You are on page 1of 4

TUGAS 7

KONSELING PERKAWINAN
“Prosedur Penyelenggaraan Konseling Perkawinan”

DOSEN PENGAMPU
Dr. Nurfarhanah, S.Pd. M.Pd. Kons.

OLEH
PINTA REJANI TELAUMBANUA
19006108

DEPARTEMEN BIMBUNGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
PROSEDUR PENYELENGGARAAN KONSELING PERKAWINAN

A. Tipe Konseling Perkawinan


Menurut para ahli (Latipun, 2015: 164), ada empat tipe konseling
perkawinan, yaitu :
1. Concurrent Marital Counseling
Konseling ini dilakukan secara terpisah pada setiap pasangan dengan
metode yang digunakan ketika salah seorang pasangan memiliki masalah
psikis tertentu untuk dipecahkan tersendiri dan mengatasi masalah yang
berhubungan dengan pasangannya. Pada pendekatan ini, konselor
mempelajari kehidupan masing-masing yang dijadikan bahan dalam
pemecahan masalah pribadi maupun masalah yang berhubungan dengan
perkawinannya.
2. Collaborative Marital Counseling
Konseling ini dilakukan oleh setiap pasangan secara individu menemui
konselor yang berbeda. Metode ini digunakan ketika pasangan lebih suka
menyelesaikan masalah hubungan perkawinannya, sementara konselor
yang lain membantu menyelesaikan masalah-masalah lain yang juga
menjadi perhatian kliennya. Konselor bekerjasama satu sama lain,
membandingkan hasil konselingnya dan merencanakan strategi intervensi
yang sesuai.
3. Conjoint Marital Counseling
Konseling ini dilakukan dengan cara suami istri bersama-sama datang ke
konselor. Metode ini digunakan ketika kedua pasangan dimotivasi untuk
bekerja dalam hubungan. Dalam conjoint counseling, konselor secara
simultan melakukan konseling terhadap kedua pasangan.
4. Couples Group Counseling
Metode ini digunakan sebagai pelengkap conjoint counseling, dilakukan
dengan cara beberapa pasangan secara bersama-sama datang ke seorang
atau beberapa konselor. Cara ini dapat mengurangi ke dalaman situasi
emosional antara pasangan, selanjutnya mereka belajar dan memelihara
perilaku yang lebih rasional dalam kelompok.
B. Prosedur Penyelenggaraan Konseling Perkawinan
Prosedur untuk memberikan konseling perkawinan perlu
memperhatikan beberapa faktor (Fatchiah E. Kertamuda, 2009: 123), yakni :
1. Pengumpulan informasi atau data tentang pasangan dan keluarga.
Informasi yang diperlukan dalam hal ini termasuk medical record,
pendidikan, kerabat/saudara, agama, kehidupan dalam masyarakat, data-
data yang sekiranya dapat membantu dalam proses konseling.
2. Mempergunakan informasi yang telah dimiliki. Setelah data-data yang
dibutuhkan diperoleh, langkah selanjutnya adalah beberapa pertanyaan
yang terkait dengan data/informasi, yaitu :
a. Gambaran seperti apa yang ada dalam keluarga tersebut?
b. Apa yang menjadi kekuatan dari keluarga tersebut?
c. Apa yang menjadi masalah utama dalam keluarga tersebut?
d. Bagaimana mereka mengatasi masalah tersebut?
e. Siapa yang memiliki pengaruh kuat dalam keluarga tersebut?
f. Bagaimana keluarga tersebut mendapat perolongan ketika ada
masalah?
g. Apa yang sebaiknya tidak dilakukan oleh konselor dalam kasus ini?
h. Kesalahpahaman apa yang dilakukan oleh orang yang pernah
menolong keluarga tersebut ?
3. Memastikan bahwa keluarga atau pasangan suami-istri yang sedang
menghadapi masalah dan juga konselor siap untuk lebih terbuka pada
perubahan yang akan terjadi. Selain itu, konselor juga harus
mempersiapkan diri menghadapi situasi yang akan terjadi dalam keluarga
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Kertamuda, Fatchiah E. 2009. Konseling Pernikahan untuk Keluarga Indonesia.


Jakarta: Salemba Humanika.
Latipun. 2015. Psikologi Konseling. Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang.

You might also like