You are on page 1of 24

Jurnal Magister Akuntansi Trisakti ISSN 2339-0859 (Online)

Vol.9 No.2 September 2022 : hal 189-212


Doi: http://dx.doi.org/10.25105/jmat.v9i2.13928

PENGARUH INSTRUMEN DERIVATIF DAN CORPORATE


SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP PENGHINDARAN PAJAK
DENGAN PERAN TATA KELOLA PERUSAHAAN SEBAGAI
PEMODERASI
Steven Orlando1*
Etty Murwaningsari2
*1,2
Magister Akuntansi, Universitas Trisakti
*
Korespondensi: stevenorlando25@gmail.com

ABSTRACT
The purpose of this study is to provide empirical evidence regarding the effect of
derivative instruments and corporate social responsibility on tax avoidance with
moderating variables of corporate governance and control variables of capital intensity,
thin capitalization. This research uses quantitative methods, the study uses secondary
data with a sample of companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2015-2019.
The number of samples used were 57 companies. The data analysis method used in this
research is Moderated Regression Analysis (MRA). The results of this study indicate that
derivative instruments have a positive effect on tax avoidance. Corporate social
responsibility has a negative effect on tax avoidance. Corporate governance as a
moderating variable weakens derivative instruments against tax avoidance. Corporate
relationship governance as a moderating variable weakens corporate social
responsibility towards tax avoidance.
Keywords: Capital Intensity; Corporate Social Responsibility; Derivative Instruments;
Good Corporate Governance; Thin Capitalization.

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh
instrument derivatif dan corporate social responsibility terhadap penghindaran pajak
dengan variabel moderasi tata Kelola perusahaan dan variabel kontrol capital intensity,
thin capitalization. Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan sampel
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2019. Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif, jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 57
perusahaan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Moderated Regression Analysis (MRA). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
instrument derivatif berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak. Corporate social
responsibility berpengaruh negatif terhadap penghindaran pajak. Tata kelola
perusahaan sebagai variabel moderasi memperlemah hubungan instrument derivatif
terhadap penghindaran pajak. Tata kelola perusahaan sebagai variabel moderasi
memperlemah hubungan corporate social responsibility terhadap penghindaran pajak.

189
190 Jurnal Magister Akuntansi Trisakti Vol. 9 No. 2 September 2022

Kata Kunci: Corporate Social Responsibility; Instrument Derivatif; Tata Kelola


Perusahaan; Capital Intensity; Thin Capitalization.

JEL Classification : M41, M42

Submission date: 28-06-2022 Accepted date: 30-09-2022

PENDAHULUAN

Penggunaan derivatif keuangan oleh perusahaan publik di Indonesia telah mengalami


perkembangan pesat sejak PSAK No. 55 diimplementasikan (Murwaningsari 2011). Hal
tersebut ditandai dengan meningkatnya jumlah perusahaan pengguna derivatif keuangan
maupun peningkatan volume transaksi derivatif keuangan di Indonesia selama satu
dekade terakhir ini. Penelitian Murwaningsari (2011) menunjukkan bahwa volume
transaksi derivatif keuangan mengalami peningkatan pesat dari Rp 17.472,53 milyar
pada tahun 2001 menjadi Rp 60.705,55 milyar pada tahun 2009.
Ketidakjelasan dari peraturan pajak atas transaksi derivatif juga dapat dipergunakan oleh
perusahaan untuk melakukan penghindaran pajak (Darussalam dan Septriadi 2009). Hal
ini tentunya dapat merugikan penerimaan negara, khususnya penerimaan dari sektor
pajak. Sudah saatnya pemerintah Indonesia menjaga penerimaan pajak dari kerugian
derivatif untuk tujuan spekulasi yang tidak ada kaitannya dengan usaha, yaitu dengan
cara mengadopsi peraturan pajak atas transaksi derivatif yang lebih baik dari negara
lainnya (Darussalam dan Septriadi 2009).
Menurut Donohoe (2012), penggunaan derivatif keuangan sebagai alat penghindaran
pajak didorong oleh ambiguitas dalam peraturan pajak atas transaksi derivatif.
Ambiguitas inilah yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan sebagai celah untuk
melakukan penghindaran pajak dengan menggunakan derivatif. Namun demikian,
meskipun Donohoe (2012) berhasil membuktikan bahwa derivatif keuangan dapat
digunakan sebagai alat penghindaran pajak, hasil penelitiannya belum tentu dapat
digeneralisasi pada konteks negara lainnya yang memiliki sistem perpajakan yang
berbeda, misalnya Indonesia.
Di Indonesia tidak ada peraturan perpajakan yang secara spesifik mengatur mengenai
perlakuan pajak atas transaksi derivatif (Darussalam dan Septriadi 2009) sehingga lebih
memungkinkan perusahaan untuk memanfaatkan ketidakjelasan dari peraturan tersebut
untuk melakukan aktivitas penghindaran pajak dengan menggunakan derivatif keuangan.
Pendapat lain menurut Oktavia dan Martani (2013) peraturan pajak atas transaksi
derivatif sering kali masih diperdebatkan.
Selain latar belakang mengenai instrument derivatif, penulis juga mengangkat topik
mengenai Corporate Social Responsibility atau disingkat CSR karena aktivitas CSR
dipandang sebagai bagian dari strategi perusahaan yang akhirnya akan memberikan
dampak positif bagi kinerja perusahaan dan sekaligus perusahaan dapat memenuhi
tanggung jawab sosialnya kepada stakeholder. Perkembangan informasi serta bisnis
mulai memperkenalkan CSR di kalangan para pelaku bisnis di berbagai negara dan
beberapa mulai mempraktekkan hal tersebut dengan cara yang berbeda-beda. Semakin
lama, CSR bukanlah merupakan hal yang asing lagi bagi para pelaku bisnis dan
masyarakat belakangan ini. Pada prakteknya, penerapan CSR di Indonesia juga
Pengaruh Instrumen Derivatif Dan Corporate Social Responsibility Terhadap Penghindaran
Pajak Dengan Peran Tata Kelola Perusahaan Sebagai Pemoderasi 191

mengalami peningkatan baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Berbagai model dipilih
oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam melaksanakan program sosial untuk
menunjukkan tanggung jawab sosialnya sebagai bagian dari masyarakat.
Aturan-aturan tentang CSR membuat sebagian pihak melakukan kegiatan CSR dengan
terpaksa. Selain itu, dengan adanya tanggung jawab sosial perusahaan ini banyak yang
beranggapan bahwa akan ada tambahan beban perusahaan untuk memenuhi tanggung
jawab sosial perusahaan tersebut. Hal ini dianggap tidak memenuhi azas keadilan bagi
perusahaan, di mana perusahaan menanggung tanggung jawab ini sendiri dengan
membebankan semua biaya tanpa adanya kompensasi pajak dari pemerintah (Amna,
2010).
Watson (2011) telah mencoba meneliti hubungan antara CSR dengan tax aggressiveness
dengan menggunakan sampel 2.300 perusahaan di Amerika. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa investor dan konsumen lebih menghargai perusahaan yang
menerapkan praktek CSR. Selain itu, dengan melakukan praktek CSR, perusahaan
cenderung mengurangi strategi pajak yang agresif karena hal tersebut akan menjadi
sinyal yang tidak baik dan dapat mempengaruhi reputasinya.
Hingga saat ini, hubungan antara penggunaan instrumen derivatif dan penggunaan CSR
dengan penghindaran pajak perusahaan belum dapat didefinisikan secara detail karena
beragamnya hasil penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, berdasarkan pemaparan di
atas, penelitian ini ingin meneliti lebih lanjut mengenai penggunaan instumen derivatif
dan penggunaan CSR yang dilakukan oleh perusahaan terkait dengan praktek
penghindaran pajak perusahaan dengan tata kelola perusahaan sebagai variabel moderasi.
Sejalan dengan tujuan dari penelitian ini, maka manfaat yang diperoleh dari penelitian
ini dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kontribusi Teoritis
Penelitian ini memberikan kontribusi untuk pengembangan penelitian terkait
penggunaan instrumen derivatif dalam upaya penghindaran pajak, terutama mengenai
praktiknya di Indonesia. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian
Donohoe (2015) yang menemukan bahwa adanya penurunan current dan cash ETR
masing-masing sebesar 3,6 dan 4,4 poin dalam tiga tahun setelah perusahaan mulai
menggunakan instrumen derivatif. Dalam perspektif Indonesia, Oktavia dan Martani
(2013) menemukan bahwa tidak ada perbedaan ETR yang signifikan antara
perusahaan pengguna maupun non pengguna instrumen derivatif. Namun, tingkat
pengungkapan dan besarnya penggunan derivatif berkorelasi positif dengan
agresifitas pajak. Dimana perusahaan dengan pengungkapan yang rendah memiliki
agresivitas pajak yang lebih tinggi dan semakin besar jumlah nosional yang digunakan
semakin agresif penghindaran yang dilakukan.
2. Kontribusi Praktis
Penelitian ini sebagai referensi dalam melakukan penelitian lanjutan mengenai
bagaimana pengaruh instrument derivatif dan CSR mempengaruhi penghindaran
pajak perusahaan. Selain itu, juga dapat memberikan motivasi dan gambaran umum
kepada asosiasi seperti Ikatan Akuntansi Indonesia, Ikatan Konsultan Pajak Indonesia
dalam menentukan topik penelitian.
3. Kontribusi Kebijakan
Penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai praktek penggunaan transaksi
derivatif dan praktek CSR yang dilakukan perusahaan- perusahaan di Indonesia dalam
kaitannya dengan peraturan perpajakan yang berlaku dan dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam pengawasan atau penyempurnaan peraturan perpajakan terkait
192 Jurnal Magister Akuntansi Trisakti Vol. 9 No. 2 September 2022

dengan praktek penggunaan transaksi derivatif dan CSR di Indonesia sehingga dapat
memperkecil celah perusahaan untuk melakukan praktek penghindaran pajak
perusahaan.

REVIU LITERATUR DAN HIPOTESIS

Teori Keagenan

Jensen dan Mekling (1976) menjelaskan bahwa suatu hubungan keagenan timbul dari
kontrak yang di dalamnya disebutkan bahwa satu pihak (principal) mengikat pihak kedua
(agent) untuk bertindak atau melakukan sesuatu untuk dan atas nama pihak pertama.
Dalam kontrak tersebut, principal mendelegasikan sebagian kewenangan untuk
mengambil keputusan kepada agent. Teori keagenan ini didasarkan pada asumsi bahwa
setiap pihak merupakan individu yang rasional, dimana baik prinsipal maupun agen akan
bertindak untuk memaksimalkan manfaat bagi dirinya sendiri, sehingga tidak selamanya
agent akan selalu bertindak untuk kepentingan principal. Dengan kewenangan
mengambil keputusan yang dimilikinya, sangat mungkin bagi agent untuk memindahkan
kekayaan/manfaat dari principal ke dirinya sendiri.
Masalah keagenan (agency problem) akan muncul saat agent bertindak untuk
kepentingannya sendiri dan menimbulkan kerugian bagi pihak principal, untuk itu
dibutuhkan campur tangan dari principal untuk memastian dirinya tidak dirugikan oleh
agent. Masalah keagenan akan meningkatkan agency cost, yaitu harga dari penurunan
kekayaan yang dialami principal akibat perbedaan kepentingan antara principal dan
agent. Agency cost ini meliputi monitoring cost, bonding cost, dan residual loss.
Monitoring cost adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh principal untuk mengawasi
dan mengendalikan perilaku agent, contohnya biaya audit dan kompensasi/remunerasi
bagi manajemen. Bonding cost adalah biaya atas perikatan antara principal-agent, dimana
agent harus memberikan kompensasi kepada principal jika terbukti bertindak berlawanan
dengan kepentingan principal. Sedangkan residual loss adalah kerugian yang tetap harus
ditanggung oleh principal meski telah mengeluarkan monitoring dan bonding cost
karena tindakan agent tetap tidak dapat seluruhnya selaras dengan principal sehingga
tidak dapat memaksimalkan keuntungan dari principal.
Agency problem tidak hanya dapat terjadi antara pemegang saham sebagai principal dan
manajemen sebagai agent. Claessens (2000) menemukan bahwa lebih dari dua pertiga
perusahaan-perusahaan di Asia Timur dikuasai oleh pemegang saham tunggal dan sering
kali oleh keluarga tertentu. Dalam situasi seperti ini, terdapat kemungkinan terjadi
ekspropriasi oleh pemegang saham pengendali terhadap pemegang saham minoritas,
sehingga pemegang saham minoritas merupakan principal, dan pemegang saham
pengendali bertindak sebagai agent.
Dalam hubungan antara perusahaan dengan pemerintah, agency problem dapat timbul
dari perbedaan sudut pandang terhadap pajak. Pemerintah menghendaki penerimaan
pajak yang besar. Besarnya pajak penghasilan terutang dihitung berdasarkan besaran laba
yang dapat dihasilkan perusahaan, sehingga semakin besar laba berarti semakin besar
pajak yang harus ditanggung perusahaan. Sedangkan bagi perusahaan, pajak merupakan
beban yang sebisa mungkin harus ditekan/dikurangi. Dalam situasi ini, manajemen
bertindak sebagai agent dan pemerintah merupakan principal yang mana dapat dirugikan
apabila perusahaan dengan sengaja melakukan sutu tindakan untuk mengurangi pajak
dari yang seharusnya dibayar oleh perusahaan.
Pengaruh Instrumen Derivatif Dan Corporate Social Responsibility Terhadap Penghindaran
Pajak Dengan Peran Tata Kelola Perusahaan Sebagai Pemoderasi 193

Teori Legitimasi

Teori legitimasi merupakan salah satu teori yang paling banyak diterapkan pada bidang
akuntansi sosial dan lingkungan. Lanis dan Richardson (2013) menerapkan teori
legitimasi sebagai salah satu prespektif untuk mengembangkan teori pengungkapan
tanggungjawab sosial dan lingkungan. Teori ini berasal dari konsep legitimasi organisasi
yang diungkapkan oleh Dowling & Pfeffer (1975) yang menyatakan bahwa legitimasi
merupakan sebuah kondisi ketika sistem nilai entitas membangun kesesuaian dengan
sistem nilai masyarakat yang lebih luas di tempat entitas tersebut berada. Menurut teori
ini suatu perusahaan beroperasi dengan ijin dari masyarakat, dimana ijin ini dapat ditarik
apabila perusahaan tidak melakukan hal-hal yang menjadi kewajibannya. Kelangsungan
hidup perusahaan bergantung pada hubungan perusahaan” “dengan masyarakat dan
lingkungan dimana perusahaan tersebut beroperasi.
Teori legitimasi (Legitimacy theory) berfokus pada interaksi antara perusahaan dengan
masyarakat. Legitimacy theory menyatakan bahwa organisasi terus menerus mencoba
untuk memastikan bahwa mereka melakukan kegiatan sesuai dengan batasan dan norma-
norma masyarakat (Deegan et al., 2002). Legitimasi masyarakat merupakan faktor
strategis bagi perusahaan dalam rangka mengembangkan perusahaan kedepan. Hal itu
dapat perusahaan, terutama terkait dengan upaya memposisikan diri ditengah lingkungan
masyarakat yang semakin maju (Nor Hadi, 2011).
Jessica & Toly (2014) menyebutkan bahwa perusahaan melakukan CSR sebagai salah
satu tanggungjawab dan sebagai bentuk kepedulian kepada masyarakat dan lingkungan
sekitarnya. Kegiatan CSR oleh perusahaan dapat digunakan untuk mengetahui
pandangan perusahaan tersebut mengenai pajak. Perusahaan bisa memandang pajak
sebagai bagian dari CSR yang merupakan tanggungjawab perusahaan terhadap
masyarakat dan pemerintah atau hanya sebagai alat untuk mengalihkan perhatian para
pemangku kepentingan dari agresivitas pajak yang” “dilakukan oleh perusahaan. Jika
perusahaan mengeluarkan biaya untuk kegiatan CSR yang tinggi, maka perusahaan
memiliki tanggungjawab sosial yang tinggi. Hal ini berbanding lurus dengan kepatuhan
atau ketaatan perusahaan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, karena perusahaan
akan menganggap pajak sebagai bagian dari CSR kepada pemerintah atau masyarakat
(Yusuf, 2019).

Instrumen Derivatif

Instrumen Derivatif diatur dalam PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan
Pengukuran. PSAK 55 mengatur bahwa instrumen keuangan, termasuk derivatif, diakui
saat entitas memutuskan untuk mengikatkan diri dalam kontrak yang disepakati.
Instrumen derivatif yang berdiri sendiri diklasifikasikan sebagai instrumen keuangan
yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi (fair value through profit and loss
/FVTPL) sehingga pada pengakuan awal, dicatat pada nilai wajarnya tanpa
memperhitungkan biaya transaksi. Yang dimaksud dengan nilai wajar adalah harga yang
akan diterima untuk menjual suatu aset atau dibayar untuk mengalihkan liabilitas dalam
suatu transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran.1 Adapun biaya
transaksi yang timbul dari derivatif akan dicatat sebagai beban pada periode berjalan.
Untuk instrumen keuangan kombinasi yang mengandung derivatif melekat, diatur
berbeda karena sifatnya yang unik. PSAK 50 mengatur penerbit instrumen keuangan
kombinasi untuk mengakui secara terpisah sesuai porsinya antara komponen liabilitas
194 Jurnal Magister Akuntansi Trisakti Vol. 9 No. 2 September 2022

dan komponen ekuitasnya. Sedangkan untuk pemegang instrumen keuangan kombinasi,


perlakuan akuntansinya diatur dalam PSAK 55, dimana derivatif melekat harus
dipisahkan dari kontrak utamanya jika dan hanya jika:
1. Karakteristik ekonomi dan risiko dari derivatif melekat tidak berkaitan erat
dengan karakteristik dan risiko dari kontrak utama;
2. Instrumen terpisah yang memiliki persyaratan yang sama dengan derivatif
melekat memenuhi sebagai derivaif; dan
3. Instrumen campuran tidak diukur pada nilai wajar melalui laba rugi
Entitas yang diharuskan untuk memisahkan derivatif melekat dari kontrak utamanya
namun tidak dapat mengukur derivatif melekat secara terpisah, maka keseluruhan
kontrak diperlakukan sebagai instrumen keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui
laba rugi.
Meski dasar perlakuan akuntansi bagi instrumen derivatif adalah sebagai instrumen yang
ditetapkan diukur pada nilai wajar melalui laba rugi (FVTPL), ada suatu pengecualian
saat instrumen derivatif digunakan untuk lindung nilai. Instrumen derivatif yang
dirancang untuk kebutuhan lindung nilai dan lindung nilainya efektif, perlakuannya
mengikuti aturan dalam akuntansi lindung nilai (hedge accounting).

Corporate Social Responsibility

CSR telah diatur secara tegas di Indonesia yaitu pada Undang-Undang Nomor 40 tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas, Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang
Penanaman Modal, dan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor
Per-5/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program
Bina Lingkungan, khusus untuk perusahaanperusahaan BUMN. Setelah itu tanggung
jawab sosial perusahaan dicantumkan lagi dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas.

Terdapat dua jenis konsep CSR, yaitu dalam pengertian luas dan dalam pengertian
sempit. CSR dalam pengertian luas, berkaitan erat dengan tujuan mencapai kegiatan
ekonomi berkelanjutan (sustainable economic activity). Keberlanjutan kegiatan ekonomi
bukan hanya terkait soal tanggungjawab sosial tetapi juga menyangkut akuntabilitas
(accountability) perusahaan terhadap masyarakat dan bangsa serta dunia internasional.
Menurut (Gina, Santoso, dan Risna 2019) CSR merupakan bentuk kerjasama antara
perusahaan (tidak hanya Perseroan Terbatas) dengan segala hal (stake-holders) yang
secara langsung maupun tidak langsung berinteraksi dengan perusahaan untuk tetap
menjamin keberadaan dan kelangsungan hidup usaha (sustainability) perusahaan
tersebut. Pengertian tersebut sama dengan tanggung jawab sosial dan lingkungan, yaitu
merupakan komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat,
baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa CSR merupakan suatu
komitmen perusahaan untuk berperilaku sesuai dengan etika, aturan serta ekspektasi
masyarakat, dengan melakukan tindakan sosial kemasyarakatan dan secara umum dapat
memberikan kontribusi sosial dalam pengembangan kualitas kehidupan dan ekonomi
para karyawan dan keluarganya, komunitas lokal serta lingkungan sekitarnya melalui
program dan kebijakan yang terintegrasi dengan operasi bisnis perusahaan.
Pengaruh Instrumen Derivatif Dan Corporate Social Responsibility Terhadap Penghindaran
Pajak Dengan Peran Tata Kelola Perusahaan Sebagai Pemoderasi 195

Tata Kelola Perusahaan

Prinsip-prinsip tata kelola perusahaan sangatlah diperlukan dalam melakukan penyajian


laporan keuangan perusahaan. Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
2/POJK.05/014 Tentang Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Bagi Perusahaan dan
Keputusan Menteri BUMN No. Kep16/MMBU/2012 Bab II pasal 3 mengenai penerapan
praktik corporate governance pada BUMN mengatakan bahwa terdapat lima asas
corporate governance yang ada di Indonesia, yaitu transparansi (transparency),
akuntabilitas (accountability), responsibilitas (responsibility), independensi
(independency), kewajaran dan kesetaraan (fairness) (Sandy dan Lukviarman, 2015).
Selain kelima asas tersebut, Komite Nasional Kebijakan Governance atau KNKG yang
merupakan komite yang bertanggung jawab atas pengembangan penerapan governansi
di Indonesia melalui rangkaian upaya mewujudkan tata kelola pemerintahan dan tata
kelola korporasi yang baik guna mendorong peningkatan kinerja perekonomian nasional,
juga memberikan etika bisnis dan pedoman perilaku serta membahas mengenai organ
perusahaan, pemegang saham, serta pemangku kepentingan lainnya
Penerapan prinsip good corporate governance ini adalah untuk menghasilkan kinerja
perusahaan yang efektif dan efisien, melalui harmonisasi manajemen perusahaan.
Dibutuhkan peran yang penuh komitmen dan independen dari dewan direksi dan dewan
komisaris dalam menjalankan kegiatan perusahaan, sehingga menghasilkan kinerja
perusahaan yang baik.

Penghindaran Pajak

Pada masa sekarang ini penghindaran pajak adalah hal yang biasa dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan di dunia. Menurut Frank, Lynch, & Rego dalam Winarti, Dwi
(2015) Penghindaran pajak perusahaan adalah suatu tindakan merekayasa pendapatan
kena pajak yang dirancang melalui tindakan perencanaan pajak (tax planning) baik
menggunakan cara yang tergolong secara legal (tax avoidance) atau ilegal (tax evasion).
Penghindaran pajak adalah rekayasa ‘tax affairs’ yang masih tetap berada dalam bingkai
ketentuan perpajakan (lawful). Menurut Mardiasmo dalam Deanna, dan Meiriska (2017),
penghindaran pajak adalah suatu usaha meringankan beban pajak dengan tidak
melanggar undang-undang yang ada.
Dapat disimpulkan dari pengertian diatas bahwa penghindaran pajak merupakan upaya
wajib pajak untuk dapat mengurangi utang pajak dengan cara memanfaatkan celah yang
ada dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. Oleh karena itu, penghindaran
pajak bukan merupakan pelanggaran atas perundang-undangan perpajakan atau secara
etik tidak dianggap salah dalam rangka usaha wajib pajak untuk mengurangi,
menghindari, meminimkan atau meringankan beban pajak dengan cara-cara yang
dimungkinkan oleh undang-undang pajak.

HIPOTESIS
Pengaruh Penggunaan Instrumen Derivatif Terhadap Penghindaran Pajak

Hasil penelitian Eka dan Nofryanti (2019) menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa
tingkat penggunaan derivatif keuangan dalam suatu perusahaan dapat mempengaruhi
penghindaran pajak suatu perusahaan yang berarti derivatif keuangan berpengaruh
196 Jurnal Magister Akuntansi Trisakti Vol. 9 No. 2 September 2022

positif terhadap tax avoidance. Hasil penelitian lain dari Oktavia dan Martani (2013)
menunjukkan bahwa adanya pengaruh penggunaan derivatif keuangan terhadap
penghindaran pajak. Sementara hasil penelitian Swingly dan Sukartha (2015), Suyanto
dan Supramono (2012) dan Nagadiman dan Puspitasari (2014) menunjukkan adanya
pengaruh dari variabel leverage dan ukuran perusahaan terhadap penghindaran pajak (tax
avoidance). Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa variabel derivatif keuangan,
leverage dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penghindaran pajak (tax
avoidance). Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1: Instrumen derivatif berpengaruh positif terhadap penghindaran pajak

Pengaruh Penggunaan Corporate Social Responsibility Terhadap Penghindaran


Pajak

Penelitian terdahulu menunjukkan jika pengungkapan CSR dapat berpengaruh terhadap


penghindaran pajak. Gunawan (2017) dalam penelitiannya menunjukkan hasil bahwa
terdapat pengaruh signifikan antara CSR dengan penghindaran pajak, dimana dapat
diartikan jika Semakin luas pengungkapan CSR maka perusahaan cenderung semakin
agresif terhadap pajak.
Hasil penelitian berbeda dengan hasil penelitian Adiputra et al (2019) yang menunjukkan
bahwa pengungkapan CSR berpengaruh negatif terhadap agresivitas pajak. Hasil
tersebut diperkuat dengan penelitian beberapa peneliti yang menunjukkan hasil yang
sama, yaitu dilakukan oleh Laguir et al., (2016). Berdasarkan teori yang ada dan logika
hipotesis yang telah diuraikan di atas, peneliti menurunkan hipotesis sebagai berikut:
H2 : Corporate Social Responsibility berpengaruh negatif terhadap penghindaran
pajak

Tata Kelola Perusahaan Memoderasi Pengaruh Penggunaan Instrumen Derivatif


Terhadap Penghindaran Pajak

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa aktivitas instrument derivatif tidak efektif


berkaitan dengan karakteristik tata kelola perusahaan, seperti tidak adanya aturan formal
terkait lindung nilai, kurangnya monitoring atas manajemen risiko, dan overconfidence
manajerial (Zeidan dan Mulner, 2015; Adam et al, 2011). Sedangkan dalam penelitian
hubungan tingkat pengungkapan dengan penghindaran pajak, Oktavia dan Martani
(2013) menemukan bahwa perusahaan dengan pengungkapan derivatif keuangan yang
rendah memiliki tingkat penghindaran pajak yang lebih tinggi daripada perusahaan
dengan pengungkapan derivatif keuangan yang tinggi. Pengungkapan dapat dijadikan
salah satu indikator penerapan tata kelola perusahaan, dimana perusahaan dengan tata
kelola yang baik cenderung memiliki tingkat pengungkapan yang tinggi dibandingkan
perusahaan dengan tata kelola yang buruk. Penelitian-penelitian terdahulu melihat tata
kelola perusahaan sebagai variabel independen terhadap hubungannya dengan keputusan
penggunaan derivatif dan hubungannya terhadap tingkat penghindaran pajak perusahaan.
Namun hingga saat ini belum terdapat penelitian yang menggunakan tata kelola
perusahaan sebagai variabel moderasi dalam hubungan antara penggunaan instrumen
derivatif dengan tingkat penghindaran pajak.
Peneliti memperkirakan pengaruh tata kelola perusahaan dalam memoderasi hubungan
penggunaan instrumen derivatif dengan tingkat penghindaran pajak dengan melihat
Pengaruh Instrumen Derivatif Dan Corporate Social Responsibility Terhadap Penghindaran
Pajak Dengan Peran Tata Kelola Perusahaan Sebagai Pemoderasi 197

pengaruhnya terhadap kedua variabel tersebut berdasarkan hasil penelitian terdahulu.


Dalam penelitian terdahulu, penerapan tata kelola yang buruk berasosiasi positif dengan
penggunaan derivatif untuk spekulasi atau lindung nilai tidak efektif (Zeidan dan Mulner,
2015). Atau dapat dikatakan bahwa pada perusahaan yang memiliki tata kelola yang baik
instrumen derivatif cenderung digunakan untuk lindung nilai efektif sebagai bagian dari
manajemen risiko. Dan penurunan beban pajak yang timbul dari aktivitas lindung nilai
efektif, bukan merupakan tindakan penghindaran pajak (Donohoe, 2011;2015).
Sehingga, dengan melihat pengaruh tata kelola terhadap keputusan penggunaan derivatif
dan tingkat penghindaran pajak, diprediksikan:
H3 : Tata kelola perusahaan memperlemah pengaruh penggunaan instrumen
derivatif terhadap penghindaran pajak

Tata Kelola Perusahaan Memoderasi Pengaruh Penggunaan Corporate Social


Responsibility Terhadap Penghindaran Pajak Perusahaan

Tata kelola perusahaan berguna dalam mengatur dan mengendalikan arah kinerja
perusahaan (Santoso dan Muid, 2014). Penerapan tata Kelola perusahaan yang baik dapat
mempengaruhi keputusan-keputusan strategis dalam perusahaan, sehingga dapat
menjaga keseimbangan agar tercapainya tujuan perusahaan (Fadhilah, 2014). Fadhilah
(2014) mengatakan bahwa dengan perusahaan menerapkan adanya corporate governance
dikatakan dapat mengurangi terjadinya agresivitas pajak karena adanya pengawasan dari
pihak internal dan eksternal perusahaan.
Suatu perusahaan dikatakan memiliki landasan yang kokoh jika mampu menerapkan
prinsip tata Kelola perusahaan dengan benar dan konsisten. Hal tersebut sesuai dengan
teori agensi yang menjelaskan bahwa di dalam suatuperusahaan harus mampu
menciptakan keseimbangan internal perusahaan untuk menghindari terjadinya konflik
(Wibowo, 2010).
CSR merupakan salah satu aktivitas yang menjadi perhatian non-shareholder.
Penggunaan CSR memiliki beberapa manfaat untuk perusahaan, yaitu dapat
meningkatkan profit perusahaan, (Friedman, 1970) penilaian etika perusahaan yang lebih
baik oleh masyarakat (Carrol, 1991), mengurangi kesalahan analis peramalan (Dhaliwal,
et. al., 2012), mengurangi cost of equity dan dapat menarik investasi perusahaan
(Dhaliwal, et. al., 2011), bahkan pengungkapan CSR dapat mengurangi kemungkinan
terjadinya kejahatan perusahaan (Christensen, 2016). Penggunaan CSR memerlukan
biaya (costly) untuk pelaksanaanya. Biaya CSR sangat berhubungan dengan kinerja laba
perusahaan dan ekspektasi kinerja di masa depan (Lys, et. al., 2015). Lys, et. al. (2015)
dan Waddock dan Graves (1997) berpendapat bahwa semakin tinggi kemampuan laba
perusahaan, maka mereka mempunyai kebebasan yang lebih banyak untuk menggunakan
sumber daya dalam aktivitas CSR perusahaan. Biaya yang dikeluarkan untuk aktivitas
CSR diambil dari laba perusahaan. Ketika kinerja laba rendah, maka aktivitas CSR akan
diabaikan dan perusahaan lebih berusaha untuk melakukan penghindaran pajak (Watson,
2015). Berdasarkan teori yang ada dan logika hipotesis yang telah diuraikan di atas,
peneliti menurunkan hipotesis sebagai berikut:
H4 : Tata kelola perusahaan memperlemah pengaruh penggunaan Corporate Social
Responsibility terhadap penghindaran pajak
198 Jurnal Magister Akuntansi Trisakti Vol. 9 No. 2 September 2022

Rerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1 Rerangka konseptual

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kausal yaitu penelitian yang bertujuan untuk
menguji hipotesis tentang pengaruh satu atau beberapa variabel (independen) terhadap
variabel lainya (dependen). Penelitian ini menguji pengaruh instrument derivatid dan
tanggung jawab sosial perusahaan terhadap penghidaran pajak dengan tata kelola
perusahaan sebagai variabel moderasi.
Prosedur Pengumpulan Data

Populasi data yang akan dianalisis pada penelitian ini adalah perusahaan publik yang
terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Data-data perusahaan akan dikumpulkan dari
publikasi laporan keuangan oleh BEI. Periode yang akan diteliti meliputi periode tahun
2015 sampai dengan tahun 2019. Selama periode tersebut tidak terdapat perubahan tarif
pajak penghasilan badan atau peraturan perpajakan tertentu yang dapat memberikan
pengaruh signifikan terhadap perlakuan perpajakan atas transaksi/instrumen derivatif.
Penelitian ini menggunakan purposive sampling dalam menentukan sampel data yang
akan diobservasi, dimana sampel-sampel yang tidak memenuhi kriteria kriteria tertentu
akan dikeluarkan dari observasi penelitian. Kriteria sampel dimaksud adalah sebagai
berikut:
1. Bergerak disektor industri non-finansial. Sektor industri keuangan tidak dipilih
sebagai bagian dari sampel karena fungsi penggunaan derivatif keuangan dan
praktik akuntansinya bersifat spesifik sehubungan dengan adanya regulasi
khusus untuk sektor industri financial;
2. Terindikasi melakukan transaksi derivatif dan CSR. Perusahaan yang terindikasi
melakukan transaksi derivatif dan CSR antara tahun 2015 - 2019 merupakan
sampel utama penelitian ini;
Pengaruh Instrumen Derivatif Dan Corporate Social Responsibility Terhadap Penghindaran
Pajak Dengan Peran Tata Kelola Perusahaan Sebagai Pemoderasi 199

3. Tidak mengalami kerugian pada tahun observasi. Perusahaan yang mengalami


kerugian dikeluarkan dari sampel karena dapat mengakibatkan kerancuan pada
hasil penelitian;
4. Mempunyai kelengkapan data yang dibutuhkan dalam penelitian

Metode Pengukuran

Variabel Pengukuran Skala Rujukan

Penghindaran Rasio (Hanlon &


Pajak Heitzman,
Perusahaan 2010)
(Y1)
Penggunaan Rasio Donohoe
Instrumen (2012)
Derivatif (X1)
Penggunaan Rasio (Suripto 1999)
CSR (X2)

Keterangan:
CSRDI = Corporate social
responsibility disclosure indeks
∑X = Jumlah yang diungkapkan
perusahaan
N = Total indikator corporate social
responsibility (91)
Tata Kelola Skor Tata Kelola Perusahaan (CG): Rasio Wahidahwati
Perusahaan Masing-masing sampel adalah: (2010)
(CG) (Score yang diperoleh : score tertinggi)
x % Bobot.
Total Score = Jumlah dari score
masing-masing point.
200 Jurnal Magister Akuntansi Trisakti Vol. 9 No. 2 September 2022

Variabel Pengukuran Skala Rujukan

Capital Rasio Oktavia dan


Intensity (CI) Martani
(2013)

Thin Rasio (Taylor &


Capitalization Richardson,
(TC) 2013)

Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linier berganda, melalui


program SPSS IBM 22. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis
regresi data panel dengan variable moderasi tata Kelola perusahaan yang menguji
pengaruh penggunaan instrument derivatif dan CSR terhadap penghindaran pajak
perusahaan. Model regresi yang digunakan adalah sebagai berikut :

Model Penelitian 1. (Hipotesis 1, 2)

Model Penelitian 2. (Hipotesis 3, 4)

ETR = Penghindaran Pajak Perusahaan


β0 = Konstanta
β1- β7 = Koefisien regresi
PID = Penggunaan Instrumen Derivatif
PCSR = Penggunaan Corporate Social Responsibility
CG = Tata Kelola Perusahaan
CI = Capital Intensity
Pengaruh Instrumen Derivatif Dan Corporate Social Responsibility Terhadap Penghindaran
Pajak Dengan Peran Tata Kelola Perusahaan Sebagai Pemoderasi 201

TC = Thin Capitalization
ɛ = Error Term

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Statistik Deskriptif

Hasil dari pengolahan data statistik deskriptif dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 1
Descriptive Statistics

Std.
N Minimum Maximum Mean
Deviation
0,2429
186 0,0121 0,44 0,082587
ETR 8
0,0103
186 0 1,4221
PID 8 0,101579
CSR 186 0,4651 0,9535 0,7746 0,104002

3,1707
186 -1,8718 62,8989
CI 8 6,362092
TC 186 0 0,6376 0,0048 0,045657
Valid N 186
(listewise)

1. Penghindaran Pajak berdasarkan nilai rata – rata ETR menunjukkan besaran


0,242983 dengan standar deviasi sebesar 0,0825867. Data statistik yang memiliki
nilai rata-rata yang lebih besar dari standar deviasi menunjukkan adanya persebaran
variasi data yang cukup merata. Sedangkan nilai maksimum dan minimum data ETR
adalah 0,0121 dan 0,4400, nilai ini menunjukkan adanya rentang yang cukup jauh
antara nilai maksimum dan minimum dalam variabel ini;
2. Pada variabel penggunaan instrument derivatif, hasil statistik PID menunjukkan
nilai minimum sebesar 0,0000 dan nilai tertinggi adalah sebesar 1,4221. Nilai rata-
rata PID adalah sebesar 0,10378, nilai ini menjelaskan bahwa rata-rata PID yang
dijadikan sampel adalah sebesar 10,37% dan nilai standar deviasi sebesar
0,1015786;
3. Pada variabel corporate social responsibility, hasil statistik menunjukkan nilai
minimum sebesar 0,4651 atau nilai terendah perusahaan-perusahaan yang dijadikan
sampel hanya mengungkapkan CSR sebesar 46%. Nilai maksimum sebesar 0,9535
atau nilai tertinggi perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel hanya
mengungkapkan CSR sebesar 95%. Nilai rata-rata CSR adalah sebesar 0,774601
sedangkan nilai standar deviasi sebesar 0,1040018;
202 Jurnal Magister Akuntansi Trisakti Vol. 9 No. 2 September 2022

4. Variabel Capital Instensity menunjukkan hasil rata – rata sebesar 0,10378, untuk
nilai minimun sebesar -1,8718 sedangkan untuk nilai tertinggi sebesar 62,8989.
Untuk nilai standar deviasi 6,3620917;
5. Variabel Thin Capitalization menunjukkan hasil rata – rata sebesar 0,04797, untuk
nilai minimun sebesar 0,0000 sedangkan untuk nilai tertinggi sebesar 0,6376. Untuk
nilai standar deviasi 0,0456571;

Pengujian Asumsi Klasik

Uji Normalitas

Tabel 2
Tabel Hasil Uji Normalitas

Model Sig Keputusan


Tanpa Variabel Moderasi 0,315 Ho gagal diterima
(Model 1)
Dengan Variabel Moderasi 0,430 Ho gagal diterima
(Model 2)

Berdasarkan hasil uji normalitas dengan menggunakan Kolomogrov-Smirnov Test hasil


pengujian model 1 tanpa variable moderasi dapat diketahui bahwa nilai signifikansi
sebesar 0,315 > 0.05 maka data berdistribusi normal dan Ho gagal diterima, dengan
demikian asumsi normalitas terpenuhi. Model 2 berdasarkan hasil uji normalitas dengan
menggunakan Kolomogrov-Smirnov Test dapat diketahui bahwa nilai signifikansi
sebesar 0,430 > 0.05 maka data berdistribusi normal dan Ho gagal diterima, dengan
demikian asumsi normalitas terpenuhi.
Multikolinearitas

Tabel 3
Tabel Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel VIF Keputusan
Tanpa Dengan
Moderasi Moderasi
PID 0,658 4,959 Tidak ada multikolinearitas

CSR 0,003 5,415 Tidak ada multikolinearitas

GC - 4,349 Tidak ada multikolinearitas


Pengaruh Instrumen Derivatif Dan Corporate Social Responsibility Terhadap Penghindaran
Pajak Dengan Peran Tata Kelola Perusahaan Sebagai Pemoderasi 203

Variabel VIF Keputusan


Tanpa Dengan
Moderasi Moderasi
PID_GCI - 4,767 Tidak ada multikolinearitas

CSR_GCI - 4,747 Tidak ada multikolinearitas

CI 0,403 1,280 Tidak ada multikolinearitas

TC 0,692 3,742 Tidak ada multikolinearitas

Berdasarkan hasil pengujian menggunakan alat analisis varian inflation factor (VIF)
diketahui pada model 1 dan 2 didapatkan VIF untuk semua variable dalam penelitian ini
kurang dari 10 maka Ho tidak ada multikolonearitas dan dapat disimpulkan baik model
1 dan 2 untuk variable independent tidak saling berkorelasi atau asumsi no
multikolinearitas terpenuhi.
Heteroskedastisitas

Tabel 4
Tabel Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel VIF Keputusan
Tanpa Dengan
Moderasi Moderasi
PID 0,658 0,806 Ho gagal ditolak

CSR Ho ditolak dan gagal


0,003 0,101 ditolak

GCI - 0,251 Ho gagal ditolak

PID_GCI - 0,941 Ho gagal ditolak

CSR_GCI - 0,792 Ho gagal ditolak

CI 0,403 0,920 Ho gagal ditolak

TC 0,692 0,793 Ho gagal ditolak


204 Jurnal Magister Akuntansi Trisakti Vol. 9 No. 2 September 2022

Tabel 4 menunjukkan pengujian heteroskedastisitas model 1 terdapat penolakan pada


variable CSR, sedangkan pada mode 2 penelitian ini hasil yang diperoleh menunjukkan
variable telah memiliki nilai sig > 0,05, maka Ho diterima. Disimpulkan secara
keselurahan didalam model 2 ini tidak mengandung heteroskedastisitas.

Autokorelasi

Tabel 5
Tabel Hasil Uji Autokorelasi

Model DW-stat Keputusan


Tanpa Variabel Moderasi 1,171 Ho gagal ditolak
(Model 1)
Dengan Variabel Moderasi 1,758 Ho gagal ditolak
(Model 2)

Pengujian untuk menguji apakah asumsi tidak ada autokorelasi dalam penelitian ini
terpenuhi atau tidak terlihat pada Tabel 4.6 hasil pengujian menggunakan alat analisis
Durbin Watson Test, dengan jumlah sample sebesar 285 (jumlah sample setelah
pembuangan data outlier) dan jumlah variable independent sebesar 2 menunjukkan hasil
nilai DW-stat pada model 1 sebesar 1,171 dan pada model 2 sebesar 1,758. Tabel diatas
menunjukkan bahwa model yang diajukan dalam penelitian ini memiliki nilai DWstat
berada pada Area tidak ada autokorelasi. Oleh karena itu dapat disimpulkan model dalam
penelitian ini terbebas dari penyakit autokorelasi.
Pengujian Model (Goodness of Fit)

Uji Koefisien Determinasi

Tabel 6
Tabel Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model R2 Adj R2
Tanpa Variabel Moderasi
0.301 0.281
(Model 1)
Dengan Variabel Moderasi
0.751 0.731
(Model 2)

Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 4.7 diketahui pada model 1 nilai adj R2 sebesar
0,281 atau 28,1% yang memiliki pengertian besarnya kemampuan variable
independent dalam menjelaskan variable dependen sebesar 28,1% sedangkan sisanya
dijelaskan oleh variable independent lain yang tidak dimasukkan kedalam model 1.
Besarnya Goodness of fit model yang ditunjukkan dengan Adj R-squared menghasilkan
koefisien sebesar 0,731 yang artinya perilaku atau variasi dari variabel independen
Pengaruh Instrumen Derivatif Dan Corporate Social Responsibility Terhadap Penghindaran
Pajak Dengan Peran Tata Kelola Perusahaan Sebagai Pemoderasi 205

mampu menjelaskan perilaku atau variasi dari variabel dependen sebesar 73,1% dan
sisanya adalah perilaku atau variasi dari variabel independen lain yang mempengaruhi
variabel dependen tetapi tidak dimasukkan dalam model.
Uji Global (Uji F)

Tabel 7
Tabel Hasil Uji F

Model Fstat Sig Fstat


Tanpa Variabel Moderasi
15,485 0.000
(Model 1)
Dengan Variabel Moderasi
36.606 0.000
(Model 2)
Berdasarkan hasil pengujian global (uji F) didapatkan hasil sig dari Fstat lebih besar dari
0,05 baik pada model 1 dan 2. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan nilai sig sebesar
0,000 < 0,05 (alpha 5%) maka atas kedua model tersebut variabel independent bersama
– sama secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependent.
Uji Hipotesa Individu (Uji T)

Tabel 8
Tabel Hasil Uji Hipotesa Individu (Uji T)

Variabel Teori Beta Std. Error Tstat Sig Keputusan

KONSTANTA -0,473 0,125 -3,794 0,000

PID + 1,726 0,693 2,490 0,014 H1 Diterima

CSR - -0,780 0,158 -4,923 0,000 H2 Diterima

PID_GCI - -0,022 0,007 -3,230 0,002 H3 Diterima

CSR_GCI - -0,019 0,014 -1,373 0,033 H4 Diterima

Pembahasan

Pengaruh Penggunaan Instrumen Derivatif Terhadap Penghindaran Pajak


Perusahaan

Hipotesis pertama yang diajukan penelitian ini adalah Pengaruh Penggunaan Instrumen
Derivatif Terhadap Penghindaran Pajak Perusahaan. Hasil dari penelitian ini menemukan
bahwa Penggunaan Instrumen Derivatif berpengaruh positif Penghindaran Pajak
Perusahaan. Hal ini konsisten dengan penelitian Donohoe (2011) yang memberikan bukti
206 Jurnal Magister Akuntansi Trisakti Vol. 9 No. 2 September 2022

empiris bahwa instrumen derivatif dapat dimanfatkan untuk penghindaran pajak


perusahaan. Hasil penelitiannya tersebut menyebutkan bahwa terjadi penurunan beban
pajak secara signifikan pasca perusahaan menggunakan instrumen derivatif dan besaran
penggunaan instrumen derivatif berhubungan positif dengannya.
Hasil ini dapat disimpulkan bahwa untuk variabel penggunaan instrument derivatif
mempunyai pengaruh positif dan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
penghindaran pajak.

Pengaruh Penggunaan Corporate Social Responsibility Terhadap Penghindaran


Pajak Perusahaan

Hipotesis kedua yang diajukan penelitian ini adalah Pengaruh Penggunaan Corporate
Social Responsibility Terhadap Penghindaran Pajak Perusahaan. Hasil dari penelitian ini
menemukan bahwa Pengaruh Penggunaan Corporate Social Responsibility mempunyai
pengaruh negatif Penghindaran Pajak Perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan
Jessica dan Toly (2014) menyatakan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara
pengungkapan CSR terhadap agresivitas pajak, sehingga kegiatan CSR tidak
mempengaruhi perusahaan untuk membayar pajak yang lebih kecil. Ratmono dan Sagala
(2015) menyatakan bahwa tingkat pengungkapan CSR berpengaruh negatif terhadap
agresivitas pajak. Dan juga sejalan dengan Richardson dan Lanis (2011) dan Watson
(2011) meneliti hubungan antara CSR dengan tax aggressiveness dengan sampel 408
perusahaan public yang terdaftar di Australia selama periode 2008 – 2009 dan sampel
2.300 perusahaan di Amerika periode 2007 – 2008. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa aktivitas CSR mempunyai pengaruh negative pada tax
aggressiveness.

Tata Kelola Perusahaan Memoderasi Pengaruh Penggunaan Instrumen Derivatif


Terhadap Penghindaran Pajak Perusahaan

Hipotesis ketiga yang diajukan dalam penelitian ini adalah tata kelola perusahaan
memoderasi pengaruh Penggunaan Instrumen Derivatif Terhadap Penghindaran Pajak
Perusahaan. Hasil penelitian ini secara statistik terdapat pengaruh negatif signifikan
antara tata kelola perusahaan memperlemah pengaruh penggunaan instrumen derivatif
terhadap penghindaran pajak. Tata kelola perusahaan yang baik tidak terbukti dapat
mengurangi perbedaan tingkat penghindaran pajak antara perusahaan yang
menggunakan instrumen derivatif.
Hasil penelitian ini sesuai dengan temuan Oktavia dan Martani (2013) yang menyatakan
bahwa tidak ada perbedaan tingkat penghindaran pajak yang signifikan antara
perusahaan pengguna instrumen derivatif dan non-pengguna derivatif sehingga sangat
dimungkinkan mekanisme tata kelola yang ada saat ini belum memonitor terlalu dalam
dan memberikan perhatian yang lebih mengenai penggunaan instrumen derivatif untuk
penghindaran pajak
Tata Kelola Perusahaan Memoderasi Pengaruh Penggunaan Corporate Social
Responsibility Terhadap Penghindaran Pajak Perusahaan
Pengaruh Instrumen Derivatif Dan Corporate Social Responsibility Terhadap Penghindaran
Pajak Dengan Peran Tata Kelola Perusahaan Sebagai Pemoderasi 207

Hipotesis keempat yang diajukan dalam penelitian ini adalah Tata Kelola Perusahaan
memoderasi Pengaruh Penggunaan Corporate Social Responsibility Terhadap
Penghindaran Pajak Perusahaan. Hasil penelitian ini secara statistik terdapat pengaruh
negatif signifikan antara Tata kelola perusahaan memperlemah pengaruh Corporate
Social Responsibility terhadap penghindaran pajak. Dalam hasil tersebut dapat diartikan
bahwa penerapan tata kelola perusahaan dengan kualitas baik dapat meningkatkan
kualitas aktivitas CSR yang dapat mempengaruhi penghindaran pajak karena adanya
pengawasan dari pihak internal dan eksternal perusahaan.
CSR merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan kepada semua stakeholdernya.
Peran tata Kelola perusahaan sebagai pengontrol dalam proses penyusunan laporan
keuangan perusahaan dapat mengendalikan pihak manajemen agar tidak melakukan
penghindaran pajak. Dalam penelitian ini, tata Kelola perusahaan belum mampu menjadi
pengontrol dalam perusahaan yang menggunakan CSR terhadap penghindaran pajak
perusahaan. Penerapan tata Kelola perusahaan yang baik dapat mempengaruhi
keputusan-keputusan strategis dalam perusahaan, sehingga dapat menjaga keseimbangan
agar tercapainya tujuan perusahaan (Fadhilah, 2014). Fadhilah (2014) mengatakan
bahwa dengan perusahaan menerapkan adanya corporate governance dikatakan dapat
mengurangi terjadinya agresivitas pajak karena adanya pengawasan dari pihak internal
dan eksternal perusahaan.

Variabel Kontrol
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa variabel kontrol yaitu capital intensity,
thin capitalization dan growth opportunity berpengaruh terhadap penghindaran pajak
perusahaan. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa capital intensity berpengaruh
terhadap penghindaran pajak perusahaan. Dengan hasil tersebut menunjukkan bahwa
semakin besar intensitas aset tetap maka effective tax rate (ETR) perusahaan juga
semakin tinggi. Dengan nilai ETR yang semakin tinggi maka dapat diindikasikan
semakin kecil perusahaan melakukan penghindaran pajak atau tingkat tax avoidance
perusahaan semakin rendah. Sebaliknya dengan nilai ETR yang semakin rendah maka
dapat diindikasikan semakin besar perusahaan melakukan penghindaran pajak atau
tingkat tax avoidance perusahaan semakin tinggi. Variabel capital intensity ratio
mempunyai arah yang positif mengandung arti bahwa semakin besar jumlah aset tetap
yang dimiliki oleh perusahaan maka akan semakin besar pula biaya penyusutannya
sehingga mengakibatkan jumlah penghasilan kena pajak dan ETR-nya akan semakin
besar. ETR yang semakin besar memberikan gambaran tindakan penghindaran pajak
yang dilakukan oleh perusahaan semakin kecil. Menurut Abdul Wahab dan Holland
(2012) Capital intensity berpengaruh positif terhadap effective tax rates karena adanya
perbedaan metode penyusutan dalam metode penyusutan akuntansi dan perpajakan.

Hasil penelitian variable thin capitalization membuktikan bahwa thin capitalization


berpengaruh terhadap penghindaran pajak perusahaan. Hal ini juga berarti perusahaan
dalam sampel masih menjadikan adanya beban bunga dalam utang untuk tujuan
penghindaran pajak. Tarif pajak penghasilan yang berbeda di setiap negara,
dimanfaatkan oleh perusahaan yang memiliki cabang di banyak negara untuk menekan
208 Jurnal Magister Akuntansi Trisakti Vol. 9 No. 2 September 2022

beban pajak dengan memberikan utang yang lebih besar (thin capitalization) (Nuraini &
Marsono, 2014). Berdasarkan hasil pengujian, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa
dalam konteks perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, mekanisme thin
capitalization mampu memberikan bukti adanya pengaruh terhadap penghindaran pajak.
Hasil penelitian ini memberikan dukungan terhadap riset yang dilakukan Taylor &
Richardson (2012) dan Prastiwi & Ratnasari (2019) menyatakan penggunaan struktur
utang lebih tinggi dibandingkan modal merupakan sarana untuk meminimalkan beban
pajak perusahaan.

SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, kesimpulan dari penelitian ini adalah:


Variabel instrument derivatif berpengaruh positif dan signifikan terhadap penghindaran
pajak perusahaan. Sehingga H1 pada penelitian ini diterima. Variabel corporate social
responsibility berpengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel penghindaran pajak
perusahaan. Sehingga H2 pada penelitian ini diterima.
Variabel tata kelola perusahaan memoderasi pengaruh instumen derivatif terhadap
variabel penghindaran pajak. Hasil penelitian ini terdapat pengaruh negatif signifikan
antara tata kelola perusahaan memperlemah pengaruh penggunaan instrumen derivatif
terhadap penghindaran pajak. Sehingga H3 pada penelitian ini diterima.
Variabel tata kelola perusahaan memoderasi pengaruh corporate social responsibility
terhadap variabel penghindaran pajak. Hasil penelitian ini terdapat pengaruh negatif
signifikan antara Tata kelola perusahaan memperlemah pengaruh Corporate Social
Responsibility terhadap penghindaran pajak. Sehingga H4 pada penelitian ini diterima.
Variabel kontrol yang berpengaruh terhadap penghindaran pajak adalah capital intensity,
dan thin capitalization.

Keterbatasan

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menemukan beberapa keterbatasan yaitu:


1. Objek penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di BEI. Untuk penelitian
selanjutnya mungkin dapat menambah observasi dengan memperluas ruang lingkup
menjadi regional Asean ataupun negara lain;
2. Penelitian ini hanya 2 variabel independen, 1 variabel moderasi, dan 3 variabel
kontrol. Seharusnya masih terdapat banyak variabel yang dapat mempengaruhi
penghindaran pajak.
Saran

Berdasarkan keterbatasan penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan kepada peneliti
selanjutnya adalah sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Peneliti selanjutnya disarankan dapat memperluas sampel penelitian diluar Indonesia.
2. Implikasi Praktis
Peneliti selanjutnya disarankan dapat mengubah atau menambah variabel-variabel
dalam penelitian agar hasil penelitian ini dapat dilihat perbedaannya.
Pengaruh Instrumen Derivatif Dan Corporate Social Responsibility Terhadap Penghindaran
Pajak Dengan Peran Tata Kelola Perusahaan Sebagai Pemoderasi 209

DAFTAR PUSTAKA

Adam, T., & Fernando, C. (2006). Hedging, Speculation, and Shareholder Value. Journal
of Financial Economics 81, 283-309.
Adam, T., Fernando, C., & Golubeva, E. (2015). Managerial Overconfidence and
Corporate
Risk Management. Journal of Banking & Finance 60, 195-208.
Amna, Afiyah. 2010. Analisis Undang-Undang Pajak Penghasilan dan Peraturan
Perpajakan
Terkait Insentif Pajak dan Pencegahan Tax Avoidance atas Kegiatan Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan. Tesis Program Studi Magister Akuntansi,
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Salemba.
Bodnar, G., de Jong, A., & Macrae, V. (2003). The Impact of Institutional Difference on
Derivative Usage: A Comparative Study of U.S. and DutchFirms. European
Financial Management 9, 271-297.
Bodnar, G., Hayt, G., & Marston, R. (1998). Survey of Financial Risk Management by
US
Non-Financial Firms. Financial Management 27, 70-91.
Brown, G., Crabb, P., & Haushalter, D. (2006). Are Firms Successful at Selective
Hedging?
Journal of Business 79, 2925-2949.
Claessens, S., Djankov, S., & Lang, L. (2000). The Separation of Ownership and Control
in
East Asian Corporations. Journal of Financial Economics 58, 81- 112.
Darwin, Ali. 2006. Akuntabilitas, Kebutuhan, Pelaporan dan Pengungkapan CSR Bagi
Perusahaan di Indonesia. Economic Business & Accounting Review (eBAR),
Edisi III/September-Desember 2006.
Desai, M., & Dharmapala, D. (2006). Corporate Tax Avoidance and High Powered
Incentives. Journal of Financial Economics 79, 145 179.
Donohoe, M. P. (2011). Financial Derivatives in Corporate Tax Avoidance. Disertasi:
University of Florida.
Donohoe, M. P. (2015). The Economic Effects of Financial Derivatives on Corporate
Tax Avoidance. Journal of Accounting and Economics 59, 1-24.
Ensminger, J. (2001). Tax and Financial Accounting Hedging Programs Run on Non-
Parallel Tracks. Journal of Corporate Taxation 28 (5).
210 Jurnal Magister Akuntansi Trisakti Vol. 9 No. 2 September 2022

Fabling, R., & Grimes, A. (2010). Cutting the Hedge: Exporters' Dynamic Currency
Hedging Behaviour. Pacific-Basin Finance Journal, 241-253.
Hanlon, M., & Heitzman, S. (2010). A Review of Tax Research. Journal of Accounting
and
Economics 50, 127-178.
Hanlon, Michelle & Shane Heitzman. 2010. A Review of Tax Research. Journal of
Accounting and Economics.50 (2010). 127-178.
Hartanti, Dwi. 2006. Makna Corporate Social Responsibility : Sejarah dan
Perkembangannya.
Economic Business & Accounting Review (eBAR), Edisi III/September-
Desember
2006.
Jensen, M., & Meckling, W. (1976). Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency
Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, Vol.3, 305-60.
Kumar, R. (2014). Strategies of Banks and Other Financial Institutions: Theories and
Cases. Academic Press .
Murwaningsari, Etty. 2009. Hubungan Corporate Governance, Corporate Social
Responsibilities dan Corporate Financial Performance Dalam Satu Continuum.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 11, No. 1, Mei 2009 : 30- 41.
Murwaningsari, S Utama, H Rossieta. The combined effect of financial derivatives and
discretionary accruals on the value relevance and book value of equity, Gadjah
Mada
International Journal of Business 17 (2), 179 198
Oktavia, & Martani, D. (2013). Tingkat Pengungkapan dan Penggunaan Derivatif
Keuangan dalam Aktivitas Penghindaran Pajak . Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Indonesia , 129-146.
Richardson, Grant & Roman Lanis. 2011. Corporate Social Responsibility and Tax
Aggressiveness. AAA Conference August 6-10, 2011 at Denver, Colorado :
USA.
Rusydi, M. Khoiru. 2008. Aspek Perpajakan Dalam Aktivitas Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan (CSR) di Indonesia. Tesis Program Studi Magister Akuntansi,
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Salemba.
Slemrod, J., & Yitzhaki, S. (2002). Tax Avoidance, Evasion, and Administration. In
Handbook of Public Economics, Volume 3 (pp. 1425-1465). Elsivier Science
BV.
Pengaruh Instrumen Derivatif Dan Corporate Social Responsibility Terhadap Penghindaran
Pajak Dengan Peran Tata Kelola Perusahaan Sebagai Pemoderasi 211

Smith, C., & Stulz, R. (1985). The Determinants of Firms' Hedging Policies. Journal of
Financial and Quantitative Analysis 20, 391-405.
Stulz, R. (2004). Should We Fear Derivatives? Journal of Economic Perspective 18 (3),
173-192.
Suandy, Erly. (2008). Perencanaan Pajak Edisi 4. Jakarta : Salemba Empat.
Sugiyono. (2002). Metode Penelitian Bisnis. Bandung : CV. Alfabeta.
Wahab, N. A., & Holland, K. (2012). Tax Planning, Corporate Governance, and Equity
Value. The British Accounting Review, 111-124.
Watson, Luke. (2011). Corporate Social Responsibility and Tax Aggressiveness : An
Examination of Unrecognized Tax Benefits. The Pennsylvania State University.
Zhang, H. (2009). Effects of Derivative Accounting Rules on Corporate Risk
Management Behavior. Journal of Accounting and Economics, 244-264.
212 Jurnal Magister Akuntansi Trisakti Vol. 9 No. 2 September 2022

You might also like