SLE CEES
SU el mele Laas
CRT
Clee)
BXehivog
Reuter
SYM ts
DEE Man ke eta)
SCOT Ter NCIC TB ETeCoNCSED
Per sau nT oes) ree eRe ETS rte OeeTE
Ploy)PEMERIKSAAN KLINIS
NEUROLOGI PRAKTIS
Khusus
Edisi Pertama
Editor
Riwanti Estiasari
Dyah Tunjungsari
Dewa Putu Gde Purwa Samatra
GED) \oesum Nearing ndnesin
®) Petnp un Deer Sess Sarton
eeHak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilorang memperbanyak, mencetak dan mnerbitkan sebagian atau seluruh isi bul ini dengan
‘ara dan dalam bentuk apapun juga tanpaseizin Kolegium Neurologi Indonesia,
| Peneitian kedokteran dan pengalaman Klinis senantiasa berkembang dan mempertuas
pengetaluan kita baik dalam hal diagnostik maupun terap, Para Kontributor, editor dan
‘enerbit bul ini telah berupaya keras untuke memastikan bahwa setiap informast yang
terdapat dalam buku Ini berasal darl sumber ilmiah yang terpercaya, dapat dlandalkan
dan diterima dalam praktek Kedokteran pada saat publikasl, Namun dengan segala
‘eeterbatazan manusia ataupun perubahan dalam ilmu Kedokteran, kontributor, editor,
‘penerbit maupun pihaklainyangturutterlbat dalam perslapan dan publikasibukuintidak
bertanggungjawab untuk kesalahan ataupun kelalain yang diakibatan oleh penggunaan
{nformasi yang terkandung dalam buku int Pembaca dianjurkan mengonfirmast kembali
{nformasi yang terkandung dalam bul ni dengan sumber lainnya.Kritik dan saran dapat
isampaikan melalui bukupfneuro@gmalLcom,
PEMERIKSAAN KLINIS
NEUROLOGI PRAKTIS
Khusus
18x23
Halaman :1-x / 1-272
Diterbitkan pertama kali oleh:
Kolegium Neurologi Indonesia
Perhimpunan Dokter SpesialisSaraf Indonesta
2018
Cetakan pertama : Juli, 2018
Dicetak pertama kali oleh:
PENERBIT KEDOKTERAN INDONESIA
Email. perkisa.indonesia@gmail.com
ISBN: 978-979.16410-6-3TIM BUKU
Riwanti Estiasari
‘Tiara Aninditha
Dyah Tunjungsari
‘Ramdinal Aviesena Zairinal
Ade Wijaya
‘Rima Anindita Primandart
Eny Nurhayati
Dwi Astiny
‘Mirna Marhaml Iskandar
Intan Nurul Azni
‘Mumfaridah
ILUSTRATOR
Ui Nilam Sari
FOTOGRAFER
‘Adrian Ridski Harsono
DESAIN SAMPUL
Kevin Mulya
ute Auliya| .
‘Tiara AnindithaKONTRIBUTOR
‘Adre Mayza Universitas Indonesia
Ahmad Yanuar Universitas Indonesia
‘Amanda Tiksnadi Universitas Indonesia
Astuti Pramono Universitas Gajah Mada
Diatri Nari Laste Universitas Indonesia
Deva Putu Gde Purwa Samatra Universitas Udayana
Diah Kurnia Miraveat Universitas Sebelas Marot
Dyah Tunjungsari Universitas Indonesia
va Dewatt Universitas Indonesia
Fite Oetaviana Universitas Indonesia
Freddy Sitorus Universitas Indonesia
1 Pu Eka Universitas Udayana
Ni Nengah Rida Ariarini Universitas Indonesia
th Adi Indrawatt Universitas Indonesia
Manfaluthy Hakim Universitas Indonesia
M Kiki Ikbal Universitas Sumatera Utara
Mujiani Basu Universitas Airlanges
Paulus Anam Ong Universitas Padjajaran
Pukovisa Prawiroharjo Universitas Indonesi
Ria Damayanti Universitas Brawijaya
Subagya Universitas Gajah Mada
Suratno Universitas Sebelas Maret
Uni Gamayani Universitas Padjajaran
‘Winnugroho Wiratman Universitas Indonesia
Yetty Ramil Universitas IndonesiaSambutan
KETUA KOLEGIUM NEUROLOGI INDONESIA
Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh,
uj syukur kami panjatkan kehadirat ALlah SWT,Tuhan Yang Maha Esa karena hanya
atas perkenanNya buku pemeriksaan klinis neurologi praktis Khusus telah berhasil
disusun oleh tim buku pemeriksaan klinis neurologis praktis
Pemertksaan Klinls neurologl khususaya pemeriksaan fungs) Iuhur, gangguan
gerak, saraf tepi, neurooftalmologi, neurootologi dan neuropediatri merupakan
pemeriksaan klinis dengan karakteristik yang sangat spesifikt dan memerlukan
kketrampilan lebih dalam untuk melakukan pemeriksaan maupun interpretast
hasiinya, yang dapat bersumber dari beberapa referensi. Pemeriksaan ini sangat
banyak jenisnya yang disesuaikan dengan gejal klinis dan teknik pengerjaan yang
juga dapat bervariasi.
Koleglum Neurologi Indonesia (KNI) mempunyai tugas menjaga baku mutu
pendidikan dokter spesialis neurologi di Indonesia antara ain sebagai penyelenggara
tujian kompetensi nasfonal. Untuk itu diperlukan panduan persamaan_persepsi
seluruh staf pendidik dan peserta didik pemeriksaan Klinis neurologi khususnya
pemeriksaan fungsi luhur, gangguan gerak, saraftepi, neurooftalmologl, neurootologi
dan neuropediatri, demi menghindari perbedaan penilaian yang bersifat subjektif
ddan multinterpretas
NI telah menugaskan kepada tim buku pemeriksaan klinis neurologi praktis yang
terdiri dari perwakilan empat belas (14) program studi dokter spesialis neurologi
di seluruh Indonesia, sekretars jenderal KNI de: Taufik Mesiano, SpS(K), ketua dan
sekretaris komisi kurikulum KNI Dr dr: Purwa Samatra, Sp.S(K0), dan de. Wardah
Istamiyah, Sp. bekerja sama dengan Departemen Neurologi FKU] untuk menyusu
Dbuku ini Dengan kerja sama yang baik, Alhamdulillah tim buku telah menyelesaikan
penyusunan buku ink
“Terimakasih tak terhingga kami haturkan kepada ketua Pengurus Pusat Perhimpunan
Dokter SpesialisSaraf Indonesia (PP-PERDOSSI) Prof. Dr: di: H. M, Hasan Machfoed,
SpS(K) yang telah mendulcung dan membantu schingga penyusunan buku ini dapat
RLSM LONTAIONterlaksana berjalan lancar dan Dr dr: Riwant Estisari, SpS(K) selaku ketua tim buku
beserta seluruh anggotanya, dan ketua Departemen Neurologi FKUI-RSCM yang telah
bbekerja keras dalam waktu singkat untuk mewujudkan harapan KNL
Oleh Karena itu, buku ini wajib digunakan oleh peserta didik maupun staf pendidik
agar tercapal kesamaan persepsi pada pelaksanaan ujlan kompetensi Objective
‘Structured Clinical Examination (OSCE) Neurologi Nasional,
Aki kata saya mengucapkan selamat kepada selurub kontributor dan tim buku yang.
telah bekerja sebaikbalknya, Semoga hasil kerja ini menjadi amal baik dan tbadah di
sisi ALlah SWTT dan dapat meningkatkan mutu pendidikan dokter spesialis neurologi
di Indonesia. Aamin yaa Rabbal'aalamin.
Jakarta, Jull 2018,
ddr Diatri Nari Last. Sp.S(6),
Ketua Kolegium Neurologi IndonesiaSambutan
KETUA UMUM PENGURUS PUSAT PERDOSSI
Assalamu‘alaikum warahmatullaahl wabarakaatuh,
Salam sejahtera bagi kita semua,
Segala puji ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Bsa, yang telah melimpabkan
‘banyak sekalinilemat, rahmat, dan hidayah kepada kita semua,
Neurologi adalah imu pengetahuan di bidang kedokteran yang mempelajari secara
kkhusus gangguan sistem saraf, balk pusat maupun perifer. Dalam perkembangan
ilmunya, terdapat beberapa bidang studi subspesialis yang memilki kekhasannya
rmasing-masing,yaitu:
‘+ Fungsi tubur yang mempelajari fungsi kognitif dan perilaku manusia dalam
‘melakukan aktivitas sehari-hari
* Gangguan gerak (movement disorder) yang mempelajari gerakan motorike
abnormal.
+ Neurooftalmologi yang mempelajari gangguan sistem penglihatan terkat
sistem sara
‘+ Neurootologi yang mempelajari aspek neurologi pada gangguan pendengaran
atau keseimbangan
‘+ Neuropediatri yang mempelajari gangguan sistem saraf pada anak,
‘+ Saraf tep! yang mempelajari gangguen neuromuskular pada sistem saraf
perifer:
Setiap poin di atas memiliki cara pemeriksaan klinis neurologi yang sangat spesifik
-dalam rangka diagnosis penyakitnya.Sebagal contoh, pemeriksaan fungstluhur banyak
melibatkan alatalat, misalnya kuestoner, untuk mendeteksi gangguannya, Di lain
‘pihak, neuropediatri memiliki banyak prosedur pemeriksaan klinis yang hanya bisa
sdilakukan pada bayi atau anak, yang jauh berbeda dengan pemeriksaan pada orang‘dewasa. Sementara itu, pemeriksaan sistem motorik untuk mendeteksi gangguan
‘neuromuskular dilakukan secara lebih rinci untuk masing-masing otot. Semua hal
tersebut mendorong setiap dokter yang mendalami neurologi untuk bisa menguasai
teknik pemeriksaan klinis neurologi khusus sesuai bidang studi subspesialis masing-
‘masing, Dengan melakukan pemeriksaan yang benar, diharapkan akan menghasilkan
diagnosis Klinis yang akurat,
Saat ini terdapat 14 pusat pendidikan yang menjalankan program studi (prodi)
neurologi di Indonesia, Setiap prodi bertanggung jawab menyelenggarakan proses
pendidikan dengan sebaik-baiknya dan sesuai dengan standard kompetensi dokter
spesialis neurologi Indonesia. Salah satu aspek yang harus terstandardisasi adalah
teknik pemeriksaan klinis neurologi yang diajarkan kepada setiap peserta didik.
Dengan demikian, materi yang diajarkan tidak memiliki perbedaan yang signifikan
antara masing-masing pusat pendidikan.
Kolegium Neurologi Indonesia (KNI) menjawab tantangan ini dengan membuat Buku
Pemeriksaan Klinis Neurologi Praktis yang akan dijadikan referensi resmi dalam hal
pengajaran dan penilaian (assessment) peserta didi, terutama pada jenjang spesialis,
(Sp1) dan subspesialis (Sp2). Melalui prakarsa Departemen Neurologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, buku ini disusun atas kontribusi para staf pengajar
yang tersebar dari 14 prodi neurologi di Indonesia, ;
Selain untuk peserta didik, buku ini juga dapat menjadi salah satu mist PERDOSSI
dalam menuinjang proses pengembangan imu kedokteran (continuing medical
education) setiap anggotanya. Oleh ‘arena itu, PP PERDOSSI sangat menyambut
gembira terbitnya Buku Pemeriksaan Klinis Neurologi Praktis ini. Semoga buku ini
dapat bermanfaat bagi mahasiswa kedokteran, residen neurologi, dan setiap orang.
‘yang tertarik mendalam ilmu neurolog.
‘WasszlamuYalatkum warahmatullaahl wabarakaatuh.
Prof.Dr.dr. Moh Hasan Machfoed. SpstX).M.S
Ketua Umum PP PERDOSSIDAFTAR ISI
Kontributor
Sambutan Ketua Kolegium Neurologi Indonesia
Sambutan Ketua Umum PP PERDOSSI
1. Pemeriksaan Neuro-Oftalmologi
2, Pemeriksaan Neuro-Otologi
3. Pemeriksaan Saraf Tepi dan Otot
4. Pemeriksaan Gangguan Gerak
5, Pemeriksaan Neurobehavior
6. Pemeriksaan Neuropediatri
Indeks| PEMERIKSAAN NEURO-OFTALMOLOGI
Freddy Sitorus, Ni Nengah Rida Ariarini, M. Kiki Ikbal
Keluhan neuro-oftalmologi (NO) merupakan salah satu keluhan yang cukup sering
ditemut oleh seorang neurolog dalam prak:ek seharl-harl Oleh karena ity, memahami
Pandang dengan Menghitung, 3
Jari Pemeriksa
Gambar17. Pemeritsaan Lapang Pandang dengan
Membandingkan Kondist Tnygan Pemeriksa -
‘Lapang pandang dapat dinyatakan normalapabila pasien dapat melihat ari
pemeriksa pada keempatkuadran, dari perifer ke sentral. Sedangkan lapang.
pandang abnormal dapat berupa anopia, hemianopia nasal/temporal,
hemianopta homonim kanan /kiri,kuadranopialhomonim superior/inferior
kanan/kir, atau defek lapangan pandang bainnya,
278
Pemeriksaan Lapang Pandang dengan Amsler grid
Tujuan pemeriksaan dengan Amsler grid adalah untuk melihat skotoma pada
lapang pandang sejaub 10°.
Lembaran Amsler grid (Gambar 18) diletakkan pada jarak L4inel (35cm) di
depan pasien, Pasien diminta menutup salah satu mata dengan tangannya
sendiriatau menggunakan penutup mata, Mintalah pasien untuk memfokuskan
pandangan ke arah titik tengah yang berwarna hitam pada Amsler grid. Pasien
¢iminta menggambar area di sekitarnya yang tidak terlihat atau terlihat kabur.
Pemeriksaan dilakukan pada kedua mata secara bergantian (dapat dimulai
dari kanan atau kiri).
Apablla ada bagian yang tidak terliha atau kabur pada pemeriksaan Amsler grid
‘maka hal ini menunjulkan adana skotoma sentra. jka tedapat skotoma, maka
kkemungkinantopislesiadalah macula, maculo-papulo bundle atau nervusoptikus.
EE erase
Gambar 18. ember Amsler Grid
‘C Pemeriksaan Lapang Pandang dengan Tangent Bjerrum
Pasien diminta menutup salah satu mata dengan tangannya sendiri atau
‘menggunakan penutup mata Pasien duduk 1m dari layar hitam yang
digantungkan di dinding, Pasien dimsinta memfiksasikan pandangan ke titiputih yang terletak di tengah layar, Pemeriksa menggerakkan stimulus dari
perifer ke arah sentral dari seluruh lapang pandang yang tergambar pada
layar sambil menanyakan apakah stimulus terlihat atau tidak oleh pasien.
Pemeriksaan dilakukan pada kedua mata secara bergantian (dapat dimulai
dari kanan atau Kiri).
Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai skotoma sejauh 20-30?, Akan tetapi
ppemeriksaan ini jarang dilakukan karena biasanya skotoma yang timbul pada
lapang pandang 20-30° sudah dapat dideteksi dengan pemeriksaan perlmetri,
. Pemeriksaan Lapang Pandang dengan Perimetri Goldman
Pasien diminta meletakkan dagu pada perangkat yang tersedia, Salah satu
‘mata pasien ditutup dengan penutup mata. Pasien diminta memfiksastkan
pandangan mata yang tidak ditutup pada bagian tengah dari perimetri
Goldmann, Selanjutnya pemeriksa menggerakkan stimulus dari perifer ke arah
sentral pada seluruh lapangan pandang. Mintalah pasien untuk mendetekst
stimulus yang muncul jka terlthat atau menghilang. Pemeriksa memberikan
tanda pada kertas pemeriksaan kampimetrl setlap jawaban pasien sesual
dengan lapangan pandang yang diperiksa. Hasil akhir pemeriksaan dibuat
berupa gambar pada kertas pemerikszan kampimetrl, Pemeriksaan dilakukan
pada kedua mata secara bergantian (Gambar 19).
‘Gambar 19. Pemeriksaan Lapang Pandang dengan Perimetei Goldman
2930
ada lapang pandang yang normal tidak ada bagian lapang pandang yang
‘buram/tidak terlihat. Dengan pemeriksaan ini dapat ditemukan ganggwan
lapang pandang berupa skotoma atau anopia kiri/kanan, hemianopia nasal/
temporal, hemianopia homorim kongruen/inkongruen kanan/kiri dengan
atau tanpa macular sparing, kuadranopia homonim superior/inferior kanan/
kiri atau defek lapang pandang lainnya,
ML, Penglihatan Warna (color vision)
Alat yang dibutubkan pada pemeriksaan ini adalah Ishihara plate atau
pseudoisochromatic plate lain seperti Hardy-Rand-Rictler (HRR) tests dan
ppenutup mata.
Pemeriksaan penglihatan warna mata kanan dilakukan dengan menutup mata kit
ppasien dengan penutup mata, Mintalah pasien menyebutkan angka yang terdapat
pada Ishihara plate (Gambar 20) dalam waktu tidak lebih dari 3 detik. Apabila
ppasien tidak dapat membaca angka maka diminta untuk menelusuri gars lengkung
ppadalshihara plate dalam waktu tidak leblh dari 10 detik, Pemeriksaan dilakulkan
‘pada kedua mata secara bergantiaa (dapat dimulai dari kanan atau ki).
Penglihatan warna dinyatakan normal jika Kesalahan kurang dari 3 plate.
Penglihatan warna dinyatakan te:ganggu jika kesalahan 23 plate, dan diagnosis
lebih past ika kesalahan 25 plate Protanopia (defisiensiterhadap warna merah)
jika pada plate 22-25 hanya dapat membaca angka di sisi Kanan, Deuteranopla
(efisiensi terhadap warna hijau) jika pada plate 22-25 hanya dapat membaca
angka di sisi Kir, Ishihara plate hanya dapat mengidentifikast defisiensi
‘warna/diskromatopsia merah-bijau, namun tidak dapat mengidentifikasi
diskromatopsia biru-kuning (tritanopia).
Menurut Kollners rule, defisiensi penglibatan warna merah hijau ditemukan
‘pada les! di lapisan ganglion retina, nevus optikus, dan jaras visual Sedangkan
defisensi penglhatan warna biru-kuning ditemukan pada lest di fotoreseptor
dan lpisan pleksiform lua;Gerakan Bola Mata dan Ocular Misalignment
A Inspeksi
Pasien diminta untuk melihat ke depan, Pemeriksa menilai posisi kedua
bola mata pasien (pasisi primer). Posisi bola mata normal disobut
Isotropia/ortotropia, Abnormalitas posisi bola mata dapat berupa
(Gambar 21); |
‘+ Esotropia: posisi bola mata terlihat ke arah nasal
+ Eksotropia: posis! bola mata terlihat ke arah temporal
+ Hipertropia: posisi bola mata terlihat menyimpang vertikal
Hal ini dapat berlaku pada salah satu ctau kedua bola mata,
Qo mew! Pua ras
omnes
(Gambar 21 Psis Bola Mata
3132
Pemeriksaan Range of Movement (ROM) Gerakan Bola Mata: Primary gaze,
Horizontal dan Vertical Gaze
Pemeriksa berada di depan pasien dan memposisikan jarinya di bagian
tengah sekitar S0cm dari pasien dan meminta pasien untuk memifiksasikan
pandangan matanya pada jari pemeriksa tersebut. Pada pemeriksaan ini,
pemeriksa melakukan penilaianterhadap 6 posis! Kardinal gerakcan bola mata,
termasuk horizontal gaze, Pemeriksa meminta pasien untuk meliik mengikut
igerakan Jari pemeriksa dengan arah sesual dengan huruf “A” hingga posist
‘maksioal (Gambar 22). Sela itu, evaluasi gerakan vertical gaze (upgaze dan
downgaze) dapat dilakukan dengan arah gerakan jar ke atas dan bawah dari
posisi tengah (awal). Amatizh ROM gerakan bola mata dan tanyakan pada
pasien apakah terdapat pandangan ganda pada masing-masing arab,
i
Gambar 22. emeriksaan Range of Movement (ROM) Gerakan Bola Mata
Gerakan bola mata primer (primary gaze) dinyatakan normal blla ROM pada
cenam Kardinal gerakan bola mata primer normal, Sedangkan yang dimaksud
dengan ROM yang normal adalah
+ ROM dapat mencapai 45? pada masing-masing arah gerakan, atau
+ ROM mencapal 10mm untuk adduksi, abduksi, dan elevasi dan 7mm
untuk depresi, atau+ Pada abdukst, limbus temporal dapat menyentuh antus lateral; dan
pada adduksi, sekitar sepertiga limbus nasal terbenam,
‘+ Pada umumnya sklera yang trlihat (scleral show) pada saatabduksiakan
tampak simetris pada kedua mata, apabila asimetris mengindikasikan
adanya gangguan.
Gerakan bola mata primer dinyatakar:terganggu atau paresis nervus okular
‘motor (N.1ILIV.VN) apabila
‘+ ROM tidak maksimal atau tidak terdapat gerakan pada arah tertentu
+ Paresis nervus okular motor sesual dengan arah kerja otot yang
dilnervasi (Gambar 8).
ROM yang tidak maksimal pada arah gerakan horizontal secara simultan
pada kedua mata disebut dengan gerakan lirik horizontal terganggu
(horizontal gaze palsy) Hal ini dapat terjadlakibat esi di korteks frontal dan
pons. Lest pada korteks frontal menimbulkan Kelumpuban lirik horizontal
ke arah kontralateral, sedangkan pads pons ke arah ipsilateral
Gangguan gerakan bola mata horizontal yang sering ditemukan antara laln
kelumpuhan lirik horizontal, INO, dan one and a half syndrome. Gangguan
‘gerakanbolamatahorizontaldisebablanolehlesipadastrukturyangberbeda
dari jaras gerakan bola mata horizontal sepanjang pons-mesensefalon
yyakni, 1. Kelumpuhan lirik horizontal akibat lesi di PPRF dan/atau nukleus
abdusen; 2, INO akibat lesi di FLM; dan'3. One and a half syndrome akibat
les di pons yang melibatkan struktur ?PRF dan/atau nukleus abdusen serta
FLM (Gambar 23).
Pada lest akut terutama yang disebabkan oleh lesi vaskular, kelumpuhan
lirik horizontal dapat disertal devias! konjugat horizontal. Deviasi konjugat
horizontal adalah kondisi di mana kedua mata cenderung melirik/deviast ke
satu arah, Arah deviasi konjugat dapat menunjukkan lokasilesi (Gambar 24).3
A
Es
ey
Z
Gangguan Link Horizontal it Intermuklear Oftalmoplegia (INO)
ONE and a HALF syndrome
esonsfaion
ay...
‘Gambar 23. ne and a Half Syndrome
ere med =e trl
‘0S:Kelumpuhan Lirik Horizontal
anon — ew t v
ee *
—+—
Lest Korte: Les! Pons:
Kalungutan ik orznisl Kelman ek Perot
Yeamrorasorics —'“keahtpsimes en
Deviasi Konjugat Horizontal
‘
*
—+ —_—
ws \7 \4
Lesi Paralisis Korteks: —_Lesi Paralisis Pons: Les! Iritatif Korteks:
Deas teroathotsor| Oneal entgathomai! Devs Karups
‘samnpaauioe “Komantowasoraicd teaan inane
. “loatatne'eson” —“itataweyteleson” “Loot evay telecon
Gambar 24. Kelumpuhan Lirik Hortzotal dan Devas! Konjugat Horizontal36
ROM yang tidak maksimal pada arah gerakan vertikal secara simultan
pada kedua mata disebut deagan gerakan lirik vertikal terganggu (vertical
‘gaze palsy). Kelumpuan ici dapat ditemukan pada lesi patologis yang
rmelibatkan mesensefalon (pusat lirik gerak mata vertikal), maupun usia
lanjut normal (terutama ge-akan vertikal ke atas). Sindrom yang paling
sering dihubungkan dengan gangguan lirik vertikal adalah sindrom
Parinaud atau sindrom pretsktal. Sindrom Parinaud disebabkan oleh lesi
di mesensefalon dorsal. Marifestast klins sindrom Parinaud dapat dilihat
pada tabel 3
‘abel 3 Sindrom Parinaud
co
en
Ganggvan lirik verikat Pstude-abdusens pay
Conergencerevaction
stags
Pemeriksaan Gerakan sakaulik
Pemeriksa berada di depan pasien dan merentangkan kedua tangannya
dengan Jarak sekitar 18inci (45cm)(Gambar 25), Mintalah pasien untuk
‘melirik ke arah jari telunjuk pemeriksa yang muncul bergantian secara
cepat, Amati latensi, kecepatan, dan akurasi gerakan sakadi
=
Gambar 25. Gerakan SakadikGerakan sakadik dinyatakan nomal bila pasien dapat mengikuti gerakan jari
pemeriksa dengan cepat. Abnormalitas gerakan sakadik dapat berupa :
1, Sakadi insufisiensi. Tidak terdapat gerakan sakadik atau kecepatan
sgerakan sakadik berkurang, Kondist ini terjadi pada lest di korteks
frontal/frontoparictal, area subkorteks yang terlibat dalam
kontrol inisiasi, PPRF, nukleus abdusens serta motor neuron dan
interneuronnya.Pada lest Kortikal, gangguan sakadik terlihat pada
rah kontralateral lesi
2. Sakalik dismetria, Sakadile dismetti dapat berupa sakadilt hipometri
‘maupun hipermetri, Pada sakadik hipometri, gerakan sakacik tidak dapat
‘mencapai target/undershoot sehingga dapat terlihat beberapa gerakan
sakadik untuk satu target, Pada sakadik hipermetri, gerakan melebihi
target/overshoot, sehingga dapat terihat bergerak balik ke arah yang,
bberlawanan, Sakadik dismetri dapat terjadi pada lesl di serebelum (nukleus
fastigil dan vermis dorsal) yang berporan dalam kontrol akurasi gerakan,
3. Saccadic intrusion atau oscillations yaitu. gangguan sakadike yang
6mm.
Pada orang normal kedua pupil memilii ukuran yang sama (equal) akan
tetapi pada 15-20% orang normal dapat ditemui perbedaan ukuran
pupil <1mm., Pupil dikatakan anisokor bila perbedaan diameter >2mm.
RAPD (Relative Afferent Pupillary Defect) atau Marcus Gunn
Pentight diarahkan pada tiap mata ("one-one") selama 1 detik untuk
mmenilai reaks! pupil terhadap cahaya. Kemudian penlight diarahlan
ke mata kanan dan krl bergantian secara rtmik pada tiap mata tanpa
banyak jeda selama 2 detik untuk tiap mata (‘one-two-one-tw")
Bandingkan konstriks! masing-masing pupil terhadap cahaya, Cahaya
yang diberikan tidak boleh terlalu terang maupun redup yang akan
menyebabkan hilangnya respons zsimetris (Gambar 30).
RAPD dinyatakan positif apabila terjadi dilatasi pupil saat diberikan
‘cahaya. Hal ni dapat dijumpai pada neuropati optikunilateralasimetrs,
abnormalitas retina atau makular yang berat.Ed
‘Gambar 29, Respons Refleks Cahayaoneone GG OG
Waa Visa
1 5 ty wy
‘Seng
Gambar 30, Pemeriksaan RAPD
._Dilatasi Pupil
Pemeriksa mengarahkan penlight dari bawah hidung pasien agar
‘mendapat tluminasi minimal sebelum mematikan cahaya ruangan.
Ruangan kemudian digelapkan dan peneriksa mengamati dilatasi pupil
pada Kedua mata,
Pupil akan dilatasi secara normal dalam waktu 2-4 detik. Dilation Lag
terjadi bila pupil berdilatasi 210 deuk. Kondisi ini dapat ditemukan
pada lesi okulosimpatik seperti sindrom Horner (Gambar 31),
’ CoP
: Bees
{Gambar 31. Dilation Lag pada Sindrom Horner
BPemeriksaan Kelopak mata
A
Inspeksi
Kelopak mata pasien diamati dan didentifikast ada tidaknya ptosis,
retraksl lagoftalmus, kontraks atau twitching kelopak mata, Sinar penlight
disorotkan ke mata pasien dan aratjarakkelopakmataatas dengan reeks
‘ahaya (margin reflex distance/URD). Minta pasien untuk menutup mata
dan amatiadanya lagoftalmus dan levator dehisence -disinervation (LDD).
Pada kondisinormal,Kelopakmataatasmelewatiirisdiantaralimbus dan
pupil, sekitar 1-2mm di bawah limbus. Kelopak mata bawah menyentuh
‘atau sedikit melewati limbus. Fisura palpebra normal berjarak 9-Lmm
dan MRD 3-4mm, Pada saat menutup mata, jarak antara batas atas
‘kelopak atas dengan lipatan kelopak mata atas (upper lid crease) 5-7mm
(Gambar 32).
Kelopak mata disebut ptosis bila fisura palpebra 7mm, LDD dapat dtemukan pada usta lanjut.~
Fungsi Levator Palpebra
Pemeriksa meminta pasien untuk mengangkat Kelopak mata dari
posis! downgaze ke full upgaze (hingga pada ttik di mana terlihat otot
frontalis mulai berkontraksi). Secara objektif dapat diukur pembukaankelopak mata (lid excurson) dengan menggunakan penggaris, Normal
lid excursion 2@mm, Lid excursion <4mm menunjukkan fangsi levator
palpebra terganggu (Gambar 33).
‘Tes Simpson atau Wartenberg,
Pasien diminta untuk mengangkat Kelopak mata dan menahannya
{dengan melakukan fiksasi pandaagan pada Jari pemeriksa pada posisi
Uupgaze, Tes Wartenberg dinyatakan positif jika kelopak mata turun.
Hasil ini merupakan tanda fatigable plosis dan dapat ditemukan pada
imiastenla gravis.
Cogan’s Lid Twitch
Pemeriksa meminta pasien untuk mengangkat kelopak mata dati posisi
2mm.
Gambar 35. emeriksaan Bksoftalmus
Pemeriksaan Funduskopi
Alat yang dibutuhkan adalah ophtalmoscop direct, midriatikum (penilephrin atau
‘ropicamide), Prasyarat pemeriksaan funduskop! adalah ukuran pupil cukup optimal,
Hal ini dapat dilakukan dengan melebarkan pupil dengan memberikan tetes mata
‘midriatikum dan meredupkan cahaya. -
Pasien diminta untuk memfiksasikan pandangan matanya ke depan, Pemeriksa
berada di depan pasien dengan posisi sektar 15?. Tempatkan oftalmoskop di depan
‘mata Kanan untuk memeriksa fundus mata kanan. Pemeriksa meletakkan ibu jari
di alis pasien dan mencari red reflex (Gambar 36). Setelah menemukan red reflex,
pemeriksa mengikuti red reflex dengan mendekati mata pasien sehingga oftalmoskop‘menempel ke ibu jal, Putar pane! dioptr oftalmoskop ke arah minus atau plus untuk
‘memperjelas gambaran funduskopl
Amati gambaran funduskopl: bentuk papi, batas, warna, pembuluh darah retina
(aslo Aa:Vv dan kontur), cup (termasuk rasio cup:diskus), gambaran retina lain
(perdarahan, eksudat, dll), serta maktla,
‘A Tenn Pemerksaan| 8. Rod Reflox
Gambar 36, Pemeriksaan Funduskopl
Fundus mata dinyatakan normal atau normofundus bila papil bulat, batas tegas,
‘warna jingga, rasio Aa:Vw= 2:3, kontur balk, crossing sign negatif; cup positif,
perdarahan dan eksudat negatif (Gambar 37),
\Gambar 37, Funduskopt NormalGambaran funduskopi abnormal dapat ditemui pada beberapa kondislsepert pada tabel 4
‘Tabel 4. Gambaran Funduskopi pada Beberapa Kondisi
Papi Batae
Early Poplodoma
Bulot Kabur—Jingga 23+ .
Bulat Kabur Hiperems 3 z
|
ee
Ka a cr nowene 18 :
aaa
id =) eee
ota
Bulat Kebur — Pucst, «d=
a
gFundus Hipertensif
Bulat Togas gga «13 += crossing sign)
Bust Togas Jegga 19+ 7
TO ea
Fetinopai Diabet Dot bio (+),
miroareursa|
"Daftar Pustaka:
1. -Newinan N, Blouse V, Diagnostic approach to visual los. Continuum (Minneap Minn}. 2014
20(4):785-815.
2 Cornblath WT Introduction to visual loss Continaum (Minneap Min} 2014/20(4):13-21,
5. gan RA Transent Vision Loss, Continuum Lifelng Learning Neuraogy 2008;15(8} 05-92
44 Sadun AA Agarwal MR Topica lagnosts ot acquired nerve disorders, Dalam: Miler NR. Newnann
Ni) BlousseVKersson JB, penyuntng, Walsh and Hoyt clinical neuro-ophthalmology Edis ke-6.
Prulaelpia ppinent Willa and Wilkins 2005. 197-232.
5. Galata Sl, Baker L Liu GT. Neuro-ophthalmologic anatomy and examination techniques. Dalam
Kidd DP, Newman NJ, Biousse V, penyunting, Neuro-ophthalmology. Phiadepia: Buterworth
Heinemann; 2008. 1-42
6, Prasad , Galt SL Anatomy and physology the afeent visual system, Dalam: Kennard C,
Leigh R)penyuntng Handbook of cnicl neuro op. Bas ke; 20111025-18,
7, Campbell WW, peyunting Delonge the neurologic examination dis ke-7 Phladelps: ippneatt
‘Willan & Wilkins Kiuwer; 2013,
8. iG, Volpe Ny, Galta I, penyunting. Neuro-ophthalmology dlagposis and management Eis ke-
2 Phladelpa Saunders; 2010,
9. “Sehlefer , Shiller Hart Wt Ferimetry. Dalam: ScieerU, Wilhelm H, Hare W, penyunting Cline
neuro-ophthalnoogy apractial guia, Heidelberg Springer; 2007.23.53.
=|10, Gilsson CC. Visual loss due to optic chasm and retrochiasmal visual pathway lesions, Continaum
(Qtinneap inn), 2034; 20¢4): 907-23,
11, Sharpe, Wong AME Anatomy and pyslolgy of ocular mator system, Dalam; Mille NR, Newnan
N) Blouse Kerrison JB Walsh and Hoyt elinealneuro-ophthalmoogy, Edi ke6, Philadel
Lppincot Wiiams and Wikis: 2005. 809.8,
12, BaehrM,Fotscher M. Brainstem, Duus topical agnosis in neurology: anatomy, physoogy signs,
symptoms Edis ke. Stutgart: Theme: 2012.4.77-133.
13, Wong AME penyunting Bye movement disorders. New York: Oxford Univer Press; 2008,
14, Rucker J. Diplopiasupranucear and nuclear causes. Continuum Lifelong Learning Neurology.
2009;15(4):153-67,
15, Saver GP. Supranicear moti. Continaum ufelong Learning Neurology. 2009,15(4)120-49.
16, Sadun AA, Wang MY, Abnormalities ofthe optic disc, Dalam:KennatdC, Leigh RN) Handbook of
lnk neurology Bas e-3; 2011;102:117-57,
17, igre KB, Corbet J Parvin V Common important ophthalmoscope ndings AAN Proceeding, 2010,
18, Rucker JC. Normal and abnormal id function, DalamKennardC, Leigh R. Handbook of clinical
neurology Bast ke-3; 2011102:403-24
19, Borchert MS. Principles and techniques ofthe ecamination of ocular motility and ligment Dalam
Miler NR Newmann ), Biousse, Kerrison 8 Walsh and Hoyt clinial neuto-ophthalmalogy. Els
ke. Philadepi:Lippincot Willams ana Wiking; 200. h 887-903
20, bil J Gruener 6, Braxs Rpenyunting. Beamination of vslon. Dalam: DeMye’s the neurloe
‘examination Eds ke-7, The MeGraw-Hll Companies; 2017. 149-76, :
21, Ishihara 8. The series of plates designed atest for colour deficiency. Toyo: Kanhars Srp
o, 1972 7
22, Cole BL Assessment of inherited clour vision dfets in inal practice Cll and Exper
Optometry. 2007;90:187-75
23, Da clinical colour vision tests. Clin Eep Opt. 2004;87(45):27693. \PEMERIKSAAN NEURO-OTOLOGI
‘Ni Nengah Rida Ariarini, Ria Damayanti, Suratno, Eva Dewati
Neuro-otologi (NOT) adalah cabang timu kedokteran yang mempelajari aspek
neurologi dari telinga dan sistem keseimoangan, Salah satu keluhan dalam bidang
[NOT yang banyak dijumpai dalam praktk sehar-hari adalah vertigo dan dizines.
Dalam babini akan dibahas pemeriksaan dibidang NOT terutama yang terkait dengan
vertigo dan dizziness,
Terminologi vertigo dan dizziness pade dasarmya memilki perbedaan, namun
seringkalidigunakan untuk menggambarkan hal yang sama, Di Amerika Serikat,
terminologi dizziness digunakan untuk seluruh Keluhan terkalt keseimbangan.
Dalam Klaas! Klasi dizziness yang telah ada sejak tahun 1972 dan hingge kin
‘asih digunakan secara lua, dizines te-bagt dalam 4 kelompok ait, (1) vertigo
vestibular; (2) imbalance atau dsckulibrium; (8) nonspecific lightheadedness atau
vertigo nonvesibular; dan (8) presinkop. {
Pada tahun 2009, The Gommitte for Classfication of Vestibular Disorders of Barany
Society mengeluarkan kasifikasiterbaruyelmi International Cassfeatin of Vestibular
Disorders (ICVD+1) yang membag gangguan sistem vestibular menjadl 4 yata (1)
vertigo; (2) dizinss; (3) gealavisuovestibular; dan (4) gefata postural. Deskripst
dari masing-masing klasifikasi datas, dapat dit pada tabel 1 dan abel 2.‘abel 1. lasftkast Dizziness Klasik
ee = stem yang tg
‘Vertigo vestibule using berputar ‘Siem vestibule
asa goyah dana tabi
{Imbalance tau unsteodiness atau rasa henak jth Sensasiini Stem somatorensris/
sir Imemba/menghtangsant dada PRs
danberbarng.
Non speciicighteodedess tan a Sistem somatosensris/
‘ergo nonestibule Melayangataurasibergoyang —ropriesept dan sta
Presinkop Perasan hndakpngsan ‘Stem kardovstae
‘Tabel 2. KlasiMias! Vertigo berdasarkan Incernational Classification of Vestibular Disorders
cv.
‘Sensas geakan tubu etka tubuh dak sedang brgera atau sens
Vertigo sefalan tubo yang tidak seta dengan grakan kepala yang normal 7
Dieiness ‘Sensas gangguan oientasl rang tanpa gngguan sensasgeralan i
suovesibular Gaia visual yang dakibatkas oleh ganggvan stem vestibular ata
Gofal visuovestibular eras antara stom vestibule da visual
Gejalagangguankescimbangan dalam mempertahankan tabiitas postural
ojala postural yang anya radi pada posi egal (balk pada sat dud, ber ata,
beratn)
Vertigo dan dizziness bukan penyakit, namun adalah gejala dati berbagal penyakit
‘Anamnesis pada kasus vertigo dan dizziness tidak hanya berperan penting dalam
‘menentukan jenis vertigo, tetapl juga dalam menentukan etiologl ,
‘Terdapat perbedaan alur diagnosis vertigo dan dizziness berdasarkan teorl klasik
an klasfikasi ICVD-1. Berdasarkan teori klasik, pe dizziness dapat menentukan
‘sistem yang mengalaml gangguan, Sebagal contoh, pada presinkop, sistem utama
_yang diperkirakan teribat adalah sistem kardiovaskulat Apabila pasien sudah masuke
dalam kritetia vertigo vestibular, maka harus dibedakan antara vertigo perifer atau
5354
sentral (Tabel 3), dan kemudian ditextukan etlologinya, Berikut adalah skema alur
diagnosis vertigo (Gambar 1)
reer era
ic co
ambar 1, Alur Diagnosis Vertigo
‘Tabel 3 Prbat
\ngan Vertigo Vestibular ?erifer dan Sentral
ee
‘Onset Mena aut ‘Gradual kecual pada stroke
Mua dan musta ering dan berat Rervariast
‘Gangguan pendengarin serng Jarang
‘Gangguan kesimbangan Ringan Sedan erat
efit neurologss Tidakada Ada
Faktori vast (hpertenel,
slobetes metus, kok) a =
Pada klasifikasi ICVD-I, keempat tp vertigo di atas dapat terjadi akibat keterlibatan
banyak sistem dan tidak bergantung pada suatu sistem tertentu, Sebagai contoh,
instabilitas postural dapat terjadi akibat Kelainan pada sistem vestibular, proprioseptif,
atau serebelum.
Anatomt dan Fisiologt
Pengetahuan anatomi sistem keselmbangan dan koordinasi diharapkan dapat
‘membantu pemahaman tentang sistem keselmbangan dan koordinasl, bait yang
normal maupun abnormal, Adapun anatomi yang akan dibahas pada bab intadalah sistem vestibular, vestibulo-ocular reflex (VOR), vestibulo-spinal reflex (VSR),
-serebelum, dan refleks optokinetik.
1. Sistem Vestibular
Sistem utama yang mendasari orientas! spasial dan kontrol Kkeseimbangan
adalah sistem visual, sistem somatosensorik (terutama proprioseptif), dan
sistem vestibular: Gangguan dari sala: satu sistem tersebut dapat menyebabkan
gangguan keseimbangan. Namun, pada bab ini pembahasan hanya dibatasl pada
sistem vestibular,
Sistem vestibular berfungsi untuk mempertahankan orientasi spasial dan
stabilisasi visual dalam memelihara Keseimbangan. Reseptor keseimbangan
‘mendeteksi sensasi berupa akselerasi liner dan angular, dilanjutkan dengan proses
‘ransduksl sinyal elektrokimia yang diteruskan ke susunan saraf pusat (SSP). SSP
‘mengintegrasikan Informasi dari sistem vestibular untuk menjaga Kestabilan
.gerakan bola mata (gaze) pada saat kepala bergerak melalui VOR, sertamemodulast
tonus otot melalui VSR dan vestibulocoic reffex (VCR). Gambar 2 berikut ini adalah
ilustrasi sistem keseimbangan dan peranan sistem vestibular dalam keseimbangan.
Perepiat
tats
i eve2
=
= oa
Level 1 Mata
=
Prose acast
‘Serban
‘Gambar 2. Interaksi Multsensoris dalam Sistem KeselmbanganSistem vestibular dibagi menjadi 2 dengan nukleus vestibularis sebagai penanda
landmark), yaitu, (1) sistem vestibular perifer, merupakan struktur dan jaras
vestibular sebelum nukleus vestibularisdan (2) sistem vestibular sentra, dimulat
dari nukleus vestibularis hingga korteks vestibularis (Gambar 3). Pembagian
In penting diketahui oleh karena pada umurnnya gangguan sistem vestibular
diklasifikasikan menjadi vertigo vestibular perifer dan vertigo vestibular sentral
berdasarkan letak lesi secara anatom
Persopet
POOR
Vestbulo-Oouar
Rex (VOR)
Vestuie-Spnat
ofr (VSR)
Gambar 3, sistem Vestibular Perifer dan Sistem Vestibular Sentral
Sistem vestibular perfer terdiri dari aparatus vestibular dan nervus vestibular,
Pada beberapa literatur, aparatus vestibular disebut juga membranous labyrinth.
7 Aparatus vestibular yang berfungsi mendeteks! akselerasi gerakan kepala
(Gambar 4) terdiel atas: (1) kanalis semisirkularis, berfungsi mendeteksi
akselerasi gerakan angular/rotasional baik dalam aksis horizontal (yaw), vertikal
(pitch), dan torsional (torsion); dan (2) otolit, berfungsi mendeteksi akselerasi
‘gerakan linear/tranlasional baik dalam aksis maju-mundur (surge), side to side
(heave), dan nalk-turun (bob).‘Gambar 4. Gerakan yang Mengaktivas\ Kanalis Semisirllaris dan Otolit
‘Terdapat 3 buah kanalis semisirkularis dengan posisi saling tegak lurus satu
dengan yang lain yaitu, (1) horizontal/lateral (HC); (2) anterior (AC); dan (3)
posterior (PC). Kanalis semisirkularis memiliki pasangan fungsionalnya masing-
‘masing. Kanalis semisirkularis horizontal Kanan berpasangan dengan kanalis
‘semisirkularis horisontal kit (HC kanan dengan HC kit), kanalis semisirkularis|
anterior kanan berpasangan dengan kanalis semisirkularis posterior kiri (AC
lkanan dengan PC kiri), dan kanalis semisirkularis anterior kiei berpasangan
‘dengan kanalis semisirkularis posterior kanan (AC kiri dengan PC kanan)
(Gambar5).
ac AC
Gambar 5. Kanalis Semisikularis dan Pasangan Fungsionalnya
AANA NENTE
Ey
Ei
EB
Ey
S
B
Ei
El
Es
Ei
Et
a
Ketika salah satu kanalis semisirkularis mengalami eksitasi maka pasangan
fungsionalnya mengalami Inhibis! (push-pull arrangement), Sebagal contoh,
pada gerakan rotasi kepala ke Kiel maka HC kiri akan teraktivasi dan HC kanan
‘akan mengalami inbibisi (Gambar 6A). Pada gerakan Kepala rotasl ke kiri dan
retrofleksi, maka PC kiri akan teraktivas’ dan AC kanan akan terinhibisi (Gambar
(68), Pada gerakan rotasi ke kiri dan anterofleksi maka AC kiri akan teraktivast
ddan PC kanan terinhibisi (Gambar 60).
oe ,
Rtas! kepala ke kit
HC kr traktivasi
HC kananterinibish
A
‘Gambar 6, Push-Pll Arrangement pada Kanalis Semisirkularis
Pengetahuan tentang fisiologi tersebut menjadi dasar pemahaman aktwvitas
kanalis semisirkularis dalam kondisi kepala statis (head still) dan dinamis (head
‘motion) yang berimplikast pada manuver pemeriksaan sistem vestibular sepert!
head impulse test (HIT), nistagmus, atau manuver khusus untuk mendiagnosis
BPPV (Dix-Hallpike dan Supine Rol test.
Organ otolitterbagi menjadi 2, yakni utrikulus dan salulus. Utrikulus mendeteksi
akselerasi gerakan maju-mundur dan side to side sedangkan sakulus mendeteksi
akselerasi gerakan naik turun, Baik pada kanalls semisirkularis dan otolit,terdapat
sensori epitelium (pada kanalls semisirialaris disebut krista ampularis, dan pada
otolitdisebut makula). Pada sensori epitelium int terdapat sel rambut (hair cell)
dengan nervus vestibularis di bagian terminal. Sensitisasi pada sel rambut akibat
akselerasi gerakan akan menyebabkan depolarisasi membran saraf sehingga
terjadi eksitasi atau hiperpolarisasi membran saraf schingga terjad! inhbist, Pada
kanalis semisirkulars, gerakan kepala angular menyebabkan terjadinya aliran
cendolimfatik di dalam kanalissemisirkularis yang akan mensensitisasi sel rambut.Nervus vestibularis mentransmisikan sinyal vestibular dari aparatus vestibular
ke nukleus vestibularis. Nervus vestibularls terdiri dari 2 divisi yaitu, (1)
inyal dari kanalis
semisirkularis anterior dan horizontal, utrikulus dan sebagian sakulus; dan (2)
nervus vestibularis divisi superior, yang mentransm
nervus vestibularis divisi inferior, yang mentransmisikan slnyal dari kanalis
semisirkularis posterior dan sakulus
Secara anatomi, sistem vestibular sentral meliputi batang otak (nukleus
vestibularis dan jaras eferennya), talamus, korteks dan serebelum. Sistem
vestibular sentral memiliki 4 fungsi utama yakni:
4. Mengontrol keseimbangan dengan modulasi tonus otot yang dimediasi oleh
‘SR pada tingkat pontomedular, medula spinalis dan serebelum
2, Mengontrol Keseimbangan dengan stabilisasi gerakan bola mata (gaze) yang
dimediasi oleh VOR pada tingkat poatomesensefalik dan serebelumn
3. Persepsi orientasi dan self motion, integrasi gerakan volunter dan refleks,
serta kontrol keselmbangan yang dimediasi pada tingkat kortikal dan
subkortkal
4. Higher vestibular function meliputiintegrasi multisensoris dan kognitif yang
dimediasi oleh formasi hipokampus dan lobus temporoparietal,
‘Nukleus vestibularis merupakan pusat integrasi sistem vestibular tahap pertaina
Strukturini menerima input aferen multipel, baik dari aparatus vestibular melalu
nervus vestibularis, proprioseptif, input serebelum (flokulus/paraflokulus
dan nodulus/wula), okulomotor (formasio retikularis dan nukleus prepositus
hipoglosus) dan korteks. Stuktur ini memiliki beberapa proyekst eferen, yaitu,
vestibulo-serebelar, vestibulo-okular, vestibulo-spinal, dan vestibulo-talamik
Nukleus vestibularis terdri dari 4 bagian, yakni nukleus vestibularis superior
(Bechterev), medial (Schwalbe), inferior (spinal descending), dan lateral (Deiter)
‘Terdapat topografikal spesifik proyeksi aferen dan eferen pada masing-masing
nukleus vestibularis (Tabel 4).
3960.
i
Tabel 4. Proyeksi Aferen dan Eferen Nukleus Vestibularis
ce cod
Ins *
ait ley
see : Superior (Bectrew’s) _ FLM,nukleusabdusens
Nukes
scGsakulus, fasta, (Seiwatbe's) PUM nukes abdusen traktas
stil folalus, -vestibuospinal medal
nodule
oe LM, nuleusabdusen taktus
Scqaimim, Sogn im eelopnl rs an
saad ‘ula stscondig) ukleus veribular in
Usrieatas Serebelum Lateral (Deters) _—_Traktusvestibulospinal PLM.
‘Talamus merupakan pusatintegrasi tahap kedua. Terdapat 2 kelompok proyeksi
vestibulo-talamik. Serabut vestibular yang berasal dari nukleus vestibularis
‘medial dan superior berproyekst ke nukleus sentral, serta ventroposterolateral
dan ventrolateral talamus. Sedangkan serabut vestibular yang berasal d:
hukleus vestibulatis inferior beraroyeksi ke nukleus genikulatum dorsomedial
bagian rostral
Korteks vestibular merupakan pusat integrasi tahap akhir yang berperan dalam
persepsi vertikal dan selfimoticn, Berdasarkan studi eksperimental dengan
‘model hewan maupun neuroimajing fungsional, teridentifkasi beberapa regio
di korteks serebri yang disebut sebagai korteks vestibular antara lain, korteks
vestibular insuloparietal atau pcrieto-insular vestibular cortex (PIVC), korteks
fisura Sylvii, operkulum frontoparietal dan girus temporal superior.
Vestibulo-ocular reflex (VOR)
Dua refleks utama yang berfungs! memelihara keseimbangan yakni VOR dan
VSR. VOR memelihara keseimbangan dengan menstabilkan gerakan bola mata
Sesuai dengan namanya, balan aferen dari VOR adalah vestibular dengan okular
sebagai bagian eferen. Terdapat 2 jenis aparatus vestibular, sehingga VOR juga
dibagi menjadi 2, yakni VOR yang berasal dari kanalis semisirkularis dan VOR
yang berasal dar otolit (otoliehocular refer)VOR yang berasal dari Kanalls semisirkularis terbagi menjadi VOR horizontal
(aferennya berupa kanalis semisirkularis horizontal) dan VOR vertikal-torsional
(ferennya adalah kanalis semisirkutaris anterior dan posterior). Berdasarkan
hhukum Flourens, stimulasi salah satu kanais semisirkularis akan menghasilkan
gerakan fase lambat pada aksis yang pararel dengan letak kanal yang terstimulasi,
Stimulast kanalis semisirkularis dapat dilakukan dengan berbagal metode
seperti gerakan kepala, stimulasi kalori, vibrasi, hiperventilasi, dan lainaya
Pada pemeriksaan bedside, stimulasi yang sering dilakukan antara lain adalah
gerakan kepala, Arah gerakan Kepala mensntukan kanalis semisirkularis yang
terstimulasi, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya tentang push-pull
arrangement (Gambat 7).
Stimulast AC kanan dilakukan dengan merotasikan kepala 45° ke kanan dan ke
bbawah pada aksis vertikal (pitch). Sinyal AC Kanan akan ditransmisikan oleh
nervus vestibularis Kanan ke nukleus vestibulosuperior kanan. Selanjutnya
‘oleh brachium conjungtivum dan FLM kiei sinyal ditransmisikan ke N, IIE kisi
‘yang menginervast oblikus inferior kiri dan rektus superior kana. Hal iné akan
‘menyebabkaan gerakan fase lambat kedua mata ke arah atas dan rotasiberlawanan
arah jarum jam (mata kanan insiklorotasi dan mata kirieksiklorotasi).
Rotasi kepala ke arah kanan pada aksis horizontal (yaw) akan menstimulasi
HC kanan, Sinyal dari HC kanan akan ditrarsmisikan oleh N, Vestibulatis kanan
kke nukleus vestibularis medial, Selanjutnye sinyal akan diteruskan ke nukleus
abdusen kiri yang menginervas|otot rektus lateral ki Selain itu nukleus abdusen
juga memiliki motor neuron yang berjalan melalui FLM kanan dan berproyeks!
pada nukleus okulomotorius kanan yang menginervasiotot rektus medial kanan,
Sehingga sinyal juga akan ditransmisikan ke otot rektus medial Kanan, Gerakan
fase lambat yang terjadi berupa gerakan kedua mata ke arah kiel. Keadaan ini
dapat ditemukan pada pemeriksaan head impulse test.
Stimulasi PC kanan dilakukan dengan merotasikan kepala 45° ke kanan dan ke
-atas pada aksis vertikal (pitch). Sinyal dari PC kanan akan ditransmisikan oleh
N. Vestibularis kanan ke nukleus vestibularis medial, Selanjutnya jaras akan
menyilang dan sinyal diteruskan oleh FLM kiri ke nukleus okulomotorius iri serta
nukleus troklearis kir, Darl nukleus okulomotorius sinyal dilanjutkan melalui[Nl ir yang menginervasi reltus inferior kri, Sedangkan nukleus troklearis
akan meneruskan sinyal metalul N, IV ke oblikus superior Kanan. Hal ini akan
‘menyebabkan gerakan fase lambat kedua mata ke arah bawah (depres!) dan rotast
berlawanan arah jarum jam (mata kanan insiklorotasi dan mata kir eksiklorotasi).
Pada keadaan inl terjadi aktivasi ototoblikus superior Kanan dan rektus inferior
Ikirl Contoh pemeriksaanfisik terkaitadalah manuver Dix-Hallpike.
‘Adanya arah gerakan fase lambat yang berbeda pada masing-masing stimulast
kanalis semisirkularis, djelaskan dengan jaras VOR yang berbeda pada kanalis
horizontal, anterior dan posterior (Gambar 7).
| Rotasi kepala 45° ke Kanan
dan ke ats pad ass
vert ie)
Rotasi kepada 45° ke
(eratan ana dan ke bawah pada
| ots! kpala ke rah Kanan
-—Repala 1 sts verti tc)
| pada ala horsontal aw)
“orstonal ke in dan Torsional eel verttal ke
Gerakan verti ke tas Horizontal eta | Taio
“ NT = “NI
Suomi Re sp aside el apr ane
B00). tran countenance etfs negated
ener maak
Gambae7, Jaras VOR dan Arah Gerakan VOR yang Berasal dari Kanalis Semisrkularis
Horizontal, Anterior dan Posterior
2Ara gerakan mata fase lambat (VOR) yang tisikal juga terjadi pada lesi vestibular
yang menyebabkan ketidakseimbangan tonas vestibular: Pada keadaan normal,
saat kepala pada posisi statis/head stil, tonus vestibular yang berasal dari 3
ppasang kanalis semisirkularis dalam keadaan seimbang, Dalam Kondist int tidak
sltemukan gerakan fase lambat VOR maupun gerakan fase cepat sebagai korekst
berupa nistagmus.
Pada lesi vestibular, terjadi ketidakselmbangan tonus vestibular. Sebagai contob,
pada lesi vestibular perifer yang melibatkan kanalls semisirkularis horizontal
‘kanan, maka tonus VOR dari kanalis semisirularis horizontal kana lebih lemah,
sedangkan pasangan fungsionalnya yakni kanalis semisirkularis horizontal kitt
lebih kuat, Dengan demikian terjadi aktivasi relat jaras VOR yang berasal dari
kanalis semisirklaris horizontal Kiri
Sesual dengan hukum Flaurens di atas, akar. terjadi gerakan VOR (fase lambat)
kkedua mata ke arab kanan dengan mengakcivast otot rektus medialis kiri dan
‘tot rektus lateralis kanan, Sebagai gerakan koreksi, akan terlihat gerakan fase
‘cepat yang berupa nistagmus ke arah yang berlawanan dengan arah fase lambat
yaitu ke kiti Sebagai rangkuman, apabila ditemukan lesi vestibular perifer yang,
‘melibatkan kanalis semisirularis horizontal kanan, akan terjadi nistagmus ke
arah kiti (berlawanan lesi). Hal inilah yang menjelaskan nistagmus horizontal
pada lesiperifer berlawanan arah lesl (Gambar 8).
‘Anatom jaras VOR yang berasal dari otolt (otollth-ocular reflex/OOR) yang.
akurat belum dapat dipahami sepenuhnya. Serabut aferen dari utrikulus
terutama diproyelsikan ke nukleus vestibilaris lateral dan medial. Neuron
‘nukleus vestibular lateral selanjutnya menyilang garis tengah dan diproyeksikan
ke nukleus \. fll dan IV melalul FLM. Penyilangan ini terjadi pada tingkat pons.
1N.IVakan menginervasi muskulus oblikus superior kontralateral dan N. IM akan
‘menginervasi muskulus oblikus inferior dan rektus inferior ipsilateral, serta
‘muskulus rektus superior kontralateral, Neuron dari nukleus vestibulars lateral
‘dan medial juga diproyeksikan ke medula spiralis yang selanjutnya mempersarafl
‘tot leher,
eg
A
z
8
=|
Ey
.
Q
3
p
A
ey
FA
EFase lambat rah VOR ° >
cxb Wes ced de
Fave cepa aran ristagmus —Wesensstlen aN
Msugrus tenet Pm =
t maw
Lest kanan Meee
ox LB
Gambar8,Patfisiolog Nistagmus Horizontal Prifer
Apabila terjadi kerusakan pada otollt (atau nervus vestibularis yang berasal
dari otolit) di salah satu sisi, maka sisi lain akan bekerja lebih hebat. Sebagal
contoh, terjadi kerusakan pada utrikulus kiri sehingga utrikulus kei kuragg aktif|