You are on page 1of 43

PENGEMBANGAN MEDIA RITATOON MENGGUNAKAN

MODEL POE (PREDICT, OBSERVE, EXPLAIN)


DALAM MEMAHAMI TEKS EKSPLANASI
SISWA KELAS VI SDN PURI

PROPOSAL TESIS

Oleh :

DIANA PUSPITASARI
NIM: 2100200

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA
2023
PENGEMBANGAN MEDIA RITATOON MENGGUNAKAN
MODEL POE (PREDICT, OBSERVE, EXPLAIN)
DALAM MEMAHAMI TEKS EKSPLANASI
SISWA KELAS VI SDN PURI

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan


Guna Mencapai Gelar Magister Pendidikan

PROPOSAL TESIS

Oleh :

DIANA PUSPITASARI
NIM: 2100200

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA
2023

i
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL TESIS

Nama : DIANA PUSPITASARI

NIM : 210020056

Judul Proposal Tesis : PENGEMBANGAN MEDIA RITATON


MENGGUNAKAN MODEL POE
(PREDICT,OBSERVE,EXPLAIN) DALAM
MEMAHAMI TEKS EKSPLANASI SISWA KELAS 6
SDN PURI

Program Studi : Teknologi Pendidikan

Proposal ini telah disetujui oleh Dosen Pembimbing Tesis dan siap untuk diajukan
ke Sidang Seminar Proposal.

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Drs. A. Noor Fatirul, ST.,M.Pd Drs. H. Djoko Adi Walujo, ST., MM, DBA

ii
KATA PENGANTAR

Segala Puji ke hadirat Allah SWT atas Rahmat, Nikmat dan Taufiknya,

sehingga dapat diselesaikannya proposal tesis yang berjudul

“PENGEMBANGAN MEDIA RITATOON MENGGUNAKAN

MODEL POE (PREDICT, OBSERVE, EXPLAIN) DALAM MEMAHAMI

TEKS EKSPLANASI SISWA KELAS VI SDN PURI”. Proposal ini diajukan sebagai

bagian dari tugas akhir dalam rangka menyelesaikan studi di Program Magister

Teknologi di Universitas PGRI Adi Buana ( Unipa ) Surabaya bidang keahlian

Teknologi Pendidikan”.

Dalam penyelesaian proposal tesis ini, penulis banyak mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima

kasih setulusnya kepada

1. Dr. Drs. A. Noor Fatirul, ST.,M.Pd . selaku dosen pembimbing 1, yang telah

banyak membantu penulis dalam memberikan ide, saran dan kritiknya.

2. Drs. H. Djoko Adi Walujo, ST., MM, DBA., selaku selaku dosen pembimbing 2,

yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan ide, saran dan

kritiknya.

3. Bapak Dr. Ujang Rohman, M.Kes. selaku Direktur Program Studi Pasca

Sarjana Universitas PGRI Adi Buana Surabaya.

iii
4. Bapak Dr. H. Ibud Priono Leksono, M.Pd., selaku Kaprodi T/eknologi

Pendidikan dan sekaligus Wali Kelas B/2021 Teknologi Pendidikan

Universitas PGRI Adi Buana Surabaya.

5. Semua staff di Universitas PGRI Adi Buana Surabaya yang telah banyak

membantu penulis dalam menyelesaikan proposal tesis ini.

6. Teman-teman Magister Pendidikan Angkatan 2021, bersama kalian studi ini

sangat berkesan, yang saling mendukung, memotivasi demi selesainya studi

ini.

7. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu

Akhirnya penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan.

Untuk itu saran dan kritik yang konstruktif akan sangat membantu agar proposal

tesis ini dapat menjadi lebih baik.

Surabaya, 16 Desember 2022

Penulis

Diana Puspitasari

iv
DAFTAR ISI
Halaman Judul...............................................................................................i
Lembar Pengesahan Proposal Tesis...........................................................ii
Kata Pengantar............................................................................................iii
Daftar Isi.......................................................................................................iv

BAB I 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Model / Rancangan 5
D. Kekhususan Model /Rancangan Produk 6
E. Keterbatasan Model / Rancangan / Produk 7
F. Definisi Istilah 7

BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................9


A. Konsep Belajar dsn Pembelajaran 9
B. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar 11
C. Teks Eksplanasi 14
D. Media Pembelajaran 18
E. Media Ritatoon 22
F. Model Pembelajaran POE (Predict, Observe, Explain) 24
G. Produk Pengembangan 27

BAB III METODE PENELITIAN ...........................................................29


A. Pengembangan Model / Produk 29
B. Tahapan Pemodelan / Produk 36
C. Uji Model / Produk 36
1. Rancangan Uji 37
2. Subyek Uji 39

v
3. Jenis Data dan Instrumentasi 39
4. Analisa Data 39
Daftar Pustaka ……………………………………………………………………………………….…….

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum 2013 adalah penyempurnaan dan penguatan terhadap

kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67 Tahun 2013

Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah

Ibtidaiyah menyatakan susunan mata pelajaran pada Kurikulum 2013 meliputi

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan

Sosial, Seni Budaya dan Prakarya, Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan

Kesehatan, dan Bahasa Indonesia. Mata pelajaran tersebut dapat tercapai

dengan adanya perencanaan pembelajaran. Dalam Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses

Pendidikan Dasar dan Menengah, menyatakan bahwa perencanaan

pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan

penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan

skenario pembelajaran.

Selaras dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Nomor 22 Tahun 2016 bahwa salah satu perencanaan pembelajaran yaitu

adanya media pembelajaran. Kustandi & Sutjipto (2013:8-9) menyimpulkan

bahwa media pembelajaran adalah alat yang dapat membantu proses belajar

1
2

mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan,

sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik dan

sempurna. Macam media pembelajaran ada lima, yaitu (1) media dua

dimensi, (2) media tiga dimensi, (3) realita, (4) ritatoon, (5) rotatoon

(Depdiknas, 2008:5-9). Media yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

ritatoon. Ritatoon merupakan gambar berseri yang dibingkai sedemikian

rupa, tahapan-tahapan yang ditunjukkan pada gambar-gambar tersebut dapat

dipresentasikan sebagai suatu proses kejadian. Dengan demikian, pada

kenyataannya pesan belajar dikemas dalam media dua dimensi yang didukung

oleh piranti tiga dimensi. Tempat gambar seri tersebut merupakan papan yang

diberi rel untuk menempatkan gambar-gambar berbingkai (Depdiknas,

2008:9).

Soekamto (dalam Shoimin, 2014:23)) mengemukakan maksud dari

model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur

yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para

perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas

belajar mengajar. Model pembelajaran yang digunakan dalam penggunaan

media ritatoon untuk meningkatkan keterampilan memahami teks ekplanasi

adalah model pembelajaran POE (Predict, Observe, Explain). Menurut

Indrawati dan Setiawan (2009:45), model pembelajaran POE merupakan

strategi pembelajaran di mana guru menggali pemahaman peserta didik

dengan cara meminta mereka untuk melaksanakan tiga tugas utama, yaitu
3

prediksi, observasi, dan memberikan penjelasan.

Pembelajaran Bahasa Indonesia, terutama di sekolah dasar tidak

akan terlepas dari empat keterampilann berbahasa, yaitu menyimak,

berbicara, membaca,dan menulis (Susanto, 2013:242). Menurut Tarigan

(2008:1-3) keterampilan berbahasa dalam kurikulum sekolah mencakup

empat keterampilan, yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara,

keterampilan membaca, keterampilan menulis. Setiap keterampilan memiliki

hubungan satu sama lain dengan cara yang beraneka ragam. Sebagai salah

satu keterampilan berbahasa, menulis merupakan suatu keterampilan

berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung,

tidak secara tatap muka dengan orang lain.

Tarigan (2008:31) mengemukakan bahwa menyimak merupakan

suatu proses mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian,

pemahaman, apresiasi, serta intepretasi untuk memperoleh informasi,

menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah

disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Aktivitas

penyimakan yang harus diajarkan kepada pembelajar adalah menyimak

intensif, menyimak ekstensif, serta menyimak reflektif (Pranowo, 2014:254).

Kalimat saran termasuk kalimat imperatif yang mengandung makna anjuran,

biasanya ditandai dengan penggunaan kata hendaknya dan sebaiknya

(Rahardi, 2010:114).

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas VI SDN Puri,


4

peneliti menemukan beberapa permasalahan yang terkait dengan proses

pembelajaran Bahasa Indonesia. Permasalahan tersebut salah satunya karena

belum adanya media konkret yang mendukung. Sehingga hanya dengan cara

menampilkan cerita-cerita. Model pembelajaran yang digunakan guru juga

belum sesuai dan terstruktur, sehingga menjadikan siswa kurang fokus dalam

pembelajaran dan minat belajar siswa kurang.

Dan berdasarkan data awal berupa nilai hasil belajar kelas VI,

peneliti juga menemukan bahwa keterampilan siswa memahami teks

eksplanasi masih rendah. Dibuktikan dengan rata-rata nilai ulangan harian

siswa mata pelajaran Bahasa Indonesian pada kompetensi dasar elum

mencapai KKM. Mencermati dan memahami isi bacaan teks eksplanasi,

sebanyak 30 siswa terdapat 18 siswa yang mencapai KKM. Dan sisanya 12

siswa belum mencapai KKM.

Hasil penelitian yang mendukung pemecahan masalah ini adalah

penelitian yang dilakukan oleh She Fira Azka Arifin dan Wahyu

Sukartiningsih tahun 2019 dengan judul “Pengembangan Media Ritatoon

Laci Siklus Air untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V

Sekolah Dasar”. Hasil uji lapangan menunjukkan bahwa media ritatoon laci

siklus air sangat praktis dan memiliki efektivitas yang ditunjukkan dengan

tercapainya tujuan berdasarkan hasil tes. Dengan demikian media ritatoon

laci siklus air merupakan media yang berkualitas untuk meningkatkann

keterampilan berbicara siswa pada subtema manusia dan lingkungan.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Fauziah Shafariani Fathonah


5

tahun 2016 dengan judul “Penerapan Model POE (Predict Observe Explain)

untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV

Sekolah Dasar”. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan keterampilan

membaca pemahaman dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dari siklus I ke

siklus II. Dan juga penelitian yang dilakukan oleh Vinalia Gusti Shelawati,

Suhartono, dan M Chamdani tahun 2016 dengan judul “Peningkatan

Keterampilan Menyimak Melalui Pendekatan Komunikatif dengan Metode

Simulasi pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SD”. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa penerapan pendekatan komunikatif dengan

metode simulasi dapat meningkatkan keterampilan menyimak siswa pada

siswa kelas V SD, dengan adanya peningkatan dari siklus I hingga siklus III.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti akan melaksanakan

penelitian dan pengembangan dengannjudul “Pengembangan Media Ritatoon

Menggunakan Model POE (Predict, Observe, Explain) untuk Memahami

teks eksplanasi Siswa Kelas VI SDN Puri”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang disampaikan pada latar belakang masalah

tersebut diatas, maka fokus permasalahan yang dapat dirumuskan yaitu perlu

kiranya merancang dan mengembangkan media ritatoon menggunakan

model POE (predict, observe, explain) dalam memahami teks eksplanasi

siswa kelas VI SDN Puri sehingga penyampaian materi lebih variatif dan

menarik.
6

C. Tujuan Rancangan Produk

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka

tujuan pengembangan ini adalah dihasilkannya produk pembelajaran media

ritatoon menggunakan model POE (predict, observe, explain) dalam

memahami teks eksplanasi siswa kelas VI SDN Puri.

D. Kekhususan Produk

Produk yang akan dikembangkan oleh penulis adalah pembelajaran

teks eksplanasi siswa kelas VI menggunakan model POE (predict, observe,

explain) adalah sebagai berikut:

1. Jenis Produk

Produk yang dikembangkan berupa media ritatoon bagi peserta didik

yang digunakan sebagai rencana, proses dan evaluasi pembelajaran di

SDN Puri Kabupaten Mojokerto. Media yang dikembangkan

menggunakan model POE (predict, observe, explain).

2. Desain Produk

Pengembangan media ritatoon dalam memahami teks eksplanasi

dirancang dengan bentuk media pengelolaan kelas yang dilengkapi

dengan tutorial cara penggunaannya baik untuk guru maupun peserta

didik, yaitu bagaimana mengelola kelas, penyampaian materi, penugasan,

evaluasi dengan penjelasan tahap demi tahap, sehingga guru mampu

menggunakan media ini dengan baik begitu juga peserta didik. Dengan
7

demikian peserta didik selalu aktif mengikuti pembelajaran, mengerjakan

tugas-tugas serta mengerjakan soal.

E. Keterbatasan Produk

Dalam pengembangan media ritatoon menggunakan model POE

(predict, observe, explain) dalam memahami teks eksplanasi terdapat

beberapa keterbatasan yaitu:

1. Pembuatan media ritatoon hanya menggunakan model POE (predict,

observe, explain).

2. Hasil pengembangan media ritatoon hanya diuji cobakan kepada peserta

didik Kelas VI SDN Puri Kabupaten Mojokerto.

F. Definisi Istilah

Beberapa istilah teknis dalam pengembangan ini yang perlu

penulis dikemukakan antara lain:

1. Media ritatoon merupakan gambar berseri yang dibingkai sedemikian

rupa, tahapan-tahapan yang ditunjukkan pada gambar-gambar tersebut

dapat dipresentasikan sebagai suatu proses kejadian.

2. Model adalah rencana, representasi, atau deskripsi yang menjelaskan

suatu objek, sistem/konsep, yang sering kali berupa penyederhanaan atau

idealisasi. Bentuknya dapat berupa model fisik (maket), bentuk prototipe,

model citra (gambar rancangan, citra komputer, aplikasi), atau rumusan

matematis.
8

3. Model POE (predict, observe, explain) merupakan strategi pembelajaran

di mana guru menggali pemahaman peserta didik dengan cara meminta

mereka untuk melaksanakan tiga tugas utama, yaitu prediksi, observasi,

dan memberikan penjelasan.

4. Teks eksplanasi merupakan sebuah teks yang berisi tentang proses

bagaimana dan mengapa sebuah fenomena bisa terjadi. Fenomena

tersebut dapat berupa fenomena alam, sosial, ilmu pengetahuan, dan

budaya tertentu yang terjadi di kehidupan sehari-hari.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Belajar dan Pembelajaran

1. Konsep Belajar

Pengertian konsep belajar adalah suatu proses perubahan

tingkah laku didalam diri manusia. Bila setelah selesai suatu usaha

belajar tetapi tidak terjadi perubahan pada diri individu yang belajar,

maka tidak dapat dikatakan bahwa pada diri individu tersebut telah

terjadi proses belajar. Menurut Slameto, (2010: 2) dalam Syarif, A., 2018

berpendapat bahwa “konsep belajar ialah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya”. Sedangkan menurut Hilgrad dan

Bower (dalam Suswanto, A., 2020), Konsep belajar berhubungan dengan

tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan

oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana

perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar

kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan

sesaat seseorang

Berdasarkan beberapa pengertian belajar diatas, yang diambil

dari masing-masing para ahli, dapat disimpulkan bahwa belajar pada

hakikatnya adalah suatu proses perubahan tingkah laku manusa menuju

9
10

arah yang lebih baik sebagai hasil dari iteraksi dengan lingkungan

ataupun pengalaman dan latihan. Perubahan yang berdasarkan

pengalaman berkenaan dengan segala bentuk pengalaman atau hal-hal

yang pernah dialami. Pengalaman ini bisa disebabkan karena membaca,

melihat, mendengar, merencanakan, melaksanakan penilaian, mencoba

menganalisis, atau memecahkan semua yang pernah dialami dan yang

dihadapinya, selama proses belajar tersebut berlangsung.

2. Konsep Pembelajaran

Menurut E. Mulyasa (2007: 255) dalam Suswanto, A., 2020,

hakikat pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan

lingkungannya, sehingga terjadi perubahan ke arah yang lebih baik.

Amin Suyitno (2000: 1) dalam Suswanto, A., 2020 mendefinisikan

pembelajaran sebagai upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan

terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa yang

beragam agar tejadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta

antara siswa dengan siswa. Sugihartono (2007: 81) dalam Suswanto, A.,

2020 mengemukakan pembelajaran merupakan suatu upaya yang

dilakukan dengan sengaja oleh guru untuk menyampaikan ilmu

pengetahuan, mengorganisir, dan menciptakan sistem lingkungan dengan

berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara

efektif dan efisien serta dengan hasil optimal. Dari beberapa pendapat di

atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan upaya


11

untuk menciptakan lingkungan belajar agar siswa dapat belajar secara

optimal.

B. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

1. Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

Mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia berorientasi pada

hakikat pembelajaran Bahasa dan Sastra yang menyatakan bahwa belajar

bahasa Indonesia adalah belajar menggunakan bahasa yang baik dan

benar. Selain itu, pembelajaran bahasa adalah pembelajaran yang

berorientasi pada pembelajaran keterampilan. Selain pembelajaran

keterampilan berbahasa (mendengarkan, berbicara, membaca, dan

menulis), Pembelajaran bahasa dan sastra juga menghargai sastra dan

mampu mengapresiasikan suatu karya sastra. Pada intinya, pembelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan kepada usaha pengembangan

keterampilan berbahasa siswa (Mendengarkan, berbicara, membaca, dan

menulis) dan pengapresiasian karya sastra dan penciptaan karya sastra.

Secara umum 

Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia terdiri atas 2 bidang

besar, yaitu bidang bahasa dan bidang sastra. Pada pembelajaran bahasa,

siswa diharapkan dapat menguasai semua keterampilan berbahasa, yaitu

keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Selain

itu, pembelajaran bahasa juga berhubungan dengan ilmu-ilmu

kebahasaan. Pada ilmu kebahasaan, siswa diharapkan mampu

menggunakan bahasa dengan baik dan benar, baik dari penggunaan dan
12

penulisan kata yang baku, penggunaan dan penulisan kalimat yang baku,

maupun penggunaan dan penulisan kalimat efektif. Selain itu, ilmu

kebahasaan juga berhubungan dengan pelafalan fonem sampai kata,

penggunaan atau pembentukan kata, pembentukan kalimat, dan

pembentukan paragraf. Selain keterampilan berbahasa, aspek yang ada

dalam pembelajaran bahasa meliputi: 1. Fononologi, berhubungan

dengan pelafalan fonem2. Morfologi, berhubungan dengan pembentukan

kata 3. Sintaksis, berhubungan dengan pembentukan kalimat 4. Analisis

Wacana, berhubungan dengan pembentukan wacana, baik paragraf

maupun artikel.

2. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD 

Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di SD bagi siswa adalah

untuk mengembangkan keterampilan berbahasa Indonesia.Tujuan

pembelajaran bahasa Indonesia sesuai dengan keterampilan kebutuhan,

dan minatnya, sedangkan bagi guru adalah untuk mengembangkan

potensi bahasa Indonesia siswa, serta lebih mandiri dalam menentukan

bahan ajar kebahasaan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan

kemampuan siswa. BSNP (2006). 

Selain itu, tujuan umum pembelajaran sebuah Bahasa adalah

memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan

emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

mempelajari semua bidang studi. Dengan pembelajaran Bahasa

memungkinkan manusia untuk saling berkomunikasi, saling berbagi


13

pengalaman, saling belajar dari yang lain dan untuk meningkatkan

kemampuan intelektual dan kesusasteraan merupakan salah satu sarana

untuk menuju pemahaman tersebut. 

Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah diharapkan

membantu siswa mengenal dirinya, budayanya dan budaya orang lain,

mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat

yang menggunakan bahasa tersebut dan menemukan serta menggunakan

kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya. 

Dengan pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan siswa

memiliki kemampuan sebagai berikut: 1. Berkomunikasi secara efektif

dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun

tulis. 2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai

bahasa persatuan dan bahasa negara. 3. Memahami bahasa Indonesia dan

menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. 4.

Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan

intelektual, serta kematangan emosioanal dan sosial. 5. Menikmati dan

memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, budi pekerti,

serta menigkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. 6.

Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khasanah

budaya dan intelektual manusia Indonesia (KTSP 2006).

3. Manfaat Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki fungsi sebagai berikut:

(1). Sarana pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa (2). Sarana


14

peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka pelestarian dan

pengembangan budaya (3). Sarana peningkatan pengetahuan dan

keterampilan untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan,

teknologi, dan seni. (4). Sarana penyebarluasan pemakaian bahasa

Indonesia yang baik untuk berbagai keperluan menyangkut berbagai

masalah, (5). Sarana pengembangan penalaran, dan (6). Sarana

pemahaman beragam budaya Indonesia melalui khazanah kesusasteraan

Indonesia (Kurikulum KTSP, 2006).

Kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar

diharapkan mampu mengembangkan dan mengarahkan siswa dengan

segala potensi yang dimilikinya secara optimal, yaitu guru dapat

mendorong siswa untuk berpikir secara kritis. Keberhasilan pelaksanaan

proses pembelajaran di kelas, terkait dengan kemampuan guru, baik

sebagai perancang pembelajaran maupun sebagai pelaksana di lapangan.

Selain itu, guru dituntut mampu melakukan pembaharuan khususnya

dalam pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu dengan merancang

pembelajaran berdasarkan pengalaman belajar siswa sehingga

menghasilkan pembelajaran yang bermakna. 

C. Teks Eksplanasi

1. Pengertian Teks Eksplanasi


Menurut Restuti dalam bukunya yang terbit di tahun 2013. Teks

eksplanasi adalah sebuah teks yang menerangkan atau menjelaskan


15

terkait dengan adanya proses dan terjadinya suatu peristiwa. Peristiwa

tersebut tidak hanya terbatas pada fenomena alam tetapi juga gambaran

sosial masyarakat. Sedangkan menurut Barwick teks eksplanasi adalah

teks yang menjelaskan dan juga mendeskripsikan proses atau alasan

dapat terjadinya dunia. Dan juga tempat bagaimana manusia itu hidup.

Barwick lebih menekankan kepada fenomena eksak dan alam. Menurut

Mahsun, teks eksplanasi memiliki tiga bagian struktur utama yang tak

terpisahkan. Adapun struktur tersebut adalah pembuka, penjelasan atau

isi, dan juga penutup sebagai interpretasi atau kesimpulan dari semuanya.

Menurut Kosasih teks eksplanasi adalah teks yang memiliki keterkaitan

genre pada teks umum. Atau juga dapat diartikan sebagai teks yang

menjelaskan tentang suatu proses atau peristiwa terkait dengan asal usul,

proses, perkembangan fenomena alam, sosial, dan juga budaya.

Dari beberapa pendapat ahli, dapat disimpulkan bahwa teks

eksplanasi merupakan teks yang digunakan untuk menjelaskan proses

terjadinya suatu peristiwa atau kejadian lewat hubungan logis tahap-

tahap atau rangkaian prosesnya. Salah satu ciri umum teks eksplanasi

adalah adanya hubungan kausalitas, yakni saat sebuah peristiwa

mengakibatkan terjadinya peristiwa lain.

Ciri teks eksplanasi lainnya yaitu penggunaan kalimat penjelas

di sepanjang teks. Deretan penjelasan atau eksplanasi merupakan salah

satu bagian struktur teks eksplanasi. Bagian ini dituliskan lewat kalimat-

kalimat penjelas. Deretan penjelas di teks eksplanasi harus berurutan


16

dengan sebab dan akibatnya. Untuk itu, kalimat penjelas digunakan untuk

menunjukkan sebab-akibat lewat kata kerja aksi seperti menyebabkan,

mengakibatkan, terjadi karena, termasuk, karena, dan lainnya.

2. Tujuan dan Ciri-ciri Teks Eksplanasi

Dilihat dari segi tujuannya, jenis teks ini berperan untuk

melaporkan secara jelas terkait tahapan, langkah hingga proses yang

terjadi terhadap fenomena tersebut. Termasuk pula memberikan alasan

mengapa hal itu bisa terjadi. Teks jenis ini sangat membantu bagi

pembaca yang tidak tahu kenapa terjadi sebuah fenomena

tersebut. Penjelasannya dijelaskan menggunakan bahasa yang sederhana

dengan cukup baik. Diharapkan banyak orang memahami dan mengerti.

Tingkat pemahaman pembaca menentukan keefektifan dan menentukan

daya tarik. 

Terdapat ciri-ciri dari teks eksplanasi yaitu:

a. Strukturnya Jelas 

Ciri yang paling terlihat dapat dilihat dari strukturnya yang jelas.

Jadi struktur eksplanasi diawali dari pernyataan umum, kemudian

dilanjutkan dengan urutan sebab akibat dan barulah ke interpretasi

atau penyampaian dari si penulisnya. 

b. Faktual 

Sesuai dengan cirinya, yaitu data bersifat factual, berdasarkan

dengan data, memuat pembahasan yang ilmiah, sesuai dengan


17

keilmuan sains yang berlaku. Jadi, teks jenis ini bukanlah teks yang

dibuat berdasarkan imajinasi. 

c. Informative 

Teks ini memuat informasi terkini, sesuai dengan kebutuhan dengan

masyarakat. Dengan kata lain, bersifat terbarukan dan tidak

ketinggalan jaman. Kata informative merunut pada dukungan teori

dan kajian ilmiah, yang semakin membukakan cakrawala

atau perspektif dari pembaca. 

d. Tidak Persuasif 

Teks eksplanasi jelas berbeda dengan teks editorial. Jika editorial

bersifat mempengaruhi, maka pada eksplanasi lebih menyampaikan

fakta yang ada. Karena penjelasan yang disampaikan lebih pada

penjelasan sebuah proses sebab akibat dari sebuah fenomena. 

e. Memuat Sequence Markers 

Sequence markers lebih menekankan pada urutan atau menggunakan

tahapan poin. Misalnya, menggunakan urutan pertama, kedua,

ketiga, keempat dan selanjutnya. Bagian akhir, memuat informasi

dan data penting yang mampu menjawab peristiwa. 

Itulah ciri-ciri teks ini. Jika dibandingkan dengan teks yang lain,

bisa dibilang teks ini yang tidak memiliki tendensi untuk mempengaruhi

lewat data dan teori. Murni hanya menjelaskan dan menjawab sebuah

fenomena.
18

3. Struktur Teks Eksplanasi 

Ditinjau dari struktur teks eksplanasi, memiliki beberapa urutan

penting yaitu:

a. Judul 

Judul wajib ada dengan penulisan judul yang baik, tulis

menggunakan bahasa singkat, padat dan jelas dan tidak perlu ditulis

terlalu panjang.

b. Pernyataan Umum

Diawali dengan membuat pernyataan umum dengan informasi

singkat tentang sebuah fenomena. Misalnya, diawali dari pernyataan

mengapa fenomena tersebut bisa terjadi. Atau mengapa fenomena itu

baru terjadi sekarang, tidak dari kemarin atau yang akan datang. 

c. Menjelaskan Urutan Sebab – Akibat 

Bagian inti dari penulisan teks eksplanasi adalah menjelaskan urutan

sebab akibatnya. Di sinilah mulai dijelaskan lebih deskriptif tentang

proses terjadinya, tahapan apa saja sampai bisa terjadi fenomena

tersebut, kemudian apa dampak yang ditimbulkan, bagaimana cara

menyikapi fenomena serupa jika terulang di masa yang akan datang. 

d. Interpretasi 

Di Bagian interpretasi diisi dengan opini atau perspektif si penulis,

tentu saja berdasarkan dengan data dan menjelaskan fenomena itu

sendiri. di bagian akhir, barulah ditutup dengan bagian kesimpulan.

Kesimpulan cukup ditulis secara singkat, padat dan jelas. 


19

Itulah beberapa struktur yang tidak kalah penting diperhatikan

dalam membuat teks eksplanasi. Penulisan eksplanasi menggunakan

bahasa baku. Tujuannya untuk memberikan pemahaman kepada

pembaca.

D. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Dalam pembelajaran, sumber informasi adalah dosen, guru,

instruktur, peserta didik, bahan bacaan dan sebagainya. Briggs (1977)

dalam Ardana, M. D., 2022 mendifinisikan media pembelajaran sebagai

sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran. Sedang

menurut Arief S., Sadiman (1986) dalam Mustika, M., 2018 media

pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima, sehingga dapat

merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat peserta didik

sehingga proses belajar terjadi.

2. Jenis Dan Karakteristik Media Pembelajaran

Sesuai dengan klasifikasinya, setiap media pembelajaran

mempunyai karakteristik sendiri-sendiri. Karakteristik tersebut dapat

dilihat menurut kemampuan media pembelajaran untuk membangkitkan

rangsangan indera penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan,

maupun pembauan atau penciuman. Dari karakteristik ini, untuk memilih

suatu media pembelajaran yang akan digunakan oleh seorang guru pada
20

saat melakukan proses belajar mengajar, harus disesuaikan dengan suatu

situasi tertentu. Media pembelajaran seperti yang telah dijelaskan di atas,

berdasarkan tujuan praktis yang akan dicapai dapat dibedakan menjadi

tiga kelompok.

a. Media Grafis

Media grafis adalah suatu jenis media yang menuangkan pesan yang

akan disampaikan dalam bentuk simbol komunikasi verbal. Simbol-

simbol tersebut artinya perlu difahami dengan benar, agar proses

penyampaian pesannya dapat berhasil dengan balk dan efisien.

Selain fungsi tersebut secara khusus, grafis berfungsi untuk menarik

perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi

fakta yang mungkin akan cepat terlupakan bila tidak digrafiskan

(divisualkan). Bentuk-bentuk media grafis antara lain adalah:

gambar foto, sketsa, diagram, bagan atau chart, grafik, kartun,

poster, peta, papan flannel, dan papan buletin.

b. Media Audio

Media audio berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan yang

disampaikan melalui media audio dituangkan ke dalam lambing-

lambang auditif, balk verbal maupun non-verbal. Bebarapa media

yang dapat dimasukkan ke dalam kelompok media audio antara lain:

radio, dan alat perekam pita magnetik, alat perekam pita kaset.

c. Media Projeksi
21

Media projeksi diam memiliki persamaan dengan media grafis,

dalam art dapat menyajikan rangsangan visual. Bahan grafis banyak

digunakan juga dalam media projeksi diam. Media projeksi gerak,

pembuatannya juga memerlukan bahan-bahan grafis, misalnya untuk

lembar peraga (captions). Dengan menggunakan perangkat komputer

(multimedia), rekayasa projeksi gerak lebih dapat bervariasi, dan

dapat dikerjakan hampir keseluruhannya menggunakan perangkat

komputer. Untuk mengajarkan keterampilan motorik (skill) projeksi

gerak mempunyai banyak kelebihan di bandingkan dengan projeksi

diam. Beberap media projeksi antara lain adalah: Film Bingkai, Film

rangkai, Film gelang (loop), Film transparansi, Film gerak 8 mm, 16

mm, 32 mm, dan Televisi dan Video.

3. Manfaat Media Pembelajaran

Secara umum manfaat media dalam pembelajaran adalah

memperlancar interaksi guru dan peserta didik, dengan maksud

membantu peserta didik belajar secara optimal. Adapun Kemp dan

Dayton (1985) dalam Mustika, M., 2018, mengemukakan manfaat media

pembelajaran secara khusus yaitu:

a. Penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan. Guru

mungkin mempunyai penafsiran yang beraneka ragam tentang sesuatu

hal. Melalui media, penafsiran yang beragam ini dapat direduksi dan

disampaikan kepada peserta didik secara seragam.


22

b. Proses pembelajaran menjadi lebih menarik. Media dapat

menyampaikan informasi yang dapat didengar (audio) dan dapat

dilihat (visual), sehingga dapat mendeskripsikan prinsip, konsep,

proses atau prosedur yang bersifat abstrak menjadi lebih jelas dan

lengkap.

c. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif. Jika dipilih dan

dirancang dengan benar, media dapat membantu guru dan peserta

didik melakukan komunikasi dua arah secara aktif. Tanpa media, guru

mungkin akan cenderung berbicara “satu arah” kepada peserta didik.

d. Jumlah waktu belajar-mengajar dapat dikurangi. Sering kali terjadi,

para guru banyak menghabiskan waktu untuk menjelaskan materi ajar.

Padahal waktu yang dihabiskan tidak perlu sebanyak itu, jika mereka

memanfaatkan media pembelajaran dengan baik.

e. Kualitas belajar peserta didik dapat ditingkatkan. Penggunaan media

tidak hanya membuat proses pembelajaran lebih efisien, tetapi

membantu peserta didik menyerap materi secara lebih dalam dan utuh.

f. Proses pembelajaran dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Media

pembelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik

dapat belajar dimana saja dan kapan saja mereka mau, tanpa

tergantung pada keberadaan guru.

g. Sikap positif peserta didik terhadap proses belajar dapat ditingkatkan

Dengan media, proses pembelajaran menjadi lebih menarik. Dan hal


23

ini dapat meningkatkan kecintaan dan apresiasi peserta didik terhadap

ilmu pegetahuan dan proses pencarian ilmu.

h. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif dan produktif

Dengan media, guru tidak perlu mengulang-ulang penjelasan dan

mengurangi penjelasan lisan (verbal), sehingga guru dapat

memberikan perhatian lebih banyak kepada aspek pemberian

motivasi, perhatian, bimbingan dan sebagainya.

E. Media Ritatoon

Ritatoon merupakan gambar berseri yang dibingkai sedemikian rupa,

tahapan-tahapan yang ditunjukkan pada gambar-gambar tersebut dapat

dipresentasikan sebagai suatu proses kejadian. Dengan demikian, pada

kenyataannya pesan belajar dikemas dalam media dua dimensi yang didukung

oleh piranti tiga dimensi. Tempat gambar seri tersebut merupakan papan yang

diberi rel untuk menempatkan gambar-gambar berbingkai (Depdiknas,

2008:9). Media ritatoon bergambar merupakan media sederhana dengan

papan berseri yangi dibingkai sedemikian rupa dan menggunakan gambar

atau foto. Media ritatoon bergambar ini dapat menampilkan gambar berupa

urutan atau seri, biasanya menjelaskan tentang langkah-langkah suatu

pembelajaran dan juga bias gambar tanpa urutan atau seri. Bahan untuk

membuat media ritatoon bergambar cukup mudah didapatkan, dan tentunya

dengan gambar yang jelas dapat menarik bagi siswa dalam proses

pembelajaran (Denty Yanuarini & Pramono, 2016:29-30). Sihkabuden (dalam


24

Syafiatul Munazzilah & Ulhaq Zuhdi, 2018:600) menjelaskan bahwa gambar

ritatoon diatur secara berjajar dan vertikal dan terdiri dari 5 gambar atau lebih

yang setiap gambarnya mempunyai keterkaitan dengan gambar yang lain.

Untuk satu set gambar seri yang disiapkan merupakan serangkaian gambar

yang dapat menunjang tujuan pembelajaran yang dimaksudkan dapat tercapai.

Pada media ritatoon tidak hanya terdapat gambar saja, melainkan ada sedikit

keterangan tentang gambar tersebut yang ada dibalik gambar.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa media

ritatoon adalah media sederhana dengan papan berseri untuk menempatkan

gambar-gambar berbingkai dengan tujuan menarik siswa dalam proses

pembelajaran. Agar media pembelajaran sesuai dengan komponen

indikatornya, dibutuhkan kriteria pemilihan media.

F. Model Pembelajaran POE (Predict, Observe, Explain)

1. Pengertian Model Pembelajaran POE (Predict, Observe, Explain)


Menurut Indrawati dan Setiawan (2009:172), model

pembelajaran POE (Predict, Observe, Explain) merupakan model

pembelajaran dimana guru berperan menggali pemahaman peserta didik

dengan cara meminta mereka untuk melaksanakan tiga tugas utama, yaitu

prediksi (predict), observasi (observe), dan penjelasan (explain).

Dengan model pembelajaran POE diharapkan siswa

membangun sendiri pengetahuannya sehingga pengetahuan yang

dipelajari siswa dapat melekat untuk waktu yang lama. Kemampuan

untuk mengingat materi seperti konsep, teori, prinsip, asas dan hukum
25

yang telah dipelajari yang biasanya disebut dengan retensi. Benda yang

jelas dan kongkret akan lebih mudah diingat siswa dibanding dengan

yang bersifat abstrak. Tahap observation yang didukung dengan metode

eksperimen benar-benar diharapkan mampu mengajak siswa menemukan

konsepnya sendiri melalui proses yang melatih siswa mengamati

percobaan yang dilakukan sendiri diharapkan dapat meningkatkan hasil

belajar siswa dan retensi siswa pada materi yang diajarkan (Shofiah, dkk,

2017:358).

“Another technique developed by White and Gunstone (1992)


which has been widely used with student groups is the Predict-Observe-
Explain (POE) learning/teaching sequence. In the POE
learning/teaching sequence, students are informed about an experiment
or demonstration which will be performed and, based on their current
understanding, students are asked to predict what will happen and
provide reasons for their predictions. The experiment or demonstration
is then performed and the observations made by the students are probed.
When the predictions and observations are inconsistent with each other,
the students explanations are explored”.
Artinya, teknik lain yang dikembangkan oleh White and Gunstone (1992)

yang telah banyak digunakan dengan kelompok siswa adalah urutan

pembelajaran/ pengajaran Predict Observe Explain (POE). Dalam urutan

pembelajaran/ pengajaran POE, siswa diberitahu tentang percobaan atau

demonstrasi yang akan dilakukan dan berdasarkan pemahaman mereka

saat ini, siswa diminta untuk memprediksi apa yang akan terjadi dan

memberikan alasan untuk prediksi mereka. Eksperimen atau demonstrasi

kemudian dilakukan dan pengamatan yang dilakukan oleh siswa

diperiksa. Ketika prediksi dan pengamatan tidak konsisten satu sama lain,
26

penjelasan siswa dieksplorasi (Chong-Wah Liew & David F Treagust,

1998:2).

Dari pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model

POE (Predict Observe Explain) merupakan model pembelajaran yang

mengacu pada teori kontruktivis menggunakan tiga sintaks (Predict

Observe Explain) dengan tujuan pemahaman peserta didik terhadap

proses pembelajaran. Agar tujuan pemahaman peserta didik tercapai,

dibutuhkan langkah-langkah model POE (Predict-Observe-Explain).

2. Langkah Model Pembelajaran POE (Predict, Observe, Explain)

Menurut Fathonah (2016:172-173), langkah-langkah model

pembelajaran POE yaitu:

a. Memprediksi (predict)

Pada tahap ini, siswa memprediksi/meramalkan peristiwa yang akan

terjadi terhadap suatu permasalahan yang diinformasikan oleh guru.

Penyusunan prediksi/ramalan berdasarkan pengetahuan awal,

pengalaman, atau buku yang pernah mereka baca berkaitan dengan

permasalahan yang akan pecahkan. Prediksi/ramalan tersebut ditulis

pada selembar kertas dan dikumpulkan kepada guru.

b. Mengamati (observe)

Selanjutnya, siswa dalam kelompok kecil (4-5 anak) melakukan

percobaan (praktikum) berkaitan dengan permasalahan yang telah

diinformasikan guru kemudian mengamati hasil percobaan untuk

menguji kebenaran prediksi/ramalan yang telah dibuat siswa


27

sebelumnya. Percobaan dilaksanakan dengan bimbingan guru dan

sesuai langkah/prosedur kerja yang ditetapkan.

c. Menjelaskan (explain)

Setelah melakukan percobaan dengan prosedur yang benar, siswa

dalam kelompok kecil (4-5 anak) menuliskan hasil percobaan dan

menyusun hipotesis atas hasil percobaan tersebut. Selanjutnya

mereka menjelaskan perbedaan yang terjadi antara prediksi awal

mereka dengan hasil percobaan yang dilakukan.

Menurut Chong-Wah Liew & David F Treagust (1998:4-5) “At


the onset, students were told that they would perform an experiment and
they were asked to predict what will happen and provide reasons for
their predictions. The experiment was performed and students wrote
down their redictions and observations.Finally, students within each
group discussed their answers to the three questions after which they
each wrote down their final reasons and explanations”.
Artinya, pada permulaan siswa diberitahu bahwa mereka akan melakukan

percobaan dan mereka diminta untuk memprediksi apa yang akan terjadi

dan memberikan alasan untuk prediksi mereka. Percobaan dilakukan dan

siswa menuliskan prediksi dan pengamatan mereka. Akhirnya, siswa

dalam masing-masing kelompok mendiskusikan jawaban mereka untuk

tiga pertanyaan setelah itu mereka masing-masing menuliskan alasan dan

penjelasan akhir mereka.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan langkah-langkah

model pembelajaran POE ada tiga yaitu: predict, observe, dan explain.

Selain media dan model pembelajaran, topik dalam penelitian ini adalah

pembelajaran bahasa Indonesia SD.


28

G. Produk Pengembangan

Menurut Lis, Permana Sari & Sukardjo (2009) atas dasar tujuan

umum, penelitian pendidikan dibagi menjadi penelitian eksploratif, penelitian

pengembangan dan penelitian verifikasi. Penelitian eksploratif merupakan

penelitian yang bertujuan untuk menemukan problematik atau permasalahan

baru dalam pendidikan. Penelitian pengembangan merupakan penelitian yang

bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, teori pendidikan yang sudah

ada atau menghasilkan suatu produk dibidang pendidikan. Penelitian

verifikatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menguji kebenaran

suatu pengetahuan atau suatu teori dalam bidang pendidikan.

Sugiyono (2012) mengemukakan bahwa Metode penelitian dan

pengembangan (research and development) adalah metode penelitian yang

digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan

produk tersebut. Untuk dapat menghasilkan produk tersebut digunakan

penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan

produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan

penelitian untuk menguji keefektifan produk tersebut. Jadi penelitian dan

pengembangan bersifat longitudinal atau bertahap dan bersifat multi years.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pengembangan Produk

Penelitian ini menggunakan prosedur penelitian dan pengembangan

(Reseacrh and Development). Penelitian dan pengembangan adalah suatu

proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau

menyempurnakan produk yang telah ada yang dapat dipertanggung jawabkan

(Sukmadinata, 2012:164). Tujuan dari penelitian dan pengembangan adalah

untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat

analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya

dapat berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk

menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2016a:407).

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahawa penelitian

dan pengembangan adalah suatau proses atau metode ilmiah yang digunakan

untuk menghasilkan suatu produk baru yang dapat dipertanggungjawabkan.

Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan media ritatoon menggunakan

model POE (Predict, Observe, Explain) untuk memahami teks eksplanasi

siswa kelas VI SDN Puri digambarkan pada bagan berikut. Metode

pengembangan penelitian ini menggunakan sepuluh langkah penelitian dan

pengembangan Sugiyono. Menurut Sugiyono (2016a:408-427), langkah-

langkah penelitian dan pengembangan terdapat sepuluh langkah. Sepuluh

langkah pelaksanaan tersebut adalah 1) potensi dan masalah, 2) pengumpulan

29
30

data, 3) desain produk, 4) validasi desain, 5) revisi desain, 6) uji coba produk,

7) revisi produk, 8) uji coba pemakaian, 9) revisi produk, dan 10) produk

massal.

Pengembangan media ritatoon dilakukan sampai pada tahap delapan

yaitu uji coba pemakaian, karena menurut Fathoni (2006:133) prosedur

pelaksanaan penelitian pengembangan bukan merupakan langkah-langkah

baku yang harus diikuti secara baku. Setiap pengembang dapat memilih dan

menemukan langkah-langkah yang paling tepat bagi dirinya berdasarkan

kondisi khusus yang dihadapinya dalam proses pengembangan. Dengan

demikian, maka peneliti memutuskan untuk menggunakan delapan langkah

dari sepuluh teori tersebut atas dasar keterbatasan peneliti, dana dan subyek

coba, sehingga penelitian ini hanya terbatas sampai pada terciptanya sebuah

produk yang layak menurut ahli dan uji coba. Secara prosedural, langkah-

langkah penelitian yang dikembangkan oleh Sugiyono dan telah dimodifikasi

berdasarkan kebutuhan penelitian pengembangan media ritatoon dapat

digambarkan pada bagan berikut:


31
32

Penjelasan prosedur penelitian dan pengembangan media ritatoon

sebagai berikut:

1. Potensi dan Masalah

Potensi dan masalah yang ada, diperoleh dari kegiatan data awal dan

wawancara tentang pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas VI SDN Puri

bahwa belum adanya media pembelajaran konkret dan model

pembelajaran yang belum sesuai materi. Sehingga peneliti ingin

mengembangan media ritatoon menggunakan model POE (Predict,

Observe, Explain), diharapkan dapat memudahkan siswa dalam

memahami kalimat saran serta membantu guru dalam memilih media

pembelajaran sebagai penunjang pembelajaran.

2. Pengumpulan Data

Setelah peneliti mengidentifikasi potensi dan masalah yang terjadi, maka

perlu mengatasi masalah tersebut dengan melakukan pengumpulan

berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk

perencanaan produk tertentu. Pada tahap ini, peneliti mencari sumber

pustaka dan penelitian yang relevan. Selain itu, peneliti juga

menganalisis angket kebutuhan guru dan siswa terhadap media ritatoon

menggunakan model POE (Predict, Observe, Explain) untuk memahami

kalimat saran.

3. Desain Produk

Hasil dari pengumpulan data dirumuskan menjadi rancangan dari produk

yang dikembangkan. Tahap pertama adalah dengan membuat prototipe


33

berupa rancangan kasar dari produk yang akan dibuat. Kemudian

melakukan pengembangan prototipe yaitu pembuatan desain gambar

berbingkai dan cerita yang sesuai dengan materi pembelajaran.

4. Validasi Desain

Media ritatoon dinilai oleh pakar yang terdiri dari pakar media dan

materi. Penilaian media ritatoon bertujuan untuk mengetahui bahwa

produk ini dapat langsung diuji cobakan atau harus mengalami revisi.

5. Revisi Desain

Revisi dilakukan apabila terdapat kelemahan maupun kekurangan

berdasarkan saran dari pakar media dan materi yang menilai produk

tersebut. Proses revisi dilakukan secara berulang-ulang hingga produk

dinyatakan layak oleh para pakar. Media ritatoon yang sudah dinyatakan

layak oleh pakar media dan materi dapat digunakan untuk uji coba skala

kecil.

6. Uji Coba Produk

Media ritatoon yang sudah direvisi berdasarkan saran dari pakar, diuji

coba dalam skala kecil yaitu menggunakan siswa dari kelas VI SDN Puri.

Jumlah siswa yang digunakan dalam uji coba produk skala kecil yaitu

sebanyak 6 siswa. Siswa yang dipilih sebagai sumber data dalam

penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik

sampel yang memilih sumber data dengan pertimbangan tertentu. Uji

coba yang dilakukan yaitu dengan teknis tes tertulis (pretest dan posttest)

agar peneliti dapat membandingkan keadaan sebelum dan sesudah


34

menggunakan media ritatoon secara lebih akurat. Pada akhir

pembelajaran, guru dan siswa diberikan angket tanggapan guru dan siswa

mengenai media ritatoon untuk mengetahui tanggapan adanya media

tersebut.

7. Revisi Produk

Revisi media ritatoon dilakukan apabila ditemukan kelemahan maupun

kekurangan produk berdasarkan hasil uji coba yaitu dengan menganalisis

tanggapan siswa dan guru. Produk final berupa media ritatoon yang telah

melalui penilaian, revisi, dan uji coba sehingga layak dan efektif

diterapkan dalam pembelajaran.

8. Uji Coba Pemakaian

Setelah produk media ritatoon direvisi berdasarkan uji coba produk,

kemudian peneliti melakukan pengujian (tahap uji coba pemakaian).

Subjek yang dijadikan penelitian pada tahap ini adalah siswa kelas VI

SDN Puri yang berjumlah 40 siswa. Uji coba ini dilakukan untuk

menguji keefektifan media ritatoon yang berupa penilaian pengetahuan

memahami kalimat saran menggunakan desain eksperimen one grup

pretest posttest design agar peneliti dapat membandingkan keadaan

sebelum dan sesudah menggunakan media ritatoon secara lebih akurat.

Gambar desain

eksperimen one grup pretest posttest design dapat dilihat sebagai berikut.
35
DAFTAR PUSTAKA

Kustandi, Cecep dan Sutjipto, Bambang. 2011. Media Pembelajaran Manual dan
Digital. Bogor: Ghalia Indonesia.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT


Alfabet.
Fathoni, Abdurrahmat, 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Rieneka
Cipta.

36

You might also like