You are on page 1of 6
Seri Khutbah Jum/at Ikatan Da’i Indonesia (IKADI) Wilayah DIY Eddisi 13, Jum‘at 25 Maret 2016 SEMANGAT MEMPERBARUI DIRI Olek: Uist. Deden A, Herdiameyah, M.Fum (Bidang Pelatihan dan Dakwoah, PW IKADI DIY) Khutbah Pertama: Ss Gidea! eg ee Goel Si Spl Hy gL gle gal ab Laci Leal Be Sa Jamanh shalat Juns‘at rahinakunultah.. Kesadaran bahwa kita makhluk lemah yang kerap kali berbuat kesalahan adalah sebuah hal penting. Itu pertanda bahwa sinyal iman kita masih berfungsi dengan baik Bahwa hati kita masih hidup. Karena di antara tanda ketakwaan seorang hamba ialah ia selalu melihat kesalahan-kesalahannya pada saat ia mengingat Allah az2a woajalla, Carats ob 1518 195855 GALI So Cathe peice 15) 15.851 Gy. sungguhnya orang-orang yag bertakwa apabila mereka digoda oleh setan, a pun segera ingat kepada Allah. Maka ketika itu juga mereka melihat salahian-kesalahannya).” (QS. ALA rat: 201), Sebagai manusia kita memang terlahir bersama keterbatasan. Allah memang telah menakdirkan manusia sebagai makhluk yang lemah, yang zalim terhadap diri sendiri, yang selalu berkeluh kesah dan cepat berputus asa. Keterbatasan itulah yang kerapkali menjatuhkan kita pada bermacam kesalahan. Tetapi, dalam keterbatasan itu Allah tetap _— menginginkan kita untuk berislam dengan baik. Jadi, memahami keterbatasan diri adalah bagian dazi perintah Islam, sedangkan mengatasi keterbatasan itu adalah konsekuensinya. Sungguh Allah Maha Tahu tentang keterbatasan-keterbatasan kita. Karenanya Allah berpesan agar kita bertakwa kepada-Nya sesuai kemampuan kita. Allah tahu bahwa takwa kita tidak akan pernah menjadi sempurna. Tetapi ketakwaan itu tetap menjadi tuntutan, dengan mengoptimalkan usaha dan kemampuan yang dimiliki. Di tengah kesadaran akan keterbatasan dan kesalahan diri itulah kita berikhtiar untuk memperbarui diri, Menata ulang sekaligus mengembangkan kualitas diri, lalu merumuskan langkal-langkah untuk merevisi arah hidup kita, Inilah titik yang menentukan kelanjutan hidup kita; apakah terus melangkah dalam perbaikan diri atau berpuas dengan capaian hidup saat ini yang tidak seberapa Tentu saja seorang mukmin memilih untuk terus melanjutkan langkah dalam perbaikan dan peningkatan kualitas diri, Karena ia sadar bahwa puncak kualitas diri masih harus diperjuangkan dalam proses yang panjang dan melelahkan. Seperti yang, diungkapkan Muhammad Natsir: Sejarah telah menunjukkan, tinp-tiqp bangsa yang menempul ujian yang sakit dan pedil, tapi tidak putus bergiat menentang marabahaya, berputul, bahkan beratus tal Tamanya, pada suatu masa akan mencapai satu tingkat kebudayaan yang sanggup memberikan penerangan kepada bangsa Iain. Maka, langkah pertama dalam ikhtiar pembaruan diri ini adalah muasabali. Memeriksa Kembali sejauh mana kita telah melangkah dalam kehidupan, “Hasibu anfusakum qabla on tubasabu’, “Koreksilah diri kalian,” kata Umar bin Khaththab, “sebelunt kalian dikoreksi oleh Allah.” Perjalanan hidup ini teramat panjang. Kadang kita membutuhkan jeda untuk sekadar memastikan apakah ada yang perlu diperbaiki, diluruskan atau bahkan diubah total, Inilah jalan orang-orang cerdas, karena ia tidak mudah terbawa arus dunia yang menipu. Di saat orang lain sibuk berhias diri dengan warna dunia, justra ia tengah Khusyuk mempersiapkan akhiratnya. Rasul bersabda: (seks cals cba! olos)ou5ll a5 UO ets Madd O13 Ga GSH “Orang yang cerdas itu adalah orang yang menghitung dirinya dan berbuat ustuk sesuatu yang ada setelaht mati” (H.R at-Tirmidzi dan Ibn Majah) —a Dalam muhasabah kita, jika menemukan kesalahan dan kemaksiatan dalam tapak- tapak perjalanan, maka kembalilah pada Allah dalam pertaubatan, Melepaskan beban- beban dosa yang akan menghambat perjalanan kita menuju kualitas diri yang lebih baik. Taubat adalah cara kembali pada keaslian kita sebagai makhluk pilihan. Sejatinya manusia memang telah Allah muliakan sedemikian rupa. Nos pAUS539 ills Gl 3 palilans as Dead UI Sie 88 le Dan sesunggulmya telah kami muliakan anak-anak adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebiian yang senpurna atas kebanyakan makhiluk yang telah karti ciptakan." (QS. ALIsra’: 70). Tetapi, kemuliaan itu seringkali tertutupi lumpur dosa pada sebagian besar manusia, Hanya taubat yang mampu membersihkannya. Mengembalikan kita pada kemuliaan sebagai hamba Allah. Meninggikan derajat kita di atas makhluk lainnya. Begitu kerdilnya dir ini jika berbanding dengan Rasulullah yang memohon ampun pada Allah tak kurang dari 70 kali di setiap harinya. Jika dibandingkan dengan Umar yang pingsan, tak sadarkan diri, karena mengenang kesalahannya di masa lalu. Juga orang-orang yang beriman yang mengalirkan air matanya untuk menangisi dosa-dosa. Juga jika dibandingkan dengan Sufyan Ats-Tsauri yang mengatakan, Suatu hari aku duduk menghitung dosa-dosaku. Ternyata jumlalmya 21 ribu dosa. Itu dosa youg aku ingat. Bagaimana dengan dosa yang telah dihitung Allah tapi aku Tupa terhadap dosa itu? Demi Allah, aku akan melakukan istighfar untuk satu per satu dosa yang akan aku lakukan, Sungguh, taubat adalah kemuliaan, karena ia mengembalikan manusia pada Kesejatiannya. Tak peduli sejauh mana kita telah melangkah dalam kesalahan-Kesalahan, Kembalilah pada cinta Allah dengan air mata penyesalan. Allah akan sangat bahagia mendengar rintih pertaubatan hamba-Nya. Jannaah shalat Jum'at rahimakumullah... Setelah berhasil_melepaskan beban-beban dosa yang menghambat ikhtiar pembaruan diri, maka selanjutnya kita bersegera menuju Allah dengan penuh —a kesungguhan. ais @S5 J) ait U1 Maka segeralah kenibali kepada (menaati) Allah, Sesunggulmya aku seorang pentberi peringatan yang nyata dari Allah untuknu,” (QS. Adz-Dzarivat: 50). Bermuhasabah tidak akan ada artinya jika tidak mampu mengantarkan pada tahap yang lebih baik. “Mako, ikutilal setelah Keburukan dengan kebaikan,” sabda Rasul, “maka kebaikan itu akan menghapuskan keburukan.” Karenanya, yang, terpenting setelah hadirnya kesadaran adalah menata diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Dalam semua sisinya. Dimulai dengan merencanakan program peningkatan disi. Lalu melaksanakannya dengan penuh kesungguhan dan diakhiri dengan evaluasi; apakah ada peningkatan kualitas diri kita, stagnan atau bahkan menurun. Pada akhimnya kita harus membiarkan diri kita bergerak dari satu kebaikan menuju kebaikan yang lebih tinggi. Tidak berpuas diri dengan amal yang mungkin tidak seberapa. Karena tidak ada jalan lain untuk dihargai Allah kecuali dengan terus menerus meningkatkan kualitas diri, baik dalam wilayah eksistensi diri maupun ekspansi aksi Eksistensi diri adalah tentang iman dan kesejatian diri, Iman harus terus ditingkatkan agar menjadi energi yang menggerakkan semua potensi baik yang ada dalam diri, Sebagaimana iman telah menghidupkan potensi budak berkulit hitam bernama Bilal, seorang buta bernama Ibnu Ummi Maktum, perampok dari Bani Ghifar bernama Abu Dzar. Awalnya mereka bukanlah siapa-siapa. Tapi sejak iman bersemayam di hati mereka, semerbaklah aroma kemuliaan dalam pribadi mereka. Dalam sejarah, nama mereka ditulis dengan tinta emas, sebagai shahabat mulia di sisi Rasulullah Shallaltalw alaihi wasallans, Sedangkan ekspansi aksi terkait dengan rang amal kita sebagai bagian dari masyarakat dunia. Ini tentang karya dan kontribusi. Keduanya adalah prasasti amal yang kita ukir dalam sejarah hidup. Tetapi karya hanya akan abadi dikenang oleh generasi jika memiliki kemanfaatan dan pengaruh yang besar. Karena itu kita perlu memastikan bahwa Karya kita adalah hasil dari perjuangan dan pengorbanan yang maksimal, setelah mengeksplorasi segenap potensi, energi, kekuatan dan kemampuan yang dimiliki. Rasulullah bersabada: (pinball als,) As SI Shas @S1 lab 13] Cond Ung 56 ait) — a Sungguh Allah mencintai seseorang yang jika dia beramal, dia melakukannya dengan itqan (profesional).” (H.R. ath-Thabrani) Fudhail bin ‘Iyadh menjelaskan kalimat “alsanw ‘anala” (paling baik amalnya) dalam surat Al-Mulk ayat ke-2, bermakna amal yang paling ikhlas dan yang paling tepat. Jadi, marilah berusaha untuk memberikan amal dan karya yang terbaik agar orang-orang, beriman juga turut menjadi saksi atas kiprah positif kita di dunia. Allah berfirman: Chass gin 59 @SLAE AU! creind Iglacl N59 “Dan katakanlah: ‘Bekerjalal kamu, maka Allal dan Rasul mukinin akan melihat peker} (QS. AtTaubah: 1 ya serta orang-orang Dan yang tak kalah penting adalah senantiasa menghidupkan kesadaran untuk memperbarui diti di setiap detik bergulirnya waktu, Agar waktu yang terus berjalan ini mengantarkan kita menjadi pribadi yang lebih baik. Pribadi yang dikasihi Allah subhanahw wataala, Bukan sebaliknya. PiSol SNlg UM Se aid Lay Sly ig spalaall gall 3 addy Y atl 6 | bppaiinld abl jaitnis da 55 Khutbah Kedua: 9, Bil pig ade clsdi Sliabllg Gust olaidly Geka jail ai Sle Lad (gol Gg ciIZe AU) Sins Oa ,5 Ra Ges ALG V5 aia YY as Vp aS YY La 9 aE YS gS eT Chaat posi 6 ead Y sahtg GLI! gilge Sz Wapld G aks My oleh Updo Gia Lalgbyy WI jal LS Ighale G3 jie its GL SASH cldaly Gakidklg pSLuy pails .Gialisll 55 gine altel Adi AM! 053 J] Haas Jeig

You might also like