You are on page 1of 1

Gastritis atau yang lebih dikenal sebagai maag yang berasal dari bahasa Yunani yaitu

gastro yang berarti perut/lambung dan itis yang berarti peradangan atau inflamasi. Seseorang
yang mengalami gastritis menyebabkan tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara
normal (Hawari, 1013).
Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan ini
dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya epitel mukosa
superfisial yang menjadi penyebab terpenting gangguan dalam sistem pencernaan (Utami,
A.D, 2018).
Gejala yang umum terjadi pada penderita gastritis adalah rasa tidak nyaman (nyeri)
pada epigastrium, perut kembung, sakit kepala dan mual yang dapat mengganggu aktifitas
sehari-hari (Nuryanti Erni, 2020).
Dampak fisiologis pada nyeri epigastrium menyebabkan munculnya stimulasi simpatik
berupa dilatasi saluran bronchial, peningkatan respirasi rate, peningkatan heart rate,
vasokontriksi perifer, peningkatan tekanan darah, peningkatan nilai gula darah, diaphoresis,
peningkatan kekuatan otot, dilatasi pupil. Sedangkan pada nyeri berat banyak ditemukan
stimulasi para simpatik (nyeri berat dan dalam) seperti muka pucat, otot mengeras, penurunan
heart rate dan tekanan darah, nafas cepat dan irreguler, nausea, vomitus, kelelahan dan
keletihan (Nuryanti Erni, 2020).
World Health Organization (WHO) mengadakan tinjauan terhadap beberapa Negara di
dunia dan mendapatkan hasil diantaranya Inggris 22%, Cina 31%, Jepang 14,5%, Kanada
35%, dan Prancis 2,5%, sedangkan di Indonesia angka kejadian gastritis cukup tinggi
prevelensinya yaitu 274.396 kasus dari 283.452.952 jiwa penduduk (Z. Huzaifah, 2017).
Dari penelitian dan pengamatan yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan RI 2013
angka kejadian gastritis yaitu mencapai 91,6% di kota Medan, lalu di beberapa kota lainnya
seperti Aceh 31,7%, Palembang 35,3%, Jakarta 50%, dan Surabaya 31,2% (Ayu Novitasary
dkk, 2017).

You might also like