Selama ini inokulum yang digunakan
lokasi tanaman budidaya yang berbeda yaitu padi
dalam pembuatan pupuk hayati hanya
(Oryza sativa ) dan Jagung (Zea mays L.). Untuk
menggunakan bakteri yang memiliki kemampuan
tiap lokasi tanaman budidaya masing-masing
menambat nitrogen dari atmosfer. Kekurangan
diambil sebanyak 6 titik pada daerah rhizospher
bakteri penambat nitrogen sebagai inokulum
tanaman kemudian sampelnya dikompositkan
pupuk hayati adalah pengaruhnya yang kurang
dan dibawa ke Laboratorium. Sampel tanah
signifikan bagi pertumbuhan tanaman. Beberapa
dikeringanginkan kemudian disaring dengan
hasil penelitian melaporkan bahwa bakteri
ayakan berdiameter 2,00 mm mesh. Satu gram
penambat nitrogen juga memiliki kemampuan
dari setiap sampel tanah dimasukkan ke dalam
dalam menghasilkan zat pengatur tumbuh seperti
labu erlenmeyer 250 mL yang berisi 100 mL
IAA dan memiliki kemampuan dalam melarutkan
medium bebas nitrogen yaitu medium Burk’s (10
posfat (Chitraselvi et al., 2015; Gupta et al.,
g glukosa, 0.41 g KH2PO4, 0.52 g K2HPO4, 0.05
2014; Inui-Kishi, 2012). Penemuan tersebut
g Na2SO4, 0.2 g CaCl2, 0.1 g MgSO4•7H2O,
sangat penting karena pertumbuhan tanaman
0.005 g FeSO4•7H2O, 0.0025 g Na2MoO4•2H2O,
tidak hanya membutuhkan nitrogen saja tetapi
1.8 g agar; 1000 mL air destilata, pH 7) dan
juga membutuhkan faktor pertumbuhan yang lain
Medium Asbhy (10 g manitol, 0.2 g KH2PO4,
diantaranya adalah zat pengatur tumbuh
0,2 g MgSO4.7H2O, 0,2 g NaCl, 0,1g CaCO3, 10
(fitohormon) dan ketersediaan mineral seperti
mg Na2MoO4 , 15 g agar, 1000 mL air destilata;
posfat.
pH 7) (Atlas, 2009) kemudian diinkubasi selama
Zat pengatur tumbuh merupakan
14 hari pada suhu 27°C. Bakteri yang tumbuh
senyawa yang dalam jumlah sedikit dapat
pada medium cair diambil 1 mL secara aseptis
berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan
kemudian diencerkan sampai pengenceran 10-3
produksi tanaman. Zat pengatur tumbuh mampu
kemudian diinokulasi pada medium Burk’s dan
diproduksi oleh mikroorganisme tertentu dan
Asbhy padat dengan metode cawan sebar
juga dapat dihasilkan oleh tanaman yang dapat
selanjutnya diinkubasi selama 7 hari pada suhu
mempengaruhi proses fisiologis tumbuhan
27ºC. Koloni yang tumbuh dan menunjukkan
(Hanafiah et al., 2005). IAA termasuk
bentuk morfologi yang berbeda dimurnikan
fitohormon golongan auksin alami dan berperan
sebanyak tiga kali dengan metode goresan.
sebagai zat pemacu pertumbuhan tanaman karena
Jumadi et al., Produksi Zat Pengatur Tumbuh IAA dan Kemampuan Pelarutan Posfat 45

Koloni murni yang tumbuh kemudian (Berraqueiro et al., 1976). Berdasarkan pada
dikarakterisasi secara morfologi sesuai dengan Silva Filho (2002), kemampuan pelarutan posfat
prosedur yang dijelaskan oleh john et al., 1994. dapat diklasifikasikan sebagai berikut: aktivitas
Isolat yang telah dikarakterisasi kemudian pelarutan rendah (low solubilization) (E < 2),
disimpan dalam agar miring untuk kebutuhan aktivitas pelarutan sedang (average
analisis lebih lanjut. solubilization) (2 < E <3) dan aktivitas pelarutan
tinggi (high solubilization) (E > 3).
2. Uji Kemampuan Bakteri Menghasilkan
IAA Secara In-vitro C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian kemampuan bakteri dalam
Hasil isolasi bakteri dari sampel tanah
menghasilkan IAA secara In-vitro dilakukan
rhizospher tanaman padi dan jagung di
menggunakan metode kolorimetri dengan
kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan
menggunakan pereaksi Salkowski 50 mL (35%
diperoleh 20 isolat bakteri penambat nitrogen
perchloric acid; 1-mL 0.5 M FeCl3) sesuai
dimana 9 isolat diperoleh dari rhisosfer tanaman
prosedur yang dijelaskan oleh Gordon and Weber
padi dan 11 isolat diperoleh dari rhisosfer
(1951). Isolat bakteri dibuat dalam bentuk
tanaman jagung. Data tersebut menunjukkan
suspensi sebanyak 10 mL dengan kerapatan sel
bahwa jumlah isolat bakteri penambat nitrogen
107 CFU/mL. Suspensi biakan bakteri diambil
yang diperoleh dari rhizospher tanaman jagung
sebanyak 3 mL dan dimasukkan ke dalam 12 mL
dan padi relatif cukup banyak. Hal ini disebabkan
medium Minimal Salt yang ditambahkan dengan
karena lahan pertanian padi dan jagung yang
tryptophan (1 mg/mL) kemudian diinkubasi pada
digunakan sebagai sebagai tempat mengambil
suhu 280C, dengan cara di-shaker dengan
sampel penelitian memiliki riwayat pemupukan
kecepatan 100 rpm selama 6 hari. Untuk
yang cukup lama dan intensif. Agustian et al.,
menghitung konsentrasi IAA, setiap 2 hari sekali
(2010) menyatakan bahwa perubahan dalam
cairan kultur yang telah di-shaker diambil
lingkungan rhizosfir tanaman khususnya
kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 5500
perbedaan populasi mikroba bisa disebabkan
rpm selama 10 menit. Supernatan yang terbentuk
karena aktivitas pengolahan tanah, pemupukan
diambil kemudian dipindahkan ke dalam tabung
dan pengapuran. Menurut Soepardi (1983) dalam
reaksi steril dan ditambahkan reagen Salkowski
Agustian et al., (2010) bahwa perubahan dalam
dengan perbandingan 4:1 (supernatan : reagen
lingkungan karena pengolahan tanah, pengapuran
Salkowski). Campuran tersebut diinkubasi
dan pemupukan tidak hanya mempengaruhi
selama 20 menit dan absorbannya diukur dengan
jumlah mikroorganisme didalam tanah tetapi juga
spektrofotometer pada panjang gelombang 535
macam mikroorganisme dalam tanah.
nm. Konsenrasi IAA dihitung dengan persamaan
Uji produksi IAA secara kuantitatif
regresi linier dari kurva standar IAA.
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
konsentrasi IAA yang diekskresikan ke dalam
3. Uji Kemampuan Pelarutan Posfat
medium pertumbuhan oleh isolat bakteri
Uji kemampuan pelarutan posfat
penambat nitrogen ketika ditumbuhkan pada
dilakukan dengan menggunakan media
medium minimal salt yang ditambahkan dengan
Pikovskaya Agar (0,25 g ekstrak yeast; 5 g
tryptophan (1mg/mL) dengan sistem batch
dekstrosa; 2,5 g Ca3(PO4)2; 0,25 g (NH4)2SO4; 0,1
culture. Berdasarkan hasil uji produksi IAA pada
g KCl; 0,05 g MgSO4.7H2O; 0,005 g
isolat bakteri penambat nitrogen yang berhasil
MnSO4.2H2O; 0,005 g FeSO4.7H2O; 10 g agar;
diisolasi, diketahui ada 6 isolat yang memiliki
1000 mL air destilata) sesuai prosedur yang
kemampuan mengekskresikan amonium dengan
dijelaskan oleh Deshwal and Kumar (2013).
konsentrasi yang tinggi seperti yang disajikan
Bakteri penambat nitrogen yang telah
pada gambar 1. Konsentrasi zat pengatur tumbuh
diremajakan diinokulasi pada media Pikovskaya,
IAA yang terdeteksi pada medium pertumbuhan
secara aseptis sebanyak 1 ose kemudian
6 isolat yang diteliti berkisar antara 7.35-38.35
diinkubasi pada suhu 28oC selama 3 hari dan
ppm, dimana konsentrasi IAA tertinggi terdeteksi
diamati terbentuknya zona bening. Kemampuan
pada medium pertumbuhan isolat BTJ 22 dan
pelarutan dihitung melalui rasio antara diameter
konsentrasi terendah terdeteksi pada medium
zona bening dengan diameter koloni bakteri
46 Jurnal Bionature, Volume 16, Nomor 1, April 2015, hlm. 43-48

Produksi Zat Pengatur Tumbuh IAA

Gambar 1.Produksi Zat Pengatur Tumbuh IAA pada Isolat Bakteri Penambat Nitrogen.

isolat ATJ 246. Beberapa penelitian sebelumnya 246 dan isolat BTJ 221 dimana produksi IAA
melaporkan berhasil menguji kemampuan meng- berkurang seiring dengan pertambahan waktu
hasilkan zat pengatur tumbuh IAA pada beberapa inkubasi bisa disebabkan karena perbedaan pola
bakteri penambat nitrogen strain wild type seperti pertumbuhan dari isolat bakteri tersebut
Enterobacter sp. (FJ890899), E. Homaechei khususnya waktu masuk ke fase pertumbuhan
subsp. steigerwaltii (FJ890898), Labrys stationer dan lamanya fase tersebut berlangsung.
portucalensis (FJ890891), dan Burkholderia sp. Hal tersebut juga bisa disebabkan karena isolat
(FJ890895) dengan konsentrasi berkisar antara bakteri memetabolisme IAA yang terdapat di
16-140 µg/mL (Inui-Kishi et al., 2012) dan medium sehingga konsentrasinya berkurang.
Pseudomonas nitroreducens dengan konsentrasi Mikroorganisme yang berasal dari
zat pengatur tumbuh IAA antara 13.83-90.17 rhizosfer tanaman berpotensi menghasilkan zat
µg/mL (Chitraselvi et al., 2015). pengatur tumbuh IAA karena akar tanaman dapat
Hasil penelitian pada gambar 1 mensekresikan eksudat akar yang mengandung
menunjukkan bahwa produksi zat pengatur tryptopan. Tryptopan digunakan sebagai prekur-
tumbuh IAA pada isolat ATP14, BTP 122, BTJ sor dalam biosintesis IAA pada tanaman dan
111 dan BTJ 22 mulai terjadi pada waktu mikroorganisme (Khalid et al., 2004)
inkubasi 2 hari (48 jam) dan berlanjut sampai Isolat-isolat bakteri penambat nitrogen
hari ke 6 (144 jam). Data ini menunjukkan bahwa yang memiliki kemampuan dalam menghasilkan
produksi IAA pada bakteri berbanding lurus zat pengatur tumbuh kemudian diuji
dengan pertambahan waktu inkubasi. Menurut kemampuannya dalam melarutkan posfat pada
Retnowati et al. (2015), hal tersebut dipengaruhi medium pikovskaya dengan waktu inkubasi
oleh faktor kecukupan nutrisi selama masa selama 3 hari seperti yang disajikan pada tabel 1.
pertumbuhan bakteri dan adanya suplai triptofan Pada tabel 1 bisa dilihat bahwa dari 6
murni sebagai prekursor sintesis IAA. Chitraselvi isolat yang mampu mengekskresikan amonium
et al., (2015) and Inui-Kishi et al., (2012) dan memproduksi zat pengatur tumbuh IAA, 2
menyatakan bahwa zat pengatur tumbuh IAA di isolat diantaranya memiliki kemampuan dalam
produksi pada fase stationer pertumbuhan bakteri melarutkan posfat yang ditandai dengan
karena IAA merupakan metabolit sekunder dari pembentukan zona bening disekitar koloni
bakteri. Perbedaan pola produksi zat pengatur bakteri ketika ditumbuhkan pada medium
tumbuh IAA seperti yang terlihat pada isolat ATJ pikovskaya (Gambar 2).
Jumadi et al., Produksi Zat Pengatur Tumbuh IAA dan Kemampuan Pelarutan Posfat 47

Tabel 1. Kemampuan Pelarutan Posfat pada asam organik yang berbeda. Ada kemungkinan
Isolat Bakteri Penambat Nitrogen. dimana satu jenis mikroba pelarut fosfat
Kode isolat Rasio zona bening (cm) menghasilkan lebih dari satu jenis asam organik
ATP 14 2,6 (Adu-Tae, 2004). Ginting (2006) dalam
Prastyowati (2008) menambahkan bahwa asam-
ATJ 246 ND asam organik yang dihasilkan mikroorganisme
BTP 122 1,7 berbeda-beda kualitas dan kuantitasnya dalam
BTJ 111 ND membebaskan fosfat. Nagarajah et al., (1970)
BTJ 22 ND menyatakan bahwa asam sitrat dan asam oksalat
sangat efektif dalam melarutkan fosfat dari
BTJ 221 ND kaolinit dan gibsit, sedangkan asam malonat,
ND–not detectable. tartarat dan malat, keefektifannya sedang, serta
asam asetat dan suksinat digolongkan kurang
Dari 2 isolat yang memiliki kemampuan efektif.
dalam pelarutan posfat, isolat BTP 122 memiliki Menurut Ginting 2006 dalam Prastyowati
aktivitas pelarutan yang rendah (E < 2), dan 2008 pelarutan fosfat berlangsung secara kimia
isolat ATP 14 memiliki aktivitas pelarutan dan biologi. Pada mekanisme pelarutan fosfat
sedang (2 < E <3). Kemampuan pelarutan posfat secara kimia, mikroba menghasilkan sejumlah
dari isolat bakteri yang diteliti lebih tinggi jika asam organik dengan berat molekul rendah
dibandingkan dengan beberapa penelitian seperti oksalat, suksinat, tartat, laktat, sitrat,
sebelumnya. Chitraselvi et al., (2015) melapor- asetat, propionate dan formintat. Meningkatnya
kan berhasil mengisolasi bakteri pelarut posfat asam–asam organik akan diikuti dengan
dengan rasio zona bening tertinggi 0,9 cm pada penurunan pH, perubahan pH berperan penting
isolat A10 dan 61,7 pada isolat D3 (Gupta et al., dalam peningkatan kelarutan fosfat.
2014). Diantara strain bakteri penambat nitrogen Pada mekanisme secara biologi, mikroba
yang bisa melarutkan posfat adalah Pseudomonas meng-hasilkan enzim fosfatase yang berperan di
putida, P. cepacia and P. fluorescens (Deshwal dalam melarutkan posfat. Pelarutan fosfat dapat
et al., 2013), Bacillus altitudinis, Pseudomonas pula dilakukan oleh mikroba yang tidak
monteilii, dan Pseudomonas mandelii yang menghasilkan asam organik atau enzim melalui
berasosiasi dengan akar tanaman padi dan mekanisme (i) pelepasan proton (ion H+) pada
memiliki kemampuan menambat nitrogen proses respirasi; (ii) asimilasi amonium (NH4+);
(Habibi et al., 2014). dan (iii) adanya kompetisi antara anion organik
Kemampuan isolat bakteri penambat dengan ortofosfat pada permukaan koloid (Illmer
nitrogen dapat berbeda-beda dalam melarutkan dan Schinner, 1995 dalam Kasmita, 2010).
fosfat. Hal ini disebabkan karena setiap mikroba
pelarut fosfat menghasilkan jenis dan jumlah

AMP 141 AMP 143


Gambar 2. Pelarutan Posfat pada Isolat Bakteri Penambat Nitrogen pada Medium Pikovskaya.
48 Jurnal Bionature, Volume 16, Nomor 1, April 2015, hlm. 43-48

D. KESIMPULAN
Isolasi bakteri penambat nitrogen pada yang mampu memproduksi zat pengatur tumbuh
rhisosfer tanaman budidaya asal Kabupaten IAA, 2 isolat diantaranya terdeteksi mampu
Takalar berhasil diperoleh 20 isolat bakteri melarutkan posfat dengan rasio zona bening 1,7
dimana 6 isolat diantaranya terdeteksi mampu cm-2,6 cm sedangkan empat isolat diantaranya
memproduksi zat pengatur tumbuh IAA dengan tidak memiliki kemampuan dalam melarutkan
konsentrasi antara 7.35-38.35 ppm. Dari 6 isolat posfat.

E. DAFTAR PUSTAKA
Adu-Tae, A.S.J. 2004. Efesiensi Pemupukan Fosfat dan Imas, T., R. S. Hadioetomo., A. W. Gunawan., Y. Setiadi.
Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) 1989. Bahan Pengajaran Mikrobiologi Tanah II.
Varietas Lokal Kupang Barat Akibat Pemberian Depdikbud. Dirjen Dikti. PAU Bioteknologi. IPB
Pupuk Fosfat, Kotoran Sapi, dan Bakteri Pelarut Press.
Fosfat. Desertasi untuk Memperoleh Gelar Doktor. Inui-Kishi R.N., Takeshi Kishi L., Picchi S.C., Barbosa J.C,
Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran Lemos M.T.O., Marcondes J. and Lemos E.G.M.
Bandung. 2012. Phosphorus Solubilizing and IAA production
Atlas RM. Handbook of Microbiological Media 4th Edition. activities in Plant Growth Promoting Rhizobacteria
2009. Taylor and Francis : CRC press web site. from Brazilian soils under Sugarcane cultivation.
Agustian., Nuriyani., L. Maira., O. Emalinda. 2010. ARPN Journal of Engineering and Applied
Rhizobakteria Penghasil Fitohormon IAA pada Sciences. 7: 1446 – 1454.
Rhizosfir Tumbuhan Semak Karamunting, Titonia, John, G.H., R. K. Noel., H. A. S Peter., T. S. James., and T.
dan Tanaman Pangan. J. Solum. 7(1). W. Stanley (1994).
Aslamyah, S. 2002. Peranan Hormon Tumbuh dalam Aerobic/Microaerophilic,motile,helical/vibroid
Memacu Pertumbuhan Algae. . Gram negative bacteria. In: Bergey’s Manual of
Berraqueiro F. R, Baya A. M, Cormenzana A. R. 1976. determinative bacteriology. USA: Lippincott
Estabelecimiento de índices para el estudio de la Williams & Wilkins.
solubilizacion de fosfatos por bacterias del suelo. Kasmita, Reni 2010 Isolasi, Karakterisasi, dan Identifikasi
ARS Pharmacéutica. 17: 399-406. Molekuler Bakteri Pelarut Fosfat (BPF) dari
Chitraselvi, P. E., Kalidass, S., and R. Kant. 2015. Beberapa Sampel Tanah di Bogor, Nusa Tenggara
Efficiency of Rhizosphere Bacteria in Production of Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Indole Acetic Acid, Siderophore and Phosphate Bandung : Bogor Agricultural University.
Solubilization. International Journal of ChemTech Khalid A, Arshad M, Zahir ZA. 2004. creening plant growth
Research. 7(6). promoting rhizobacteria for improving growth and
Colnaghi, R., A. Green, H. Luhong, P. Rudnick, and C. yield of wheat. J. Appl. Microbiol. 96: 473-480.
Kennedy. 1997. Strategies for increased amonium Nagajarah S., Posner, A.M., and J.P. Quirk. 1970.
production in free-living or plant associated nitrogen Competitive adsorption of Phosphate with
fixing bacteria. Plant Soil. 194:145–154. Polygalacturonate and Other Orbanic Anions on
Deshwal, V., K. P. 2013. Kumar. Production of Plant Kaolinite and Oxide Surfaces. Nature. 228: 83-84.
growth promoting substance by Pseudomonads. Prasetyowati, Novi. 2008. Pengujian Kompabilitas Antara
Journal of Academia and Industrial Research Mikroba Pelarut Fosfat Asal Tanah Paku Haji
(JAIR). 2: 221-225. Tangerang Dengan Tanaman Kedelai(Glycine Max
Gupta, S., M. K. Meena., and S. Datta. 2014. Isolation, (L.,) Merr). Jakarta: Fakultas Sains Dan Teknologi
characterization of plant growth promoting bacteria Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
from the plant Chlorophytum borivilianumand in- Retnowati, Y., W. D. Uno., S. H. E. Putri. 2015. Potensi
vitro screening for activity of nitrogen fixation, Penghasilan Hormon IAA Oleh Mikroba Endofit
phospthate solubilization and IAA production. Int. Akar Tanaman Jagung (Zea mays). Jurusan Biologi
J. Curr. Microbiol. App. Sci. 3: 1082-1090. Fakultas Matematika dan IPA Universitas Negeri
Gordon, J. K., and M. R. Jacobson. 1983. Isolation and Gorontalo. Gorontalo.
characterization of Azotobacter vinelandii mutant Silva Filho G.N., Narloch C. and Scharf R. 2002.
strains with potential as bacterial fertilizer. Can. J. Solubilização de fosfatos naturais por
Microbiol. 29: 973–978. microrganismos isolados de cultivos de Pinus e
Gordon S.A. and Weber R.P. 1951. Colorimetric estimation Eucalyptusde Santa Catarina. Pesq Agropec Bras.
of indoleacetic acid. Plant Physiology. 26: 192-195. 37: 847-854.
Habibi, S., Djedidi, S., Prongjunthuek, K., Mortuza, M.F., Simanungkalit, R., D. M. 2001. Aplikasi Pupuk Hayati dan
Ohkama-Ohtsu, N.,Sekimoto, H., Yokoyoma, T. Pupuk Kimia: Suatu Pendekatan Terpadu. Buletin
2014. Physiological and genetic characterization of AgroBio. 4(2).
rice nitrogen fixer PGPR isolated from rhizosphere Zahran, H. H. 1999. Rhizobium legume symbiosis and
soils of different crops. Plant and Soil. 379: 5166. nitrogen fixation under severe conditions and in arid
Hanafiah, Anas, Napoleon dan Ghoffar. 2005. Biologi climate. Microbiol and Mol. Biol. Rev. 63: 968-989.
Tanah: Ekologi dan Mikrobiologi Tanah. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.

You might also like