Professional Documents
Culture Documents
Atom Hidrogen Sitnur Talaohu Bla Bla Sitnur
Atom Hidrogen Sitnur Talaohu Bla Bla Sitnur
ATOM HIDROGEN
114
5.1 Pendahuluan
Atom hidrogen merupakan atom paling sederhana yang terdiri dari satu proton
sebagai nukleus dan satu elektron yang mengitarinya. Pada bab ini akan diuraikan
penyelesaian persamaan Schrodinger untuk atom hidrogen dan dan aplikasinya. Persamaan
Schrodinger untuk mendiskripsikan gerak elektron relatif terhadap proton sehingga energi
potensial sistem adalah energi potensial elektron yang terikat pada inti. Karena elektron
mengorbit inti pada kulit yang berbentuk bola maka fungsi gelombang dan tingkat-tingkat
energi elektron ditentukan berdasarkan penyelesaian persamaan Schrodinger dengan
koordinat bola. Hasil dari penyelesaian persamaan Schrodinger untuk atom Hidrogen dapat
digunakan untuk menjelaskan teori atom menurut Bohr dan sebagai dasar teori atom secara
umum. Diskripsi atom hidrogen dapat digunakan sebagai dasar untuk mendiskripsikan atom-
atom lain yang sejenis hidrogen.
115
dan energi potensial sebuah elektron yang berjarak r dari inti
2
V(r)= e 1 (5.2)
4 0 r
Dengan demikian persamaan schrodinger untuk atom hidrogen dapat dituliskan sebagai
2 2 e2 1
(r ) E (r ) (5.3)
2me 4 0 r
mengingat sistem atom hidrogen memiliki simetri bola, penyelesaian pers. Schrodinger
menjadi lebih sederhana bila oprator 2 disajikan dalam koordinat bola. Di dalam koordinat
bola ( r, , ) , persamaan 5.3 menjadi
2 1 2 1 1 2 e 2 1
r sin E (5.4)
2me r 2 r r sin sin 2 2 4 0 r
karena
1 2 1 1 2
2 r sin
r 2 r r r 2 sin r 2 sin 2 2
Penentuan fungsi gelombang dan tingkat energi dari PS pada pers (5.4), dapat dilperoleh
dengan menyelesaikan pers (5.4) dengan metode pemisahan variabel (r ) ( r, , )
sebagai berikut
( r, , ) = R( r)Y ( , ) = R(r )( )( ) (5.5)
Bila persamaan (5.5) disubstitusikan ke dalam persamaan (5.4) dan kemudian dikalikan
2m e r 2 maka pers (5.4) menjadi
2
(5.6)
Dengan mendiferensialkan secara parsiel pers (5.6) diperoleh
2 R R R 2 2me r 2 e2
r sin E R R 0
r r sin sin 2 2 2 4 0
(5.7)
dan bila pers (5.7) dibagi dengan R(r)( )( ) maka diperoleh
1 d 2 dR 1 d d 1 d 2 2me r 2 e2 1
r sin 2 E 0 (5.8)
R dr dr sin d d sin 2 d 2 4 0 r
116
Dapat dilihat pada persamaan (5.8) bahwa suku pertama dan keempat hanya bergantung jari-
jari r, suku kedua dan ketiga hanya bergantung sudut dan , maka kemudian suku yang
hanya merupakan fungsi r saja dipisahkan dari suku yang merupakan fungsi sudut saja.
Dengan memisahkan variabel r dan variabel sudut 𝜃 dan 𝜑 pada pers. (5.8) diperoleh dua
persamaan diferensial fungsi r saja dan fungsi 𝜃 dan 𝜑 saja dan keduanya harus sama
dengan suatu konstanta yang dinotasikan sebagai 𝜆, seperti yang terlihat pada pers. (5.9) dan
pers. (5.10).
1 d 2 dR 2me r 2 e2
r E
R dr dr 2 4 0 r
atau
d 2 dR 2me r 2 e2
r E R R (5.9)
dr dr 2 4 0 r
Dengan substitusi variabel yang sesuai pada persamaan (5.9) akan diperoleh PD. Fungsi
Laguerre. Sedangkan suku yang hanya mengandung sudut 𝜃 dan 𝜑 dinyatakan sebagai
1 d d 1 d 2
sin (5.10)
sin d d sin 2 d 2
dan jika dari pers. (5.10) variabel 𝜃 dan 𝜑 dipisahkan maka pers. (5.10) berubah menjadi
sin d d 1 d 2
sin sin 2
m2 (5.11)
d d d 2
Pada persamaan (5.11) dapat dilihat bahwa ada bagian yang hanya bergantung pada sudut
azimut dan bagian yang bergantung pada saja dan masing-masing persamaan diferensial
orde dua harus sama dengan konstanta yaitu m2 yang dinyatakan pada sebagai
1 d 2
m 2 (5.12)
d 2
dan
1 d d m2
sin 2 0 (5.13)
sin d d sin
117
Dengan demikian, persamaan (5.4) dipisahkan menjadi tiga persamaan deferensial orde dua
yang hanya bergantung pada satu variabel saja seperti yang dinyatakan pada pers. (5.9),
(5.12), dan (5.13) dan kemudian kita tentukan solusi masing-masing persamaan tersebut pada
bab berikut ini.
Karena kompleks konjugate dari m adalah m Am e im maka kondisi normalisasi untuk
118
2
Ae
* in
Ae in d 1
0
2
d Am 2
2 2
1 = Am =
0
1
sehingga diperoleh faktor normalisasi 𝐴𝑚 = dengan bilangan bulat m disebut bilangan
2𝜋
1 im
m e (5.16)
2
119
1 d d
( sin ) sin { sin } 0
sin dw dw
d d
sin 0
2
dw dw
d 2 d
(1 w ) 0
dw dw
d 2 d
(1 w 2 ) 2
2w 0 (5.19)
dw dw
Pers (5.19) merupakan bentuk umum dari persmaan differensial orde dua fungsi Legendre.
Bentuk penyelesaian PD fungsi Legendre dipilih dalam bentuk deret seperti pada
penyelesaian dengan metode Frobenius yang telah dibahas pada sistem Osilator Harmonik,
dimana bentuk umum PD orde dua yang diselesaikan dengan metode Frobenius adalah
𝜕2𝑄 𝜕𝑄
+𝐴 𝑞 +𝐵 𝑞 𝑄 =0 (5.20)
𝜕𝑞 2 𝜕𝑞
Bila q = q0 menyebabkan nilai A(q) atau B(q0) adalah tertentu, maka q=q0 disebut titik
ordinary dan penyelesaian pers diff. orde dua adalah merupakan polynom (deret pangkat
tinggi) yang dinyatakan
𝑛
𝑄 𝑞 = 𝑛=0 𝑐𝑛 (𝑞 − 𝑞𝑛 )𝑛 (5.21)
Tetapi bila untuk q = q0, harga A(q0) atau B(q0) adalah tak terhingga, maka q = q0 disebut
titik regular singular dan bentuk penyelesaian umum nya adalah
𝑛
𝑄 𝑞 = (𝑞 − 𝑞0 )𝑠 𝑛=0 𝑐𝑛 (𝑞 − 𝑞0 )𝑛 (5.22)
Bila prinsip di atas diaplikasikan pada PD fungsi Legendre pada pers (5.19)
d 2 2w d
0
dw 2
(1 w)(1 w) dw (1 w)(1 w)
untuk w = 0,
2𝑤 0
𝐴 0 = =1=0
1+𝑤 (1−𝑤 )
𝜆
𝐵 0 = =𝜆
1+0 (1−0)
Maka untuk w = 0 yang merupakan titik ordinary, bentuk umum penyelesaian PD fungsi
Legendre pada pers (5.19) adalah
𝑛
(w) = 𝑛=0 𝑐𝑛 (𝑤 − 0)𝑛 = c0 + c1w + c2w2 + c3w3 + … (5.23)
Tetapi untuk w = 1, yang memberikan harga A dan B sebagai
120
2𝑤 2𝑤
𝐴 𝑤±1 = = =∞
1+𝑤 (1−𝑤 ) 0
𝜆
𝐵 𝑤±1 = =∞
1−1 (1+1)
(1-w2) d
2
= (1-w2) ( 2c2 + 3.2c3w + 4.3c4w2 + 5.4c5w3 + … + n(n-1)cnwn-2) +
dw 2
+
0 = c0 + 2c2 + (c1-2c1+6c3)w + (c2 - 4c2 – 2c2 + 12c4)w +( c3-6c3-6c3+20c5)w
2 3
(5.25)
Pers (5.25) adalah pers. polynomial atau identitas maka masing-masing koefisien dari semua
pangkat w harus sama dengan nol, sehingga diperoleh hubungan antara koefisien-koeficien
sebagai berikut:
w0 c0 + 2c2 = 0 c2 = c0
2
2
w1 c1 - 2c1 + 6c3 = 0 c3 = c1
2.3
2.3
w2 c2 - 6c + 12c4 = 0 c4 = c2
4.3
4.3
w3 c3-12c3+20c5 = 0 c5 = c3
5.4
121
Dari beberapa perhitungan di atas hubungan antara koefisien dari w yang pangkatnya selisih
dua dapat digeneralisasikan sebagai
(n 1)(n 2)
cn cn 2 (5.26)
n(n 1)
Karena koefisien dari variabel w yang saling berhubungan berbeda dua angka, maka
penyelesaian umum terbelah menjadi dua yaitu penyelesaian genap dan ganjil yang
dinyatakan sebagai
(w) ={ c0 + c2w2 + c4w4 + c6w6 + … + c2nw2n}+{ c1w + c3w3 + c5w5 + c7w7… + c2n-1w2n-1}
(5.27)
Deret pada pers (5.27), baik yang genap ataupun yang ganjil, terputus bila pangkat tertinggi
dari deret ditentukan, misal pangkat tertinggi adalah n, maka cn+2 = 0, karena tidak
diperbolehkan variabelnya mempunyai pangkat yang lebih besar dari n, dari cn+2 = 0
(n 1)(n)
cn2 cn = 0 diperoleh n(n 1) , n= 0,1,2,3,…. (5.28)
(n 2)(n 1)
Pada pers (5.28) n disebut bilangan kuantum orbital. Untuk konsistensi penggunaan
symbol yang mendiskripsikan bilangan kuantum orbital baik untuk fungsi gelombang atau
tingkat-tingkat energi elektron pada atom biasanya bilangan kuantum n diganti dengan
symbol sehingga harga 𝜆 menjadi 𝜆 = 𝑙(𝑙 + 1).
Penentuan penyelesaian fungsi Θ(θ) dalam bentuk deret dapat diperoleh dari pers
(5.26), (5.27) dan (5.28) dengan cara pangkat tertinggi dari deret sudah diketahui, misalnya
pangkat tertinggi deret adalah 4 atau 5, hal ini berarti bahwa 𝑙 = 4 atau 𝑙 = 5 . Kemudian
setelah pangkat tertinggi ditentukan, 𝜆 dihitung dan digunakan untuk mencari hubungan
antara koefisien c yang berturutan dengan selang dua angka dan setelah dimasukkan ke pers
(5.27), Θ(θ) masih mengandung parameter yang harganya belum diketahui yaitu c0 atau c1.
Penentuan harga c0 atau c1 dilakukan dengan kondisi bahwa untuk harga w=1, masing-
masing harga 𝛩𝑙 (𝜃) = 𝛩𝑙 (𝑤) harus sama dengan 1.
Contoh
Marilah kita tentukan 4 ( ) dan 5 ( ) . Untuk 4 ( ) , pangkat tertinggi w dari fungsi
ini adalah 4, maka c6 harus sama dengan nol dan 4 ( w) = c0 + c2w2 + c4w4
122
5.4
dan dengan menggunakan pers (5.26) c6 c4 0
6.5
sehingga diperoleh 20 karena pembilang persaman di atas harus sama dengan nol.
20
Dengan menggunakan pers (5.26) diperoleh c2 c0 10c0
2.1
20 3.2 7 35
c4 c2 c2 c0
4.3 6 3
35
dan 4 ( w) c0 10c0 w 2 c0 w 4
3
untuk w = 1 harga 4 ( w) =1 sehingga diperoleh
35 3
4 ( w) c0 10c0 c0 =1 yang memberikan harga c0
3 8
1
Jadi 4 ( w) 8 {3 30w 35w }
2 4
6.5
Sedangkan untuk Θ5(w) = c1w + c3w3 + c5w5, dari kondisi c7 7.6
c5 0
30 2 14 30 12 9 14 21
diperoleh 30 , c3 c1 c1 , c5 c3 c1 c1
2.3 3 5.4 10 3 5
14 21
sehingga ( w) c1w c1w3 c1w5
3 5
Karena untuk w = 1 harga 5 ( w) =1 ,
14 21 15
( w) c1.1 c1.1 c1.1 1 maka diperoleh harga c1 = sehingga
3 5 8
15 35 63
5 ( w) w w3 w5
8 4 8
Dengan cara di atas penyelesaian persamaan Schrodinger bagian polar dapat diperoleh dalam
bentuk deret yang dinyatakan seperti pada pers (5.27) dimana harga c0 dan c1 diperoleh dari
kondisi
untuk harga w=1, masing-masing harga 𝛩𝑙 (𝜃) harus sama dengan 1.
Dengan memasukkan harga 𝜆 = 𝑙(𝑙 + 1) pada pers (5.19) maka PD fungsi Legendre dapat
dituliskan sebagai
𝑑2𝛩 𝑑𝛩
1 − 𝑤2 − 2𝑤 𝑑𝑤 + 𝑙 𝑙 + 1 𝛩 = 0 (5.29)
𝑑𝑤 2
123
Bentuk umum penyelesaian pers (5.29) dapat ditentukan dengan bentuk deret pada
pers (5.27) dan jika pangkat tertinggi fungsi juga sudah ditentukan, kemudian menggunakan
pers (5.26) dan (5.28) untuk menentukan koefisien masing-masing suku dalam deret, namun
biasanya masih tersisa satu parameter yang harus ditentukan yaitu c0 untuk penyelesaian
genap dan c1 untuk penyelesaian ganjil seperti pada contoh yang telah dibahas diatas.
Disamping penyelesaian bentuk deret, PD fungsi Legendre dapat diselesaiakan
dengan fungsi pembangkit PD legendre yang dinyatakan sebagai
1
− ∞
𝑔 𝑡, 𝑤 = 1 − 2𝑤𝑡 + 𝑡 2 2 = 𝑙=0 Θl (w)t
n
(5.30)
Pembahasan penjabaran PD fungsi Legendre dan Polinom Legendre dari fungsi pembangkit
dapat di lihat pada lampiran I
Cara ke tiga untuk menyelesaikan PD fungsi Legendre juga dapat dilakukan dengan
mentransformasi PD Legendre menjadi PD fungsi Hypergeometric dengan substitusi
variable yang sesuai. Penjabaran penyelesaian PD fungsi Hypergeometrik dapat dilihat pada
bagian PD fungsi Hypergeometrik.
Dengan memasukkan nilai 𝜆 = 𝑙(𝑙 + 1) dalam pers (5.13) diperoleh
1 𝑑 𝑑Θ 𝑚2
𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑑𝜃 + 𝑙 𝑙 + 1 − 𝑠𝑖𝑛 2 𝜃 Θ = 0 (5.32)
𝑠𝑖𝑛𝜃 𝑑𝜃
Salah satu cara untuk menyelesaikan persamaan Legendre associated pada pers (5.33)
adalah pertama-tama dengan menyelesaiakan PD fungsi Legendre dan kemudian mengubah
PD fungsi legendre menjadi PD fungsi Legendre associated yang dinyatakan pada pers.
(5.33) dengan mendiferensialkan PD fungsi Legendre yang dinyatakan pada pers (5.29) m
kali terhadap w sebagai berikut
124
𝑑𝑚 𝑑2𝛩 𝑑𝛩
1 − 𝑤2 − 2𝑤 𝑑𝑤 + 𝑙 𝑙 + 1 𝛩 = 0 (5.34)
𝑑𝑤 𝑚 𝑑𝑤 2
Pers (5.34) diselesaikan dengan menggunakan formula Leibnitz’s yang dinyatakan pada pers
(5.35)
n n n
dn d ns ds n!
[ A( X ) B( x)] ns A( x) s B( x),
,
dx n
s 0 s dx dx
s
( n s )! s!
Persamaan (5.35) adalah bukan self adjoint. Untuk membuatnya menjadi bentuk self-adjoint,
kita melakukan substitusi terhadap fungsi u(w) yang dinyatakan pada pers (5.36).
𝑚 𝑚
𝑑𝑚
𝑣 𝑤 = 1 − 𝑤2 2 𝑢 𝑤 = 1 − 𝑤2 2 Θ𝑙 (𝑤) (5.36)
𝑑𝑤 𝑚
𝑚
−
atau 𝑢 𝑤 = 𝑣 𝑤 1 − 𝑤 2 2
Pers (5.37) merupakan persamaan yang sama dengan pers persamaan (5.33) yang merupakan
𝑑2𝑣 𝑑2Θ𝑚
PD Legendre associated dimana = 𝑙
, atau fungsi 𝑣 𝑤 = Θ𝑚
𝑙 (𝑤), yang merupakan
𝑑𝑤 2 𝑑𝑤 2
dimana Θ𝑙 (𝑤) dapat diperoleh dalam bentuk deret seperti pada pers (5.31) dalam bentuk
1 𝑑𝑙
polinom Legendre Θ𝑙 𝑤 = 2𝑙 𝑙! 𝑑𝑤 𝑙 𝑤 2 − 1 𝑙
Dalam beberapa buku Kuantum, biasanya fungsi Legendre atau Legendre associated
dinyatakan dalam istilah P𝑙 𝑤 = P𝑙 (𝑐𝑜𝑠𝜃) atau 𝑃𝑙𝑚 𝑤 = 𝑃𝑙𝑚 (𝑐𝑜𝑠𝜃), maka jika
125
seandainya dalam uraian di beberapa bagian penulis mencantumkan istilah yang berbeda,
para pembaca harap maklum.
Penyelesaian fungsi gelombang bagian sudut adalah
𝑌𝑙𝑚 𝜃, 𝜑 ∝ 𝛩𝑙𝑚 𝜃 𝛷 𝜑 = 𝑁𝑜𝑟𝑏 𝛩𝑙𝑚 (𝜃)𝑒 𝑖𝑚𝜑 (5.39)
Dengan menggunakan syarat normalisasi untuk fungsi gelombang bagian sudut yang
dinyatakan sebagai
𝜋 2𝜋 2
𝜃=0 𝜑=0
𝑌𝑙𝑚 𝜃, 𝜑 𝑠𝑖𝑛𝜃𝑑𝜃𝑑𝜑 = 1 (5.40)
diperoleh faktor normalisasi fungsi gelombang bagian sudut yang dinyatakan sebagai
𝑚 + 𝑚 /2 2𝑙+1 𝑙− 𝑚 !
𝑁𝑜𝑟𝑏 = −1 (5.41)
4𝜋 𝑙+ 𝑚 !
Dari pers (5.42) dapat dilihat bahwa harga (1)( m|m|) / 2 selalu 1 untuk m genap baik positif
maupun negatif dan untuk harga m yang negatif dan ganjil, sedangkan untuk harga m yang
positif dan ganjil harganya selalu sama dengan -1.
2.0 1 0 0 ! 0
0 cos e i 0
1
Y00
4 0 0 ! 4
untuk Y10
21 1 1 0 ! 0
Y10 (1) 0 1 cos e i 0
4 1 0 !
1
Y10
3 1
4 210!
1 cos 2 0/ 2
cos 1
cos 2 1
3
Y10 cos
4
126
Untuk lebih mudahnya, kita hitung lebih dahulu polinom Legendre associated Θ𝑚
𝑙 𝑤 =
Θ𝑚
𝑙 𝑐𝑜𝑠𝜃 dengan menggunakan persamaan (5.38), baik untuk harga m positif maupun
negatif, karena Θ𝑚 −𝑚
𝑙 𝑐𝑜𝑠𝜃 = Θ𝑙 𝑐𝑜𝑠𝜃 dan persamaannya dinyatakan sebagai
𝑚 𝑚
𝑑𝑚 1 𝑑𝑙
Θ𝑚
𝑙 𝑤 = 1−𝑤
2 2 𝑢 𝑤 = 1 − 𝑤2 2 Θ𝑙 (𝑤) , dengan Θ𝑙 𝑤 = 2𝑙 𝑙! 𝑑𝑤 𝑙 𝑤 2 − 1 𝑙 ,
𝑑𝑤 𝑚
dw
d 0w
10 ( w) (1 w2 )0 w cos
dw0
Untuk l=2, maka harga m= -2, -1, 0, 1,2
1 d 2 2 1 3 1
2 ( w) 2
( ) ( w 1) 2 (12w2 4) ( w2 )
2 2! dw 8 2 2
3 1
d 2 ( w2 )
maka 2 2 ( w) (1 w2 ) 2 / 2 2 2 (1 w2 ).3 3sin 2
dw2
3 1
d 1 ( w2 )
21 ( w) (1 w2 )1 / 2 2 2 (1 w2 )1 / 2 3w 3sin cos
1
dw
3 1
d 0 ( w2 )
dan 02 ( w) (1 w2 )0 2 2 3 cos 2 1
0
dw 2 2
Setelah Θ𝑚 𝑚
𝑙 𝑤 = Θ𝑙 𝑐𝑜𝑠𝜃 dihitung, kemudian kita hitung 𝑌𝑙𝑚 𝜃, 𝜑 dengan menggunakan
2.1 1 1 1 ! 1
1 cos e i1 sin ei
3
Y11 (1) 2 / 2
4 1 1 ! 8
Untuk 2 ,
2.2 1 2 2 ! 2 5 1 15
Y22 (1) 4 / 2 2 cos e i 2 .3sin 2 e i 2 .sin 2 e i 2
4 2 2 ! 4 4! 32
127
2.2 1 2 2 ! 2 15
Y22 (1) 0 / 2 2 cos ei.2 .sin 2 e i 2
4 2 2 ! 32
2.2 1 2 0 ! 1
Y20
4 2 0 ! 2
2 1 i 0
3 cos e
2
5
16
3 cos 2 1
Dengan cara yang sama anda dapat menentukan Y21danY2 1 . Beberapa fungsi bola harmonik,
𝑌𝑙𝑚 𝜃, 𝜑 dituliskan pada Tabel 6.1 dan faktor normalisasinya ditentukan dengan persamaan
yang dinyatakan sebagai
Y00 ,
1
Y20 ,
5
(3 cos 2 1)
4 16
Y10 ,
3
Y21 ,
15
cos sin cos e i
4 8
Y11 , Y22 ,
3 15
sin e i sin 2 e 2i
8 32
Mengingat m hanya merupakan fungsi saja, maka rapat probabilitas polar hanya
Grafik fungsi Ym , sebagai fungsi (𝜃, 𝜑) dilukiskan dalam diagram tiga dimensi
menggunakan bahasa pemrograman Mathematica ditunjukkan pada gambar 5.2.
128