You are on page 1of 5

Charlena : Produksi Gas Karbondiksida …

PRODUKSI GAS KARBON DIOKSIDA SELAMA PROSES BIOREMEDIASI


LIMBAH HEAVY OIL DENGAN TEKNIK LANDFARMING

Charlena1, Zainal Alim Mas’ud1, Iswandi Anas2, Yadi Setiadi3, Moh. Yani4
1
Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor
2
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian
Institut Pertanian Bogor
3
Departemen Silvikultur Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
4
Departemen Tehnologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Hasil Pertanian
Institut Pertanian Bogor
Diterima 26-03-2010; Diterima setelah direvisi 03-04-2010; Disetujui 10-04-2010

ABSTRACT

Charlena et al., 2010. Carbondioxide Production during bioremediation of Heavy oil waste by Landfarming
technique.

Bioremediation is defined as biological degradation process of organic or inorganic wastes in a controlled


condition to control and reduce their amount in the environment. In this study, the soil which had been poluted
by heavy petroleum oil fractions, i.e. heavy oil waste (HOW), was used as sample. The bioremediation
technique used in this study is an ex-situ technique. This study was conducted to determine the amount of
produced CO2 gas during the HOW degaradation process. Treatment of heavy oil waste with biostimulation and
bioaugmentation. Production of CO2 gas were placed in impiger and analysis with titrimetry method. The highest
3
CO2 production mean was obtained from the bioaugmentation treatment with compost adding, i.e. 244,5 mg/m .
Generally, graphs CO2 gas production followed a similar sinusoidal pattern. From these results it can be
infered that the degradation process of HOW happened during the treatments in aerobic condition.

Keywords : heavy oil waste, CO2 gas, bioaugmentation

PENDAHULUAN
Pelepasan senyawa-senyawa organik dan dan akan mencemari lingkungan akuatik khususnya
anorganik ke dalam lingkungan terjadi hampir setiap laut, sedangkan limbah sisanya dapat mencemari
tahun akibat dari aktivitas manusia. Jika ditinjau secara lingkungan lain, yaitu tanah dan udara (Udiharto
kimia, maka senyawa organik dan anorganik tersebut 1996). Bila dilihat dari jenisnya, limbah minyak bumi
adalah limbah. Dalam beberapa kasus, limbah tersebut ada beberapa macam bergantung pada sumber minyak
dibuang dengan sengaja, misalnya hasil industri, dan yang dihasilkan. Salah satunya adalah limbah minyak
dalam kasus lainnya adalah suatu kecelakaan, misalnya bumi yang berasal dari minyak fraksi berat, yang
tumpahan minyak. Senyawa-senyawa tersebut adalah terdiri atas hidrokarbon berantai panjang yang sulit
toksik dan terakumulasi dalam lingkungan tanah dan untuk didegradasi.
perairan. Kontaminasi pada tanah, permukaan, dan air Pada awalnya cara penanganan limbah minyak
bawah tanah merupakan akibat adanya akumulasi yang bumi ini adalah dengan cara dibuang langsung ke
terus menerus dari senyawa toksik tersebut dengan lingkungan, karena berbagai macam tuntutan pada
jumlah yang melewati ambang batas (Abraham 2008). zaman sekarang ini, maka aspek lingkungan pun sangat
Kegiatan industri perminyakan, seperti penting untuk diperhatikan. Salah satu penanganannya
eksplorasi dan eksploitasi minyak bumi semakin adalah dengan cara biologi, yaitu bioremediasi.
meningkat, sejalan dengan peningkatan kebutuhan Bioremediasi merupakan alternatif pengolahan limbah
manusia terhadap minyak bumi sebagai sumber energi. minyak bumi dengan cara degradasi oleh
Proses eksploitasi dari minyak bumi ini akan mikroorganisme yang menghasilkan senyawa akhir
menghasilkan produk berupa minyak dan gas. Akan yang stabil dan tidak beracun. Proses degradasi ini
tetapi selain menghasilkan produk yang bermanfaat relatif murah, efektif, dan ramah lingkungan, namun
juga dihasilkan sisa proses sebagai limbah. Limbah metode ini membutuhkan waktu yang lebih lama
minyak bumi atau produknya juga dapat berasal dari dibandingkan dengan cara fisika atau kimia.
kegiatan industri yang umumnya terbuang ke sungai Bioremediasi mengandalkan reaksi mikrobiologis di

Korespondensi dialamatkan kepada yang bersangkutan : 1


1
Depatemen Kimia, FMIPA Institut Pertanian Bogor.
Phone : -, E-mail : -
Chem. Prog. Vol. 3, No.1. Mei 2010

dalam tanah. Teknik ini mengondisikan mikrob 10 kg. Komposisi perlakuan sampel seperti yang
sedemikian rupa sehingga mampu mengurai senyawa ditunjukkan pada Tabel 1. Setiap perlakuan ada 2 buah
hidrokarbon yang terperangkap di dalam tanah. wadah yang diperlakukan secara bioaugmentasi
Pada penelitian ini, sampel yang digunakan dengan penambahan suspensi bakteri ± 200 mL dan 1
adalah tanah yang tercemar minyak bumi fraksi berat buah wadah sebagai kontrol yang diperlakukan secara
yang disebut dengan heavy oil waste (HOW). Teknik biostimulasi.
bioremediasi yang digunakan adalah bioremediasi ex-
situ karena limbah tidak diperlakukan di tempat Tabel 1. Komposisi nisbah perlakuan sampel
asalnya, melainkan dipindahkan ke dalam suatu tempat
Komposisi (kg)
untuk mendapat perlakuan. Selama proses degradasi Kode Keterangan
Tanah
limbah minyak bumi ini, terjadi perubahan senyawa HOW Kompos
Liat
kimia dari yang bersifat toksik menjadi lebih aman
A0 10 0 0 Biostimulasi
untuk dibuang ke lingkungan. Dari proses biodegradasi
A11 10 0 0 Bioaugmentasi
ini, senyawa hidrokarbon yang memiliki rantai panjang
A12 10 0 0 Bioaugmentasi
dan bobot molekul yang tinggi dipecah menjadi
B0 5 0 5 Biostimulasi
senyawa hidrokarbon dengan bobot molekul lebih
B11 5 0 5 Bioaugmentasi
rendah. Selama proses ini akan dihasilkan gas CO2,
yang merupakan indikasi dari adanya proses degradasi. B12 5 0 5 Bioaugmentasi
Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk C0 5 5 0 Biostimulasi
mengetahui keberhasilan biodegradasi dengan adanya C11 5 5 0 Bioaugmentasi
gas CO2 yang dihasilkan dari proses biodegradasi. Eris C12 5 5 0 Bioaugmentasi
(2006) pernah melakukan penelitian terhadap D0 5 2,5 2,5 Biostimulasi
pembentukan gas yang dihasilkan pada proses D11 5 2,5 2,5 Bioaugmentasi
biodegradasi minyak diesel dengan menggunakan D12 5 2,5 2,5 Bioaugmentasi
teknik bioremediasi slurry bioreaktor, dan gas yang
berhasil diamati adalah CH4, CO, dan CO2. Penelitian Pencuplikan Gas
ini bertujuan mengevaluasi produksi gas CO2 yang Peralatan pencuplikan disiapkan, tabung
dihasilkan selama proses biodegradasi limbah HOW impinger diisi dengan larutan penjerapnya masing-
berlangsung. masing sebanyak 10 mL. Laju alirnya ditentukan
dengan alat flow meter sebesar 0,2 L/menit.
BAHAN DAN METODE Pencuplikan dilakukan selama 1 jam, dan setelah itu
Bahan dan Alat larutan penjerap yang telah berisi gas dimasukkan ke
dalam botol film, lalu impinger dibilas dengan
Sampel yang digunakan adalah HOW yang akuades.
diperoleh dari ladang minyak Duri, kompos, tanah liat
yang didapat dari Duri, konsorsium bakteri yang sudah Analisis Gas CO2 (Eaton et al. 2005)
dibuat terlebih dahulu yang berasal dari kotoran sapi
dan kuda dari Fakultas Peternakan, larutan penyerap Sampel yang berupa larutan penjerap berisi gas
TCM. Alat-alat yang digunakan adalah peralatan dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditambahkan
pencuplikan gas, botol film, flow meter, dan indikator PP, kemudian dititrasi dengan HCl 0,025 N
spektrofotometer UV-VIS 1700 Shimadzu. yang telah distandardisasi terlebih dahulu. Larutan
penjerap CO2 dipipet sebanyak 10 mL ke dalam
erlenmeyer dan ditambahkan indikator PP, kemudian
Persiapan Sampel dititrasi dengan HCl 0,025 N. Larutan penjerap CO2 ini
digunakan sebagai blangko.
Persiapan sampel meliputi beberapa kegiatan, yaitu
pengumpulan bahan baku, penggilingan, dan CO mg 
  HCl 44
pengeringan. Bahan baku HOW (diperoleh dari ladang CO   273
CO mg/m  1000
minyak Duri, Riau), tanah liat, kompos, dan  298
konsorsium bakteri. Sampel digiling terlebih dahulu Keterangan:
dan tanah liat dikeringkan supaya mudah untuk A = mL HCl yang terpakai (blangko)
dihaluskan. B = mL HCl yang terpakai (sampel)
Sampel diberi perlakuan yang berbeda, yang terdiri V = Volume dalam liter [Laju alir x t (menit)]
atas sampel (HOW), tanah liat, dan kompos dengan CO = mg sampel yang didapat
nisbah yang berbeda-beda dengan bobot keseluruhan

2
Charlena : Produksi Gas Karbondiksida …

HASIL DAN PEMBAHASAN 350


300
Pembentukan gas CO2 disebabkan terjadinya

CO2 (mg/m3)
250
proses aerobik di dalam biodegradasi limbah tanah 200
yang tercemar minyak bumi ini. Proses ini terutama 150
dilakukan oleh bakteri aerobik. Berdasarkan penelitian 100
Eris (2006), terbentuknya gas CO2 ini merupakan 50
akibat adanya aktivitas bakteri dalam mendegradasi 0
hidrokarbon. Secara umum dapat diketahui bahwa 0 2 4 6 8 10 12 14 16
produksi gas CO2 mengalami naik turun. Grafik yang Minggu
dihasilkan secara umum berbentuk sinusoidal. A1 Rataan
Rerata Min. Maks.
Max.
Perlakuan A0 merupakan HOW tanpa dicampur
dengan bahan lainnya, maupun penambahan bakteri, Gambar 2. Produksi gas CO2 perlakuan bioaugmentasi A1
jadi hanya mengandalkan bakteri indigenus yang
berasal dari HOW itu sendiri. Gas CO2 yang dihasilkan Perlakuan B0 merupakan campuran HOW
pada perlakuan A0, mengalami naik turun, seperti dengan kompos. Adanya penambahan kompos dapat
ditunjukkan pada Gambar 1. Rerata gas CO2 yang meningkatkan populasi mikrob yang ada di dalam
dihasilkan pada perlakuan ini, yaitu sebesar 160,8 tanah tersebut. Rerata gas yang dihasilkan cukup
mg/m3. Adanya gas CO2 ini berhubungan dengan tinggi, yaitu sebesar 190,7 mg/m3, grafiknya terdapat
respirasi dari bakteri yang mendegradasi. Rerata gas pada Gambar 3. Adanya kompos ini bisa menjadi
yang dihasilkan pada perlakuan ini termasuk kecil. Hal faktor yang sangat mendukung untuk berlangsungnya
ini bisa diakibatkan karena proses degradasi ini terjadi proses degradasi oleh bakteri, karena pada kompos
pada HOW murni yang tidak dicampur dengan bahan terdapat nutrien yang dapat dijadikan sumber makanan
pengencer yang lainnya. Hal ini pernah diungkapkan bagi mikroorganisme.
oleh Ramos et al. (2009), yang menerangkan bahwa
adanya produksi gas pada tanah tercemar hidrokarbon 450
yang tidak dicampur dengan bahan pelarut yang 400
lainnya dan mengandung polyaromatic hydrocarbon 350
CO2 (mg/m3)

(PAH), tidak dihasilkan gas yang mengalami 300


peningkatan secara signifikan. 250
200
150
400 100
50
CO2 (mg/m3)

300 0

200 0 2 4 6 8 10 12 14 16
Minggu
100
B0 Rataan
Rerata Min. Maks.
Max.
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 Gambar 3. Produksi gas CO2 perlakuan biostimulasi B0
Minggu

A0 Rataan
Rerata Min. Rerata
Max.
Maks. Perlakuan B1 merupakan campuran HOW
dengan kompos yang ditambah konsorsium bakteri.
Gambar 1. Produksi gas CO2 perlakuan biostimulasi A0. Berdasarkan grafik dapat dilihat bahwa rerata gas CO2
yang dihasilkan memiliki nilai paling tinggi
Perlakuan A1 terdiri atas HOW tanpa dicampur dibandingkan perlakuan yang lainnya yaitu sebesar
dengan bahan lainnya, tetapi ditambahkan konsorsium 244,5 mg/m3, grafiknya disajikan pada Gambar 4.
bakteri, yang disebut dengan bioaugmentasi. Gas yang Tingginya produksi gas ini dapat disebabkan oleh
dihasilkan pada perlakuan ini juga mengalami fluktuasi adanya penambahan kompos. Di dalam kompos selain
seperti pada perlakuan biostimulasi (Gambar 2). Rerata terdapat nutrien, juga terdapat bakteri yang dapat
gas yang dihasilkan pada perlakuan A1 ini lebih kecil menambah populasi mikroorganisme di dalam limbah
dibandingkan dengan perlakuan A0, yaitu sebesar yang didegradasi tersebut.
151,5 mg/m3. Rerata gas yang kecil ini dapat terjadi
karena proses degradasi ini terjadi pada HOW murni.

3
Chem. Prog. Vol. 3, No.1. Mei 2010

450 400
400 350
350 300

CO2 (mg/m3)
CO2 (mg/m3)

300 250
250 200
200 150
150
100
100
50
50
0
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Minggu Minggu

B1 Rerata
Rataan Min. Maks.
Max. C1 Rataan
Rerata Min. Maks.
Max. M

Gambar 4. Produksi gas CO2 perlakuan bioaugmentasi B1 Gambar 6. Produksi gas CO2 perlakuan bioaugmentasi C1

Perlakuan C0 merupakan campuran HOW Produksi gas pada perlakuan D0 cukup tinggi
dengan tanah liat. Adanya tanah liat ini merupakan dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya jika
bahan untuk mengencerkan HOW. Rerata gas yang dilihat dari reratanya, yaitu sebesar 216,5 mg/m3.
dihasilkan cukup tinggi, yaitu sebesar 180,2 mg/m3. Perlakuan D0 terdiri atas campuran HOW, tanah liat,
Hal ini dapat terjadi karena HOW yang telah dan kompos dengan nisbah HOW dan campurannya
diencerkan dengan tanah liat, sehingga limbahnya adalah 1:1. Produksi gas yang cukup tinggi ini
tidak terlalu pekat seperti semula. Grafik produksi kemungkinan dihasilkan karena HOW diberi perlakuan
gasnya terdapat pada Gambar 5. dengan pengenceran oleh tanah liat, kemudian adanya
penambahan kompos yang dapat membantu proses
350
degradasi. Grafik produksi gasnya terdapat pada
Gambar 7.
300
250
CO2 (mg/m3)

500
200 450
150 400
350
CO2 (mg/m3)

100 300
50 250
200
0
150
0 2 4 6 8 10 12 14 16 100
Minggu 50
0
C0 Rataan
Rerata Min. Maks.
Max. Maks.
0 2 4 6 8 10 12 14 16

Gambar 5. Produksi gas CO2 perlakuan biostimulasi C0 Minggu

D0 Rataan
Rerata Min. Maks.
Max.
Perlakuan C1 terdiri atas HOW yang dicampur
dengan tanah liat dan ditambahkan bakteri konsorsium. Gambar 7. Produksi gas CO2 perlakuan biostimulasi D0
Rerata gas yang dihasilkan lebih kecil jika
dibandingkan dengan perlakuan C0, yaitu sebesar 165,9 Perlakuan D1 terdiri atas campuran HOW, tanah
mg/m3. Produksi gas yang tidak terlalu tinggi pada liat, dan kompos, dengan penambahan bakteri
perlakuan C dapat dimungkinkan karena tanah liat konsorsium. Rerata gas yang dihasilkan lebih tinggi
memiliki tingkat porositas yang lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan D0, yaitu sebesar
dibandingkan dengan kompos, sehingga penyebaran 228,9 mg/m3. Hal ini karena pada perlakuan D1 adanya
nutrien tidak dapat terjadi secara mudah. Grafik penambahan bakteri, jadi menghasilkan gas CO2 lebih
produksi gas ditunjukkan pada Gambar 6. banyak dibandingkan perlakuan D0. Grafiknya seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 8.

4
Charlena : Produksi Gas Karbondiksida …

400 A0 dengan B1, A0 dengan D1, A1 dengan B1, dan B1


350
dengan C1. Di bawah ini adalah salah satu contoh
kemiripan pola yang terdapat pada perlakuan A0
300
dengan B1, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9.
CO2 (mg/m3)

250 Berdasarkan gambar tersebut dapat dilihat bahwa


200 perlakuan A0 memiliki pola yang sama dengan B1,
150 dilihat dari fluktuasi yang terjadi pada setiap
100 minggunya untuk setiap perlakuan.
50
0
KESIMPULAN
0 2 4 6 8 10 12 14 16 Dari keseluruhan data yang didapat, dapat
Minggu disimpulkan bahwa HOW dapat didegradasi dengan
Maks.
menggunakan mikroorganisme, dalam hal ini bakteri.
D1 Rerata
Rataan Min. Max.
Hal ini bisa ditunjukkan dengan adanya gas CO2 yang
terbentuk, yang bisa menjadi salah satu indikasi dari
Gambar 8. Produksi gas CO2 perlakuan bioaugmentasi D1 adanya proses biodegradasi. Secara keseluruhan, dapat
dikatakan bahwa proses biodegradasi dengan teknik
Dari keseluruhan data yang didapatkan, produksi landfarming ini dapat berlangsung secara aerobik,
gas CO2 yang paling tinggi terdapat pada perlakuan B dilihat dari adanya gas CO2 yang dihasilkan. Produksi
secara bioaugmentasi. Baptista et al. (2005) gas CO2 yang memiliki rerata tertinggi dihasilkan oleh
menerangkan bahwa adanya produksi CO2 merupakan perlakuan bioaugmentasi dengan penambahan kompos, yaitu
penunjuk dari adanya tingkat respirasi pada sebesar 244,5 mg/m3. Secara umum juga dapat dilihat
mikroorganisme, yang diproduksi selama proses dari grafik yang dihasilkan untuk setiap gas CO2
bioremediasi. Kao dan Wang (2000) juga hampir memiliki pola yang sama.
mengungkapkan demikian dan menerangkan bahwa
gas CO2 merupakan hasil dari semua proses
bioremediasi intrinsik. Tingginya produksi gas yang DAFTAR PUSTAKA
dihasilkan bisa menjadi petunjuk bahwa proses
Abraham, S. 2008. Bioremediation of Hydrocarbon-
bioremediasi intrinsik ini berlangsung. Peningkatan
Contaminated Soil. Industrial Systems Corp., Muscat.
kelarutan CO2 pada air dalam tanah menunjukkan Baptista, J. S., M. C. Cammarota and D. Dias. 2005.
adanya proses biodegradasi. Degradasi pada Production of CO2 in crude oil bioremediation in clay
hidrokarbon berhubungan dengan respirasi mikrob dan soil. Braz Arch Biol Technol 48:249-255.
hasilnya ditunjukkan dengan terbentuknya gas CO2 ini. Eaton, A. D., L. S. Aesceri, E. W. Rice and A. E. Sreenberg.
2005. Standar Methods For the Examination of
450
Water and Wastewater. American Public Health
400 Association,Washington DC.
350 Eris, F. R. 2006. Pengembangan teknik bioremediasi dengan
CO2 (mg/m3)

300 slurry bioreaktor untuk tanah tercemar minyak diesel


250 [tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian
200
150 Bogor, Bogor.
100 Kao, C. M and C. C. Wang. 2000. Control of BTEX
50 migration by intrinsic bioremediation at a gasoline
0 spill site. Wat Res 34 (13):3413-3423.
0 2 4 6 8 10 12 14 16 Ramos, S. M., D. A. Bernal., J. A. Molina., O. W. Cleemput
Minggu
and L. Dendooven. 2009. Emission of nitrous oxide
from hydrocarbon contaminated soil amended with
A0 B1 waste water sludge and earthworms. Appl Soil Ecol
4:69-76.
Gambar 9. Kemiripan pola perlakuan secara grafis Udiharto, M. 1996. Bioremediasi minyak bumi. Di dalam:
Peranan Bioremediasi dalam Pengelolaan
Dari semua data yang didapatkan untuk produksi Lingkungan. Prosiding Pelatihan dan Lokakarya,
gas CO2, ada beberapa perlakuan yang memiliki Bogor, 24-28 Jun 1996. hlm 97-105.
kemiripan pola diihat dari grafik yang dihasilkan, yaitu

You might also like