Professional Documents
Culture Documents
Kihadjar Dewantara
Kihadjar Dewantara
Abstrak: Begitu pentingnya karakter, Ki Hadjar menjadikan hal ini sebagi jiwa dari
konsep pendidikannya. Bahkan pemerintahpun mengakui, hampir semua konsep
pendidikan nasional merujuk pada pemikirannya. Untuk itu, fokus permasalahan ini
adalah bagaimana konsep karakter Ki Hadjar dalam pandangan Islam. Metode yang
digunakan adalah historical approach, dengan teknik content analysis, deskriptif dan
komparatif. Data-data itu dianalisa untuk diambil kesimpulan dari fenomena yang ada.
Hasil penelitian, pemikiran Ki Hadjar tentang karakter tidak ditemukan landasan yang
bertalian erat dengan keimanan, melainkan berpijak pada kepribadian bangsa yang
universal, hal ini dapat ditemui bahwa Ki Hadjar menginginkan agar bangsa Indonesia
memiliki sikap dan kepribadian yang baik dan tetap berpijak pada kepribadian bangsa
Indonesia yang memiliki budaya dan kepribadian yang khas. Sementara karakter dalam
Islam tidak bisa lepas dengan tauhid dan keimanan.
167
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 16, No. 2, Desember 2015: 167-180
bumi nusantara ini. Berbagai aktifitas masyarakat, tetapi juga sering terlihat
kehidupan dan permainan seakan-akan dalam tindak kekerasan massal seperti
membuatnya sibuk bahkan sudah tidak tawuran.
mengenal lagi arti pentingnya interaksi Pandangan simplistik menganggap,
sosial dan kerjasama, ditambah lagi bahwa kemerosotan akhlak, moral, dan
dengan kondisi sekolah akhir-akhir ini etika peserta didik disebabkan gagalnya
yang banyak menyita waktu, sehingga pendidikan agama di sekolah. Harus
semakin membatasi anak-anak untuk diakui, dalam batas tertentu, pendidikan
mempelajari berbagai kearifan lokal. agama memiliki kelemahan-kelemahan
Tentunya hal ini merupakan kegagalan tertentu, sejak dari jumlah jam yang
pendidikan dalam menyikapi perubahan minim, materi pendidikan agama yang
zaman yang tidak berpihak pada terlalu banyak teoritis, sampai kepada
pembentukan karakter yang berbasiskan pendekatan pendidikan agama yang
agama dan moralitas. Memang, anak- cenderung bertumpu pada aspek kognisi
anak merupakan masa penting bagi daripada afeksi dan psikomotorik peserta
pertumbuhan dan penanaman nilai-nilai didik. Berhadapan dengan berbagai
moral bangsa, karena masa itu merupakan kendala, constraints, dan masalah-masalah
masa emas untuk melukiskan nilai-nilai seperti ini, pendidikan agama tidak atau
karakter bijak dalam benak sanubarinya. kurang fungsional dalam membentuk
Anak yang dibekali dengan akhlak dan akhlak, moral, dan bahkan kepribadian
pengalaman hidup dengan baik, ia akan peserta didik.
tumbuh menjadi anak yang berbudi, Masalah yang sudah tersebut di
bernilai, kreatif, dan mandiri. atas hampir bisa dipastikan hanyalah
Sebaliknya jika anak itu selalu merupakan tip of iceberg dari krisis yang
disuguhi dengan kesibukan yang tidak dihadapi pendidikan nasional umumnya.
jelas, permainan yang melalaikan, serta Krisis yang dihadapi kelihatannya bukan
berbagai tontonan yang tidak bermutu, hanya menyangkut kinerja sekolah atau
maka bisa dipastikan ia akan cenderung dunia pendidikan umumnya dalam hal
berperilaku tidak sesuai dengan kualitas akademis lulusannya, tetapi juga
karakter bangsa. Hal ini tentu akan dalam hal mentalitas, moral dan karakter.
merugikan terhadap dirinya sendiri juga Sehingga tidak ragu lagi, keberhasilan
lingkungan sekitar. Maka diperlukan dalam mendidik dan membentuk akhlak,
sebuah solusi untuk menjadikan generasi moral, dan budi pekerti atau karakter
muda ini agar menjadi generasi yang peserta didik pada tingkat dasar dan
berkarakter kuat, unggul, beriman dan menengah merupakan langkah paling
beradab. Azyumardi Azra menyatakan fundamental dan dasariah dalam
bahwa munculnya kembali gagasan membentuk karakter bangsa nantinya.
tentang pendidikan budi pekerti harus Sejauh menyangkut krisis mentaliatas
diakui berkaitan erat dengan semakin dan moral peserta didik, terdapat beberapa
berkembangnya pandangan dalam masalah pokok yang turut menjadi akar
masyarakat luas, bahwa pendidikan krisis mentalitas dan moral di lingkungan
nasional dalam berbagai jenjangnya, pendidikan nasional: 1) arah pendidikan
khususnya jenjang menengah dan tinggi, telah kehilangan objektivitasnya. Sekolah
”telah gagal” dalam membentuk peserta dan lingkungannya tidak lagi merupakan
didik yang memiliki akhlak, moral, dan tempat peserta didik melatih diri untuk
budi pekerti yang baik. Lebih jauh lagi, berbuat sesuatu berdasarkan nilai-nilai
banyak pesereta didik sering dinilai tidak moral dan akhlak. 2) proses pendewasaaan
hanya kurang memiliki kesantunan, diri tidak berlangsung baik di lingkungan
baik di sekolah, rumah dan lingkungan sekolah. 3) proses pendidikan di
168
Pendidikan Karakter Ki Hadjar Dewantara...(Muthoifin dan Mutohharun Jinan)
169
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 16, No. 2, Desember 2015: 167-180
170
Pendidikan Karakter Ki Hadjar Dewantara...(Muthoifin dan Mutohharun Jinan)
171
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 16, No. 2, Desember 2015: 167-180
172
Pendidikan Karakter Ki Hadjar Dewantara...(Muthoifin dan Mutohharun Jinan)
dengan nilai-nilai agama dan budaya kosep budi pekerti menggunakan pijakan
bangsa. Ia menginginkan agar bangsa atau dasar yang disebut Pancadarma,
Indonesia memiliki sikap dan pandangan yaitu suatu dasar yang berasaskan pada
yang maju di satu pihak, namun di pihak lima asas. Pancadarma ini memuat
lain ia tetap berpijak pada kepribadian lima asas yang sangat fundamental,
sebagai bangsa Indonesia yang memiliki dimana ia merupakan dasar yang harus
budaya dan kepribadian yang khas, tidak dilaksanakan dalam proses pendidikan.
meniru atau bersikap kebarat-baratan Kelima asas itu terdiri dari: 1) asas
dan sebagainya. Selanjutnya menurut Ki kemerdekaan, 2), asas kebangsaan, 3)
Hadjar bahwa adab atau keluhuran budi asas kemanusiaan, 4) asas kebudayaan,
manusia itu menunjukkan sifat batinnya dan 5) asas kodrat alam. Sedangkan
manusia, sedangkan kesusilaan atau dasar-dasar lain yang digunakan dalam
kehalusan itu menunjukkan sifat hidup kelangsungan pendidikan di perguruan
lahiriyah manusia yang serba halus dan
Tamansiswa, Ki Hadjar menambahkan
indah, atau sering dipakai kata-kata
tujuh dasar, ketujuh dasar itu berupa
etis dan estetis, yang merupakan dua
sebuah rangkaian cita-cita pendidikan
sifat manusia yang luhur dan indah. Ki
yang memuat tujuh pasal, dimana lima
Hadjar juga mengatakan bahwa budi
pekerti seseorang itu dapat mewujudkan dari tujuh pasal itu merupakan cerminan
sifat batinnya seseorang dengan pasti atau intisari dari asas pendidikan
dan tetap. Juga ungkapannya ”tidak Tamansiswa (Pancadarma).15
ada dua budi pekerti orang yang sama” Pancadarma yang dirangkai oleh
Jadi meskipun sama dua roman wajah Ki Hadjar dalam sebuah kalimat yang
seseorang, tidaklah sama kedua budi berbunyi: ”Berilah (Kemerdekaan) dan
pekertinya.14 kebebasan kepada anak-anak kita; bukan
Mengenai budi pekerti dan dampak kemerdekaan yang leluasa, namun yang
keturunan yang dihasilkan, Ki Hadjar terbatas oleh tuntutan-tuntutan (Kodrat
juga mengungkapkan bahwa soal watak alam) yang hak atau nyata dan menuju
atau budi pekerti manusia janganlah ke arah (Kebudayaan), yakni keluhuran
kiranya dilupakan, bahwa tiap-tiap dan kehalusan hidup manusia, agar
manusia itu mendapat pengaruh dari kebudayaan tadi dapat menyelamatkan
yang menurunkan (erfelijkheidsleer); jadi dan membahagiakan hidup dan
sama pula dengan turun-temurunnya penghidupan diri dan masyarakat, maka
sifat-sifat jasmani dari tiap-tiap orang perlulah dipakainya dasar (Kebangsaan),
(sifat roman mukanya, rambutnya, akan tetapi jangan sekali-kali dasar ini
warna kulitnya, pendek-tingginya badan, melanggar atau bertentangan dengan
dll). Juga janganlah dilupakan, bahwa dasar yang lebih luas, yaitu dasar
seperti yang sudah diuraikan dimuka, (Kemanusiaan).16
pendidikan dan segala pengalaman serta
keadaan itu semuanya berpengaruh besar 2. Akhlak
pada tumbuhnya budi pekerti. Pendidikan akhlak adalah jiwa
dari pendidikan Islam, dan Islam telah
Dasar Budi Pekerti Dan Karakter
menyimpulkan bahwa pendidikan
Dasar adalah landasan atau pijakan
budi pekerti dan akhlak adalah jiwa
sebuah bangunan, jika landasanya kuat
pendidikan Islam. Hal ini menurut
maka kuatlah suatu bagunan itu. Begitu
juga halnya dengan konsep karakter atau
budi pekerti. Ki Hadjar dalam meletakkan 15 Ki Hadjar Dewantara, Bagian Pertama, Pendidikan,
hlm. 34.
14 Ki Hadjar Dewantara, Asas-asas dan, hlm. 27. 16 Ibid., hlm. 36.
173
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 16, No. 2, Desember 2015: 167-180
174
Pendidikan Karakter Ki Hadjar Dewantara...(Muthoifin dan Mutohharun Jinan)
hidup yang melandasi seluruh aktifitas dan kebenaran yang universal untuk
pendidikan. Karena dasar pendidikan semua tempat dan waktu dari sejarah
menyangkut masalah ideal dan nasib manusia.
fundamental, maka diperlukan landasan Dibandingkan dengan nilai-nilai
pandangan hidup yang kokoh dan yang lain dalam Islam tauhid merupakan
komprehensif, serta tidak mudah berubah nilai intrinsik, nilai dasar dan tidak akan
karena diyakini memiliki kebenaran yang berubah menjadi nilai instrumental
telah teruji oleh sejarah. Kalau nilai-nilai karena kedudukannya paling tinggi.
sebagai pandangan hidup yang dijadikan Seluruh nilai yang lain dalam konteks
landasan pendidikan itu bersifat tauhid menjadi nilai instrumental.
relatif dan temporal, maka pendidikan Misalnya, kebahagiaan, kesejahteraan
akan mudah terombang ambing oleh dan kemajuan di satu saat merupakan
kepentingan dan tuntutan sesaat yang nilai intrinsik, sedangkan kekayaan, ilmu
bersifat teknis dan pragmatis. pengetahuan dan jabatan etos kerja, taat
Islam sebagai pandangan hidup yang beribadah mahdlah (shalat dan puasa),
berdasarkan nilai-nilai Ilahiyah, baik yang sabar, syukur, dan nilai-nilai kebaikan
termuat dalam al-Qur’an maupun Sunnah lainya adalah nilai instrumental untuk
Rasul diyakini mengandung kebenaran menuju tauhid. Pendek kata semua nilai
mutlak yang bersifat transendental, selain Tauhid walaupun ia dalam realita
universal dan eternal (abadi), sehingga kehidupan tampak sebagai nilai intrinsik
secara akidah diyakini oleh pemeluknya berubah posisinya menjadi instrumental,
akan selalu sesuai dengan fitrah manusia, karena tauhid merupakan fondasi seluruh
artinya memenuhi kebutuhan manusia bangunan ajaran Islam.
kapan dan dimana saja (likulli zamanin Sudah disebutkan di awal bahwa
wa makanin). Karena pendidikan Islam dalam beberapa buku tulisan Ki Hadjar
adalah upaya normatif yang berfungsi tidak ditemukan istilah karakter jika
untuk memelihara dan mengembangkan karakter yang dimaksud itu adalah
fitrah manusia, maka harus didasarkan akhlak dalam Islam, tetapi secara inplisit
pada nilai-nilai tersebut diatas dalam menurut analisis penulis, bahwa istilah
menyusun teori maupun praktik itu muncul diberbagai buku karangannya
pendidikan. Berdasarkan nilai-nilai dengan istilah budi pekerti. Budi pekerti
yang demikian itu konsep pendidikan dalam pandangan Ki Hadjar merupakan
Islam dapat dibedakan dengan konsep jiwa atau ruh dari pengajarananya, karena
pendidikan lain yang bukan Islam. pengajaran dan budi pekerti ibarat dua
Budiman24 mengungkapkan sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan,
bahwa dalam al-Qur’an manusia akan hal yang demikian menurutnya karena
menemukan kerangka dasar yang pengajaran atau pendidikan berarti
dapat dijadikan pedoman dasar bagi menuntun tumbuhnya budi pekerti
pelaksanaan pendidikan, dan akan dalam hidup anak didik supaya mereka
menjadi pedoman dasar pendidikan kelak menjadi manusia berpribadi yang
itu sendiri. Sesuai tuntunan al-Quran beradab dan susila.
bahwasannya yang menjadi inti Budi pekerti menurut Ki Hadjar
pendidikan adalah tauhid atau keimanan bukan sekedar konsep yang bersifat
yang harus dimantapkan dengan unsur teoritis sebagaimana yang dipahami
pokok yang tidak dapat dirubah. Tauhid oleh masyarakat pada umumnya, bukan
merupakan esensi dan inti ajaran Islam pula pengajaran budi pekerti dalam arti
serta merupakan nilai dasar dari realitas mengajar teori tentang baik buruk, benar
24 Budiman, M. Nasir , Pendidikan dalam Perspektif salah dan seterusnya, bahkan dikiranya
Islam, Jakarta: Madani press, 2001, hlm. 86. pengajaran budi pekerti mengandung
175
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 16, No. 2, Desember 2015: 167-180
176
Pendidikan Karakter Ki Hadjar Dewantara...(Muthoifin dan Mutohharun Jinan)
yang tidak dilandasi dengan keimanan soko-guru utama dalam Islam. Dan
maka perbuatan itu akan menjadi semua aktifitas yang berpijak pada dasar
berbahaya bahkan melanggar batas-batas keimanan akan mendatangkan hasil
ketentuan Allah Swt”. Dan hubungan yang lebih berkualitas lahir maupun
antara iman dan budi pekerti adalah bathin, lantaran iman merupakan
hubungan yang tidak bisa dilepaskan, hubungan antara hamba dan Sang Khaliq.
karena iman merupakan sumber akhlak Muhaimin26 juga menyatakan bahwa
yang luhur, akhlak pada gilirannya iman merupakan potensi rohani yang
menuntun manusia untuk menemukan harus diaktualisasikan dalam bentuk
kebenaran dan hakikat sesuatu, amal sholeh, sehingga menghasilkan
sedangkan ilmu akan menuntun manusia prestasi rohani yang disebut takwa.
untuk menjadi manusia yang beradab. Dengan demikian, jelaslah bahwa gagasan
Hal ini sejalan dengan misi kerasulan Ki Hadjar tentang budi pekerti ini tidak
Nabi Muhammad Saw. yaitu untuk ditemukan landasan yang bertalian erat
menyempurnakan akhlak yang mulia.25 dengan tauhid, melainkan berpijak pada
Dalam pandangan Islam ternyata kepribadian bangsa yang universal,
pemikiran Ki Hadjar tentang budi hal ini dapat ditemui bahwa Ki Hadjar
pekerti ini tidak sesuai dengan ajaran menginginkan agar bangsa Indonesia
Islam, karena dalam Islam dinyatakan memiliki sikap dan pandangan yang
bahwa semua aktifitas kehidupan maju dan tetap berpijak pada kepribadian
harus berlandaskan pada tauhid atau bangsa Indonesia yang memiliki
keimanan, karena keimanan merupakan budaya dan kepribadian yang khas.
Tabel 1. Inti Ajaran Karakter Ki Hadjar dan Islam
Perilaku terpuji
Membentuk akhlak mulia
menuju ke adab
Budi pekerti/ sebagai implementasi
1 kemanuisaan Tidak sama
Akhlak keimanan seseorang
berasaskan
berdasarkan wahyu Ilahiyah
Pancadarma
Kemuliaan lahir batin Mahluk termulia dan sebagai
Kemanusiaan/ dengan kesucian khalifah untuk memakmurkan Tidak sama
2
Humanisme hati ke arah adab bumi sebagai sarana ibadah
kemanusiaan kepada Allah.
Merdeka fisik, mental Kebebasan berbuat dengan
Merdeka/ dan rohani dengan disertai aturan Islam dan
3 Tidak sama
Kebebasan tertib-damainya dipertanggung-jawabkan di
masyarakat akhirat kelak
Rasa satu dengan Manusia berbangsa-bangsa
bangsa sendiri, satu untuk saling mengenal dan
4 Kebangsaan dalam suka-duka masyarakat Islam terwujud Tidak sama
menuju kebahagiaan atas dasar ikatan keimanan
hidup seluruh bangsa dan tauhid
Manusia tidak
Fitrah insani atau pembawaan
bisa lepas dari
yang bisa berubah ke arah
5 Kodrat Alam kehendak alam Tidak sama
lebih baik berdasarkan
yang mengandung
kehendak Allah Swt
kemajuan
25 Adian Husaini, Pendidikan Islam: Membentuk 26 Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, Jakarta:
Manusia Berkarakte.,, hlm. 13. Rajagrafindo Persada, 2009, hlm. 14.
177
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 16, No. 2, Desember 2015: 167-180
178
Pendidikan Karakter Ki Hadjar Dewantara...(Muthoifin dan Mutohharun Jinan)
Sesuai
Dasar Pendidikan Ki
No Pendidikan Islam
Pendidikan Hadjar Dewntara Tidak
Sesuai
Rasa satu dengan Manusia berbangsa-bangsa
bangsa sendiri, satu untuk saling mengenal dan
3 Kebangsaan dalam suka-duka masyarakat Islam terwujud Tidak sesuai
menuju kebahagiaan atas dasar ikatan keimanan
hidup seluruh bangsa dan tauhid
Manusia tidak
Fitrah insani atau pembawaan
bisa lepas dari
yang bisa berubah ke arah
4 Kodrat Alam kehendak alam Tidak sesuai
lebih baik berdasarkan
yang mengandung
kehendak Allah Swt
kemajuan
Memelihara Perwujudan riil dari pemikiran
kebudayaan dan tindakan manusia sebagai
5 Kebudayaan Tidak sesuai
kebangsaan ke arah hamba Allah berdasar sumber
kemajuan dunia yang mapan
Untuk itu, dalam rangka menjalankan konsep Islam adalah perbuatan baik dan
pemikiran dan pendidikan karakter Ki terpuji yang tidak bisa lepas dari nilai-
Hadjar Dewantara agar berjalan efektif nilai ibadah dan keimanan kepada Allah
penulis menyarankan agar konsep-konsep Swt demi mencapai kebahagiaan setinggi-
Ki Hadjar tentang budi pekerti yang tingginya dunia dan akhirat. Dasar
bersifat universal ini dimasukkan unsur- karakter yang dipakai Ki Hadjar adalah
unsur ketauhidan dan mengembangkan Pancadarma atau lima asas yang meliputi
konsepnya dengan berbasiskan iman dan asas kemerdekaan, asas kebangsaan,
takwa (imtak) agar berjalan sesuai UU asas kemanusiaan, asas kebudayaan, dan
Sisdiknas No 20 Pasal 3 tahun 2003. asas kodrat alam. Sedangkan asas dalam
karakter Islam adalah al-Qur’an dan
PENUTUP al-Hadits yang selalu mengedepankan
aspek ibadah dan keimanan.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
1) konsep karakter atau budi pekerti Menyadari urgensitas karakter dan
menurut Ki Hadjar Dewantara bertujuan akhlak, maka peneliti memberikan saran
untuk mendidik anak-anak agar dapat kepada pemerintah Indonesia, khususnya
menjadi anak yang baik, terpuji, beradab, yang menangani masalah pendidikan dan
dan mencapai kebahagiaan yang setingi- karakter bangsa, pengurus Perguruan
tinginya sesuai dengan budaya luhur Majlis Luhur Tamansiswa, dan pihak lain
bangsa. 2) jika ditinjauan dalam perspektif yang berkaitan dengan tema ini, agar
Islam, ternyata ditemukan terdapat mengembangkan konsep pendidikan Ki
ketidaksesuaian. Hal ini dapat dilihat Hadjar Dewantara dengan berbasiskan
pada konsep karakter Ki Hadjar yang iman dan takwa (imtak) sesuai UU Sistem
tidak menekankan pada aspek ubudiyah Pendidikan Nasional No. 20. Pasal 3.
dan tauhid. Sedangkan akhlak dalam Tahun 2003.
179
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 16, No. 2, Desember 2015: 167-180
DAFTAR PUSTAKA
180