Professional Documents
Culture Documents
Makalah Waduk
Makalah Waduk
ANALISA PAPER
OPERASI WADUK
DISUSUN OLEH :
Kelompok : 04
Tria Evangelista 112017035
Aprezky Aldi 112018052
Ikhwan Mukmin 112018055
M. Taufik Dzakwan 112018060
Reinaldi Primadoni 112018175
Raditya Aprilando Maulana 112019074
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2022
Judul Jurnal : Pengaruh Sedimetasi Pada Kinerja Pengoperasian Waduk
Serbaguna Wonogiri
Volume : 5
Tahun : 2016
Penulis : Hana Umayektinisa, Niken Ajeng, Suharyanto, Sumbogo
Pranoto
Latar : Waduk adalah tampungan air yang terbentuk akibat adanya
Belakang bangunan yang melintang sungai (bendungan). Akibat dari
membendung sungai, maka secara alami bahan angkutan
sedimen di sungai akan tertampung dan terendapkan di dalam
waduk. Namun tidak semua sedimen yang terendap di waduk
akan langsung masuk pada tampungan mati (dead storage),
sebagian sedimen yg bergradasi besar akan mengendap pada
tampungan efektif. Hal ini menyebabkan tampungan efektif
waduk berkurang, sehingga kinerja operasi waduk terganggu
meskipun umur waduk belum tercapai.Salah satu studi
tentang pengaruh sedimentasi pada kinerja pengoperasian
waduk tunggal guna PLTA, menyatakan bahwa pengaruh
sedimen tidak secara signifikan mempengaruhi kinerja Waduk
Sutami (Daniel Rohi, et.al.,2015). Sedangkan studi tentang
pengaruh sedimen pada kinerja waduk serbaguna masih
sedikit. Berdasarkan uraian diatas timbul pemikiran untuk
melakukan penelitian mengenai pengaruh sedimentasi
terhadap kinerja waduk serbaguna. Penelitian ini akan
mengkaji seberapa besar pengaruh sedimentasi terhadap
kinerja waduk dengan melakukan simulasi pengoperasian
waduk pada berbagai pola operasi dan kondisi sedimentasi.
Tujuan : Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui seberapa besar
pengaruh sedimentasi pada kinerja pengoperasian Waduk
Serbaguna Wonogiri dengan melakukan simulasi
pengoperasian waduk dengan berbagai pola operasi dan
kondisi sedimentasi.
Hasil : Sedimentasi adalah hasil dari pengikisan permukaan tanah
yang diangkut oleh aliran air sungai dari daerah hulu dan
kemudian diendapkan di daerah hilir. Beberapa angkutan
sedimen hasil erosi pada DAS yang sebagian mengendap di
dalam waduk berupa (Mulyanto, 2008) yaitu wash load,
suspended load dan bed load. Untuk menetukan besar
sedimentasi yang terjadi, terdapat 2 cara yaitu analisa dari
pengukuran sedimen di lapangan dan perhitungan nisbah
pelepasan sedimen atau sediment delivery ratio (SDR). Pada
penelitian ini dilakukan analisa erosi dan sedimentasi untuk
menentukan kurva elevasi- volume – luas genangan. Untuk
menentukan kurva tersebut, diambil nilai hasil sedimen yang
terbesar diantara metode pengukuran lapangan dan SDR.
Hasil analisa erosi dan sedimentasi.Dari kedua metode
tersebut didapatkan besar sedimen berdasarkan pengukuran
lapangan yaitu 16.257,77 ton/tahun sedangkan metode SDR
yaitu sebesar 4.170.436,19 ton/tahun. Besar sedimen hasil
pengukuran lebih kecil dari metode SDR karena pengambilan
sampel hanya dilakukan pada saat musim kemarau sehingga
konsentrasi sedimen layang menjadi kecil. Oleh karenanya,
besar sedimen hasil pengukuran lapangan tidak dapat
mewakili besar sedimen yang sebenarnya. Dengan kondisi
seperti itu, maka nilai yang diambil untuk membuat kurva
elevasi-volume–luas genangan 2015 adalah besar sedimen
dengan metode SDR (4.170.436,19 ton/tahun) karena nilainya
yang besar dan dapat mewakili besar sedimen yang
sebenarnya. Berikut ini adalah kurva elevasi volume dari
tahun 1980, 2005, 2014 dan 2015 yang digunakan untuk
simulasi pengoperasian Waduk Wonogiri. Setelah didapatkan
kurva seperti itu, kemudian akan didapatkan suatu persamaan
untuk dilakukan simulasi pengoperasian waduk. Simulasi
pengoperasian waduk dengan berbagai pola operasi dilakukan
dengan tujuan untuk mendapatkan pola operasi terbaik. Pola
operasi yang disimulasikan pada laporan ini adalah pola
operasi eksisting, SOP dan rule curve. Berikut ini adalah hasil
simulasi pengoperasian Waduk Wonogiri dengan persamaan
kurva tahun 1980 pada berbagai pola operasi, dapat
disimpulkan bahwa pola operasi SOP merupakan pola operasi
terbaik dibandingkan pola operasi lainnya. Hal tersebut dapat
dilihat dari indikator kinerja keandalan waduk pola SOP
memiliki nilai paling tinggi (0,952). Nilai keandalan yang
tinggi menunjukkan waduk dapat memenuhi kebutuhan air
dari yang diminta. Selanjutnya untuk indikator kelentingan,
pola SOP juga memiliki nilai yang tertinggi (1,26). Hal ini
menunjukkan dengan pola SOP kemampuan waduk untuk
kembali sukses dari kondisi gagal sangat cepat. Dan tingkat
kerawanan pola SOP sangat kecil yaitu 0,884 dari kebutuhan
air yang tidak dapat terpenuhi. Simulasi pengoperasian waduk
dengan berbagai kondisi sedimentasi dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh sedimentasi
terhadap kinerja Waduk. Simulasi ini dilakukan dengan
menggunakan pola operasi terbaik dan kondisi sedimentasi
yang ditinjau adalah pada tahun 1980, tahun 2005, tahun
2014, dan 2015. Berikut adalah hasil simulasi pengoperasian
waduk dengan berbagai kondisi sedimentasi: menunjukkan
bahwa dari tahun 1980 hingga tahun 2015 hampir seluruh
indikator mengalami penurunan kinerja. Indikator keandalan
dikatakan mengalami penurunan jika nilai keandalan dari
tahun ke tahun nilainya menjadi lebih kecil. Besar pengaruh
sedimentasi tahun 2005 terhadap keandalan awal operasi
(tahun 1980) adalah -0,096%, untuk kondisi tahun 2014
sebesar -2,814%, dan kondisi sedimen pada tahun 2015
mengalami penurunan 3,285%. Sama halnya dengan nilai
keandalan, indakator kelentingan dikatakan mengalami
penurunan jika dari tahun ke tahun nilainya menjadi lebih
kecil. Besar pengaruh sedimentasi pada tahun 2005 terhadap
kelentingan awal operasi (tahun 1980) adalah 1,92%, untuk
kondisi tahun 2014 sebesar -18,003%, dan kondisi sedimen
pada tahun 2015 mengalami penurunan 22,617%. Sedangkan
indikator kerawanan dikatakan mengalami penurunan jika
dari tahun ke tahun nilai yang terjadi semakin besar. Besar
pengaruh sedimentasi pada tahun 2005 terhadap kerawanan
awal operasi (tahun 1980) adalah +2,274%, untuk kondisi
tahun 2014 sebesar +17,212%, dan kondisi sedimen pada
tahun 2015 mengalami peningkatan 24,02%. dikatakan
mengalami penurunan jika dari tahun ke tahun nilai yang
terjadi semakin besar. Besar pengaruh sedimentasi pada tahun
2005 terhadap kerawanan awal operasi (tahun 1980) adalah
+2,274%, untuk kondisi tahun 2014 sebesar +17,212%, dan
kondisi sedimen pada tahun 2015 mengalami peningkatan
24,02%. Besar sedimen yang terendap dalam Waduk
Wonogiri yang berasal dari Sungai Keduang, Sungai
Tirtomoyo, Sungai Temon, Sungai Bengawan Solo dan
Sungai Wuryantoro adalah 4.170.436,19 ton/tahun. Hasil
simulasi pengoperasian waduk dengan berbagai pola operasi
dan sedimentasi menunjukkan berpengaruh atau tidaknya
sedimentasi terhadap kinerja waduk. Berdasarkan hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa pola operasi terbaik untuk
Waduk Wonogiri adalah pola operasi baku (SOP) dan besar
pengaruh sedimentasi waduk serbaguna terhadap kinerja
waduk cukup kecil yaitu kurang dari 25% terhadap kinerja
awal operasi waduk. Walaupun pengaruh sedimentasi kecil,
upaya pengendalian sedimentasi tetap diperlukan karena
sedimentasi akan terus ada.
Judul Jurnal : Evaluasi Kinerja Pola Operasi Waduk (Pow) Wonogiri 2014
Volume : 22
Tahun : 2017
Penulis : Dinia Anggraheni, Rachmad Jayadi, dan Istiarto
Latar : Waduk adalah wadah buatan yang terbentuk sebagai akibat
Belakang dibangunnya bendungan. Bendungan adalah bangunan yang
berupa urukan tanah, urukan batu, dan beton, yang dibangun
selain untuk menahan dan menampung air, dapat pula
dibangun untuk menahan dan menampung limbah tambang,
atau menampung lumpur sehingga terbentuk waduk
(Peraturan Menteri PUPR, 2015). Waduk merupakan proyek
infrastruktur yang tidak hanya selesai pada proses
pembangunan, tetapi berlanjut dalam proses pengembangan
dan manajemen yang baik oleh pemerintah agar air dapat
termanfaatkan secara optimal bagi kepentingan negara dan
masyarakat. Waduk Wonogiri merupakan salah satu waduk di
Jawa Tengah. Waduk serba guna (multipurpose reservoir)
yang memiliki fungsi sebagai pengendali banjir, pemasok air
irigasi, pembangkit listrik (PLTA), dan pemenuhan air baku.
Berbagai fungsi yang dilayani oleh Waduk Wonogiri
mengharuskan waduk mampu mengatur air yang dikeluarkan
untuk mencapai keuntungan maksimal. Oleh karena itu,
diperlukan suatu kebijakan berupa. Pola Operasi Waduk
(POW) Wonogiri. POW Wonogiri dijadikan dasar dalam
menentukan debit outflow untuk mencukupi kebutuhan air
irigasi dan air baku baik kebutuhan domestik maupun
industri. Seiring berjalannya waktu, Waduk Wonogiri
mengalami banyak permasalahan terutama permasalahan
sedimentasi yang mengakibatkan berkurangnya kapasitas
waduk. Pada musim kemarau, air waduk yang tertampung
tidak mampu maksimal sehingga menyebabkan waduk dalam
kondisi kering
Tujuan : Tujuan penelitian adalah melakukan evaluasi terhadap
kebijakan Pola Operasi Waduk (POW) Wonogiri.
Hasil : Kebijakan pola operasi dalam sistem sumberdaya air
berfungsi untuk memanajemen air dalam sistem. Kebijakan
tersebut dikhususkan untuk menerima peraturan sistem
pengaliran dan sistem kebutuhan dengan suatu cara optimasi
dengan memaksimalkan tujuan operasi yang biasanya
berkaitan erat dengan keuntungan. Kebijakan pola operasi
biasanya didesain untuk waktu yang bervariasi sesuai
kebutuhan airnya serta persediaan air yang bersifat stokastik.
Kebijakan pola operasi biasanya disusun atas dasar bulanan
ataupun sesuai dengan sistem yang ada (Mays &Tung, 1992).
Kebijakan operasi waduk sangat dipengaruhi oleh permintaan
stakeholder. Suen, dkk (2009) pernah melakukan evaluasi
terhadap potensi operasi Waduk Shihmen pada komunitas
ikan di Taiwan. Proses pembuatan kebijakan ditentukan
berdasarkan kebutuhan aliran dari komunitas ikan dengan
pendekatan dengan penggabungan prasyarat ekologi dan
riwayat kebutuhan komunitas ikan. Kebijakan operasi waduk
yang telah disusun tentu akan menyebabkan perubahan
hidrologi, tetapi memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan
air, sehingga perlu adanya perbaikan dalam integritas ekologi
dalam jangka panjang. Penyelesaian atau pembuatan
kebijakan operasi waduk tidak bisa terlepas dari optimasi
untuk menentukan keuntungan maksimal dan atau kerugian
minimal demi
optimalnya pemanfaatan air waduk. Teknik optimasi yang
sering digunakan dalam operasi waduk di antaranya adalah
dengan metode kalkulus, program linier, program non-linier,
program dinamik, operasi real time, dan teknik simulasi.
Hilmi, dkk (2012) melakukan optimasi pola operasi Waduk
Pelaparado di Kabupaten Bima, Provinsi NTB dengan
program dinamik. Tujuan optimasi adalah dengan
memaksimalkan keuntungan produksi pertanian dalam rupiah.
Optimasi yang dilakukan merupakan teknik optimasi dengan
menggunakan program dinamik. Wesli (2013) juga
melakukan optimasi terhadap kebutuhan air Waduk Keuliling
dengan teknik optimasi dengan program linier. Tujuan
optimasi adalah mengoptimalkan volume tampungan air
waduk setiap bulan. Proses optimasi dibantu dengan software
LINDO. Hasil dari proses optimasi adalah volume tampungan
setiap akhir bulan Oktober, November, dan Januari yang
memperlihatkan bahwa tidak pernah terjadi level tampungan
mati. Alur kerja penelitian dimulai dari tahap studi pustaka,
perolehan data sekunder, analisis kebutuhan air irigasi, air
baku, dan pengolahan data inflow, kemudian melakukan
optimasi untuk menghasilkan pola operasi optimum waduk,
yang kemudian dilakukan evaluasi terhadap Pola Operasi
Waduk Wonogiri tahun 2014. Pada tahun 2014, berdasarkan
hasil pengamatan tinggi muka air (TMA) pada tanggal 30
Oktober 2014, elevasi di Waduk Wonogiri berada di +126,66
m, sedangkan di POW 2013-2014 telah ditetapkan elevasi
berada pada +127,63 m. Hal tersebut menunjukkan bahwa
Waduk Wonogiri dalam kondisi ekstrem kering. Beberapa hal
yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut ini
1. Alasan terjadinya kondisi ekstrem kering dengan elevasi
muka air berada di bawah elevasi dead storage +126,64 m
pada Bulan Oktober disebabkan kebijakan operasi aktual yang
diterapkan Waduk Wonogiri pada bulan-bulan tertentu tidak
sesuai dengan POW 2014 yang seharusnya berada pada
elevasi aman yaitu +127,63 m.
2. Perlunya perbaikan dalam pembuatan pola operasi sebagai
acuan dalam pembuatan kebijakan operasi waduk agar sesuai
dengan kondisi di lapangan dengan memaksimalkan faktor k
yang artinya sebisa mungkin kebutuhan irigasi dapat
terpenuhi.
3. Optimasi waduk dengan program dinamik stokastik dapat
menghasilkan
pola operasi optimum yang hasilnya mengikuti kebijakan pola
operasi aktual dan juga lebih baik karena faktor k dengan
penerapan pola operasi optimum didapatkan nilai sama
dengan 1 yang artinya kebutuhan air irigasi terpenuhi 100%
serta dapat mempertahankan elevasi pada level aman di atas
elevasi dead storage +132,595 m.