You are on page 1of 12

Makalah

KOMUNIKASI INTER PERSONAL/ KONSELING (KIP/K)

OLEH :
1. CICI PITRIANI (TIDAK AKTIF)
2. NUR OCTAVYA KATILI
3. SRI RAHAYU DOMILI
4. SRI WAHYUNI YAHYA
5. YUNITA KASAN
6. ZUMRYATI BASALAMAH

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO


2016-2017

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya kepada

kami, sehingga kami


kami dapat menyelesaikan makalah KOMUNIKASI INTER

PERSONAL/ KONSELING (KIP/K) dan semoga bermanfaat bagi para

 pembacanya.

Makalah KOMUNIKASI INTER PERSONAL/ KONSELING (KIP/K)

ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari pihak lain

sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu,

kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi

susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka

kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat

memperbaiki makalah KOMUNIKASI INTER PERSONAL/ KONSELING

(KIP/K) ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah KOMUNIKASI INTER

PERSONAL/ KONSELING (KIP/K) memberikan manfaat maupun inspirasi

terhadap pembaca.

Gorontalo, Januari 2017

Kelompok 8

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………………...ii

Daftar Isi………………………………………………………………….… .iii

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang………………………………………………………...1

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………..2

1.3 Tu juan ………………………………………………………………...3

Bab II Pembahasan

2.1 Pngertiaen Komunikasi Interpersonal/Konseling (KIP/K)…………... 4

2.2 Apa saja faktor –  faktor penghambat KIP/K ………………………….8

2.3 Apa faktor individual KIP/K ……………………………………….... 9

2.4 Apa saja faktor –  faktor yang berkaitan dengan interaksi…………....12

2.5 Apa faktor situsiasional………………………………………………14

2.6 Bagaimana kompetensi dalam melakukan percakapan ……………..16

Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………..23

3.2 Saran…………………………………………………………............23

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………..24

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Sejak

dalam kandungan pun, komunikasi telah ada dan akan terus berlangsung dalam proses

kehidupan.

Komunikasi adalah suatu media yang digunakan oleh individu sebagai makhluk sosial.

Komunikasi dapat mempermudah individu dalam berinteraksi dengan orang lain. Alo

Liliweri (1997:22) setiap orang harus mampu menjadikan bahasa sebagai alat komunikasi.

Tata bahasa juga memiliki aturan dalam mengatur setiap penutur agar dia ber-bahasa secara

 baik dan benar sehingga komunikasi lebih efektif. Serta dengan adanya ketegasan sehingga

dapat me-nimbulkan respon yang jelas dan positif oleh lawan bicara kita.

Kegiatan komunikasi selalu mendasari kegiatan yang lain termasuk kegiatan pelayan

kebidanan. Komunikasi yang mendasari bidang pelayanan kebidanan dikenal dengan

komunikasi kebidanan.Komunikasi kebidanan adalah bentuk komunikasi yang digunakan

oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada klien. Komunikasi kebidanan

merupakan penggambaran terjadinya interaksi antara bidan dengan klien dalam upaya

 pemenuhan kebutuhan klien. Sebagaimana diketahui,klien atau pasien selalu menuntut

 pelayanan yang paripurna, baik fisik maupun psikologis,terutama klien yang mengalami

ketidakstabilan emosi selama proses adaptasi terhadap suatu perubahan status. Misalnya,

menjadi ibu,menjadi orang tua,mengalami kehamilan yang pertama,mengalami persalinan

 pertama,semua ini sebelumnya tidak pernah terbayangkan. Karena keadaan tersebut klien

 perlu memperoleh pendampingan dan kedekatan dengan tenaga pelayanan kesehatan yang

salah satunya adalah bidan.

4
Bidan adalah profesi yang sangat dekat dengan individu,keluarga,dan masyarakat,yang

dipandang mampu memberikan pelayanan kesehatan,terutama pelayanan kebidanan pada ibu

dan anak serta keluarga berencana. Untuk memenuhi harapan tersebut,bidan perlu

mempunyai kualifikasi dan kualitas pribadi dalam pelayanan profesi kebidanan.

Komunikasi kebidanan merupakan faktor pendukung pelayanan kebidanan profesional

yang dilaksanakan oleh bidan,dalam mengekspresikan peran dan fungsinya. Salah satu

kompetensi bidan yang harus dimiliki adalah kemampuan berkomunikasi dalam pelayanan

kebidanan. Kemampuan berkomunikasi mendasari upaya pemecahan masalah klien,

mempermudah pemberian bantuan kepada klien, baik pelayanan medik maupun pelayanan

 psikologi yang diberikan dengan pendekatan konseling. Komunikasi kebidanan tidak hanya

mendasari pelayanan kebidanan individu, tetapi juga pelayanan kelompok atau masyarakat.

Oleh karena itu, komunikasi kebidanan sangat penting untuk dipahami bidan, mengingat

 belum semua pelayanan kebidanan mengerahkan jalinan komunikasi untuk memperjelas

tujuan dan tindakan yang di laksanakan pada klien sehingga mengakibatkan kesalahan

komunikasi yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan bidan.

Komunikasi kebidanan antara lain : komunikasi massa, komunikasi interpersonal,

komunikasi intrapersonal dan komunikasi kelompok. Komunikasi interpersonal adalah

interaksi yang dilakukan dari orang ke orang, bersifat 2 arah baik secara verbal dan non

verbal, dengan saling berbagi informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau

antar individu di dalam kelompok kecil.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apa pengertian Komunikasi interpersonal/Konseling (KIP/K)

1.2.2 Apa saja faktor –  faktor penghambat KIP/K 

1.2.3 Apa faktor individual KIP/K 

1.2.4 Apa saja faktor –  faktor yang berkaitan dengan interaksi

5
1.2.5 Apa faktor situsiasional

1.2.6 Bagaimana kompetensi dalam melakukan percakapan

1.3 Tujan

1.3.1 Untuk mengetahui pengertian Komunikasi Interpersonal Konseling (KIP/K)

1.3.2 Untuk mengetahui faktor - faktor penghambat dari KIP/K

1.3.3 Untuk mengetahui faktor individual KIP/K

1.3.4 Untuk mengetahui faktor –  faktor yang berkaitan dengan interaksi

1.3.5 Untuk mengetahui fakotr situsional

1.3.6 Untuk mengetahui kompetensi dalam melakukan percakapan

6
mengembangkan pengetahuan ibu tersebut menjadi lebih baik. Faktor lain yang menjadi

keberhasilan dalam proses konseling adalah konselor mampu menumbuhkan kepercayaan

dan motivasi ibu, sehingga ibu bisa menerima konselor sebagai sumber informasi yang

 berdampak terhadap keberanian ibu dalam mengungkapkan ketidaktahuan yang dihadapi

sebelumnya. Untuk mempermudah pemahaman ibu terhadap materi pembelajaran yang

diberikan oleh konselor maka materi yang disampaikan berasal dari masalah-masalah yang

ingin diketahui ibu tersebut. Masalah yang disampaikan berdasarkan dari pengalaman ibu

 pada anak sebelumnya, dimana masalah itu menjadi informasi yang selanjutnya oleh konselor

dipadukan dengan pendapat para ahli dan beberapa hasil penelitian yang dirangkum dan

disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami. Selain itu konselor juga mengajak ibu

 berpikir tentang sebab dan akibat dari permasalahan tersebut, sehingga informasi lebih mudah

dan lama diingat oleh ibu. Menurut Azwar (2003), untuk menjamin keberhasilan pelayanan

konseling perlu konselor yang baik, sehingga dapat menimbulkan kepercayaan dan

keterbukaan klien kepada konselor. Seorang konselor perlu mempunyai pengetahuan,

ketrampilan dan kemampuan mengungkapkan sesuatu sehingga menjadi sesuatu yang

diterima dan bisa memberikan inspirasi bagi ibu dengan konseling tersebut.

 Secara umum di katakan bahwa tujuan konseling haruslah

mencapai :

a. effective daily living, artinnya setelah selesai proses konseling klien harus dapatmenjalani

kehidupan sehari-harinya secaea efektif dan berdaya guna untuk

diri,keluarga,masyarakat,bangsa,dan tuhannya.

 b. relationship with other   ,artinya klien mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan

orang lain di keluarga , sekolah,kantor,masyarakat,dan sebagainya.

Layanan Bimbingan dan konseling merupakan salah satu bentuk layanan

interpersonal. Penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling diharapkan mampu

9
membantu individu untuk memahami diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Serta dapat

melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam merealisasikan fungsi-fungsi kehidupan dan

memenuhi kebutuhan kebutuhannya.Konseling sebagai bagian integral dari pendidikan

nasional Indonesia, mestinya tidak hanya berpikir tentang penanganan masalah-masalah

 patologis atau masalah-masalah meladjusment yang sifatnya kuratif saja.Layanan Bimbingan

dan Konseling mesti lebih luas lagi, yaitu pengembangan diri secara komprehensif.

 Menurut sifatnya komunikasi interpersonal dibedakan menjadi 2 yaitu:

Menurut Effendi (dalam Wita, 2011) terdapat dua macam komunikasi interpersonal:

1) Komunikasi diadik (dyadic communication) Komunikasi diadik adalah

komunikasi interpersonal yang berlangsung antara dua orang yakni yang seorang adalah

komunikator yang menyampaikan pesan dari seorang lagi komunikan yang menerima pesan,

oleh karena itu perilaku komunikasinya dua orang, maka dialog yang terjadi berlangsung

secara intens, komunikator memusatkan perhatianya kepada diri komunikan seorang itu.

2) Komunikasi triadik (triadik communication) Komunikasi triadik adalah

komunikasi interpersonal (antar persona) yang pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni

seorang komunikator dan dua orang komunikan. Apabila dibandingkan dengan komunikasi

diadik, maka komunikasi diadik lebih efektif, karena komunikator memusatkan perhatiannya

kepada seorang komunikan, sehingga ia dapat menguasai frame of reference(kerangka acuan)

komunikan sepenuhnya juga umpan balik yang berlangsung, kedua faktor yang sangat

 berpengaruh terhadap efektif atau tidaknya proses komunikasi.

  bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal

Rakhmat (2005) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi

interpersonal adalah:

10
a) Persepsi interpersonal Persepsi interpersonal adalah pengalaman tentang manusia, perasaan

atau hubunganhubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan men yampaikan

 pesan.

 b) Konsep diri Konsep diri adalah pandangan seseorang dalam perasaannya tentang dirinya,

konsep diri sangat mempengaruhi komunikasi interpersonal.

c) Atraksi interpersonal Atraksi interpersonal adalah suatu kesukaan pada orang lain, sikap

 positif, daya tarik yang dapat memperbesar kecenderungan seseorang untuk berkomunikasi

dengan orang lain.

d) Hubungan interpersonal Setiap melakukan komunikasibukan hanya menyampaikan isi

 pesan tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonal.

 Ada 3 perilaku dalam komunikasi interpersonal yaitu:

1) Perilaku spontan (spontaneous behavior ) adalah perilaku yang dilakukan berdasar desakan

emosi dan dilakukan tanpa sensor serta revisi secara kognisi.

2) Perilaku menurut kebiasaan ( script behavior ) adalah perilaku berdasarkan kebiasaan kita.

Perilaku itu khas dilakukan pada suatu keadaan missal mengucapkan selamat pagi dl.

3) Perilaku sadar (contrived behaviour   ) adalah perilaku yang dipilih berdasarkan situasi yang

ada.

2.2 Faktor  –  faktor penghambat komunikasi interpersonal/konseling (KIP/K)

Proses konseling yang intensional (mendalam) dan efektif akan membantu klien untuk

 berkembang secara optimal. Sebaliknya jika proses konseling berjalan tidak efektif dan

kurang mendalam maka sudah dipastikan akan gagal mencapai tujuan dan bahkan merusak

klien.

Masalah-masalah yang berhubungan dengan komunikasi interpersonal yaitu:

a. Ketidak mampuan konselorn (misalnya seorang Bidan) untuk berkomunikasi dengan jelas

dan tidak mampu menangkap apa yang dikatakan klien.

11
 b. Konselor gagal mengenali masalah yang dialami oleh konseling.

2.3 Faktor Individual komunikasi interpersonal/konseling (KIP/K)

Orientasi cultural (keterkaitan budaya) merupakan factor individual yang di baawa

seseorang dalam melakukan interaksi. Orientasi ini merupakan gabungan dari : Kepekaan

 panca indera (kemampuan untuk melihat, mendengar), usia, jender (jenis kelamin) dan lain -

lain Factor ini sangat penting karena kita ketahui penurunan kepekaan pada organ  –   oragan

 pendengar, penglihatan dan lain - lain akan menentukan kelancaran komunikasih, misalkan

 pendengar yang terganggu, penglihatan yang kabur tidak bisa melihat menyulitkan

komunikasi yang sesuai aturan. Orientasi cultural (keterkaitan budaya) merupakan factor

individual yang dibawa seseorang dalam melakukan interaksi. Orientasi ini merupakan

gabungan dari:

1. Faktor fisik

a) Kepekaan pancaindra

Kondisi fisik mempunyai pengaruh terhdap komunikasi. Artinya, indra pembicaraan

mempunyai andil terhadap kelancaran dalam berkomunikasi.

Misalnya : Seorang tuna wicara akan kesulitan apabila berbicara dengan orang normal.

 b) Usia

Agar dapat berkomunikasi efektif dengan seseorang, bidan harus mengerti pengaruh

 perkembangan usia, baik dari sisi bahasa, maupun proses berpikir orang tersebut. Cara

 berkomunikasi anak usia remaja berbeda dengan anak usia balita. Kepada remaja, anda

mungin perlu belajar bahasa gaul mereka sehingga remaja yang kita ajak bicara merasa kita

mengerti mereka dan komunikasi diharapkan lancar.

c) Jenis Kelamin

Setiap jenis kelamin mempunyai komunikasi yang berbeda. Wanita dan laki-laki

mempunyai perbedaan dalam gaya berkomunikasi. Dari usia 3 tahun, wanita bermain dengan

12
DAFTAR PUSTAKA

Purwoastuti, ending dan siwi walyani Elisabeth.2015. komunikasi dan konseling kebidanan.

Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Sukma, Dina dan Srie Wahyuni Pratiwi, 2013, KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTAR

SISWA DI SEKOLAH DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PE LAYANAN

BIMBINGAN DAN KONSELING, Journal ilmiah konseling. Volume 2, Nomor 1.

Januari 2013

Wicaksono, Galih dan Najlatun Naqi yah, 2013, PENERAPAN TEKNIK BERMAIN PERAN

DALAM BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA KELAS X

MULTIMEDIA SMK IKIP SURABAYA, Journal Mahasiswa Bimbingan

Konseling, Volume 1, Nomor 1. Januari 2013.

Manoppo, hally, Norma N. Mewengkang dan Ferry koagouw, 2014, STUDI KOMUNIKASI

INTERPERSONAL PASIEN RUMAH SAKIT BETHESDA TOMOHON

INSTALASI RAWAT JALAN POLIKLINIK KANDUNGAN/KEBIDANAN,

Journal acta diurna, Volume 3, Nomor 2. 2014

Annisa febriati, anggi, 2014, efeftivitas komunikasi ANTAR PRIBADI GURU DAN

SISWA DALAM MENCEGAH KENAKALAN SISWA DI SMA NEGERI 1

KOTA BONTANG, Journal ilmu komunikasi. Volume 2, Nomor 4. 2014

Ambarawati, Ria, Siti Fatimah Muis dan Purwanti Susantini,2013, PENGARUH

KONSELING LAKTASI INTENSIF TERHADAP PEMBERIAN AIR SUSU IBU

27
(ASI) EKSKLUSIF SAMPAI 3 BULAN, Journal Gizi Indonesia, Volume 2

 Nomor 1. Desember 2013

Dian, Mayasari, 2015, PENGEMBANGAN MODEL BIMBINGAN KELOMPOK

DENGAN TEKNIK SELF MANAGEMENT UNTUK MENGURANGI

KECEMASAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA SMP NEGERI

PONTIANAK, Jurnal Bimbingan Konseling, Volume 4 Nomor 1, 2015

Pontoh, Widya, 2013, PERANAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU DALAM

MENINGKATKAN PENGETAHUAN ANAK, Jurnal acta Diurna, Volume 1,

 Nomor 1, 2013

Hutagaol, Evi Ester dan Helfi Agustin, 2012, KOMUNIKASIINTERPERSONALPETUGAS

KESEHATANDALAM KEGIATANPOSYANDUDIWILAYAH KERJA

PUSKESMAS MUARA SIBERUT KABUPATEN MENTAWAI, Jurnal

Kesehatan Masyarakat, Volume 6, Nomor 2, 2012

Ramadanty, Sari, 2014, PENGGUNAAN KOMUNIKASI FATIS DALAM

PENGELOLAAN HUBUNGAN DI TEMPAT KERJA, Jurnal Ilmu Komunikasi,

Volume 5, Nomor 1, Maret 2014

28

You might also like