Professional Documents
Culture Documents
RESUME Modul 3 KB 2 PPG 2022
RESUME Modul 3 KB 2 PPG 2022
Judul Modul : ( Teori Belajar Humanistik,konstruktivistik, dan teori belajar sosial serta
penerapannya dalm kegiatan pembelajaran )
Kegiatan Belajar : KB 2
Untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas yang mampu menghadapi dinamika perkembangan
masyarakat dan teknologi yang begitu pesat. Di satu sisi teknologi mampu digunakan untuk membantu
menyelesaikan berbagai masalah, di sisi lain merupakan tantangan yang sangat besar bagi dunia
pendidikan untuk bertransformasi (Christensen, 1997). Pendidikan harus dikelola untuk menghasilkan
lulusan yang memiliki kecakapan yang dibutuhkan di abad 21, yaitu mampu belajar dan berinovasi,
berpikir kritis dan mampu memecahkan masalah, memiliki kreativitas serta mampu berkomunikasi
dan berkolaborasi.
1. Pengertian Belajar Menurut Teori Humanistik
Teori humanistik berangkat dari aliran humanisme sebagai reaksi atas aliran behaviorisme. Teori
belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut
pandang pengamatnya (Uno, 2006: 13). Tujuan utama para pendidik adalah membantu peserta didik
untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka
sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam
diri mereka.Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara pada siswa itu
sendiri sebagai manusia.Tujuan utama para pendidik adalah membantu peserta didik untuk
mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka
sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu
dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
a. Teori Belajar Menurut Para Ahli Humanistik
1. Carl R. Rogers
Carl Rogers dalam Hadis (2006: 71) kurang menaruh perhatian kepada mekanisme proses belajar,
tetapi lebih menaruh perhatian terhadap isi yang dipelajarinya, sehingga belajar dipandang sebagai
fungsi keseluruhan pribadi.
Roger membedakan dua ciri belajar, yaitu: (1) belajar yang bermakna dan belajar yang tidak bermakna.
(2 )Belajar yang bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran dan
perasaan peserta didik, sedangkan belajar yang tidak bermakna terjadi jika dalam proses
pembelajaran melibatkan aspek pikiran akan tetapi tidak melibatkan aspek perasaan peserta didik.
b. Arthur Combs
Comb mencurahkan banyak perhatian terhadap dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah
konsep dasar yang sering digunakan dan belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak
bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Untuk itu
guru harus memahami perilaku peserta didik dengan mencoba memahami dunia persepsi peserta
didik tersebut, sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan
atau pandangan yang ada pada peserta didik. Combs memberikan lukisan persepsi diri dalam dunia
seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil 1.
adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh
peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi,
hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan (Wasti
Sumanto, 1998:107)
c. Abraham Maslow
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang
bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa
takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan
apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk
lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah
kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri (self).
Tingkatan kebutuhan seseorang menurut Maslow adalah sebagai berikut: 1) kebutuhan fisiologis, 2)
Kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan. Setiap individu mempunyai kebutuhan akan rasa aman
dan keselamatan. 3) Kebutuhan untuk diterima dan dicintai. 4) Kebutuhan akan penghargaan. 5)
Kebutuhan akan aktualisasi diri. Setiap orang harus berkembang sepenuh kemampuannya.
Pemaparan tentang kebutuhan psikologis untuk menumbuhkan, mengembangkan dan menggunakan
kemampuan disebut aktualisasi diri, dan merupakan salah satu aspek penting teorinya tentang
motivasi manusia.
4. Belajar secara partisipatif jauh lebih efektif daripada belajar secara pasif dan orang belajar lebih
banyak bila belajar atas pengarahan diri sendiri;
5. Belajar atas prakarsa sendiri yang melibatkan keseluruhan pribadi, pikiran maupun perasaan akan
lebih baik dan tahan lama; dan
6. Kebebasan, kreatifitas, dan kepercayaan diri dalam belajar dapat ditingkatkan dengan evaluasi diri
orang lain tidak begitu penting.
D. Aplikasi Teori Belajar Humanistik dalam Kegiatan Pembelajaran
Berdasarkan beberapa teori dari para ahli humanistik di atas, maka dalam proses pembelajaran harus
menggunakan pendekatan student centered, yaitu pendekatan yang menjadikan siswa sebagai pusat
pembelajaran, artinya siswa sebagai objek dan sekaligus subjek dalam pembelajaran. Guru berfungsi
sebagai fasilitator dan motivator agar siswa mau belajar.
B. Teori Belajar Konstruktivisme
1. Konsep Belajar Menurut Konstruktivistik
Teori belajar konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia
yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan menemukan keinginan atau
kebutuhannya tersebut dengan bantuan orang lain, sehingga teori ini memberikan keaktifan terhadap
seseorang untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan, atau teknologi dan hal lain
yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri.
Tidak ada teori konstruktivisme tunggal, tetapi sebagian besar konstruktivisme memiliki dua ide utama
yang sama, yaitu pembelajar aktif dalam mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri, dan bahwa
interaksi sosial penting bagi pengkonstruksian pengetahuan (Bruning, Schraw, Norby & Ronning, 2004:
195).
2. Proses mengkonstruksi pengetahuan
Von Galserfeld (dalam Paul, S., 1996) mengemukakan bahwa ada beberapa kemampuan yang
diperlukan dalam proses mengkonstruksi pengetahuan, yaitu; kemampuan mengingat dan
mengungkapkan kembali pengalaman, 2) kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan
akan kesamaan dan perbedaan, dan 3) kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang
satu dari pada lainnya.
3. Proses Belajar Menurut Teori Konstruktivistik
Secara konseptual, proses belajar jika dipandang dari pendekatan konstruktivistis, bukan sebagai
perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar ke dalam diri siswa, melainkan sebagai
pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang
bermuara pada pemutakhiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang aspek prosesnya
dibandingkan dengan aspek perolehan pengetahuannya dari fakta-fakta yang terlepas-lepas.
4. Konstruksi Pengetahuan Menurut Lev Vygotsky (1896-1934)
Teori belajar kokonstruktivistik merupakan teori belajar yang dipelopori oleh Lev Vygotsky. Teori
belajar ko-kontruktinvistik atau yang sering disebut sebagai teori belajar sosiokultur merupakan teori
belajar yang titik tekan utamanya adalah pada bagaimana seseorang belajar dengan bantuan orang
lain dalam suatu zona keterbatasan dirinya yaitu Zona Proksimal Developmen (ZPD) atau Zona
Perkembangan Proksimal dan mediasi.
e. Reinforcement bukanlah syarat yang utama untuk terjadinya proses pembelajaran, karena yang
paling penting adalah mengamati model-model yang harus terus menerus diperkuat
Refleksi