You are on page 1of 27

LAPORAN PRAKTIKUM

BLOK ENDOKRIN & METABOLISME

“FARMAKOLOGI SISTEM ENDOKRIN”

Disusun Oleh:

Nama : Richa Baqiyatush sholihah

Kelas : B

NIM : 021.06.0089

Tutor : dr. Halia Wanadiatri,M.Si

dr. Baiq Novaria Rusmaningrum, S.Ked

LABORATORIUM TERPANDU 1

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR

TAHUN AJARAN 2022/2023

1|P age
KATA PENGANTAR

Puji syukur, penulis ucapkan kehadiran Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga laporan
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Laporan ini disusun untuk memenuhi syarat nilai
praktikum histologi. Untuk penyusunan laporan ini, penulis mendapat banyak bantuan, masukan
dan bimbingan, untuk itu, melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. dr. Halia Wanadiatri, M.Si dan dr. Baiq Novaria Rusmaningrum, S.Ked. Sebagai tutor
pelaksana praktikum farmakologi.
2. Bapak/ibu Dosen Universitas Islam Al-Azhar yang telah memberikan masukan yang
terkait makalah yang penulis buat.
3. Serta kepada teman teman yang memberikan masukan dan dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan perlu
pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
kontruktif demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata semoga laporan ini dapat
bermanfaat.

Mataram, 27 Oktober, 2022

Richa Baqiyatush Sholihah

2|P age
DAFTAR ISI

LAPORAN PRAKTIKUM ............................................................................................................. 1

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ................................................................................................................................... 3

BAB I .............................................................................................................................................. 5

PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 5

1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................................... 5

1.2 TUJUAN ............................................................................................................................... 7

1.3 MANFAAT ........................................................................................................................... 7

BAB II ............................................................................................................................................. 8

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................................. 8

BAB III ......................................................................................................................................... 13

METODE PENELITIAN.............................................................................................................. 13

3.1 WAKTU DAN TEMPAT ................................................................................................... 13

3.2 ALAT DAN BAHAN ......................................................................................................... 13

3.3 CARA KERJA .................................................................................................................... 13

3.4 PEMBUATAN LARUTAN OBAT .................................................................................... 14

BAB IV ......................................................................................................................................... 20

HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................................................... 20

4.1 HASIL PENGAMATAN .................................................................................................... 20

4.2 PEMBAHASAN ................................................................................................................. 21

BAB V .......................................................................................................................................... 25

PENUTUP..................................................................................................................................... 25
3|P age
5.1 KESIMPULAN ................................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 26

4|P age
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Endokrinologi adalah ilmu yang mempelajari tentang keseluruhan system endokrin serta
mempelajari juga mengenai struktur dan fungsi kelenjar endokrin . Kemnudian Endokrin berasal
dari bahasa Yunani yang artinya “sekret ke dalam”.masuk sirkulasi ke dalam darah yaitu hormon
( merangsang). Sistem endokrin adalah control kelenjar tanpa saluran ( ductiess ) yang
menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darahuntuk mempengaruhi organ-
organ lain. Hormon bertindak sebagai “pembawa pesan” dan di bawah oleh aliran darah ke
berbagai sel dalam tubuh yang selanjutnya akan menerjemahkan “pesan” tersebut menjadi suatu
tindakan (Maros and Juniar, 2021)

Sistem endokrin terdiri atas badan-badan jaringan kelenjar,seperti tiroid,tapi juga terdiri atas
kelenjar yg ada di dalam suatu organ tertentu,seperti testis,ovarium,dan jantung. Sistem endokrin
menggunakan hormon untunk mengendalikan dan mengatur fungsi tubuh sama seperti sistem
saraf menggunakan sinyal listrik kecil. Kedua sistem berinteraksi di otak dan saling
melengkapi,tapi mereka cenderung berkerja dengan kecepatan yang berbeda. (Maros and Juniar,
2021)

Di dalam tubuh manusia terdapat 2 macam kelanjar, yakni pertama, Kelenjar Eksokrin yang
merupakan kelenjar yang dimiliki tubuh dimana kelenjar ini memiliki saluran utk mengalirkan
zat hasil produksi nya yang biasanya berupa enzim atau secret. Organ - organ yang termasuk
dalam kelenjar eksokrin antara lain adalah kelenjar keringat (glandula sudorifera), kelenjar
minyak (glandula sebasea), kelenjar ASI (glandula mammae),pancreas. Kemudian kelenjar
kedua yaitu Kelenjar Endokrin merupakan kelenjar yang dimiliki tubuh dimana kelenjar ini tidak
memiliki saluran utk mengalirkan zat hasil produksinya yang berupa hormone. (Guyton Dan
Hall, 2014).

Farmakologi adalah Istilah yang berasal dari bahasa Yunani yaitu Farmakos yang memiliki
arti obat dan Logos yang artinya ilmu. Jadi secara harfiah, farmakologi dapat ditafsirkan sebagai
suatu ilmu yang mempelajari obat dan cara kerjanya pada sistem biologis. Terutama tentang obat
yang berkaitan dengan respons bagian-bagian tubuh terhadap sifat obat, pengaruh sifat fisika

5|P age
kimiawinya terhadap tubuh, kegunaan obat bagi kesembuhan dan nasib yang dialami obat
dalam tubuh. Artinya farmakologi ini akan menelaah efek-efek dari senyawa kimia pada jaringan
hidup makhluk hidup. (Putri, Nina Hertiwi,2020)

Dalam farmakologi sistem hidup itu harus dipengaruhi obat, sehingga memunculkan prinsip
dasar agar molekul obat harus bisa mempengaruhi secara kimia pada satu atau lebih isi sel agar
dapat menghasilkan respon farmakologik. Molekul-molekul obat harus mendekati molekul-
molekul yang membentuk sel dalam jumlah yang cukup untuk menutup rapat sehingga fungsi
molekul sel menjadi berubah (Anief, Moh,2017)

Hewan percobaan atau hewan laboratorium adalah hewan yang sengaja dipelihara dan
diternakkan untuk dipakai sebagai hewan model, dan juga untuk mempelajari dan
mengembangkan berbagai macam bidang ilmu dalam skala penelitian atau pengamatan
laboratorik. Animal model atau hewan model adalah objek hewan sebagai imitasi (peniruan)
manusia (atau spesies lain), yang digunakan untuk menyelidiki fenomena biologis atau
patobiologis. Mencit (Mus musculus) merupakan hewan yang termasuk dalam famili Murideae
Mencit sangat mudah menyesuaikan diri dengan perubahan yang dibuat manusia, bahkan
jumlahnya yang hidup liar di hutan barangkali lebih sedikit daripada yang tinggal di perkotaan.
Mencit percobaan (laboratorium) dikembangkan dari mencit, melalui proses seleksi. Sekarang
mencit juga dikembangkan sebagai hewan peliharaan. (Stevani H,2018)

Analgetik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau meredakan nyeri. Analgetik
sering dikonsumsi untuk meredakan gejala seperti sakit kepala,sakit gigi, sakit saat menstruasi,
nyeri otot, sakit perut, kelelahan dan lainnya. Analgetik dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
golongan opioid (narkotik) dan non- opioid. Analgetik golongan opioid dalam penggunaan
berulang dapat menimbulkanketergantungan dan toleransi. Sedangkan analgetik non-opioid
adalah analgetik yang tidak menimbulkan ketergantungan dan toleransi fisik. (Stevani H,2018)

Nyeri adalah mekanisme protektif untuk menimbulkan kesadaran terhadap kenyataan bahwa
sedang atau akan terjadi kerusakan jaringan. The International Association for the Study of Pain
(IASP) mendefinisikan nyeri sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat adanya kerusakan atau ancaman kerusakan jaringan. Nyeri dapat
diklasifikasikan berdasarkan durasi nyeri dan lokasi nyeri. Berdasarkan durasi, nyeri dibagi
menjadi dua, yaitu nyeri akut dan nyeri kronis. Berdasarkan lokasinya, nyeri dibedakan menjadi

6|P age
tiga jenis, yaitu nyeri somatic superfisial, nyeri somatik dalam dan nyeri viseral. Nyeri yang
mereda setelah intervensi atau penyembuhan disebut nyeri akut. Awitan nyeri akut biasanya
mendadak dan berkaitan dengan masalah spesifik yang memicu individu untuk segera bertindak
menghilangkan nyeri. Nyeri berlangsung singkat (kurang dari 6 bulan) dan menghilang apabila
faktor internal atau eksternal yang merangsang reseptor nyeri dihilangkan. ( Sipahutar, Lia Rahel
Beniger, 2020 )

1.2 TUJUAN

1. Mengetahui cara- cara penentuan perbandingan efek obat


2. Mahasiswa dapat mengevaluasi aktivitas obat analgetik pada percobaan hewan coba
mencit.

1.3 MANFAAT

1. Mengetahui perbedaan dari efek obat analgetik


2. Mengetahui karakteristik mencit karena efek obat analgetik.

7|P age
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Endokrin Istilah (endo-dalam, Crin-mensekresikan) ini menunjukkan bahwa sekresi dibentuk


oleh kelenjar secara langsung masuk ke darah atau limfa sirkulasi dan perjalanan ke jaringan
target, dan bukan diangkut melalui tuba atau duktus. Sekresi ini, disebut hormon, yang
merupakan bahan kimia yang memicu atau mengontrol aktivitas organ, sistem, atau kelenjar lain
di bagian tubuh lain (White, Duncan, & Baumle, 2013). Hormon juga memainkan peran penting
dalam mengatur proses homeostasis seperti: metabolism, tumbang, keseimbangan cairan dan
elektrolit, proses reproduksi, dan siklus bangun dan tidur (Timby & Smith, 2010)

Hormon endokrin dibawa oleh sistem sirkulasi ke sel di seluruh tubuh, termasuk sistem saraf
pada beberapa kasus, tempat hormon tersebut berikatan dengan reseptornya dan menginisiasi
berbagai reaksi sel. Beberapa hormon endokrin memengaruhi banyak jenis sel tubuh: contohnya,
growth hormone (dari kelenjar hipofisis anterior) menyebabkan pertumbuhan di sebagian besar
tubuh, dan tiroksin (dari kelenjar tiroid) meningkatkan kecepatan berbagai reaksi kimia di
hampir semua sel tubuh. Hormon lainnya memengaruhi jaringan target yang lebih spesifik,
karena jaringan tersebut memiliki banyak reseptor untuk hormon tersebut. Contohnya, hormon
adrenokortikotropik (ACTH) dari kelenjar hipofisis anterior, secara spesifik merangsang korteks
adrenal sehingga hormon adrenokortikal disekresikan, dan hormon ovarium memiliki efek
terutama terhadap organ kelamin perempuan dan terhadap karakteristik seksual sekunder pada
tubuh perempuan. (Guyton Dan Hall, 2014).

Farmakologi dapat dirumuskan sebagai kajian terhadap bahan-bahan yang berinteraksi


dengan sistem kehidupan melalui proses kimia, khususnya melalui pengikatan molekul-molekul
regulator yang mengaktifkan/ menghambat proses-proses tubuh yang normal (Betran G.
Katzung, 2018 ). Ilmu yg mempelajari hal ihwal mengenai obat, mencakup sejarah, sumber, sifat
kimia & fisik, komponen; efek fisiologi & biokimia, mekanisme kerja, absorpsi, distribusi,
biotransformasi, ekskresi & penggunaan obat. (Amir Syarif & Elysabeth. 2012). Farmakologi
atau ilmu khasiat obat adalah ilmu yang mempelajari pengetahuan obat dengan seluruh
aspeknya, baik sifat kimiawi maupun fisikanya, kegiatan fisiologi, resorpsi, dan nasibnya dalam
organisme hidup. Dan untuk menyelidiki semua interaksi antara obat dan tubuh manusia

8|P age
khususnya, serta penggunaannya pada pengobatan penyakit disebut farmakologi klinis. (Amir
Syarif & Elysabeth. 2012)

Obat adalah suatu bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam menetapkan diagnosa,
mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejalah penyakit,luka
atau kelainan badania dan rohaniah pada manusia atau hewan, memperelok badan atau bagian
badan manusia . Besarnya efektifitas obat tergantung pada biosis dan kepekaan organ tubuh.
Setiap orang berbeda kepekaan dan kebutuhan biosis obatnnya.Tetapi secara umum dapat
dikelompokan, yaitu dosis bayi, anak-anak, dewasa dan orang tua. Peran obat dalam upaya
kesehatan besar dan merupakan suatu unsur penting, Begitu juga dengan bagaimana penggunaan
obat melalui mulut, tenggorokan masuk keperut, disebut secara oral, cara penggunaan lainnya
pemakaian luar (Lailiyah, 2019)

Penggolongan Obat

Penggolongan obat berdasarkan peraturan Departemen Kesehatan antara lain :

a) Obat Bebas
Obat golongan ini termasuk obat relatif aman, dapat diperoleh tanpa resep dokter,
selain diapotek juga didapat di warung-warung.Obat bebas dalam kemasannya ditandai
dengan lingkaran berwarna hijau contohnya adalah Paracetamol, Vitamin C, Asetosal
(aspirin), Antasida daftar obat Esensial, dan obat batuk hitam (OBH). (Lailiyah, 2019)

Gambar 1. Simbol Obat Bebas , Sumber : Lailiyah, 2019


b) Obat Bebas Terbatas
Obat golongan ini juga relatif aman selama penggunaanyamengikuti aturan pakai
yang ada.Penandaan obat ini adaalah adannya lingkaran berwarna biru daan 6 peringatan
khusus bagai mana obat bebas.Obat ini juga dapat diperoleh tanpa resep dokter diapotek,
toko obat atau diwarung-warung.Contohnya obat flu kombinasi (tablet), Klotrimaleat
(CTM), dan Membedasol. (Lailiyah, 2019)

9|P age
Gambar 2. Simbol Obat Bebas Terbatas , Sumber : Lailiyah, 2019

Obat – obat yang digunakan pada terapi dapat dibagi dalam tiga golongan besar sebagai
berikut.

1. Obat farmakodinamis, yang bekerja terhadap tuan rumah dengan jalan mempercepat atau
memperlambat proses fisiologi atau fungsi biokimia dalam tubuh, misalnya hormon,
diuretika, hipnotika, dan obat otonom. (Lailiyah, 2019)
2. Obat kemoterapeutis, dapat membunuh parasit dan kuman di dalam tubuh tuan rumah.
Idealnya obat ini memiliki kegiatan farmakodinamika yang sangat kecil terhadap organisme
tuan rumah dan berkhasiat sangat besar membunuh sebanyak mungkin parasit (cacing,
protozoa) dan mikroorganisme (bakteri, virus). Obat – obat neoplasma (onkolitika,
sitostatika, obat–obat kanker) juga dianggap termasuk golongan ini. (Lailiyah, 2019)
3. Obat diagnostik merupakan obat pembantu untuk melakukan diagnosis (pengenalan
penyakit), misalnya untuk mengenal penyakit pada saluran lambung-usus digunakan barium
sulfat dan untuk saluran empedu digunakan natrium propanoat dan asam iod organik lainnya.
(Lailiyah, 2019)

Nyeri adalah mekanisme protektif untuk menimbulkan kesadaran terhadap kenyataan bahwa
sedang atau akan terjadi kerusakan jaringan. Karena nilainya bagi kelangsungan hidup,
nosiseptor (reseptor nyeri) tidak beradaptasi terhadap stimulasi yang berulang atau
berkepanjangan. Simpanan pengalaman yang menimbulkan nyeri dalam ingatan membantu kita
menghindari kejadian – kejadian yang berpotensi membahayakan di masa mendatang
(Sherwood, 2019).

Kategori reseptor nyeri terdapat tiga kategori nosiseptor: Nosiseptor mekanisberespons


terhadap kerusakan mekanis (sayatan,terpukul dan cubitan). Nosiseptor suhu berespons terhdap
suhu ekstrim (panas). Nosiseptor polimodal berespons sama kuat terhadap semua jenis
rangsangan yang merusak terutama bahan kimia yang dikeluarkan oleh jaringan yang cedera.
Semua nosiseptor ditingkatkan kepekaannya oleh adanya prostaglandin yang sangat

10 | P a g e
meningkatkan respons reseptor terhadap rangsangan yang dapat menimbulkan kerusakan.
Prostaglandin adalah kelompok khusus turunan asam lemak yang dipecah dari lapis – ganda
lemak membrane plasma dan bekerja lokal setelah dibebaskan. Cedera jaringan dapat
menyebabkan pelepasan lokal prostaglandin. Bahan – bahan kimia ini bekerja pada ujung perifer
nosiseptor untuk menurunkan ambang pengaktifan reseptor. Obat golongan aspirin menghambat
pembentukan prostaglandin yang ikut berperan menentukan sifat analgesic. (Sherwood, 2019).

Analgesik adalah senyawa yang dapat menekan fungsi SSP (system saraf pusat) secara selektif,
digunakan untuk mengurangi rasa sakit tanpa mempengaruhi kesadaran. Analgesik bekerja
dengan meningkatkan nilai ambang persepsi rasa sakit. Analgesik dibagi menjadi dua jenis, yaitu
analgesik narkotik dan analgesik non narkotik, pada analgetik jenis non narkotik terdapat
analgetik ketorolac yang sering digunakan pada operasi SC . Ketorolac memiliki fungsi
menghambat isoenzim siklooksigenase (COX), COX-1 dan COX-2, dengan memblokade ikatan
arachidonat maka terjadi efek farmakologis antiinflamasi, analgesia, dan antipireksi (F,
Akbar,2020) (Amir Syarif & Elysabeth,2012)

Cara kerja farmakologisnya analgesik dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu analgesik perifer
(non narkotik) dan analgesik sentral (narkotik). Analgesik perifer terdiri dari obat – obat yang
tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral karena tidak mempengaruhi kesadaran (salisilat,
asam organik, dan quinolon). Analgesik sentral digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat
seperti pada fraktur dan kanker melalui blok spinal, epidural, dan kaudal . (F, Akbar,2020) (Amir
Syarif & Elysabeth,2012)

Terapi golongan analgesik perifer (non narkotik) yang mulai diberikan dengan obat yang paling
efektif dengan dosis terendah. Kecuali obat – obat paracetamol menurunkan produksi
prostaglandin melalui mekanisme berantai asam arachidonat karena mengurangi jumlah
rangsangan nyeri yang diterima oleh SSP (Sistem Saraf Pusat). Aspirin yang diberikan bersama
dengan anti inflamasi non steroid (AINS) yang lebih berisiko menyebabkan efek samping pada
saluran cerna. (F, Akbar,2020) (Amir Syarif & Elysabeth,2012)

Terapi golongan analgesik sentral (narkotik) diberikan melalui oral sekitar 45 menit dan efek
pundak umumnya terlihat dalam 1 – 2 jam. Agonis dan antagonisparsial bersaing dengan agonis
pada reseptor. Opioid menimbulkan efek campuran antara agonis dan antagonis. Tahap awal

11 | P a g e
pengobatan nyeri akut analgesik diberikan secara around the clock (sebelum nyeri muncul). (F,
Akbar,2020) (Amir Syarif & Elysabeth,2012)

Terapi kombinasi analgesik opioid dan non opioid sering lebih efektif dibandingkan dengan
monoterapi dan untuk mengurangi dosis obat masing –masing. Kombinasi dari infiltrasi anestesi
lokal (Ropivacain) dan AINS lebih efektif dibandingkan dengan pemberian secara tunggal .
Penggunaan analgesik kombinasi memberikan beberapa manfaat yang potensial dibandingkan
analgesik tunggal. Mengkombinasikan analgesik dengan anestesi lokal mempercepat mengurangi
rasa nyeri dan efek samping obat pada pasien (F, Akbar,2020) (Amir Syarif & Elysabeth,2012)

12 | P a g e
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 WAKTU DAN TEMPAT

Hari/Tanggal : Jumat, 21 Oktober 2022

Waktu : 08.00-09.40

Tempat : Laboratorium Terpandu 1 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar

3.2 ALAT DAN BAHAN

Alat :

1. Timbangan manual
2. Spuit 1 ml
3. Stopwatch
4. Labu ukur 100 ml
5. Hot plate

Bahan :

1. Aquadest
2. Paracetamol tablet 500mg
3. Asam mefenamat 500mg
4. Ibuprofen 100ml
5. Metamizole
6. Mencit

3.3 CARA KERJA

1. Menghitung dosis oral untuk mencit sesuai dengan beratnya


2. Membuat larutan paracetamol, ibuprofen, asam mefenamat dan metamizol
3. Berikan larutan tersebut kepada mencit yang berbeda beda totalnya 5 mencit
4. Kemudian tunggu selama 30 menit dan panaskan kaki mencit dia atas plat panas bersuhu
55℃
13 | P a g e
5. Diamati dan dihitung berapa kali mencit menjilat kakinya dengan selang waktu 10 menit
dan buat grafik lama respon vs waktu.

3.4 PEMBUATAN LARUTAN OBAT

1. Paracetamol 500 mg
Perhitungan dosis oral paracetamol untuk mencit
Dosis lazim paracetamol untuk manusia = 500 mg
Konversi dosis untuk mencit BB 20 g = Dosis lazim x Faktor konversi
= 500 mg x 0,0026 = 1,3 mg
Untuk mencit dengan BB 30 g = (30 g/ 20 g) x 1,3 mg
= 1,95 mg
Dosis ini diberikan dengan volume = 0,2 ml
Dibuat larutan persediaan sebanyak = 100 ml
Jumlah paracetamol yang digunakan = (100 ml/ 0,2 ml) x 1,95 mg
= 975 mg atau 0,975 g
% kadar paracetamol = (0,975 g/ 100 ml) x 100%
= 0,975 %
Jika akan digunakan sirup paracetamol
Konsentrasi sirup paracetamol = 120 mg/ 5 ml
Jumlah paracetamol yang dibutuhkan = 975 mg
Jumlah sirup yang diambil = (975 mg/ 120 mg) x 5 ml
= 40,625 ml ~ 40,6 ml
Cara pengerjaan
Untuk membuat larutan paracetamol dengan kadar 0,975%, dilakukan dengan mengukur
sirup paracetamol sebanyak 40,6 ml dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml lalu
tambahkan aquadest sebanyak 59,4 ml (hingga larutan tersebut menjadi 100 ml), kocok
hingga homogen.

14 | P a g e
Gambar 3. Larutan Paracetamol

2. Asam mefenamat 500 mg


Perhitungan dosis oral asam mefenamat untuk mencit
Dosis lazim asam mefenamat untuk manusia = 500 mg
Konversi dosis untuk mencit BB 20 g = Dosis lazim x Faktor konversi
= 500 mg x 0,0026 = 1,3 mg
Untuk mencit dengan BB 30 g = (30 g/ 20 g) x 1,3 mg
= 1,95 mg
Dosis ini diberikan dengan volume = 0,2 ml
Dibuat larutan persediaan sebanyak = 100 ml
Jumlah asam mefenamat yang digunakan = (100 ml/ 0,2 ml) x 1,95 mg
= 975 mg atau 0,975 g
% kadar asam mefenamat = (0,975 g/ 100 ml) x 100%
= 0,975 %
Jika akan digunakan sirup asam mefenamat
Konsentrasi sirup asam mefenamat = 50 mg/ 5 ml

15 | P a g e
Jumlah asam mefenamat yang dibutuhkan = 975 mg
Jumlah sirup yang diambil = (975 mg/ 50 mg) x 5 ml
= 97,5 ml
Cara pengerjaan
Untuk membuat larutan asam mefenamat dengan kadar 0,975 %, dilakukan dengan
mengukur sirup asam mefenamat sebanyak 97,5 ml dan dimasukkan ke dalam labu ukur
100 ml lalu tambahkan aquadest sebanyak 2,5 ml (hingga larutan tersebut menjadi 100
ml), kocok hingga homogen.

Gambar 4. Larutan Asam Mefenamat


3. Ibuprofen 400 mg
Perhitungan dosis oral ibuprofen untuk mencit
Dosis lazim ibuprofen untuk manusia = 400 mg
Konversi dosis untuk mencit BB 20 g = Dosis lazim x Faktor konversi
= 400 mg x 0,0026 = 1,04 mg
Untuk mencit dengan BB 30 g = (30 g/ 20 g) x 1,04 mg
= 1,56 mg
Dosis ini diberikan dengan volume = 0,2 ml
Dibuat larutan persediaan sebanyak = 100 ml

16 | P a g e
Jumlah ibuprofen yang digunakan = (100 ml/ 0,2 ml) x 1,56 mg
= 780 mg atau 0,780 g
% kadar ibuprofen = (0,780 g/ 100 ml) x 100%
= 0,780 %
Jika akan digunakan sirup ibuprofen
Konsentrasi sirup ibuprofen = 100 mg/ 5 ml
Jumlah ibuprofen yang dibutuhkan = 780 mg
Jumlah sirup yang diambil = (780 mg/ 200 mg) x 5 ml
= 19,5 ml
Cara pengerjaan
Untuk membuat larutan ibuprofen dengan kadar 0,780 %, dilakukan dengan mengukur
sirup ibuprofen sebanyak 19,5 ml dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml lalu
tambahkan aquadest sebanyak 43,5 ml (hingga larutan tersebut menjadi 100 ml), kocok
hingga homogen.

Gambar 5. Larutan Ibu Profen

4. Metamizole 500 mg
Perhitungan dosis oral metamizole untuk mencit
Dosis lazim metamizole untuk manusia = 500 mg

17 | P a g e
Konversi dosis untuk mencit BB 20 g = Dosis lazim x Faktor konversi
= 500 mg x 0,0026 = 1,3 mg
Untuk mencit dengan BB 30 g = (30 g/ 20 g) x 1,3 mg
= 1,95 mg
Dosis ini diberikan dengan volume = 0,2 ml
Dibuat larutan persediaan sebanyak = 100 ml
Jumlah metamizole yang digunakan = (100 ml/ 0,2 ml) x 1,95 mg
= 975 mg atau 0,975 g
% kadar metamizole = (0,975 g/ 100 ml) x 100%
= 0,975 %

Jika akan digunakan sirup metamizole


Konsentrasi sirup metamizole = 250 mg/ 5 ml
Jumlah metamizole yang dibutuhkan = 975 mg
Jumlah sirup yang diambil = (975 mg/ 250 mg) x 5 ml
= 19,5 ml
Cara pengerjaan
Untuk membuat larutan metamizole dengan kadar 0,975%, dilakukan dengan mengukur
sirup paracetamol sebanyak 19,5 ml dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml lalu
tambahkan aquadest sebanyak 80,5 ml (hingga larutan tersebut menjadi 100 ml), kocok
hingga homogen.

18 | P a g e
Gambar 6. Larutan Metamizol

19 | P a g e
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENGAMATAN

Grafik Jumlah Geliat vs Waktu


180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
menit 10' menit 20' Menit 30'

mencit 1 mencit 2 mencit 3 mencit 4 mencit 5

No Perlakuan 1 Perlakuan 2 Respon (Jumlah jilatan Tikus)

10’ 20’ 30’

1 Mencit 1 kontrol Diletakan di 112 17 124


(aquadest pemberian dalam kotak,
0,5ml) kemudia di
arahkan panas
tepat di telapak
kaki mencit

2 Mencit 2 (Asam Diletakan di 2 107 112


Mefenamat 1,3ml) dalam kotak,
kemudia di
arahkan panas

20 | P a g e
tepat di telapak
kaki mencit

3 Mencit 3 ( Metamizol Diletakan di 1 1 17


1,3ml) dalam kotak,
kemudia di
arahkan panas
tepat di telapak
kaki mencit

4 Mencit 4 (Paracetamol Diletakan di 4 53 0


1,3ml) dalam kotak,
kemudia di
arahkan panas
tepat di telapak
kaki mencit

5 Mencit 5 (Ibuprofen Diletakan di 169 96 12


1,04) dalam kotak,
kemudia di
arahkan panas
tepat di telapak
kaki mencit

4.2 PEMBAHASAN

a) Aquadest
Aquades merupakan air hasil penyulingan yang bebas dari zat-zat pengotor sehingga
bersifat murni dalam laboratorium. Aquades berwarna bening, tidak berbau, dan tidak
memiliki rasa. Akuades biasa digunakan untukmembersihkan alat-alat laboratorium dari
zat pengotor Aquades merupakan pelarut yang jauh lebih baik dibandingkan hamper
semua cairan yang umum dijumpai. Senyawa yang segera melarut di dalamaquades
mencakup berbagai senyawa organik netral yang mempunyai gugus fungsional polar

21 | P a g e
seperti gula, alkohol, aldehida, dan keton. Kelarutannya disebabkan oleh kecenderungan
molekul aquades untuk membentuk ikatan hidrogen dengan gugus hidroksil gula dan
alkohol atau gugus karbonil aldehida dan keton Maka, aquades juga dikenal sebagai
pelarut universal.(Sciences, 2018)
b) Paracetamol
Parasetamol juga disebut dengan asetaminofen telah digunakan secara luas sebagai
obat analgesik dan antipiretik. Penggunaan akut parasetamol dengan dosis yang berlebih
berpotensi menyebabkan gagal hati dan ginjal yang fatal dan pada beberapa kasus hingga
menyebabkan kematian. Nefrotoksisitas akut oleh parasetamol dicirikan dengan
perubahan morfologi dan fungsional dari ginjal yang dibuktikan dengan kerusakan
tubulus proksimal pada manusia dan binatang percobaan, sedangkan penggunaan
parasetamol dosis terapi berisiko menyebabkan gagal ginjal akut pada pecandu alkohol.
Oleh karena itu, pemakaian parasetamol telah direkomendasikan hanya untuk jumlah
dan waktu yang terbatas.
Asetaminofen (parasetamol; N-asetil-p-aminofenol; TYLENOL, dan lain-lain)
merupakan alternatif aspirin yang efektif sebagai obat analgesik-antipiretik, namun, efek
antiinflamasinya lebih lemah. Jika obat ini diindi kasikan untuk meredakan nyeri pada
pasien yang men derita osteoartritis noninflamasi, asetaminofen bukan merupakan
pengganti yang cocok untuk aspirin atau NSAID lain pada kondisi inflamasi kronis
seperti artritis reumatoid. Asetaminofen ditoleransi dengan baik dan mempunyai insiden
efek samping yang rendah terhadap GI. Obat ini dapat diperoleh tanpa resep. Overdosis
akut dapat menyebabkan kerusakan hati yang parah, dan jumlah keracunan yang
disengaja atau tidak di sengaja dengan asetaminofen terus bertambah. Peng gunaan
kronis kurang dari 2 g/hari umumnya tidak menyebabkan gangguan fungsi hati. (Amir
Syarif & Elysabeth,2012)
c) Metamizole
Metamizol adalah pereda nyeri, pereda kejang, dan pereda demam yang juga memiliki
efek antiradang. Ini paling sering diberikan melalui mulut atau melalui suntikan.
Meskipun tersedia tanpa resep di beberapa negara, obat ini diresepkan atau dilarang di
negara lain, karena potensinya untuk efek samping, termasuk agranulositosis. (Lutz,
Mathias ,2019)

22 | P a g e
Metamizole merupakan golongan obat non-steroid anti inflamasi drug (NSAID)
yang umum digunakan di berbagai negara yang dapat mengurangi rasa nyeri disamping
itu Na metamizole juga dapat menurunkan demam pada anak yang ditandai dengan
naiknya suhu tubuh. Akan tetapi penggunaan Na metamizole dengan jangka waktu lama
dan dosis yang besar dapat menyebabkan anemia aplastik dan agranulositosis. (Ayu
Orimpa Nia Sekar Tatik,2021)
Metamizole yang memiliki nama lain dypiron merupakan obat yang digunakan
sebagai penghilang rasa nyeri dan menurunkan panas. Metamizole adalah obat analgesik
nonnarkotik yang umumnya digunakan untuk manajemen nyeri berat, seperti nyeri
setelah operasi dan nyeri kolik renal, yang diakibatkan oleh penyakit batu ginjal.
Metamizole mempunyai aktivitas antipiretik, antirematik, analgesik, dan spasmolitik
sehingga dapat digunakan juga untuk mengatasi nyeri akibat berbagai etiologi, kondisi
spastik (terutama pada saluran cerna), dan demam yang refrakter terhadap terapi lain.
Efek samping metamizole umumnya berhubungan dengan saluran cerna, dengan gejala
seperti mual dan nyeri ulu hati. Beberapa negara melarang peredaran metamizole karena
berisiko mengakibatkan agranulositosis. (Lutz, Mathias ,2019)
d) Asam Fenamate
Asam mefenamat adalah obat yang digunakan sebagai analgesik, antipiretik, serta obat
anti-inflamasi non-steroid (AINS) Asam mefenamat merupakan turunan dari asam
antranilat. Asam mefenamat memiliki manfaat dalam pengobata rheumatoid arthritis,
osteoarthritis, dan penyakit otot lainnya . Asam mefenamat merupakan salah satu contoh
sediaan tablet yang beredar di pasaran dan paling banyak dijumpai di masyarakat. Selain
mudah diperoleh, asam mefenamat juga memiliki harga yang terjangkau. Asam
mefenamat digunakan sebagai analgesik, sebagai anti-inflamasi, asam mefenamat kurang
efektif dibandingkan aspirin. Asam mefenamat ter ikat sangat kuat pada protein plasma.
Dengan demikian interaksi terhadap obat antikoagulan harus diperhatikan. Efek samping
terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia, diare sampai diare berdarah dan
gejala asi lain terhadap mukosa lambung. Pada orang usia lanjut efek samping diare
hebat lebih sering dilaporkan. Efek samping lain yang berdasarkan hipersensitivitas ialah
eritema kulit dan bronkokonstriksi. Anemia hemolitik pernah dilaporkan. Dosis asam
mefenamat adalah 2-3 kali 250-500 mg sehari. Karena efek toksiknya maka di Amerika

23 | P a g e
Serikat obat ini tidak dianjurkan untuk diberikan kepada anak di bawah 14 tahun dan
wanita hamil, dan pemberian tidak melebihi 7 hari. Penelitian klinis menyimpulkan
bahwa penggunaan selama haid mengurangi kehilangan darah secara bermakna. (Amir
Syarif & Elysabeth,2012)
e) Ibu Profen
Ibuprofen merupakan satu dari tiga OAINS yang paling sering digunakan selain
naproxen dan aspirin. Ibuprofen dikategorikan sebagai OAINS non-spesifik, namun
ibuprofen memiliki kecenderungan untuk menghambat enzim COX-1 yang
memproduksi prostaglandin. Pada sistem gastrointestinal, prostaglandin berperan dalam
meningkatkan sekresi bikarbonat dan mukosa yang melapisi dan melindungi epitel
lambung dari cairan asam. Prostaglandin juga mampu
menekan produksi asam lambung dengan cara menghambat peningkatan cAMP dalam
sel parietal. Apabila produksi prostaglandin dihambat oleh ibuprofen melalui mekanisme
inhibisi COX1, maka produksi asam lambung tidak dapat dikendalikan (Djianto, dkk.
2019).
Ibuprofen sering digunakan dengan frekuensi pemakaian berulangkali dalam sehari
dan dapat menyebabkan efek samping gangguan saluran cerna. Ibuprofen dalam.
Biopharmaceutics Classification System (BCS) termasuk kelas II atau obat dengan
kelarutan rendah, tetapi memiliki permeabilitas yang tinggi (Ferdiansyah, dkk. 2017)
Ibuprofen merupakan obat golongan Non-steroid anti inflammatory drug (NSAID)
yang bekerja non-selektif terhadap siklooksigenase dengan sifat analgesik, antipiretik
dan anti inflamasi. Ibuprofen digunakan dalam manajemen nyeri ringan hingga sedang
dan peradangan. Ibuprofen adalah golongan obat anti inflamasi non-steroid yang
mempunyai efek anti inflamasi, analgesik dan anti piretik. Obat ini menghambat
prostaglandin dan dengan kadar 400 mg atau lebih digunakan dimana rasa nyeri dan
inflamasi merupakan gejala utama

24 | P a g e
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran yang menghasilkan hormon
yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk memengaruhi organ-organ lain. Gangguan
endokrin adalah penyakit yang terkait dengan kelenjar endokrin pada tubuh. Sistem endokrin
adalah jaringan kelenjar yang menghasilkan hormon, yang merupakan sinyal kimia yang
dikeluarkan melalui aliran darah misalnya menimbulkan manifestasi berupa nyeri
Istilah nyeri mencakup berbagai macam perasaan tidak nyaman yang menyertai kerusakan
jaringan, atau potensi kerusakan jaringan oleh berbagai sebab yang dihimbaukan untuk
meminum obat berjenis Analgesik ialah istilah yang digunakan untuk mewakili sekelompok obat
yang digunakan sebagai pereda nyeri. Analgesik termasuk obat anti-inflamasi nonsteroid seperti
salisilat, obat narkotika seperti morfin, dan obat sintesis bersifat narkotik seperti tramadol.

Pada Praktikum kali ini dilakukan pada 5 Mencit yang diberikan obat yang berbeda – beda
yaitu parasetamol , Asam mefenamat , Aquadest , Ibu profen , dan juga Metamizol. Pada mencit
yang diberikan metamizol dan asam mefenamat mampu menahan nyeri dengan baik hal ini
karena obat tersebut bersifat analgetik, antipiretik dan antiinflamasi yang bekerja yang bekerja
menghambat sintesa prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan menghambat enzim
siklooksigenase. Seementara, pada mencit yang diberikan paracetamol dan ibuprofen tidak
mampu menahan nyeri dengan baik. Ibu profen dan paracetamol merupakan golongan obat
analgetik-antipiretik dengan daya anti inflamasi tidak terlalu kuat.

25 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Lailiyah, A. (2019) ‘Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penggunaan Dan Penyimpanan Obat
Bebas Dan Bebas Terbatas Di Apotek Sambeng Farma’, Skripsi. Universitas Muhammadiyah
Gresik, pp. 3–16.

Maros, H. and Juniar, S. (2021) ‘Sistem Endokrine’, (105441100618), pp. 1–23.

Sciences, H. (2016) ‘Akuades dan Akuabides’, 4(1), pp. 1–23.

Timby, B. K., & Smith, N. E. (2010). Introductory Medical Surgical Nursing (10th ed.). 2010:
Lippincott Williams & Wilkins.

White, L., Duncan, G., & Baumle, W.,(2013). Medical-Surgical Nursing: An Integrated Approach (3rd
ed.). Clifton Park, USA: Delmar, Cengage Learning

Katzung B G. 2018. Basic Clinical Pharmacology. 14th Ed. North America : Mc Graw
Education. P. 2-8, 642-643

Amir Syarif & Elysabeth. 2012. Farmakologi dan Terapi. 5th ed. Jakarta; Bala Penerbit FK UI.

Ayu Orimpa Nia Sekar Tatik., dkk. 2021. Evaluasi Kesesuaian Dosis Pasien Pediatrik Diare Akut Di
Ruang Rawat Inap Rsud Kraton Periode Januari-Desember 2019
Lutz, Mathias (November 2019). "Metamizole (Dipyrone) and the Liver: A Review of the
Literature". The Journal of Clinical Pharmacology. 59 (11): 1433–
1442. doi:10.1002/jcph.1512 . PMID 31433499.

Djianto A.M.A. et al. 2019. Efek Ibuprofen Oral Terhadap Perubahan Berat Badan Pada Mencit Betina.
Vol 29. No. 2

Ferdiansyah R., et al. 2017. Peningkatan Kelarutan dan Disolusi Ibuprofen melalui Pembentukan
Mikropartikel Metode Emulsification-Ionic-Gelation Menggunakan Polivinil Alkohol (PVA)
sebagai Polimer dan Tripolifosfat (TPP) sebagai Agen Crosslink. Vol 4. No. 3

Anief, Moh (2018-07-11). Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi. Yogyakarta: UGM PRESS.
hlm. 6. ISBN 978-979-420-343-9

26 | P a g e
Putri, Nina Hertiwi (06 September 2020). "Pengertian Farmakologi dan Ruang Lingkup
Keilmuannya". SehatQ. Diakses tanggal 2020-11-30.

Sipahutar, Lia Rahel Beniger, ( 2020 )"GAMBARAN PENGGUNAAN OBAT ANALGETIK SECARA
RASIONAL DALAM SWAMEDIKASI PADA MASYARAKAT PKS BALAM, DESA BALAI
JAYA KM. 31 KECAMATAN BALAM SEMPURNA, KABUPATEN ROKAN HILIR, RIAU"
http://repository.uhn.ac.id/handle/123456789/4350

27 | P a g e

You might also like